Anda di halaman 1dari 3

Nama: Salsabila Hana Zyria Tanjung

NPM : 230210200053

PROFESSOR DISCOVERY TO PROTECT OUR OCEAN (PADOC)


WEBINAR SERIES RESUME

Pemateri 1:
Andreas Anderson, PH.D
Materi :
OA-ME project: Can We Seaweed Farming Mitigate Ocean Acidification on Coral Reef?

Pengasaman laut atau asidifikasi merupakan salah satu faktor yang dapat memperlambat laju
pertumbuhan terumbu karang dengan penghambatan produksi kalsium karbonat. Dalam
memahami efek dari asidifikasi terhadap terumbu karang, diperlukan pemahaman serta data
mengenai kondisi terkini perairan dan pendorong variabilitas. Didapatkan bahwa makroalga
(rumput laut) dapat membantu melindungi beberapa karang dari pemutihan (coral bleaching).
Populasi makroalga pada suatu perairan dapat membantu dalam mengurangi sinar matahari
langsung dan memberikan perlindungan bagi karang. Selain itu, saat makroalga tumbuh, ia akan
menangkap karbon dari air dan menghasilkan oksigen sehingga peranan makroalga terealisasikan
dalam meredakan pengasaman (asidifikasi). Jika pengikatan karbon yang digerakkan oleh rumput
laut yang didorong oleh aliran masuk, nutrisi akan melebihi jumlah karbon yang dibawa dari air
dalam. Dengan adanya budidaya rumput lau (farming seaweed), ini dapat menguntungkan dari
unsur kimia air laut dan memengaruhi terumbu karang. Di Jepang sendiri, terdapat budi daya
makroalga dan terumbu karang yang ditempatkan berdekatan karena berasumsi bahwa terdapat
keuntungan, terutama dari unsur kimia laut yang berpengaruh pada terumbu karang. Dengan
pertumbuhan terumbu karang yang baik, dapat berdampak baik pada pertambahan jumlah karang,
adanya habitat yang sehat, ketahanan terhadap karang dan terumbu, serta bertambahnya pasokan
karang. Dengan pertumbuhan terumbu karang yang baik, tentunya akan berdampak baik juga pada
manusia, seperti pada aktivitas pariwisata, pendapatan finansial yang berkembang, dan penciptaan
lapangan kerja. Tidak hanya itu, tetapi juga makroalga dapat berdampak yang sama dan juga dapat
meningkatkan nutrisi untuk kesehatan manusia dan berpengaruh pada blue carbon. Pendeketan
penelitian dilakukan dengan memperhatikan sensor fisik dan biogeokimia di habitat yang relavan,
penyebaran drifter dengan pengukuran tingkat metabolisme, survei skala terumbu yang
memungkinkan penilaian ekosistem dan potensi klasifikasi larutan, serta algoritma atau model
numerik yang memungkinkan prediksi dari pengasaman laut yang relavan secara ekologis.
Pemateri 2:
Buntora Pasaribu, PH.D
Materi :
Oil Bodies Biogenesis in Marine Plants

Seperti yang diketahui bahwa lipid berfungsi sebagai sumber energi, tempat penyimpanan energi,
mengatur dan melindungi. Lipid terdiri dari struktur hidrofilik yang memiliki kutub kepala yang
tertarik pada air dan hidrofobik yang non polar tidak larut di air. Lipid di simpan sebagai badan
minyak yang di simpan di dalam sel, sebagai tubuh minyak. Tubuh minyak merupakan organel
dengan bagian utama triasigliserol yang dikelilingi oleh monolayer yang tertanam dengan
beberapa protein. Kemudian, terdapat OBS dengan diameter antar 0.5-2.5m yang stabil sebagai
akibat dari hidran sterik dan tolakan elektronegatif yang di sediakan oleh PL dan protein di
permukaann. Oil Body ini dapat ditemukan pada tanaman, seperti pada biji, serbuk sari, spora pakis
dan ganggang. Protein pada Oil body biasanya berwujud Oleosin, Caleosin, dan Sterolosin.
Struktur olesin sendiri memiliki domain hidrofobik sekitar 70 residu, sedangkan struktur caleosin
terdiri dari simpul prolin, domain terminal, domain teminal-c. Protein oleisin ini hampir banyak
ditemukan di tanaman air yang hibernasi. Terdapat perbedaan pada oil body dari tanaman darat,
tanaman laut berada pada protein yang terkandung di dalamnya caleosin, oleosin dan sterolisin.
Oil body dari tanaman laut tidak stabil di bandingkan dengan tanaman lainnya.

Pemateri 3:
Noir P. Purba, M. Sc Assoc. Prof. Dept of Marine Padjadjaran University- Ph.D Candidate of
Malaysia Tringganu University.
Materi :
Leveranging Marine Technology for Ocean Conservation: Indonesia as Archipelagic Country

Indonesia sendiri memiliki sekitar 17500 pulau dengan 81000 km garis pantai dengan peranan
sebagai rumah dari 24% spesies ikan dunia dan 50% spesies karang. Namun, semua ini teranmcan
karena adanya dampal dari aktivitas manusia sebanyak 40% memengaruhi permukaan laut dan
adanya pengaruh alam, diantaranya perubahan iklim, sampah laut, tumpahan minyak, dan
rusaknya ekosistem karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Faktanya, Indonesia
menduduki peringkat ke-137 dilihat dari indeks kesehatan lautnya dari hasil pengukuran berskala
global hingga lokal. Dengan permasalahan ini, marine scientist memiliki peranan untuk
mengembangkan teknologi. Seperti yang diketahui, Artificial Intelligent (AI) dapat digunakan dan
dikembangkan untuk mengidentifikasi trend jangka pendek dan jangka panjang pada
keanekaragaman hayati, polusi, pola cuaca, dan evolusi ekosistem, serta dapat membantu dalam
merencanakan tindakan mitigasi. Salah satu inovasi yang diciptakan adalah glider. Alat ini
berguna untuk mengambil data parameter laut, seperti suhu, salinitas, DO, dan lainnya pada
wilayah yang sulit dicapai manusia dan lebih mudah serta praktis dalam pengambilan data. Glider
ini dapat terhubung dengan komputer sehingga dapat dilakukan pemantauan jarak jauh. Selain itu
juga terdapat RHEA yang dapat digunakan untuk mengukur parameter perairan dan mengetahui
adanya kecelakaan kapal, tumpahan minyak, serta sampah laut. Data yang dikumpulkan akan
dikirimkan dengan sinyal satelit, GSM, dan disimpan dalam memori.

Anda mungkin juga menyukai