Pendahuluan
Caterpillar Electronic Engine merupakan langkah maju pengembangan mechanical fuel
system dan terbukti ketangguhan dan kemampuannya. Caterpillar electronic engine
menggunakan injector diatas masing-masing silinder untuk menginjeksikan bahan bakar dan
electronic control module (ECM) untuk mengontrol seberapa banyak bahan bakar yang akan
diinjeksikan (fuel delivery) dan kapan bahan bakar harus diinjeksikan (injection timing).
Caterpillar Electronic Engine terdiri dadi dua tipe yaitu:
1. Mechanically Actuated Unit Injector ( EUI)
2. Hydraulically Actuated Electronic Unit Injector (HEUI)
Gambar 1
ECM mengontrol jumlah fuel yang diinjeksikan tergantung pada signal yang dikirim ke
electronic unit injector. Electronic unit injector akan menginjeksikan fuel hanya jika
electronic unit injector solenoid di beri arus . ECM yang mengirim tegangan sebesar 70 -
105 VDC ke solenoid injector tergantung pada masing-masing tipe engine.
Gambar 2
Model engine caterpillar yang menggunakan system Mechanical Actuated Unit Injector
adalah :
1. 3176
2. 3196
3. C10
4. C12
5. 3406E
6. 3456
7. C15
8. C16
9. 3500B
10. C175
Model Engine Caterpillar terbaru menggunakan huruf C pada bagian depan modelnya seperti
C10,C12,C15 dll. C10 merupakan pengganti 3176, C12 pengganti 3196, C15&C16 pengganti
3406E dan C175 pengganti 3508B.
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 2
4. Cartridge Valve
Cartridge valve merupakan komponen yang mengatur saat dan jumlah bahan bakar
diinjeksikan.
Komponen cartridge valve adalah :
a. Solenoid
Solenoid merupakan komponen yang terdiri dari kumparan kabel listrik dimana saat
dialiri arus yang berasal dari ECM, akan timbul gaya magnet.
b. Armature
Armature merupakan mekanisme perantara yang akan tertarik kearah atas saat timbul
kemagnetan pada solenoid. Seperti terlihat pada gambar diatas secara mekanis
armature terhubung ke poppet valve.
c. Poppet Spring
Poppet spring terhubung ke poppet valve yang akan mengembalikan poppet valve
keposisi semula saat arus yang diberikan ke solenoid dihilangkan.
d. Poppet Valve
Poppet valve merupakan komponen yang membuka dan menutup saluran masuk
bahan bakar kedalam barrel .
Konsep Dasar EUI & HEUI Engine System -6 -
EUI & HEUI Engine System Course
Gambar 3
5. Nozzle Assembly
Komponen nozzle assembly adalah :
1. Nozzle Spring
2. Nozzle Check
3. Nozzle Tip
Nozzle merupakan bagian yang akan mengatur tekanan dan pola penginjeksian bahan
bakar. Nozzle assembly terdiri dari nozzle check yang selalu tertekan oleh nozzle spring,
jarum ini akan mulai mengangkat dan membuka saluran penginjeksian pada nozzle tip
jika tekanan sudah mencapai 5000 Psi.
Gambar 4
Tahapan Penginjeksian
1. Pre-injection
2. Injection
3. Fill
4. Spill
Pada saat rocker arm tidak menekan injector, tappet spring menjaga injector plunger
memanjang. Fuel yang bertekanan sekitar 60 psi dapat mengalir ke injector melalui fill/spill
port, melewati solenoid valve, menuju plunger cavity.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa system EUI tergantung pada gerakan mekanis, pada
saat cam berputar dan menekan rocker arm, Rocker arm menekan tappet dan plunger
kebawah. Ketika injector poppet valve terbuka, tekanan tidak akan timbul didalam barrel
sehingga solar kembali lagi ke fill/spill port.
Meskipun EUI system merupakan fuel system yang sangat bagus, masih terdapat
keterbatasan yaitu injection pressure sangat tergantung pada kecepatan komponen mekanikal
atau dapat juga dikatakan injection pressure sangat tergantung pada kecepatan engine.
Gambar 5
injection pressure. Injection pressure pada system ini dapat mencapai 23,500 psi. System ini
menggunakan saluran bahan bakar satu jalur , sehingga pipa bahan bakar bertekanan tinggi
seperti yang umum dijumpai pada engine mekanikal tidak dipergunakan.
System HEUI dipergunakan pada beberapa model engine Caterpillar yaitu 3408,3412,3126
C7, C9, C30 dan C32 . Engine 3408 & 3412 memiliki rancangan injektor dan pompa yang
sama, sementara pada engine 3126B dan C9, terdapat perbedaan pada rancangan pompa dan
injectornya.
Gambar 6
Gambar 7
IAP Control Valve dan pompa pada engine 3408/3412, C9 dan 3126 memiliki prinsip dasar
yang sama yaitu oil yang akan menekan plunger injector dipompakan oleh pompa HEUI
dan pengaturan tekanan oil pada system HEUI dilakukan oleh IAP control valve. Perbedaan
dari masing-masing pompa dan IAP control valve hanya dari segi rancangan.
Pompa HEUI engine 3408/3412 merupakan jenis variable displacement piston pump yang
diatur sudut swashplate oleh IAP control valve dan ECM sehingga diperoleh tekanan oil yang
bervariasi untuk menghasilkan proses pembakaran yang sempurna didalam silinder.
Pompa HEUI engine C9 merupakan jenis fix displacement piston pump yang dilengkapi
dengan sebuah mekanisme sleeve yang diatur oleh IAP control valve dan ECM untuk
memperoleh tekanan oil yang bervariasi untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna.
Pompa HEUI engine 3126 merupakan jenis fix displacement pump. Pengaturan tekanan oil
dilakukan dengan prinsip membuang aliran oil ke saluran drain melalui besarnya pembukaan
saluran drain oleh mekanisme IAP control valve.
Konsep Dasar EUI & HEUI Engine System -12 -
EUI & HEUI Engine System Course
Setiap jenis engine memiliki IAP control valve menggunakan sebuah proporsional solenoid
yang diberi arus oleh engine ECM. Pada saat besarnya arus menuju proporsional solenoid
dikurangi maka tekanan oil pada HEUI system turun dan begitu sebaliknya.
Gambar 8
Perbedaan utama antara EUI dan HEUI adalah HEUI pump, IAP sensor, injection actuation
pressure (IAP) Control Valve dan injector digerakkan secara hydraulic. IAP control valve
berada pada HEUI pump yang berfungsi mengatur tekanan oil untuk menuju injector. IAP
sensor berada pada saluran high pressure oil dan memonitor tekanan aktual oil yang
dihasilkan IAP control valve, kemudian mengirim data tersebut menuju ECM. Data tekanan
oil aktual tersebut diolah oleh ECM dengan membandingkannya dengan desire injection
actuation pressure ( pressure yang diinginkan oleh ECM ). Berdasarkan data tersebut
pengaturan tekanan terjadi berdasarkan besarnya arus listrik yang dikirimkan oleh ECM
menuju solenoid IAP control valve.
Dapat disimpulkan bahwa ECM mengendalikan injection actuation pressure melalui signal
IAP control valve tergantung pada input signal dari sensor.
Gambar 9
Injector setiap model engine HEUI memiliki rancangan yang berbeda namun prinsip kerjanya
tetap sama. Proses penginjeksian bahan bakar pada HEUI engine terdiri dari lima tahapan,
yaitu :
1. Pre injection
2. Pilot injection
3. Delay
4. Main Injection
5. End of injection
Pilot injection adalah penyemprotan awal sejumlah kecil bahan bakar yang diselingi oleh
tenggang waktu tertentu (Delay) sebelum penginjeksian utama (main injection) dilaksanakan.
Pilot injection dimaksudkan untuk memberikan pembakaran awal supaya pada saat terjadi
main injection, bahan bakar terbakar dengan cepat dan sempurna.
Gambar 10
Gambar 11
Pressure Sensor
Pressure sensor berfungsi mengukur perubahan tekanan pada system dan mengirim sinyal
DC yang variable ke ECM. Pressure sensor bekerja dengan adanya tiga kabel, yaitu :
1. Tegangan suplay (supply voltage).
Kabel tegangan suplay berasal dari ECM yang menyediakan tegangan listrik supaya
sensor dapat beroperasi. Besarnya tegangan DC yang mengalir dari ECM ke sensor
dikontrol secara teliti sebesar 5 0.5 Volt.
2. Ground
Kabel ground berasal dari ECM yang menyediakan acuan (reference) 0 volt
3. Tegangan sinyal (signal voltage)
Tegangan signal merupakan kabel yang berasal dari sensor ke ECM yang mengirim
tegangan DC yang bervariasi tergantung perubahan tekanan dari system yang dimonitor,
Normalnya tegangan signal yang diberikan oleh sensor ke Ecm berkisar antara 0.5 –4.5
Volt. Tegangan signal juga dipergunakan oleh ECM untuk menentukan kondisi sensor
apakah short atau open .
a. Jika tegangang signal sama dengan suplay 5 volt atau lebih maka ECM menganggap
terjadi OPEN
b. Jika tegangan signal sama dengan 0 volt maka ECM menganggap terjadi SHORT.
Jika terjadi kondisi OPEN dan SHORT maka ECM akan mengeluarkan kode kerusakan
(Fault code) untuk memudahkan pekerjaan troubleshooting.
Gambar 12
Oil pressure dan turbocharger outlet pressure sensor mengukur absolute pressure. Oleh karena
itu, sensor-sensor ini memerlukan atmospheric sensor untuk menghitung gauge pressure.
Output dari sensor-sensor tersebut sesuai dengan output dari Atmospheric Pressure sensor
selama proses kalibrasi
Calibration dapat dilakukan dengan cara memutar key start switch on selama 5 detik tanpa
starting engine, ini akan secara otomatis meng-kalibrasi sensor. Cara yang lainnya yaitu
dengan menggunakan ET service tool untuk mengkalibrasi sensor.
Pengukuran atmospheric pressure dengan sensor ini menyediakan patokan ketinggian yang
bertujuan untuk meng-kompensasi ketinggian secara otomatis.
Keuntungan dari HEUI electronic system adalah bahwa engine akan selalu beroperasi pada
setting yang benar untuk semua ketinggian lokasi. System secara terus menerus akan
menyetel adjust setting yang optimum dengan mempertimbangkan ketinggian, sehingga
engine tidak akan mengalami low power atau smoke problem saat mendaki atau menurun
dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Kerusakan yang terjadi pada sensor ini bisa mengakibatkan ECM akan menurunkan power
engine yang besarnya tergantung kepada tingkat kerusakan.
Fungsi utama dari sensor ini adalah untuk mengaktifkan Air/Fuel Ratio control yang akan me-
memperbaiki kualitas gas buang dan menjaga engine respon selama akselerasi. Sistemnya
menggunakan boost pressure, atmospheric pressure dan engine speed untuk mengontrol
air/fuel ratio. Engine fuel delivery dibatasi sesuai dengan grafik dari turbo outlet (boost)
pressure dan engine speed.
Pada C-9 machine application, Air/fuel Ratio control setting tidak bisa di-adjust.
Fungsi kedua dari sensor ini adalah sebagai diagnostic. Contoh: low power diagnostic
menggunakan pengukuran boost.
Perhitungan Tekanan
PENGUKURAN DIUKUR OLEH HASIL
Oil Pressure [oil press (A) – atmospheric (A)] oil pressure (GP)
Pengukuran ini digunakan untuk menentukan oil pressure utnuk ET service tool, Caterpillar
Monitoring System dan untuk mengingatkan operator bahwa terjadi kondisi yang tidak
normal. Sensor operating range-nya 0 – 690 Kpa (0 – 100 psi) (A).
NOTE: (A) = absolute pressure
(GP) = gauge pressure
Oil pressure dapat dibaca sebagai absolute atau sebagai gauge pressure dengan menggunakan
ET. Engine oil pressure bervariasi tergantung dari engine speed. Selama oil pressure naik
melebihi garis atas setelah engine di start dan running pada low idle, ECM akan membaca oil
pressure yang cukup. Tidak ada fault yang terdisplay, dan tidak ada logged event yang di-
generated.
Jika engine oil pressure turun di bawah garis yang bawah, maka kejadian berikut ini akan
muncul:
Perhitungan Tekanan
PENGUKURAN DIUKUR DENGAN HASIL
1. Atmospheric pressure atmospheric sensor = ambient press (abs).
2. Air filter differential atmospheric – turbo inlet = filter diff. Pressure
3. Boost turbo outlet – atmospheric = boost (gauge pressure)
4. Manifold press. (abs) turbo outlet sensor = boost (absolute press.)
5. Oil pressure oil pressure – atmospheric = oil pressure (gauge).
3. ET Boost measurement
4. Cat Monitoring System Lube Oil Pressure Indication
5. Altitude
Fuel Pressure Sensor
Pressure sensor lainnya dapat juga dipasang pada Caterpillar electronic engine yaitu Fuel
Pressure Sensor, jika terpasang digunakan untuk memberikan warning kepada operator bahwa
ada problem di fuel supply system. Low pressure bisa merupakan hasil yang dikarenakan
tersumbatnya filter, kerusakkan transfer pump, kotoran atau terdapat udara di system dari
kebocoran di sisi suction pompa.
Fuel pressure yang rendah merupakan penyebab terjadinya low power, dan bisa menyebabkan
kerusakan pada injector karena erosi kavitasi.
Pembacaan di Fuel Pressure Sensor bisa digunakan untuk men-troubleshoot problem low
power.
Hydraulic Oil Pressure sensor terletak di hydraulic supplay manifold dan diguanakan untuk
mengukur injection actuation pressure untuk ECM.
ECM menggunakan pengukuran ini untuk mengontrol hydraulic supply pump pressure
(melalui pump control valve).
ECM tidak akan mengaktifkan injector untuk men-start engine jika pressure yang terbaca
dibawah nilai minimal starting yang berbeda-beda pada setiap engine HEUI . Pressure ini
adalah minimum hydraulic pressure yang diperlukan yang mana akan men-generate fuel
pressure yang cukup melebihi nozzle valve opening pressure (VOP).
Gambar 13
Sensor Temperature
Sensor temperature berfungsi mengukur perubahan temperature pada system dan mengubah
informasi tersebut menjadi signal listrik sehingga dapat diolah oleh ECM.
Sensor temperature yang dipergunakan pada electronic engine Caterpillar terdiri dari dua tipe
yaitu :
1. Active Sensor
Active sensor terdiri dari tiga kabel yaitu, supply voltage, ground dan signal voltage.
Ketiga kabel ini memiliki karakteristik yang sama dengan pressure sensor seperti telah
dijelaskan diatas.
2. Passive Sensor
Passive sensor hanya memilili dua kabel. Prinsip kerjanya adalah perubahan tahanan
setiap terjadi perubahan temperature .
ECM akan menentukan kondisi sensor OPEN atau SHORT dengan memonitor nilai
tahanan.
a. Jika SHORT maka nilai tahanan yang diukur akan mendekati nol.
b. Jika OPEN maka nilai tahanan yang diukur sangat tinggi (tidak terhingga)
Gambar 14
2. Sensor ini, dalam kaitanya dengan Coolant Temperature Sensor, juga digunakan untuk
menentukan kebutuhan air intake heater dan atau ether operation untuk starting engine.
Fitur seperti ini akan memperbaiki starting pada kondisi yang dingin dan mengurangi asap
putih setelah start-up.
Pada beberapa engine HEUI seperti C9 terdapat dua hydraulic (engine) Oil Temperature
Sensor digunakan oleh ECM untuk mengkompensasi dari pengaruh oil temperature pada fuel
injector timing dan fuel delivery. Proses kompensasi ini menghasilkan operasi engine yang
consisten dalam kondisi operasi yang berubah-ubah.
Tanpa oil temperature yang termonitor, perubahan viscositas yang dikarenakan perubahan
temperature oli akan menyebabkan bermacam performance engine yang tidak bisa diterima
(termasuk emisi gas buang).
Variable timing ini sering disebut dengan “SOLSOI”, singkatan dari Start Of Logic Start Of
Injection. Pengukuran ini ditunda antara signal yang meninggalkan ECM dan proses fuel
delivery injector ke dalam cylinder.
Ditambah pula, ada dua Oil Grade Plug yang terpasang di wiring harness yang digunakan
utnuk memilih oil grade yang dipakai di engine tersebut.
Viskositas oli dapat mempengaruhi injector timing dari C-9 engine. ECM perlu di program
mengenai viscisitas oli yang digunakan. Cara memprogramnya yaitu dengan menggunakan
Oil Grade Plug pad asisi belakang kiri dari engine.
Dua oil viskositas, 10W30 dan 15W40 dapat dipilih dengan menggunakan plug. Pada
kebanyakan engine hanya mempunyai dua plug, 0W20 oil grade hanya dapat dipilih dengan
meng-install extra plug. Plug tersebut tersedia dalam sebuah kit. 0W20 oil grade hanya akan
digunakan pad akondisi dingin yang extreme.
Pemilihan oil grade yang actual bisa dibaca dengan menggunakan ET status screen.
Gambar 15
Position Sensor
Position sensor merupakan sensor yang mengubah posisi komponen mekanis menjadi sinyal
electric sebagai input bagi ECM.
Position sensor yang terpasang pada electronic engine berbeda-beda tergantung pada model
engine dan system penginjeksiannya. Secara umum sensor-sensor tersebut adalah :
1. Throttle Position Sensor
2. Rack Position Sensor
3. Coolant Level Sensor
4. Timing Sensor.
Gambar 16
Throttle Position Sensor menghasilkan engine speed control untuk operator. Sensor ini
terhubung dengan machine wiring harness yang kemudian tersambung dengan ECM melalui
connector J1/P1.
Saat start up engine, engine rpm di set pada LOW IDLE selama dua detik untuk memberikan
waktu bagi oil pressure naik sebelum engine di akselerasikan.
Throttle Position Sensor menerima 8 Volts dari digital sensor power supply pada ECM.
Untuk memeriksa throttle control system dapat dilakukan dengan meng-connect ET dan
memonitor throttle position-nya pada status screen. Pada ET status screen harus terlihat 0 –
100 % throttle position. (jangan bingung dengan pembacaan prosentasi duty cycle).
Jika terjadi kerusakkan pada circuit ini, maka engine hanya akan bisa running pada LOW
IDLE.
System seperti ini menghilangkan semua mechanical linkage antara operator dengan engine
speed control dan governor (ECM).
Hydraulic Excavator, Combine Harvester dan beberapa machine yang lainnya tidak
menggunakan throttle position sensor untuk mendapatkan desired engine speed karena
machine-machine ini menggunakan speed control switch untuk memberikan desired engine
speed ke ECM.
Gambar 17
Pulse Width Modulated (PWM) signal output dikirim dari Throttle Position Sensor ke ECM.
Jika terjadi problem pada signalnya, maka control akan default ke desired engine speed pada
LOW IDLE. Jika ECM men-deteksi signal yang out of normal, maka ECM akan mengabaikan
Throttle Position Sensor signal dan akan default ke LOW IDLE.
Output sensor-nya merupakan freqwensi PWM yang tetap ke ECM. Secara umum sensor akan
menghasilkan duty cycle sebesar 10% sampai 22% pada posisi low idle dan 75% sampai 90%
pada posisi high idle. Prosentasi duty cycle diterjemahkan oleh ECM menjadi throttle position
dari 0% sampai 100%, yang mana bisa dibaca pada ET status screen. Pada application yang
lain seperti Track Type Tractor (dengan Decelerator Position Sensor) berbeda di nilai PWM
untuk low idle dan high idle.
Pada Throttle Position Sensor terbaru, sensor dianggap diluar batas kerja jika (out of
calibration ) jika duty cycle dibawah 5% dan diatas 95%. Jika hal ini terjadi maka engine akan
tetap pada low idle atau kecepatannya turun ke low idle jika duty cycle mencapai 95% dan
ECM akan mengelaurkan fault code. ECM akan mengganggap sensor rusak jika frekwensi
yang dihasilkan lebih rendah dari 150 hertz dan lebih tinggi dari 1000 hertz.
Gambar 18
Speed timing sensor yang terpasang pada electronic engine terdiri dari dua jenis yaitu :
Active Speed/Timing sensor yang terpasang pada engine dapat berjumlah satu atau dua,
sementara passive speed timing sensor selalu berjumlah dua. Untuk sensor yang berjumlah
dua biasanya salah satu sebagai secondary dan yang lainnya sebagai primary sensor dan
disamping itu primary sensor untuk pembacaan pada kondisi kecepatan tinggi dan secondary
sensor untuk pembacaan pada saat cranking atau kecepatan rendah.
Type dari passive sensor ini, tidak seperti beberapa Speed/Timing sensor yang lainnya,
mempunyai air gap. Sensor ini tidak secara langsung bersentuhan dengan timing wheel dan
berputar dengan clearance yang tidak bisa setel. Juga passive sensor, maka tidak diperlukan
lagi sebuah power supplay.
Jika terjadi kerusakan pada high speed sensor, maka cranking speed sensor secara otomatis
akan mem-back up terhadap kerusakkan itu. Suara engine akan berubah sekejap saat terjadi
perubahan sensor input.
Jika terjadi kedua speed sensor mengalami kerusakan, maka engine akan mati. Engine tidak
akan bisa hidup jika kedua sensor-nya mengalami kerusakkan.
Jika kerusakkan yang ada pada high speed sensor sudah terbetulkan, maka ECM akan tetap
menggunakan input dari cranking speed sensor, sampai engine dimatikan dan dihidupkan
kembali dengan menggunakan input yang dari high speed sensor.
Sensornya sendiri bisa di check dengan cara melaukukan cranking terhadap engine sambil
meng-observasi ET status screen untuk engine rpm. Kalau terjadi kerusakkan pada sensor,
maka akan ditunjukkan di layar active fault. Sementara kerusakkan yang intermittent akan
ditunjukkan di logged fault screen.
Gambar 19
Gambar 20
Semenjak tahun 1998 sampai sekarang diperkenalkan ADEM III atau ADEM 2000 yang
hanya dapat di flash, telah dipergunakan pada engine truck 3126B/E, C-10, C-12, C-15, C-
16,3406E dan 3606. ADEM III ada yang memiliki saluran fuel dan ada yang tidak.
Biasanya untuk aplikasi truck tidak dilengkapi tetapi dilengkapi untuk aplikasi machine,
industrial, dan marine.
Gambar 21
ECM merupakan komponen yang melakukan pengontrol dan monitoring pada electronic
engine dengan mengolah data yang berasal dari komponen input melalui program yang
terdapat didalam ECM yang disebut personality module. Berdasarkan hasil pengolahan data
tersebut . ECM akan mengaktifkan komponen output sebagai fungsi pengontrolan dan
monitoring. Disamping itu ECM juga dapat berinteraksi dengan komponen pengontrolan lain
dan Caterpillar Electronic Technician untuk melakukan fungsi diagnostik dan pemrograman
melalui jaringan yang disebut Data Link. Supaya dapat bekerja ECM memerlukan :
1. Power supplay dari battery
ECM dapat beroperasi dengan power suplay antara 9-36 volt.
2. Program (software) tertentu yang disebut dengan personality module.
Personality module merupakan software yang menentukan horsepower dan torsi yang
dapat dihasilkan engine.
3. Parameter
Parameter merupakan setting dari personality module yang dapat mempengaruhi seluruh
kemampuan dan operasi engine. Parameter pada ECM terdiri daru dua jenis yaitu :
a. System Configuration Parameter yaitu parameter yang mempengaruhi operasi engine
yang di-set di pabrik atau dirubah menggunakan Electronic Technician service tool,
namun membutuhkan factory password.
b. Customer Specified Parameter yaitu parameter yang memungkinkan pemilik
melakukan penyetelan yang lebih teliti dengan disesuaikan dengan pengoperasian
engine. Customer Specified Parameter dapat diproteksi menggunakan customer
password.
Secara spesifik
ECM melakukan fungsi-fungsi berikut :
1. Sebagai governor yang mengatur kecepatan engine dengan mengontrol jumlah bahan
bakar yang dapat diinjeksikan oleh injector. Pengaturan kecepatan ini berpatokan pada :
a. Sinyal input yang diberikan oleh throttle position sensor yang dianggap sebagai
acuan kecepatan yang diinginkan oleh operator ( desire engine speed).
b. Kecepatan actual engine yang diperoleh dari speed timing sensor.
2. Pengontrol saat bahan bakar diinjeksikan (injection timing) yang berpatokan pada posisi
top center cylinder number 1 dari signal yang diperoleh dari crankshaft position sensor.
Dari data tersebut ECM akan menentukan saat penginjeksian bahan bakar harus relative
terhadap posisi top center cylinder no. 1. Disamping itu Injection timing juga ditentukan
oleh tiga factor lainnya yaitu :
a. Engine speed (rpm)
b. Engine load
c. Data engine lainnya
3. Lamanya bahan bakar diinjeksikan (durasi)
4. Pressure penginjeksian (engine HEUI).
5. Monitoring yang meliputi engine oil pressure, coolant temperature, inlet manifold air
temperature, sementara apabila dilengkapi ECM juga dapat melakukan monitoring
terhadap fuel pressure, exhaust temperature, inlet air restriction, hydrolyc oil temperature
(HEUI), kandung air didalam bahan bakar dan oil differential pressure, fuel differential
pressure dan coolant level.
ECM tidak dapat secara langsung dipindahkan dari tipe engine yang berbeda seperti dari
3126B pada C-10 karena HEUI ECM memiliki part nomer and I/O yang berbeda dengan
EUI engine. Jika menggunakan FLASH file dari engine tipe lain dapat mengakibatkan ECM
korup dan rusak selamanya. Untuk itu perlu ke hati-hatian dalam memilih FLASH file yang
akan diinstall. Pengubahan tenaga engine dapat dilakukan pada engine dengan model dan
aplikasi yang sama dengan mengubah flash file ECM, namun untuk melakukan hal ini perlu
dikakukan pemeriksaan komponen yang cocok untuk tingkat horsepower yang baru dan
terkadang memerlukan penggantian beberapa komponen seperti turbo dan oil cooler.
Disamping itu ECM memiliki code security yang disebut interlock code, yang akan muncul
jika dilakukan pengubahan tingkat horsepower engine dan memerlukan factory password
untuk mengubah nilai ini.
Gambar 22
Switch ini memberikan sinyal ke ECM untuk memutus aliran listrik ke injector guna
memungkinkan engine bisa di crank tanpa starting untuk keperluan maintenance.
Ground Level Shutdown switch terhubung ke ECM melalui machine and engine wiring
harness.
Sirkuit ini bekerja dengan mengroundkan satu dari dua wire. Dengan membalik status dari
wires ini, engine juga akan bisa running atau shutdown. Jika switch-nya di operasikan, perlu
kembali untuk mereset systemnya. Putar key start switch pada posisi off paling tidak 5 detik
sebelum mencoba men-start kembali.Sebaliknya, engine akan bisa crank tetapi tidak bisa
start. Tidak semua machine mempunyai fitur seperti ini.
Gambar 23
User Defined Shutdown bisa digunakan oleh customer untuk memasang peralatan yang
lainnya seperti fire suspression system ke ECM untuk mematikan engine . Pada saat
shutdown input di groundkan selama 1 detik, maka engine akan mati. Input-nya sendiri harus
mempunyai pull down voltage sebesar 0.5 volts sebelum ECM mengenali shutdown signal.
Operation dari User Defined Shutdown akan di logged sebagai sebuah event dan dapat dilihat
pada ET status screen.
Fitur ini diprogram untuk berfungsi hanya saat kondisi berikut ini (Untuk alasan safety):
Gambar 24
Data Link merupakan jalur komunikasi antara ECM engine, ECM transmission , Cat
Monitoring System, ET Service Tool, PC based software dan system on board atau off board
yang lainnya..
Dewasa ini terdapat tiga jenis data links yang dipergunakan pada CAT electronic engine
yaitu:
Kabel dari semua jenis data link diatas harus di puntir (twist) untuk menghindarkan Radio
Frequency Interferrence (RFI).