Anda di halaman 1dari 7

TEUKU CH I K DI TUN ON G

Bung Karno, salah seorang proklam at or kem erdekaan RI , pernah m engingat kan
kepada kit a dengan m engat akan "hanya bangsa yang besarlah yang m enghorm at i
pahlawan- pahlawannya". Para pahlawan yang t elah berjuang m at i- m at ian, m engorbankan
hart a benda dan bahkan j iwa dem i m em pert ahankan kehorm at an nusa, bangsa, dan
agam a. Mereka adalah m anusia-m anusia besar yang dilahirkan seiram a dengan panggilan
sej arah. Merekalah yang t elah m enghant arkan kit a pada kondisi sepert i saat ini. Salah sat u
daerah yang banyak m enyim pan kenangan sejarah t erhadap perlawanan para pahlawan
at au pej uang adalah Aceh.
Pe r an g Kolon ia l Be la n da di Ace h
Aceh yang m erupakan propinsi yang paling uj ung let aknya, di sebelah ut ara pulau
Sum at ra, bagian paling barat dan paling ut ara dari Kepulauan I ndonesia. Secara
ast ronom is, Aceh ini t erlet ak di ant ara 95 0 13’ dan 98 0 17’ BT dan 2 0 8’ dan 5 0 40’ LU2
( JMBRAS, 1879) . Daerah ini m encakup daerah seluas 55.390 Km . Dengan dem ikian,
secara geografis, Aceh m em punyai let ak yang sangat st rat egis. Daerah ini t erlet ak di t epi
Selat Malaka. Karena let aknya di t epi Selat Malaka, m aka daerah ini pent ing pula dilihat
dari sudut lalu lint as int ernasional sehingga m erupakan pint u gerbang sebelah barat
kepulauan I ndonesia. Sej ak zam an Neolit hikum , Selat Malaka m erupakan t erusan pent ing
dalam m igrasi bangsa di Asia, gerak ekspansi kebudayaan I ndia dan sebagai j alan niaga
dunia Selat Malaka adalah j alan penghubung ant ara dua pusat kebudayaan Cina dan I ndia.
Oleh karena it u, t idak m engherankan apabila wilayah sekit ar Selat Malaka selalu
m em punyai peranan pent ing sepanj ang gerak sej arah I ndonesia. Muncul dan
berkem bangnya keraj aan di sekit ar wilayah ini t idak m ungkin kit a pisahkan dari let ak
georafisnya yang sangat st rat egis t ersebut .
Karena keadaan geografis yang st rat egis ini m em bawa dam pak Aceh banyak
didat angi oleh berbagai bangsa asing dengan berbagai m acam m ot if dan kepent ingan, baik
budaya, polit is, m aupun ekonom is. Dengan berbagai m ot if dan kepent ingan t ersebut akan
dapat m em bawa dam pak posit if dan negat if pula bagi perkem bangan sej arah Aceh it u
sendiri.
Di ant ara bangsa asing ( Barat ) t erdapat bangsa yang berm aksud m enancapkan
kuku kekuasaannya di bum i Aceh, sehingga t im bullah reaksi yang berupa perlawanan-
perlawanan t erhadap bangsa asing yang m elakukan t indakan t ersebut . Salah sat u bangsa
asing pert am a yang m enghadapi perlawanan rakyat Aceh adalah Port ugis. Sej ak Port ugis
m enduduki Malaka pada t ahun 1511 Aceh m erasa, kedudukannya t erancam . Oleh karena
it u, Aceh m encoba m elawan dan m engusir Port ugis dari Malaka. Konflik Aceh- Port ugis ini
berlangsung sepanj ang abad XVI hingga akhir perem pat an abad XVI I . Serangan t erhadap
kedudukan Port ugis berulang kali dilakukan, yang pert am a pada t ahun 1537 dan yang
t erakhir pada t ahun 1568. Pada serangan t erakhir it u, Aceh t elah m enggunakan kekuat an
yang t erdiri at as 15.000 orang Aceh, 400 orang Turki, disert ai pula dengan 200 buah
m eriam besar dan kecil ( Dj aj adiningrat , 1961: 65) .
Bangsa Asing lain yang berusaha m enancapkan kuku kekuasaannya di bum i Aceh
adalah Belanda. Rint isan perm aklum an perang Aceh oleh Belanda dium um kan oleh
kom isaris pem erint ah yang m erangkap Wakil Presiden Dewan Hindia Belanda F.N.
Nieuwenhuij n, diawali dengan penandat anganan Trakt at Sum at ra ant ara Belanda dan
I nggris dalam t ahun 1871, yang ant ara lain "m em beri kebebasan kepada Belanda unt uk
m em perluas kekuasaannya di Pulau Sum at ra", sehingga t idak ada kewaj iban lagi bagi
Belanda unt uk m enghorm at i hak dan kedaulat an Aceh yang sebelum nya t elah diakui, baik
oleh Belanda m aupun I nggris sepert i yang t ercant um di dalam Trakt at London yang
dit andat angani pada t ahun 1824.
Pada hari Rabu t anggal 26 Maret 1873 dari geladak kapal perang Cit adel van
Ant werpen - yang berlabuh di ant ara pulau Sabang dengan darat an Aceh - Belanda
m em aklum kan perang kepada Aceh. Mulai saat it u, Aceh t ert im pa m alapet aka dan Belanda
sendiri m enghadapi suat u peperangan yang paling dahsyat , t erbesar, dan t erlam a
sem enj ak kehadirannya di Nusant ara.
Nam un dem ikian, perm aklum an perang t ersebut t idak sert a m ert a diikut i dengan
kegiat an fisik m ilit er karena Belanda m asih m enunggu t erhim punnya kekuat an perangnya
yang sedang bergerak m enuj u Aceh dan kapal- kapal perang Belanda yang t elah t iba di
Aceh t erus m elakukan pengint aian dan provokasi di perairan Aceh. Selain it u, Belanda
m engirim surat kepada Sult an yang m em int a agar ia m engakui kedaulat an Belanda.
Dinyat akan pula bahwa Aceh t elah m elanggar pasal- pasal perj anjian pada t ahun 1857.
Bat as wakt u yang diberikan 1 x 24 j am oleh Belanda kepada Sult an Aceh m enunj ukkan
bahwa Belanda benar- benar akan m enyerang. Jawaban yang diberikan Sult an j auh dari
m em uaskan bahkan dit egaskan bahwa di dunia t idak seorang pun yang berdaulat kecuali
Allah sem at a ( Said, 1961: 397) .
Dihadapkan dengan kenyat aan perang yang akan segera m elet us, m aka Aceh
m elakukan m obilisasi, baik di sekit ar pant ai yang berhadapan langsung dengan arm ada
Belanda sepert i di sekit ar Ule Lheue, Pant ai Ceureum en, Kut a Meugat , Kuala Aceh m aupun
di t em pat st rat egis lainnya sert a pusat - pusat kekuat an di Mesj id Raya, Peunayong,
Meuraksa, Lam Paseh, Lam Jabat , Raj a Um ong, Punj e, Seut uy, dan di sekit ar Dalam
( Krat on Sult an) .
Akhirnya, t indak lanj ut dan Perm aklum an perang Belanda kepada Aceh m enj adi
kenyat aan. Pada t anggal 6 April 1873 dengan kekuat an 3.200 praj urit dan 168 perwira
yang dipim pin J.H.R. Kohler, Belanda m endarat kan pasukananya di Pant ai Ceureum en.
( Sofyan, 1990: 26) . Dengan dem ikian, t erlihat lah nyat a niat j ahat Belanda unt uk
m enancapkan kekuasaannya di bum i Aceh. Suat u perang kolonial resm i t elah dikibarkan
oleh pihak Belanda. Perang ini kem udian dikenal oleh m asyarakat Aceh sebagai "Perang
Belanda at au Perang Kaphe Ulanda", yang oleh Belanda dikenal dengan "Perang Aceh".
Kem udian, pant ai Ceureum en pun m enj adi laut an darah. Banyak anggot a pasukan
Belanda dan rakyat Aceh yang gugur. Menurut cat at an para pej uang Aceh yang gugur
diperkirakan 900 orang ( Reid, 1969: 21- 35) . Walaupun dem ikian, penyerangan pert am a
Belanda ini dianggap gagal karena serangan ini t idak berhasil m enundukkan Aceh. Di
sam ping kuat nya perlawanan, kurangnya inform asi t ent ang Aceh sert a keadaan m usim
yang t idak m engunt ungkan m enj adi sebab serangan pert am a Belanda ini gagal. J.H.R.
Kohler sebagai panglim a perang pun t ewas t ert em bak oleh seorang anggot a pasukan Aceh
di dekat Masj id Raya. Belanda t idak dapat m enguasai krat on. Mereka dipukul m undur
dengan m enderit a kekalahan berat , 45 orang t ewas t erm asuk 8 opsirya sert a 405 orang
luka- luka diant aranya 23 opsir. Pada t anggal 29 April 1873 pasukan Belanda dit arik
kem bali ke Bat avia ( Sofyan, 1990: 85) .
Hal ini m enunj ukkan bahwa Belanda t idak t ahu kondisi Aceh secara m enyeluruh.
Sem ula Belanda m enduga Aceh dapat dit aklukkan dengan m udah sepert i daerah- daerah
lain di I ndonesia. Menurut Belanda pada saat it u Aceh berada dalam m asa kem unduran
apabila dibandingkan dengan m asa- m asa sebelum nya, baik dari segi polit ik m aupun segi
ekonom i. Tent ang ini Kraijnhoof, m isalnya, m enyim pulkan bahwa sit uasi pem erint ahan
kesult anan Aceh lem ah dan perlengkapan m ilit er t idak berart i dibandingkan dengan
Belanda. Oleh karena it u, Belanda berani m enyerang Aceh. Nam un kenyat aanya perang
Belanda di Aceh t idak hanya m encakup m asalah ekonom i dan polit ik, t et api ada segi- segi
lain yang t idak diperhit ungkan oleh Belanda, sehingga Belanda m enelan kekalahan
( Ahm ad, dkk, 1993: 4) .
Kegagalan ekspansi pert am a ini m enyebabkan pem erint ah Belanda
m elipat gandakan pasukannya unt uk m enundukkan Aceh. Unt uk it u, Pem erint ah Hindia
Belanda m em anggil seorang pensiunan j enderal, J. Van Swiet en. la diangkat sebagai
panglim a perang pada agresi kedua ini dengan kekuat an 249 perwira dan 6.950 t ent ara
( Sofyan, 1990: 28) . Dipundaknya t erdapat t ugas berat unt uk m enyerang dan m erebut
Aceh dan kepadanya j uga diberi wewenang m engadakan perj anj ian dengan sult an. Selain
m enj adi panglim a perang, ia diangkat pula sebagai Kom isaris Pem erint ah Hindia Belanda di
Aceh.
Dalam agresi kedua ini Belanda berhasil m enduduki ist ana dan m esj id raya pada
t anggal 24 Januari 1874. Nam un Belanda t idak berhasil m enangkap Sult an besert a
keluarganya. Sem ent ara it u, Sult an besert a keluarganya dan pengikut nya sudah lebih dulu
m enyingkir ke Longbat a pada t anggal 15 Januari 1874 sehingga usaha Van Swiet en unt uk
m enangkap Sult an m enem ui kegagalan. Di t em pat baru ini Sult an m endirikan m arkas
pert ahanannya. Bersam a- sam a dengan Panglim a Polem dan para pengikut nya yang lain
bert ekad unt uk m eneruskan perjuangan m elawan Belanda. Nam un nasib buruk t idak dapat
dihindari Sult an Mahm ud Syah, ia diserang wabah kolera dan m angkat pada t anggal 29
Januari 1874 di Pagar Ayer dan dim akam kan di Cot Bada ( Pusponegoro, dkk, 1992: 249) .
Sebagai penggant inya diangkat lah Sult an Muham m ad Daud yang m asih kecil sebagai
Sult an Aceh.
Sej ak it ulah pem erint ah Belanda dengan berm acam - m acam siasat polit iknya
berusaha m enaklukkan seluruh Aceh sepert i yang dilakukan di berbagai daerah di
I ndonesia. Pem besar keraj aan, panglim a dan rakyat Aceh yang m asih m encint ai
kem erdekaan m engungsi ke pedalam an dan m engadakan perlawanan. Pada wakt u
Seulim um j at uh pada t ahun 1879 dapat dikat akan seluruh Aceh Tiga Sagi berada dalam
kekuasaan Belanda dan pem erint ahan sipil pun berj alan dengan lancar ( Jakub, 1952: 21) .
Kaum pej uang m undur ke daerah yang m asih m erdeka Sult an. Muham m ad Daud
yang m asih kecil it u sert a pengiringnya m engungsi ke pedalam an di Keum ala, daerah
Pidie, sedangkan rakyat pej uang m undur ke Gunung Biram Lam t am ot , di kaki Gunung
Seulawah. Mereka t idak m au m enyerah, biar m at i dalam hut an, asal j angan dit angkap
m usuh. Nam un perlawanan secara t erat ur t idak ada lagi.
Kaum pejuang yang berada di kaki Gunung Selawah t ersebut lam a kelam aan t idak
sabar dan m enderit a t erus-m enerus dalam hut an m enahan gigit an nyam uk Malaria dan
kekurangan m akanan. Oleh karena it u, m uncullah kem udian dua golongan di kalangan
kaum pej uang t ersebut , ada yang t erpaksa m enyerah pulang ke kam pung halam an karena
t idak t ahan m enderit a lebih lam a. Ada pula yang m endaki Seulawah m enuj u daerah Pidie
m encari bant uan unt uk m eneruskan perj uangan.
Pada awal t ahun 1881, m ereka t iba di Tiro m enj um pai Tgk Chik Muham m ad Am in
Dayah Tj ut , seorang ulam a Tiro yang m em punyai pengaruh besar. Dua kali diadakan
m usyawarah ant ara pem im pin- pem im pin dan ulam a- ulam a seluruh Pidie. Keput usannya
diangkat lah Tgk Sj ech Sam an, yang t erkenal kem udian dengan Tgk Chik Di Tiro, m enj adi
panglim a perang unt uk m erebut kem bali t anah air yang t elah j at uh ke t angan m usuh.
Dengan dem ikian, dalam kondisi yang am at gent ing di m ana krat on, m esj id raya,
wilayah lainnya dikuasai Belanda sat a sem angat pej uang yang m ulai m enurun am at lah
t epat kalau kem udian m uncul kepem im pinan Tgk Sj ech Muham m ad Sam an Dia seorang
pej uang yang m endengungkan perang di j alan Allah, Perang Sabil. Siapa pun yang m at i di
m edan perang, m aka disebut m at i syahid, surgalah ganj arannya. Pada akhirnya, perang
dikum andangkan m enyebar ke seluruh wilayah Aceh. Seluruh lapisan m asyarakat bahu-
m em bahu m engangkat senj at a unt uk m engusir Belanda dari bum i Aceh.
Ke u r e ut o Pa da Ak h ir Aba d k e - 1 9
Keureut o adalah sebuah daerah yang m em punyai kedudukan yang khas di ant ara
wilayah Aceh sebagai salah daerah yang t erkem uka dan t erkaya. Daerah ini m erupakan
salah sat u daerah dalam wilayah Kesult anan Aceh yang m em punyai uleebalang sendiri,
t erlet ak di daerah Kabupat en Aceh Ut ara sekarang. Daerah uleebalang Keuret o m encakup
daerah dan Krueng Pase sam pai ke Pant on Labu ( Krueng Jam bo Aye) . Pusat
Pem erint ahannya di daerah Jiraat Manyang, yang t erlet ak lebih kurang 20 km dari
Lhoukseum awe sekarang. Negeri ini sedem ikian padat penduduknya sehingga dij uluki
dengan nam a Keuj reun Lalat . Dalam lem baran sej arah Keureut o m engam bil t em pat
t erkem uka. Dalam pem erint ahan Sult an Aceh, uleebalangnya t urut bersam a dalam
m usyawarah (Said, 1977) . Karenanya m elihat pot ensi yang dipunyai daerah ini kem udian
Belanda berusaha m enguasainya. Ket ika Belanda dapat m enguasai daerah ini, m aka
daerah yang begit u luas t elah diperkecil dengan dij adikan suat u landskap di bawah
onderafdeling Lhok Sukon.
Daerah uleebalang Keureut o dapat dikat akan suat u federasi dari beberapa daerah.
Sepuluh dan daerah it u m erupakan daerah int i yang diperint ah langsung oleh Teuku Chi.
Delapan daerah disebut uleebalang lapan ( hulubalang delapan) , yang diperint ah
uleebalang secara t urun t em urun dengan kedudukan uleebalang cut . Biasanya daerah ini
adalah daerah yang baru dibuka dengan kom pleks t anam an-t anam an lada yang dibuka
at as anj uran dan bant uan keuangan dari Teuku Chi karena it u uleebalang cut selalu
t ergant ung kepada Teuku Chi. Em pat daerah disebut uleebalang peut , diperint ah oleh
Dewan Tuha Peut (H.C. Zent graff, 1982: 382) . Wewenang Tuha Peut yang paling nyat a di
m asa yang lalu ialah hal- hal yang berkait an dengan pengadilan, sehingga Teuku Chi t idak
dapat m em ut uskan suat u perkara t anpa adanya perset uj uan Tuha Peut .
Uleebalang pert am a yang m em erint ah Keuleebalangan Keureut o adalah Teuku
Keaj reua Peugam at dan yang t erakhir hingga I ndonesia m erdeka adalah Teuku Raj a Sabi.
Nam un ada seorang uleebalang yang t erkenal dari daerah ini yait u Cut Nyak Asiah. la
m enggant ikan suam inya yang bernam a Teuku Chik Muham m ad Ali set elah suam inya it u
m eninggal. Cut Nyak Asiah adalah seorang wanit a yang t angkas dan bij ak dalam berbicara
di m aj elis. Dalam t iap konsult asi dengan uleebalangcut nya, dia sendiri yang m em im pin
pert em uan t anpa dibant u oleh orang lain (Zainuddin, 1966: 85) .
Perkawinan ant ara Cut Nyak Asiah dengan Teuku Chik Muham m ad All m enghasilkan
dua orang anak, t et api keduanya t elah m eninggal sej ak kecil. Menurut adat seorang
uleebalang yang m eninggal harus digant ikan oleh ket urunannya. Karenanya kem udian Cut
Nyak Asiah m engam bil dua put era dari saudaranya T Ben Berghang yang bernam a Teuku
Syam sarif dan Teuku Cut Muham m ad sebagai anaknya.
Set elah Cut Nyak Asiah m eninggal Belanda yang t elah m enduduki Keuleebalangan
Keureut o m encoba m enerapkan polit ik adu dom ba. Belanda m engangkat Teuku Syam sarif,
yang t idak disenangi rakyat dan bersedia bekerj a sam a dengan Belanda, sebagai
uleebalang. Teuku Cut Muham m ad t idak m enerim a kerj a sam a it u. Kem udian, ia
m em im pin rakyat nya m enent ang Belanda dan berj uang di gunung- gunung bersam a rakyat
( Zakaria, dkk, 1993: 24) .
Pe r j u a n ga n Teu k u Ch ik Ta m an
Dalam peperangan dengan Belanda, Teuku Chik Muham m ad bergabung dengan
pasukan Teuku Ben Daud. Sebelum nya Teuku Chik Muham m ad berperang bersam a dengan
Sult an pada wakt u Sult an dan Panglim a Polem m enj adikan Pasee dan Aceh Ut ara sebagai
pusat pert ahanan. At as j asa- j asanya it u, akhirnya Teuku Cut Muham m ad diangkat sebagai
uleebalang Keuruet o dari sult an dengan sebuah surat pengangkat an yang m enggunakan
cap sikeureung (cap sem bilan) . Oleh karena it u, daerah keureut o t erdapat dua uleebalang,
yait u Teuku Syam sarif yang diangkat oleh Belanda sebagai uleebalang Baroh ( yang dikenal
dengan nam a Teuku Chik Di Baroh at au Teuku Chik Bent ara) dan Teuku Cut Muham m ad
yang diangkat oleh sult an sebagai uleebalang Tunong yang kem udian diberi gelar Teuku
Chik Tunong.
Teuku Chik Tunong adalah bukan orang yang gila pangkat dan kedudukan, bebas
dari pengaruh asing. la sam a sekali t idak m au t unduk kepada pengaruh asing yang
seringkali m enginj ak- inj ak kehorm at an nusa, bangsa, dan agam a sert a selalu m enganggap
m usuh kepada bangsa asing sepert i Belinda. Sifat ini dibawanya ket ika m enj adi
uleebalang, Teuku Chik Tunong bukan sekedar uleebalang yang t idak m au bekerj a sam a
dengan Belanda, t et api ia j uga seorang pem im pin m uslim in yang dit akut i lawan dan
dihorm at i kawan.
Set elah m enikah dengan Cut Nyak Meut ia, Teuku Chik Tunong lebik bersem angat
dalam m elakukan perjuangann m enent ang kekuasaan Belanda karena perj uangannya
didukung penuh oleh sang ist ri. Jadilah, m ereka pasangan serasi yang saling m em bahu
dalam perj uangan m elawan im prialis dan kolonialis Belanda. Mengenai perj uangan Teuku
Chik Tunong, Zent graaff (1982: 148) , pem ah m engom ent ari dengan kat a-kat a
"Sungguh sebuah kisah t ersendiri. Mendadak, bagaikan kilat , ia m elakukan
serangan- serangan, sebent ar di sini kem udian beralih di sana, dan m enghilang
j auh- j auh. Dia cukup arif m em aham i, agar t idak selalu m elakukan perlawanan- -
perlawanan yang t erat ur t erhadap pasukan Belanda".
Dalam m elakukan peperangan Teuku Chik Tunong m em punyai st rat egi yang j it u
dan m at ang. la bersam a- sam a dengan ist rinya, sebelum m encegat pat roli Belanda t erlebih
dahulu m enyebar m at a-m at a. Dengan dem ikian, m ereka dapat m em persiapkan
pasukannya yang sedang m elakukan operasi yang dianggap st rat egis. Cara ini dapat
m em berikan keunt ungan besar karena Belanda dicegat secara t iba-t iba sehingga Teuku
Chik Tunong dapat m eram pas senj at a- senj at a anggot a pasukan Belanda.
Beberapa kali m ereka berhasil m encegat pat roli Belanda. Pada t ahun 1902 pasukan
Teuku Chik Tunong m enyerang Det asem en I nfant ri di bawah kom andan Van St eij n Parve
yang berkekuat an 30 serdadu. Pada pert em puran it u, Belanda kehilangan 8 serdadu t ewas
dan luka sedangkan pada pihak pasukan Teuku Chik Tunong m enderit a 14 orang yang
t ewas ( Zent graff, 1982) . Dalam bulan Agust us ia m encat at kem bali penyerangan yang
berhasil t erhadap pasukan Belanda yang sedang m elakukan pat roli dari Sim pang Ulim
m enuj u ke Blang Ni. Teuku Chik Tunong dapat m enget ahui rut e yang dilewat i oleh pasukan
Belanda t ersebut dan kem udian m enghancurkannya dekat j alan set apak t idak j auh dari
Meunasah Jeuro. Kem enangan dem i kem enangan yang diperoleh selam a pert em puran
dengan Belanda m enam bah kekuat an m oral pasukan Teuku Chik Tunong unt uk t erus
bert em pur.
Salah sat u pukulan keras yang diberikan pasukan Teuku Chik Tunong kepada
Belanda t erj adi pada bulan Novem ber 1903. Ket ika it u, sebuah pasukan pat roli yang
dipim pin oleh Let nan Kok m enaiki dua buah perahu yang bert olak dari Krueng Sam poe Niet
m enuj u ke kam pung Mat ang Reyeuk. Pasukan ini akan m enghancurkan pasukan Teuku
Chik Tunong yang akan m engadakan kenduri besar. Nam un sebet ulnya kenduri it u t ipuan
belaka. Sesuai dengan rencana, pasukan Kok akhirnya dapat dihancurkan oleh pasukan
Teuku Chik Tunong.
Pukulan t elak ini m em bawa pengaruh yang cukup besar kepada t ent ara Belanda,
m ereka m erasa diperdayakan oleh orang Aceh. Tindakan Belanda yang dilakukan unt uk
m enghadapi perjuangan Teuku Chik Tunong adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan perundingan dengan Cut Nyak Asiah ( bekas uleebalang Keureut o sebelum
dibagi dua at au orang t ua Teuku Chik Tunong) . Melalui Cut Nyak Asiah, Van Heut z,
gubernur sipil dan m ilit er Aceh, m enyat akan bahwa Teuku Chik Tunong sebagai
uleebalang Keureut o di bagian Tunong dan hanya m engakui sat u- sat unya uleebalang
Keureut o di bawah kepem im pinan Teuku Syam sarif ( Teuku Chik Bent ara Keureut o) .
2. Mem perbesar pasukan dan m engirim perwira- perwira yang cakap dalam m enghadapi
perang gerilya unt uk m elakukan operasi besar- besaran di daerah Pase/ Keureut o.
Pasukan ini dipercayakan kepada Kapt en HNA Swart yang t erdiri dari dua bat alyon
infant ri dan enam brigade pasukan Marsose (Ahm ad, 1993: 44- 45) .
Menghadapi pasukan Belanda yang besar dan t erlat ih it u, pasukan Teuku Chik
Tunong yang dibant u Cut Nyak Meut ia t idak gent ar sedikit pun. Selain dari serangan-
serangan yang gem ilang. Sepert i it u m asih banyak lagi serangan-serangan kecil yang
dilakukannya t erhadap prasarana m ilik Belanda sepert i j alan keret a api, hubungan t elepon
dan sej enisnya.
Sem akin ganasnya serangan yang dilakukan oleh pasukan Teuku Chik Tunong
m enyebabkan Belanda gusar. Belanda m em balasnya dengan m em bunuh penduduk yang
t idak bersalah agar penduduk m em benci Teuku Chik Tunong. Nam un rupanya perhit ungan
ini m eleset , penduduk m alah m akin percaya kepada Teuku Chik Tunong.
Selain it u Belanda yang kehabisan akal unt uk m enghadapi pasukan Teuku Chik
Tunong ini, akhirnya pada bulan Sept em ber 1903 Swart selaku kom andan det asem en yang
berkedudukan di Lhokseum awe m em int a kepada Cut Nyak Asiah dan Teuku Syam sarif agar
m em buj uk Teuku Chik Tunong t urung gunung. Apabila t idak berhasil, Cut Nyak Asiah akan
dij at uhi hukum an pem buangan ( pengasingan) ke Subang. Pesan ini kem udian disam paikan
kepada Teuku Chik Tunong dan Cut Nyak Meut ia m elalui ut usan. Beberapa hari kem udian
Teuku Chik Tunong pun t urun m enj um pai Cut Nyak Asiah (Zainuddin, 1966: 89) .
Pada saat yang bersam aan pada pert engahan t ahun 1903 Sult an Muham m ad
Daudsyah bersam a dengan pengikut nya sepert i Panglim a Polem , Muham m ad Daud, dan
lain- lain t elah m enghent ikan perlawanan. Hal inilah m enj adi bahan pert im bangan Teuku
Chik Tunong dan ist rinya Cut Nyak Meut ia unt uk m enghent ikan perlawanan t erbuka.
Akhirnya pada t anggal 5 Okt ober 1903 ia dat ang m enyerahkan diri besert a pasukannya,
dengan dit andai berlangsungnya suat u pert em uan ant ara Cut Nyak Asih dan Teuku Chik
Tunong dengan HNA Swart , kom andan Det asem en Belanda di Lhokseum awe. Teuku Chik
Tunong dit erim a oleh Belanda dan diperlakukan dengan baik sert a dibenarkan m enet ap di
Kenegerian Keureut o. Walaupun dem ikian m ereka akan t et ap m elakukan perjuangan di
bawah t anah (Zainuddin, 1966: 89; Talsya, 1977: 10) .
Gu gu r n ya Te u ku Ch ik Tun on g
Walaupun Keureut o t am paknya am an set elah penyerahan diri Teuku Chik Tunong
dan ist rinya, nam un Belanda t et ap m engadakan pat roli unt uk m engej ar sisa- sisa pej uang
Aceh yang m asih t inggal. Dari sekian banyak pat roli yang m ereka lakukan t erdapat sebuah
pat roli yang m em bawa pet aka yang m enggem parkan Belanda dari Lhokseum awe dan
Kut araj a sam pai ke Bat avia. Malapet aka besar yang diderit a Belanda t ersebut t erj adi pada
26 Januari 1996.
Saat it u, sebuah pat roli yang dikom andoi oleh sersan Vollaers dengan 16 orang
anggot a pasukan m em bangun bivak di Meurande Paya. Pasukan it u rupa- rupanya t idak
bersikap hat i-hat i. Mereka m em biarkan saj a orang- orang Aceh yang berj ualan ayam dan
buah- buahan m asuk dalam pagar. Tiba-t iba ada seorang Aceh m em beri isyarat agar
m elakukan penyerangan. Sem ua anggot a pasukan Belanda t ewas, kecuali seorang yang
sem pat m elarikan diri (Zent graff, 1982: 120) .
Perist iwa ini am at m enyakit kan bagi Belanda. Guna m enebus kekalahan ini, Swart
m em erint ahkan m encari pelaku ut am anya. la m em erint ahkan Van Vuuren unt uk
m enyelidikinya. Dari hasil penelit iannya, dia m enem ukan bukt i yang cukup m enyakinkan
bahwa yang m elakukan penyerbuan it u adalah Uleebalang Buah bersam a- sam a Pet ua
Dullah. Van Vuuren berhasil j uga m enyingkap sebuah t abir rahasia yang selam a ini
t erselubung, yait u bahwa dalam penyerbuan it u sesungguhnya dim at angkan oleh Teuku
Chik Tunong dan disalurkan m elalui Keuj ereun Buah dan Peut ua Dulah (Zent graff, 1982:
121- 122) .
Terlepas benar at au t idaknya hasil penyelidikan it u, akhirnya Teuku Chik Tunong
dij at uhi hukum an m at i oleh pem erint ah kolonial Belanda, yang berart i ia m enj alani
hukum an gant ung. Nam un Van Daalen, yang wakt u it u m enj abat gubernur m ilit er, m erasa
t idak pant as bagi seorang pej uang yang dahulunya seorang pejuang yang gagah berani
kini akan m enj alani hukum an gant ung. Dia berhak m enerim a kem at ian yang t erhorm at ,
m aka kem udian Van Daalen m erubah vonis it u m enj adi hukum an t em bak m at i. Pada
t anggal 25 Maret 1905 pagi Teuku Chik Tunong dibawa ke t epi pant ai Lhokseum awe unt uk
m enghadapi regu t em bak. Gugurlah seorang pahlawan Aceh ( Zent graff, 1982: 122) .
Perj uangannya kem udian dit eruskan oleh ist rinya Cut Nyak Meut ia dan pengikut -
pengikut nya.

Anda mungkin juga menyukai