Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG

INTERNATIONAL CONVENTION FOR CONTROL AND MANAGEMENT


OF SHIPS BALLAST WATER AND SEDIMENTS DALAM RANGKA
MENDUKUNG KEAMANAN MARITIM INDONESIA
GOVERNMENT POLICY IMPLEMENTATION OF THE INTERNATIONAL
CONVENTION FOR CONTROL AND MANAGEMENT OF SHIPS BALLAST
WATER AND SEDIMENTS MARITIME SECURITY TO SUPPORT
INDONESIA

Malinda Yusuf1, Syaiful Anwar2 dan Christine Sri Marnani3


Universitas Pertahanan
(malindayusuf@yahoo.com)

Abstrak - Meningkatnya perdagangan global melalui jalur laut merupakan komoditas


utama yang sangat menguntungkan. Banyaknya transportasi laut yang tidak dilengkapi
dengan standar keamanan lingkungan yang tepat menyebabkan berbagai permasalahan
pada lingkungan. Ratifikasi Indonesia terhadap International Convention for Control and
Management of Ships Ballast Water and Sediments merupakan salah satu cara melindungi
lingkungan maritim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Implementasi tentang
International Convention for Control and Management of Ships Ballast Water and Sediments
yang sudah diratifikasi pada tanggal 24 November 2015. Teori yang digunakan penulis
untuk menganalisis menggunakan Implementasi Kebijakan yang dihubungkan dengan
keamanan maritim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, dokumentasi dan
observasi dengan teknik Snow ball. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi
telah dilaksanakan. Peraturan yang sangat muda menimbulkan kendala-kendala dalam
pelaksanaannya, seperti: sosialisasi yang tidak berjalan dengan baik, sumberdaya manusia
dan teknologi yang masih belum memadai, dan belum adanya pembuatan SOP (Standard
Operational Procedure). Belum adanya kepedulian terhadap lingkungan maritim
menyebabkan anggapan bahwa konvensi ini dianggap tidak terlalu penting karena belum
pernah terjadi secara langsung di Indonesia. Dengan adanya permasalahan di atas
pemerintah diharapkan dapat memperbaiki dengan membuat SOP dan melakukan riset-
riset ilmiah tentang keanekaragaman hayati maritim Indonesia.
Kata kunci : Implementasi, Ballast water, Keamanan Maritim, Maritim Indonesia

Abstract - The increasing number of global trade by sea is a major commodity which is highly
profitable. The number of sea transportation that are not equipped with proper safety and
environmental standards lead to various problems in the environment. Indonesia's
ratification of the International Convention for the Control and Management of Ships Ballast

1
Alumni Fakultas Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan
2
Dosen Fakultas Strategi Perang Semesta Universitas Pertahanan
3
Dosen Fakultas Strategi Perang Semesta Universitas Pertahanan

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 1
Water and Sediments is one of some ways to protect the maritime environment. This study
purposes to analyze the implementation of the International Convention for the Control and
Management of Ships Ballast Water and Sediments that has been ratified on 24 November
2015. The theory used by the writer to analyze was by using the Implementation Policy
associated with maritime safety. The method used in this research was descriptive
qualitative method. The data collection technique were by interviewing, documentating and
observating by using Snow ball technique. The results showed that implementation has been
implemented. An early regulations pose some obstacles in its implementation, such as
socialization that did not go well, the human resources and technology which are still
inadequate, and the absence of SOP (Standard Operating Procedure). The lack of concern of
the maritime environment causing the presumption that this convention is considered not
too important since it has never happened directly in Indonesia. With the existence of the
problems above, the government is expected to improve by making the SOP and performing
the scientific researches about Indonesian maritime biodiversity.
Keywords: Implementation, Ballast water, Maritime Security, Indonesian Maritime

1. Pendahuluan didasarkan pada kelompok-kelompok


Latar Belakang yang memiliki kepentingan berbeda di

M
eningkatnya globalisasi lapangan. Salah satu dampak yang
ekonomi dunia dalam membutuhkan perhatian kebijakan
beberapa dekade terakhir langsung pada basis global saat ini adalah
telah mendorong masyarakat dunia permasalahan tentang air ballast di laut.
menuju kearah perdagangan Transportasi maritim merupakan
internasional yang lebih kompetitif. bagian utama dari perdagangan
Perkembangan yang telah berlangsung internasional, khususnya dalam hal
saat ini telah membawa beberapa pengangkutan barang yang memiliki
peluang yang menguntungkan bagi berat berton-ton. Kapal laut merupakan
masyarakat dunia. Peluang keuntungan salah satu sarana yang tak dapat
dan resiko kerugian dari berbagai kondisi tergantikan untuk mentransfer barang.
memiliki keadaan yang seimbang. Namun, kapal laut yang beroperasi untuk
Perdagangan internasional yang sudah mentransfer barang diseluruh perairan
berlangsung lama, saat ini menimbulkan dunia ternyata tidak hanya mentransfer
kekhawatiran pada lingkungan sekitar. barang saja, tetapi terdapat juga berbagai
Perdebatan tentang masalah lingkungan organisme biologis termasuk hewan,
ini mencakup multidimensi yang tumbuhan dan bakteri yang beberapa

2 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


diantaranya memperburuk ekosistem telah menunjukkan bahwa ribuan spesies
perairan (Seebens., Et al. 2013). Transfer yang berbeda didapatkan dalam tangki
organisme yang terjadi sebagian besar ballast, yang secara signifikan
dikarenakan adanya proses dari air mengancam keanekaragaman hayati di
ballast. laut diseluruh dunia. Hal ini juga menjadi
Proses air ballast ini dilakukan oleh agenda penting dalam berbagai studi
kapal sebagai cara menstabilisasikan mengingat bahwa tingkat bio-invasi yang
kapal untuk mengganti muatan kargo terus meningkat. Hal ini tidak hanya
yang telah hilang. Proses ballast water mempengaruhi lingkungan laut tetapi
memperlihatkan adanya perputaran juga merugikan kesehatan manusia (de
siklus air yang terjadi di dari pelabuhan A Moura, et al., 2012).
menuju pelabuhan yang dituju. Proses air Menurut Bax (2003) invasi hewan
ballast tanpa treatment yang baik akan spesies asing diperairan akan lebih mudah
menyebabkan kerusakan pada ekosistem berpindah dari tepat satu menuju tempat
perairan sekitar. lain dengan adanya pertukaran sirkulasi
Masalah utama yang terjadi pada air yang terjadi pada air ballast atau
proses air ballast ini karena tidak sengaja menempel pada badan luar kapal. Invasi
mentransmisikan spesies dari daerah hewan spesies asing ini merupakan suatu
tertentu ke daerah lain. Organisme yang ancaman terhadap ekosistem di mana
terbawa, hidup dilokasi baru dan dapat hewan spesies asli akan mengurang/habis
bersifat invasif untuk spesies asli dilokasi karena populasi dari hewan spesies asing
tersebut. Perpindahan organisme spesies lebih banyak dan bersifat invasif terhadap
asing dan merusak sering disebut dengan hewan spesies asli. Beberapa contoh
sebutan Invasife Alien Spesies (IAS). IAS hewan invasif yang ikut terbawa dari air
merupakan fenomena munculnya ballast menurut data IMO (2016) adalah
organisme asing (berbeda) dari habitat Sejenis bakteri, larva ikan maupun larva
atau suatu ekosistem (Mooney, et al. udang, Kepiting, dan Alga.
2005). Munculnya spesies Invasi spesies Bakteri Cholera (Vibrio cholerae)
asing ini ancaman bagi organisme asli. yang di temukan dalam tanki ballast
Selain adanya perebutan makanan hal ini adalah salah satu fenomena terbesar
mengakibatkan kerusakan pada habitat yang terjadi pada saat itu dimana virus
dari daerah tujuan. Berbagai penelitian Vibrio cholerae menjadi endemik di

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 3
Amerika selatan, teluk Meksiko. Adanya 2015. Menurut Cresswell (2014) penelitian
perpindahan comb jelly (Mnemiopsis kualitatif adalah metode-metode untuk
leidyi) dari Amerika Utara yang mengeksplorasi dan memahami makna
menginvasi Laut hitam, memberikan yang oleh sejumlah individu atau
dampak besar. Mnemiopsis leidyi dapat sekelompok orang yang dianggap berasal
bereproduksi secara cepat karena dari masalah sosial atau kemanuasiaan.
memiliki perkembang biakan Proses penelitian kualitatif ini melibatkan
hermaprodit. Memakan banyak upaya-upaya penting seperti mengajukan
zooplakton di daerah Laut hitam yang pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-
dimana Mnemiopsis leidyi tidak memiliki prosedur, mengumpulkan data secara
predator di laut Hitam, Menyebabkan induktif mulai dari tema-tema yang
rusaknya jaring makanan dan fungsi khusus ke tema-tema umum, dan
ekosistem. Secara signifikan Invasi menafsirkan makna data.
spesies ini berkontribusi dalam hancurnya Sumber data untuk penelitian ini
perikanan dari laut hitam dan laut Asov diambil dari dua sumber, yaitu data
pada tahun 1990an. primer dan data sekunder. Data primer
adalah data dikumpulkan oleh peneliti
Tujuan Penelitian
langsung dari sumber pertama atau
Berdasarkan pertanyaan penelitian di
tempat objek penelitian dilakukan. Data
atas, penelitian ini dilakukan dengan
Primer berupa hasil wawancara dari
tujuan sebagai berikut :
informan yang terkait dengan isu
Menganalisis implementasi kebijakan
penandatangan Convention ballast water
International Convention Ballast Water
management and sediment. Data
Management and Sediment of ship pada
sekunder adalah data yang telah
kapal-kapal dengan rute pelayaran ke luar
dikumpulkan untuk maksud selain
negeri.
menyelesaikan masalah yang sedang
2. Metode Penelitian dihadapi. Data ini dapat ditemukan
Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang
penelitian kualitatif deskriptif berupa menjadi sumber data sekunder antara lain
studi perbandingan berdasarkan sumber
literatur, artikel, jurnal, serta situs di
data dari dokumen untuk menganalisis internet yang berkenaan dengan
Implementasi dari Perpres No. 132 tahun penelitian yang dilakukan (Sugiyono,

4 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


2009). Subjek penelitian dalam tesis ini dua kegiatan yang bersamaan, yaitu
adalah Direkorat Jenderal Perhubungan pengurangan data mekanis dan
Laut - Kementrian Perhubungan, Biro pengategorian analisis dari data ke
Klasifikasi Indonesia, Pemilik Kapal Kargo, dalam tema.
Pelindo II, Kementrian Luar negeri, c. Penyimpulan sementara
Kementrian kelautan dan perikanan, Kesimpulan sementara diambil
Polair, dan Asisten oprasi mabes AL. berdasarkan data yang sudah
Metode analisis data merupakan didapatkan dari segala sumber serta
tahap pengolahan data yang didapatkan hasil lapangan. Jika peneliti memiliki
dari kajian dokumentasi maupun dari pendapat atau penafsiran sendiri,
lapangan melalui subjek penelitian. maka hal tersebut ditulis pada bagian
Tahapan pengolahan data tersebut akhir kesimpulan sementara yang
adalah sebagai berikut: disebut observer comments.
a. Transkip data d. Pengamatan terus menerus
Tahapan ini adalah tahapan di mana Pengamatan terus menerus dilakukan
data hasil dari lapangan, baik untuk menemukan ciri-ciri relevan
wawancara, dan observasi, dengan persoalan atau isu yang
dipindahkan menjadi data tertulis. sedang diteliti. Hal ini dilakukan
Khusus untuk hasil wawancara dengan sebagai proses validasi dari apa yang
subjek penelitian akan dilakukan sudah didapat sebelumnya dari subjek
secara verbatim, yaitu dituliskan secara penelitian melalui proses wawancara.
apa adanya tanpa memasukkan atau e. Penyimpulan akhir
pikiran dari diri peneliti. Tahapan akhir dari metode analisis
b. Koding data ini melibatkan kemampuan
Pada tahapan ini seluruh data yang peneliti secara logika dan pemahaman
sudah dimasukkan dibaca ulang. terhadap data yang telah
Kemudian pada bagian-bagian tertentu diperolehnya. Kesimpulan akhir diambil
yang ditemukan hal-hal penting di oleh peneliti di saat peneliti sudah
dalamnya diberikan kata kunci. Kata merasakan mendapatkan semua yang
kunci tersebut lalu diberikan kode dibutuhkan dan diinginkannya, data
sehingga terbagi dalam suatu bagian sudah jenuh, atau setiap penambahan
yang sama. Pemberian kode adalah

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 5
data hanya menghasilkan Perkapalan dan Kepelautan akan
ketumpangtindihan data. melakukan lokakarya (workshop) yang
berkaitan dengan Konvensi BWM pada
3. Analisis dan Pembahasan
tahun 2017 di empat pelabuhan utama,
3.1. Komunikasi
yaitu: Belawan, Tanjung Priok, Tanjung
Keberhasilan implementasi sangat
Perak, dan Makassar. Sosialisasi
dipengaruhi oleh adanya pemahaman
pemberlakuan Konvensi BWM di
mendalam tentang suatu peraturan
Indonesia akan terus berlanjut sebagai
secara sinergi yang ditandai adanya
bagian dari program kerja rutin melalui
interaksi antar aktor, kapasitas pelaksana
berbagai kegiatan lintas sektoral,
di lapangan, strategi dalam sosialisai dan
pelatihan, dan asistensi dengan berbagai
kapasitas organisasi (Purwanto et.al,
pihak, khususnya IMO (Ditkapel,
2015). Penyampaian informasi yang
Perwakilan kementrian perhubungan,
dilakukan dengan cara komunikasi telah
wawancara 8 Februari 2017).
diajukan sebagai bagian dari pertanyaan
Selain sosialisasi dilakukan oleh
yang berkaitan dengan komunikasi.
pihak perhubungan pihak dari BKI pun
Berjalannya informasi dari pemegang
melakukan sosialisasi dengan
kebijakan belum berjalan kepada
menggunakan penyebaran Informasi
beberapa informan. Sosialisasi yang
Teknis kepada segenap customer, dan
dilakukan dalam pembagian sektor
juga sosial media resmi perusahaan, akan
pekerjaan dan sosialisasi terhadap para
aturan BWM dan implementasinya. Selain
pelaut masih kurang.
dari pada itu, BKI juga beberapa kali
Direktorat Jenderal Perhubungan
diminta oleh pihak perhubungan untuk
Laut sudah melakukan sosialisasi dalam
dapat mengisi materi terkait BWM dan
dua tahap, yaitu pra dan pasca ratifikasi
memberikan pengajaran bagi para
Konvensi BWM. Sosialisasi dilakukan
stakeholder industri maritim Indonesia
dalam berbagai bentuk kegiatan dengan
serta marine inspector.” (Aditya, Divisi
melibatkan kementerian dan lembaga
Statutory (Surveyor/Auditor), Wawancara
pemerintahan terkait, industri pelayaran,
13 Februari 2017).
industri penunjang pelayaran, perusahaan
Meskipun sudah dilakukan
pelayaran, dan International Maritime
sosialisasi oleh pihak yang berwenang
Organization (IMO). Direktorat
tapi masih saja ada pihak yang tidak tahu

6 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


bagaimana tentang peraturan mengenai regulator dalan hal ini kementrian
ballast water treatment ini. Hal ini dapat perhubungan yang hasilnya sebagai
disebabkan tidak ada cara mengikut berikut :
sertakan pelaku atau sasaran untuk
“Sosialisasi Konvensi BWM oleh
berperan aktif dalam proses regulator kepada pengguna
(operator) terdapat dalam rencana
implementasi. Hal ini sejalan dengan
kerja tahunan.”
pernyataan deLeon dalam Purwanto et.al Sedangkan saat peneliti
(2015). Implementasi akan berjalan menanyakan pada pihak lain yaitu pihak
dengan baik bila regulator, operato dan Aditya, Divisi Statutory
pelaku memiliki kerjasama yang baik (Surveyor/Auditor), Wawancara Februari
dalam komunikasi. Sehingga aspirasi dari 2017) hal tersebut dijawab berikut :
pelaku dapat ditampung dan di
“Hingga dengan saat ini, kami
formulasikan dengan baik. Dalam hal ini belum mendapatkan informasi
adanya pihak yang kurang intenst dalam tersebut”

menyampaikan sosalisai merupakan salah Hal ini membuktikan adanya


satu mengapa implementasi berjalan keterhambatan dalam pendistribusian,
lambat. karena tidak adanya pemetaan dalam
Berdasarkan hasil penelitian, proses sosialisasi. Selain itu tidak adanya
diketahui bahwa perjalanan dari informasi konsistensi dalam penyampaian sosialisasi
dari mengalami beberapa hambatan di dapat menjadi salah satu mengapa masih
mana informan/pelaksana kegiatan masih ada beberapa informan yang kurang
ada yang belum mendapatkan informasi, mengetahui tentang konvensi BWM yang
terutama instansi yang mememiliki sudah menjadi salah satu peraturan
kewenangan dalam melakukan nasional Indonesia. Konsistensi yang
penindakan dan para pelaut yang dimaksud adalah jangka waktu yang
dijadikan sasasaran pun masih dilakukan sosialisasi lebih berkala atau
mengetahui. Adanya data yang tidak tidak hanya di lakukan sekali. Bila
terpetakan dengan baik dapat menjadi informasi yang di berikan terlalu lama di
salah satu penyebab tidak berjalannya berikan para penerima informasi tersebut
informasi yang ada. Hal ini di buktikan kemungkinan akan lupa karena tidak
dengan peneliti menanayakan tentang adanya kegiatan rutin yang dilakukan.
pemetaan dari informasi mulai dari

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 7
Menurut Edward III faktor yang merupakan pertanyaan didalam pamduan
mempengaruhi berjalannya komunikasi wawancara yang diajukan, ialah sebagai
yang baik adalah konsistensi. Di mana berikut :
informasi yang disampaikan harus “Saya sebagai perwakilan dari
kementrian luar negeri siap dalam
konsisten dan jelas. Informasi yang tidak
memberikan sebagai kapasitas
konsisten mendorong para pelaksana dalam pembuatan
agreement.”(Firman Priambodo
menggambil tindakan yang berbeda/salah
Ketua Seksi Organisasi Kelautan
dalam penafsiran dan Internasional, Kemlu, Wawancara 13
Januari 2017).
mengimplementasikan kebijakan. Bukan
“Kami sebagai bagian dari regulator
tidak mungkin hal ini dapat berakibat siap dengan seiring dengan
berjalannya waktu.” (Ditkapel,
pada ketidakefektifan implementasi
perhubungan wawancara 8 Februari
kebijakan dan kemungkinan tidak dapat 2017)
“Kami siap mendukung dengan
digunakan untuk melakukan kegiatan
adanya peraturan yang lebih
sesuai dengan tujuan dari kebijakan melihat kearah lingkungan
maritim”. (Brigadir Swisspo,
(Winarno, 2014).
Wawancara 23 januari 2017)
3.2. Disposisi “Pasti mendukung untuk
melindungi lingkungan maritim dan
Disposisi atau sikap dari para negara kami berpatrisipasi. (Mayor
pelaksana merupakan salah satu faktor Laut Anro, Wawancara 1 maret 2017)

yang mendukung Impementasi berjalan Adanya sikap yang ingin mendukung dan

dengan baik. Disposisi ini merupakan menjalankan implementasi peraturan

watak atau sikap dan komitmen yang yang ada merupakan salah satu faktor di

harus dimiliki oleh para pelaku mana peraturan dapat dijalankan dengan

Implementasi (Tachjan, 2006). Menurut baik. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.

Edwards dalam Tachjan (2006).


3.3. Sumberdaya
“Implementors not only must know what
Ketersediaan jumlah tenaga kerja
to do and have the capability to do it, but
baik sebagai pihak regulator, maupun
they must also desire to carry out a policy”.
operator, bagian penegak hukum
Hal ini menunjukan bahwa kesiapan dan
maupun pengguna dari peraturan ini
komitmen dari para pelaku dalam
samapai saat ini belum memadai. Belum
mendukung terciptanya Implementasi
memadai bukan dari jumlah tapi dari
yang baik. Kesiapan dan pengawasan

8 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


kualitas. Sesuai dengan hasil wawancara pelaku di pelabuhan dan pihak
pengelola pelabuhan itu yang
yang di dapat :
menjadi kendala. Dari segi anggaran
“kami sebagai pihak pelabuhan teknologi dan sumber daya yang
sudah memenuhi dengan seluruh belum memadai.” (Firman
kriteria yang di inginkan dari Priambodo Ketua Seksi Organisasi
regulator. Karena kami hanya pihak Kelautan Internasional, Kemlu,
operator.” (Bunyamin, 6 februari Wawancara 13 Januari 2017)
2017)
“kalau kemarin itu sepertinya masih Penangkapan kapal yang
belum ada beberapa yang dilatih melakukan pelanggaran mengenai air
karena ini sistem baru dan yang
diawasi adalah sistem baru pasti ada ballast pastinya memerlukan alasan untuk
mekanisme pelatihan para pembuktiannya. Tidak adanya alat atau
officernya PSCO (Post State Control
Officer).” (Firman Priambodo Ketua teknologi dalam pembuktian akan
Seksi Organisasi Kelautan menjadikan kinerja para penegak hukum
Internasional, Kemlu, Wawancara 13
Januari 2017) kesulitan dalam menunjukan barang
bukti. Selain Tidak adanya teknologi
Selain sumber daya manusia yang
untuk melakukan tangkap tangan
menjadi hambatan, ternyata kurangnya
pemerintah juga harus memikirkan dari
fasilitas atau alat yang diguanakan pun
mana alat itu akan berasal apakah dari
sangat berpengaruh, seperti dalam
dalam atau dari luar negeri. Karena ini
pernyataan-pernyataan berikut.
akan berkaitan dengan keadaan ekonomi
“Kebanyakan kapal berbendera
Indonesia yang beroperasi pada dari pengguna.
saat ini belum dilengkapi dengan
“dalam prakteknya Indonesia
peralatan pengelola air ballast.
kemungkinan besar akan melakukan
Setiap kapal berbendera Indonesia
impor alat karena belum ada
yang akan melakukan instalasi
ketersediaan produsen dalam
peralatan pengelola air ballast harus
negeri (Aditya, Divisi Statutory
memperhatikan pedoman
(Surveyor/Auditor) Wawancara
(guidelines) yang terdapat dalam
Februari 2017).
Konvensi BWM dan mengajukan
“Kalo masalah teknologi dibilang
pengesahan (approval) kepada
mahal ya ga juga tapi karena ini
Direktorat Perkapalan dan
adalah suatu hal yang baru pasti ini
Kepelautan.” (Ditkapel, Wawancara
membebani para pelaku di
8 Februari 2017)
pelabuhan dan pihak pengelola
“Teknologi di pelabuhan untuk
pelabuhan itu yang menjadi
penampungan air ballast itu masih
kendala, dari segi anggaran
belum memadai. Kalo masalah
teknologi dan sumber daya yang
teknologi dibilang mahal ya ga juga
belum memadai. coba cek lagi
tapi karena ini adalah suatu hal yang
karena ini baru setahun mungkin
baru pasti ini membebani para
sudah ada pembaharuan untuk yang
Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 9
lainnya.”(Firman Priambodo Ketua pada saat itu 2009-2010 problemnya
Seksi Organisasi Kelautan exist tapi kita tidak boleh
Internasional, Kemlu, Wawancara 13 inform.”(Aditya, Divisi Statutory
Januari 2017) (Surveyor/Auditor) Wawancara
Februari 2017)
Menurut Goggin et. Al, 1990 dalam “Sekitar akhir Januari berdekatan
Purwanto et.al (2015) menyatakan bahwa dengan kita ratifikasi, terjadi yang
namanya banyak ikan-ikan mati di
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah Teluk Jakarta padahal dari
organisasi atau instansi yang diberikan peneliti LIPI menyatakan itu karena
ikan-ikan kekurangan oksigen akibat
kebijakan untuk melalukan implementasi endapan lumpur yang meninggi.
jumlahnya akan mempengaruhi kinerja Tapi kalau kita menghighlight lebih
lanjut bisahkan itu disebabkan oleh
dari suatu peraturan yang sedang invasif spesies akuatik yang sudah
berjalan. Hal ini terbukti dengan mulai menyebar di darerah tersebut.
Kita belum meneliti sampai situ.”
kurangnya sumberdaya dan teknologi (Aditya, Divisi Statutory
menyebabkan terhambatnya suatu (Surveyor/Auditor), Wawancara
Februari 2017)
kebijakan untuk Implementasikan.
3.4. Struktur Birokrasi
Perkembangan ilmu pengetahuan
Struktur birokrasi yang masih belum
yang tidak di ikuti dengan teknologi yang
jelas menyebabkan kesimpangsuran dari
tepat dan sumberdaya manusia yang
tugas pokok kerja yang harus dilakukan.
masih sedikit menyebabkan kurangnya
Selain kesimpangsiuran yang terjadi ada
informasi mengenai dampak dari
suatu kebingungan tentang posisi yang
pembuangan air ballast tanpa treatment
harus menempati pos sesuai dengan
ini. Meskipun sudah ada kejadian yang
kinerjanya. Selaras dengan pernyaraan-
menunjukan dari keberadaan dampak
pernyatan berikut :
yang jelas masih kurangnya perhatian
“Setau saya di KKP belum ada unit
pemerintah dalam menindak lanjuti
kerja yang secara spesifik ngurusi
penelitian tersebut menjadi suatu ballast water termasuk di pelabuhan
perikanan kita pengawas dan
kerugian tersendiri karena menjadikan
syahbandar hanya terkait surat izin
kekuran informasi yang sangat fatal. berlayar kemudian pengawas-
pengawas itu sebatas mengurusi
“Pada tahun 2010 ada satu dosen
masalah administratif, seperti
dari Brawijaya yang melakukan
pengurusan surat LO kapal layak
penelitian mengenai perikanan di
laut atau tidak” (KKP, Wawancara 13
Bali, dia menyatakan ada sebuah
januari 2107).
spesies yang sebenernya itu langka
untuk ditemukan di Indonesia hanya
ditemukan di Eropa. Sedangkan
10 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
Adanya dua instansi yang dengan membentuk organisasi yang
menunjukan satu tugas yang sama kolektif.
dengan dua pelaksana yang berbeda. Menurut Edwards, dalam Winarno
Otoritas atau lembaga yang (2014) birokrasi di bagi menjadi dua
berwenang dalam Port State Control
macam yaitu terbagi dalam Standard
di Indonesia adalah Direktorat
Kesatuan Penjagaan Laut dan Operating Procedures (SOP) dan
Pantai, Direktorat Jenderal
Fragmentasi.
Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan (Ditkapel,8 februari “SOP belum ada karena hal ini
2017). belum entry enter force disini,
Port State Control (PSC), adalah tunggu tanggal 8 september 2017.
otoritas yang berhak melakukan SOP masih dalam rancangan”
pengawasan terhadap pemenuhan (Ditkapel, Wawancara 8 Februari
standar keselamatan dan 2017).
pencegahan pencemaran Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
lingkungan bagi kapal yang akan
disimpulkan bahwa belum adanya
memasuki area PSC. Salah satu
pihak yang berperan sebagai PSC pemetaan organisasi yang jelas pada
adalah dari pihak kesyahbandaran
pelaksanaan konvensi ini karena ada
(Aditya, Divisi Statutory
(Surveyor/Auditor), Wawancara regulator dalam hal ini bagian kementrian
Februari 2017).
perhubungan belum menentukan SOP
Menurut Winarno (2014) Birokrasi dari peraturan tersebut. Tidak adanya
memiliki peran penting dalam SOP jelas menyebabkan kesimpangsiuran
pelaksanaan suatu kebijakan. Birokrasi dari peran yang akan diambil oleh para
secara sadar dan tidak sadar secara tidak instansi sebagai intrumen dalam
sadar membentuk organisasi untuk menegakan kebijakan tersebut.
kesepakatan kolektif dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang ada. Kondisi 3.5. Lingkungan Maritim

saat ini hanya ada satu lembaga yang Lingkungan maritim merupakan

mengetahui bagaimana struktur bagian yang sangat strategis. Keadaan

organisasi yang seharusnya dalam strategis dari berbagai kondisi ekonomi,

menjalankan peraturan yang ada (gambar politik maupun pertahanan dan

4.3). dalam hal ini dapat dikatakan salah keamanan negara. Adanya kesiapan dari

satu pihak telah melakukan pemetaan setiap instansi maupun pengguna kapal

konsep untuk pemecahan masalah menunjukan adanya sikap peduli


terhadap kelestarian lingkungan maritim.

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 11
Lingkungan maritim sangat penting untuk Rahman (2009) di mana lingkungan
dilindungi karena merupakan bagian maritim memiliki peran penting dalam
penting di mana kita dapat melakukan menjaga kestabilitasan suatu negara.
keberlanjutan dari kehidupan mahluk Dampak suatu kerusakan lingkungan pun
hidup (Bueger,2015). Menurut Dobson dapat menjadi suatu bencana
(1995) bahwa hubungan antara manusia transnasional, karena permasalahan
dengan alam secara luas menjelaskan lingkungan tidak hanya permasalahan
krisis lingkungan hidup yang sedang satu negara saja. Dampak lainnya yang
terjadi saat ini dan berbagai fase paling penting adanya mempengaruhi
hubungan ini perlu disusun ulang secara permasalahan ekonomi, politik dan
mendasar, untuk planet dan sebuah masa bagaimana hubungan diplomasi dengan
depan yang aman. Lingkungan maritim negara lain.
yang terjaga baik dari kerusakan “Di Brazil adanya tritip yang masuk
lewat pipa yang terhubung dari pipa
ekosistem maupun kerusakan
di darat kelaut. Di mana tritip itu
lingkungannya memiliki hubungan erat menutupi sistem perpipaan dan
harus mengeluakan jutaan dolar
dengan keamanan kondisi suatu negara.
untuk mengatasi masalah itu. Dari
“Pembahasan kemarin itu lebih Amerika ada namanya penyakit PSP
kearah perlindungan terhadap atau Paralytic Shellfish Poisioning,
lingkungan maritim, jadi lebih ke yang tadinya pada tahun 70-an
kolom airnya dan terumbu hanya ditemukan di lima titik saja,
karangnya juga.” (Firman kemudian sekarang ditemukan
Priambodo Ketua Seksi Organisasi dibeberapa tempat dibagian besar
Kelautan Internasional, Kemlu, wilayah di Amerika.” (Aditya, Divisi
Wawancara 13 Januari 2017) Statutory (Surveyor/Auditor),
“Meningkatkan perlindungan pada Wawancara Februari 2017)
lingkungan laut dan
keanekaragaman hayati melalui Menurut Thomas Hormer-Dixon
meminimalisir menuju kepada dalam Rahman (2009) bahwa kerusakan
eleminasi dampak buruk dan spesies
asing yang invasif” (Ditkapel, dari lingkungan berpengaruh pada
Wawancara 8 februari 2017). keamanan suatu negara dan rentan
Menurunya kualitas perairan akan menimbulkan konfik. Di mana dalam hal
menyebabkan berbagai banyak ini konflik tidak hanya dapat terjadi secara
permasalahan baik permasalahan regional saja tapi dapat meluas menjadi
kesehatan, ekonomi, maupun politik konflik transnasional. Pembuangan air
dalam hal ini sesuai dengan pendapat dari ballast tanpa treatment dapat

12 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


memberikan dampak kerusakan yang dan sedimen dari air kapal, pada dasarnya
besar bagi lingkungan sekitar. Adanya sudah berjalan dengan adanya progress
beberapa dampak dan studi kejadian sebesar 30% sesuai dengan laporan MEPC
yang terjadi kemungkinan suatu saat 70 dan sudah adanya berbagai cara yang
nanti air ballast yang dikeluarkan tanpa dilakukan oleh para regulator sebagai
treatment dapat menjadi senjata biologis cara sosialisasi dari pelaksanaan konvensi
untuk menghancurkan lingkungan yang diratifikasi pada tanggal 24
maritim. November 2015. Belum adanya
Buku putih pertahanan Indonesia penentuan ukuran alat (G8) yang
tahun 2015 disebutkan bahwa ancaman disepakati oleh seluruh anggota IMO
dibagi menjadi tiga ancaman militer, non yang ikut meratifikasi menjadikan
militer dan hibrida. Dampak dari penerapan dari konvensi ini masih belum
pembuangan air ballast tanpa treatment berjalan sempurna. Kesiapan secara
dapat disebut dengan bencana alam, di sumberdaya manusia tidak dibarengi
mana bila merujuk buku putih pertahanan dengan teknologi yang ada menyebabkan
Indonesia 2015 hal tersebut tergolong terhambatnya distribusi alat yang akan
pada ancaman non militer. digunakan. Instalasi dan pemebelian alat
“Ini sangat berbahaya kalau tidak di secara Impor menjadi kendala tersendiri
tindak dengan cepat baik dalam
bagi para pengguna kapal.
pencegahannya maupun
penindakannya. Ini bisa jadi senjata Menurut Winaro (2014)
biologis dari negara lain dengan
Implementasi suatu kebijakan tidak dapat
merusak lingkungan maritim tanpa
kita sadari” (Kol. laut Robert, berdiri sendiri, harus ada variable-variabel
Wawancara 1 Maret 2017).
yang mendukung baik dari para pelaksana
“Invasif alien spesies ini menjadi
bencana nasional ketika suatu jenis maupun para pengguna. Pada penelitian
ikan masuk ke wilayah mereka,
ini variable yang digunakan adalah,
berkembang biak merusak
ekosistem di wilayah mereka. komunikasi, disposisi, sumberdaya,
Sebetulnya tidak menutup
struktur birokrasi dan lingkungan maritim.
kemungkinan menjadi perang baru
diantara negara. Itu bisa menjadi Pada pelaksanaannya seluruh variable
senjata buat kita. (KKP, Wawancara
dapat memberikan feed back pada
13 januari 2017).
variable yang lainnya dan akan
Konvensi internasional untuk
mempengaruhi dari berjalannya suatu
pengendalian dan managemen air ballast
peraturan yang di implementasikan

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 13
(Purwanto, et.a, 2015). Sesuai dengan Tidak adanya SOP dalam struktur
pernyataan tersebut dapat digambarkan birokrasi merupakan salah satu penyebab
sebagai berikut (gambar 4.6). sosialisai tidak berjalan dengan baik
karena tidak tahuan posisi dari pelaksana
Komunikasi
kebijakan tersebut. Sumberdaya manusia
yang tidak dibarengi dengan teknologi
Struktur
Disposisi
Birokrasi
yang sesuai menjadi kendala tersendiri
Implementasi yang dapat berdampak pada
permasalahan sosial dan ekonomi.
Lingkungan
Sumberdaya
Maritim
Kurang perhatiannya dari para pemangku
kebijakan tentang isu lingkungan

Gambar 1. struktur variable dalam menyebabkan implementasi berjalan

Implementasi lambat. Data-data lingkungan laut yang

Berdasarkan gambar untuk tidak dimiliki pemerintah menjadi salah

mencapai Implementasi yang baik seluruh satu menghamatnya implementasi.

variable harus saling terpenuhi dan dapat Impementasi konvensi BWM ini masih

berjalan bersama-sama. Pada penelitian belum sempurna karena kekurang

ini didapatkan bahwa koordinasian pada para pemangku

pengimplementasian belum berjalan kebijakan.

secara sempurna selain masih dininya Faktor lain yang menjadi

peraturan ini. Progress dari berbagai kekurangan dari peraturan International

pihak yang masih lambat menyebabkan Convention for Control and Management

pengimplementasian belum sempurna. of Ships Ballast Water and Sediment ini

Variable komunikasi yang paling penting adalah dari faktor hukum. Peraturan yang

dalam seluruh variable pun belum masih berbentuk Peraturan Presiden dan

berjalan dengan sempurna sehingga belum menjadi Undang-undang adalah

seluruh kinerja dari struktur variabel salah satu kelemahan dari peraturan

tersebut terhambat. Dalam hal ini pihak tersebut. Berdasarkan Wawancara

regulator dan para pemangku kebijakan dengan Mayor Laut (P) Anro Cassanova

lainnya dapat melakukan koordinasi yang Pabanda Bintik OMP Ban V Sopsal

lebih terpetakan. (Wawancara 1 Maret 2017) yang


memberikan saran kepada pemerintah

14 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


agar peraturan konvensi BWM ini sudah berjalan secara sempurna. Sosialisasi yang
dibentuk Undang-undangnya sehingga belum menyeluruh menyebabkan adanya
dalam penegakkan hukumnya akan lebih ketidaktahuan bagi beberapa instansi dan
mudah karena sudah berisi sanksi yang pengguna kapal, mengenai peran dalam
jelas. Hal ini sesuai dengan Undang- pelaksanan konvensi ini. Adapun
undang Nomor 12 tahun 2011 yang sumberdaya manusia yang tidak dibarengi
mengatur tentang Pembentukan dengan sumberdaya teknologi yang
Peraturan Perundang-Undangan yang memadai menjadi salah satu faktor
menyatakan dalam pasal 10 dan pasal 13. penghambat berjalannya peraturan ini.
Dimana dijelaskan dalam pasal 10 Undang- Belum dibuatnya SOP yang menyebabkan
undang memiliki kewenangan dalam struktur birokrasi tidak berjalan dengan
penegakan hukum sedangkan Perpres baik sehingga terjadi kesimpangsiuran
yang dibahas dalam pasal 13 tidak peran dalam pelaksanaan peraturan.
memiliki wewenang tersebut. Kurang perhatiannya para pemangku
kebijakan pada kondisi lingkungan
4. Kesimpulan dan Saran
maritim salah satu terlambatnya proses
Kesimpulan
implementasi ini. Kurangnya data tentang
Implementasi International
perairan mengenai organisme dan lain-
Convention for Control and Management
lain menjadi salah satu sikap kurang
of Ships Ballast Water and Sediments
memperhatikan permasalahan
sudah berjalan. Masih banyaknya kendala
lingkungan. Pentingnya peraturan ini
yang dihadapi baik dari dalam maupun
dijadikan menjadi Undang-undang
luar negeri menyebabkan Implementasi
menjadi salah satu faktor para penegak
berjalan belum sempurna. Kendala utama
hukum dapat menegakan peraturan
yang dihadapi pemerintah untuk
dengan dasar hukum yang lebih kuat.
melakukan instalasi alat adalah belum
adanya kesepakatan antara IMO dan Saran
negara-negara yang melakukan ratifikasi Saran Teoritis
mengenai ukuran dari size Treatment itu Saran untuk penelitian selanjutnya,
sendiri. Variable implementasi yang Penelitian ini difokuskan pada tahun 2015-
belum terpenuhi menjadi faktor utama 2016 dan merupakan peraturan yang
mengapa peraturan ini masih belum masih awal. Penelitian selanjutnya dapat

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 15
melihat dari sisi teknologi atau sisi sehingga penegakan hukum yang
pertahanan negara dalam menghadapi berlangsung akan lebih efektif .
dampak dari air ballast ini.
Daftar Pustaka
Saran Praktis
Bax, N., Williamson A., Aguerob M.,
1. Kepada para perumus kebijakan agar Exequiel G. Dan Warren G. 2003.
lebih mempersiapkan lebih matang Marine invasife alien species : a
threat to global biodiversity. Marine
sebelum melakukan ratifikasi suatu Policy. 27 : 313–32
peraturan dengan melakukan riset- Buku Putih Pertahanan Indonesia. 2015.
Kementrian Pertahanan : Jakarta
riset terlebih dahulu sehingga
Creswell, Jhon W. 2014. Reaserch Design
pelaksaan akan berjalan dengan baik
pendekatan kualitatif, kuantitatif,
dan sesuai dengan kemampuan dan mixed. Pustaka pelajar :
Yogyakarta
2. Kepada Kementrian perhubungan
de Moura. F.J., Moraes., E. R., Laine, R.,
agar dibuatkan SOP yang sesuai de Souza., Siciliano, S., Dalia dos
sehingga distribusi birokrasinya Prazeres Rodrigues. 2012. Marine
Environment and Public Health.
sehingga sosialisasi akan berjalan Biodiversity Conservation and
lancar dan pengawasan pun akan Utilization in a Diverse World. 11
:263-284.
lebih terlihat.
Mooney, H,A. Ricard, N. M. Jeffery, A. M.
3. Kepada Pemerintah agar dibuatkan Laurie, E. N. Peter, J.S. Jeffrey, K.W.
peraturan Perundang-undangan yang 2005. Invasive Alien species a new
synthesis. Scientific committe on
kuat dan rasional agar penegakan Problems of the Environment
hukum yang akan dilaksanakan (SCOPE) : Wasington DC

memiliki dasar hukum yang lebih kuat. Purwanto, E.A. Dyah, R.S. 2015.
Implementasi kebijakan Publik
4. Adanya riset-riset tentang pendataan Konsep dan Aplikasinya di
dari jenis organisme yang ada di Indonesia.Gava Media : Yogjakarta
Rahman, Chris. 2009. Concepts of
Indonesia lebih mendasar sehingga di
Maritime Security: A Strategic
dapat melihat dari keadaan sebelum Perspective on Alternative Visions
for Good Order and Security at Sea,
dan sesudah dari adanya ratifikasi
with Policy Implications for New
peraturan konvensi BWM ini. Zealand. Centre for Strategic
Studies: New Zealand. No. 07/09
5. Adanya sharing information antar
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
lembaga/instansi penegak hukum
Kuantitatif Kuaslitatif dan R&D.
tentang peraturan konvensi BWM ini Bandung : Alfabeta

16 | Jurnal Prodi Keamanan Maritim | April 2017 | Volume 3 Nomor 1


Seebens, H., Gastner, M. T., Blasius, B.
2013. The risk of marine bioinvesion
caused by global shippiing. Ecology
letters.
Tachjan, H. 2006. Implementasi Kebijakan
Publik. Bandung : AIPI Bandung -
Puslit KP2W Lemlit Unpad
Winarno, B. 2014. Kebijakan publik teori,
proses, dan studi kasus. Yogyakarta:
CAPS (Center Akademic Public
Serving).

Implementasi Kebijakan Pemerintah … | Malinda Yusuf, Syaiful Anwar dan Christine Marnani | 17

Anda mungkin juga menyukai