Anda di halaman 1dari 4

Nama : Thesalonika Br Panjaitan

NIM : 20210303023

Keadaan rakyat Aceh sebelum perang aceh


Di Semenanjung Malaya, Aceh sebagai akses utama lalu lintas perniagaan dan
kebudayaan memiliki posisi yang strategis membuat kerajaan aceh dikunjungi bangsa-bangsa
untuk melakukan kepentingan perdagangan, diplomasi, bahkan penyebaran agama khususnya
agama Islam. Hal tersebut memajukan aceh dalam berbagai aspek. Pada tahun 1575 armada
Portugis dihancurkan oleh angkatan laut Kerajaan Aceh yang digambarkan sebagai kabut
hitam yang menutupi Selat Malaka (Anwar, 2020). Kesultanan Aceh Darussalam (1516-
1700) menggantikan kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai di Serambi Mekah. Mengalami
masa kejayaanya dibawah pimpinan Sultan Iskandar Mudadari 1607 sampai 1636 Masehi,
dengan wilayah yang luas dan angkatan perang yang kuat.
Keadaan Rakyat Aceh saat Perang Aceh
Perang Aceh yang disebut juga “Perang Total” berlangsung selama 40 tahun. Disebut
Perang Total karena seluruh rakyat Aceh ikut berjuang mempertahankan Kesultanan Aceh
yang sudah berdiri ratusan tahun. Keterlibatan rakyat Aceh ini tentu dibawah pimpinan para
ulama. Perang Aceh ini juga dikenal dengan Perang Sabil karena rakyat Aceh yang beragama
Islam melawan para tentara Belanda yang non-muslim, dalam Islam sendiri dikenal dengan
Jihad dan banyak para pemimpin perlawanan Aceh berasal dari kalangan ulama (Munir,
2019) Kesultanan Aceh mengerahkan seluruh kekuatannya dalam menghadapi Belanda, baik
rakyat, sumber daya dan seluruh wilayah Aceh (Siahaan S et al 2021)
PERANG ACEH PERTAMA (1873-1874)
Belanda dalam agresi I mampu dipukul mundur oleh Angkatan Perang Aceh yang
gagah dan berani. Setelah bertempur selama 18 hari, sisa-sisa pasukan Belanda melarikan diri
ke kapal dan meninggalkan bangkai serdadu-serdadunya yang mati konyol. Namun, bangkai
panglima Belanda yaitu Mayor Jenderal J.H.R. Kohier pada tanggal 15 April 1873 masih
sempat dilarikan ke kapal (Hasjmy, 1977)
PERANG ACEH KEDUA (1874-1880)
Dengan semangat, pahlawan Aceh yaitu Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Panglima
Polim, dan Cut Nyak Dien memobilisasi rakyat Aceh menyerang Belanda dengan Perang
Gerilya. Rakyat Aceh yang penuh taktik dan semangat perang membuat belanda kewalahan.
Pada 1891 Christian Snouck Hurgronje yang merupakan ahli Bahasa Arab dan Islam yang
juga penasihat untuk urusan adat dari pemerintah colonial datang ke Aceh (Dame et al. 2014)
Ia datang untuk membantu pemerintah colonial Belanda. Sedang berduka atas gugurnya
Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar menyerah kepada Belanda sebagai taktik untuk
mengendurkan pertahanan lawan.
PERANG ACEH KETIGA (1881-1896)
Rakyat Aceh dibawah pimpinan Teuku Umar Bersama Panglima Polim dan Sultan
melaksanakan system perang gerilya hingga tahun 1903.

PERANG ACEH KEEMPAT (1986-1910)


Tanpa Teuku Umar, semangat rakyat Aceh tidak pernah padam. Dengan pimpinan
Cut Nyak Dien dibantuk pejuang Wanita bernama Pocut Baren, rakyat Aceh terus melakukan
perlawanan. Namun, gugurnya Teuku Umar di Meulaboh akibat serangan Van der Dussen
membuat rakyat Aceh mulai kehilangan semangatnya. Strategi divide et impera oleh Snouck
Hurgronje juga semakin memperlemah pasukan dan rakyat Aceh. Tahun 1905, Cut Nyak
Dien berhasil ditangkap dan kemudian wafat pada 1910 (García, 2013). Penangkapan dan
kematian Cut Nyak Dien menandakan berakhirnya Perang Aceh.

Keadaan Rakyat Aceh setelah Perang Aceh


Dengan semangat juang yang luntur, rakyat Aceh mundur dan menarik diri ke
pedalaman-pedalaman untuk menghindari Belanda. Namun Jendral Van Daalen diutus untuk
mengejar rakyat Aceh yang tidak memiliki kesiapan. Belanda pun menguasai Aceh dan
menciptakan perjanjian dimana kerajaan kecil yang terkait dalam perjanjian ini harus patuh
pada Belanda dan semua kondisi politik diatur pihak Belanda. Setiap kerajaan diharuskan
untuk membenarkan bahwa daerah kekuasaannya adalah bagian dari Belanda, sepakat untuk
tidak melakukan hubungan dengan pemerintahan asing, serta sepakat akan menaati segala
perintah yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda.
Namun menurut jurnal MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu
Sosial Volume 1 No. 2 hingga abad ke-20 Aceh belum berhasil ditaklukkan sepenuhnya
sehingga Belanda melaksanakan kebijakan “Atjeh-politiek”. Tindakan-tindakan yang
mengandalkan kekerasan dan kekuatan militer ditinggalkan demi upaya-upaya damai dan
kooperatif yang diharapkan akan menimbulkan simpati, meredam kebencian, dan
menyuburkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah colonial (Muhajir 2018). Melalui
Tindakan-tindakan damai dan kooperatif ini dapat dilihat keadaan rakyat Aceh setelah Perang
Aceh. Salah satu cara mereduksi sikap anti-Belanda yaitu memperbaiki keadaan ekonomi
Aceh, sebab perekonomian Aceh hancur setelah terjadinya perang Aceh. Kemudian,
dilakukan pembangunan Volkschool (sekolah desa) oleh pemeritah colonial, melihat kondisi
Pendidikan yang hanya didapatkan oleh sebagian kalangan. Selain itu, perbaikan kualitas
kesehatan rakyat oleh Kolonial Belanda menunjukkan kurangnya kualitas Kesehatan
masyarakat.

STRATEGI YANG DILAKUKAN KEDUA BELAH PIHAK


salah satu cara untuk mereduksi sikap anti-Belanda adalah
melalui perbaikan perekonomian yang hancur akibat perang, di antaranya:
penyediaan tanah untuk pengembangan pertanian rakyat; peningkatan usaha
pertanian rakyat seperti padi, lada, pinang dan kelapa; pembangunan irigasi;

penyuluhan pertanian modern, pengenalan bibit-bibit unggul; pendirian bank-


bank kecil yang menyediakan kredit lunak untuk modal usaha pertanian

rakyat; membuka pintu seluas-luasnya kepada pihak swasta di sektor industri


di Aceh Timur; serta penciptaan lapangan kerja yang luas bagi penduduk
(Ismail, 1991; Langhout, 1923).

Kesultanan Aceh mengerahkan seluruh kekuatannya dalam menghadapi Belanda, baik


rakyat, sumber daya dan seluruh wilayah Aceh

Strategi Kolonial Belanda Dalam menaklukkan Kerajaan Aceh Darussalam. Jurnal Adabiya
19(1) Oleh Anwar 2020

García, R. 2013. Heroisme Perlawanan Kolonial Dalam Film Cut Nyak Dhien. Journal of
Chemical Information and Modelling, 53 (9), 1689-1699.
Dame I, Junaidi, Sukirno. 2014. Pertentangan antara Christian Snouck hurgronje dan Johanes
Benedictus van Heutsz dalam penetapan kebijakan kolonialisme belanda di Aceh (1898-
1904) 1 (1), 32-45
Ahmad Muhajir. 2018. Langkah Politik Belanda di Aceh Timur : Memahami Sisi Lain
Sejarah Perang Aceh, 1873-1912. MUKADIMAH : Jurnal Pendidikan, Sejarah dan Ilmu-
ilmu Sosial, 1(2):160-171.
Hasjmy. 1977. Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun Melawan Agresi
Belanda.
Munir, M.M. 2019. Keterlibatan Snouck Hurgronje Dalam Menaklukan Aceh Tahun 1899-
1906 M
Sotardodo Siahaan, Afrizal Hendra, I Wayan Midhio. 2021. STRATEGI PERANG
SEMESTA DALAM PERANG ACEH (1873-1912). Jurnal inovasi Penelitian, 1(11):2537-
2548
Hj. Yunani Hasan. 2013. POLITIK CHRISTIAN SNOUCK HURGRONJE TERHADAP
PERJUANGAN RAKYAT ACEH. Criksetra : Jurnal Pendidikan & Kajian Sejarah, 3(4):48-
50

Anda mungkin juga menyukai