Anda di halaman 1dari 25

53 CEKUNGAN LAUT TIMOR

53.1 REGIONAL

Nama cekungan polyhistory : Paleogene Continental Fracture - Neogene Foreland Basin


(Tertiary Passive Margin).

Klasifikasi cekungan : Cekungan Sedimen dengan Penemuan Hidrokarbon

53.1.1 Geometri Cekungan

Cekungan Laut Timor termasuk kedalam wilayah tektonik Australia. Secara geografis Cekungan Laut
Timor terletak pada 125.10-1280 BT dan 9.40-11.10 LS (Gambar 53.1). Geometri Cekungan Laut Timor
memanjang relatif timurlaut-baratdaya berada pada bagian tenggara Pulau Timor menempati daerah laut
dengan luas area 21.190 Km2. Cekungan Laut Timor pada bagian utara berbatasan dengan tatanan
tektonik yang rumit yang dihasilkan oleh tumbukan lempeng Australia dengan busur kepulauan (Timor
Trough) dan pada bagian selatan cekungan ini berbatasan dengan Bonaparte Graben, Banda suture, dan
Timor-Tanimbar Trough yang bertindak sebagai batas tektonik.

Cekungan Timor dideliniasi oleh gabungan data yang meliputi peta sebaran anomali gaya berat yang
menunjukkan kisaran nilai antara (-) 5-100 mgals atau low gravity (Gambar 53.2), peta ketebalan
dengan batas cut-off sedimen bernilai 1.000 meter, peta sebaran tinggian batuan dasar, peta batimetri,
peta topografi, dan melihat konfigurasi/geometri sedimen dari penampang seismik yang menunjukan
suatu cekungan yang dibatasi oleh suatu tinggian.

53-1
Gambar 53.1 Peta lokasi Cekungan Laut Timor

53-2
Gambar 53.2 Peta sebaran anomali gaya berat Cekungan Laut Timor

53-3
53.1.2 Sejarah Eksplorasi

Eksplorasi minyak telah dimulai di daratan Pulau Timor sejak lebih dari 40 tahun terakhir, diantaranya
oleh Timor Oil Limited, BOCAL, dan AMOSEAS. Indikasi minyak dalam satuan batuan sedimen
dengan kisaran umur yang panjang dan tanda-tanda minyak non komersial pada sumur-sumur yang di
bor di Timor telah menunjukkan pembentukan hidrokarbon dari lapisan-lapisan lebih dalam di daerah
Busur Banda. Dengan tambahan eksplorasi pada daerah-daerah cekungan dekat pantai (coastal basin)
Timor dan utara Rote yang belum di bor diyakini akan memberikan jawaban mengenai kemungkinan
potensial yang lebih baik. Pada 1999 telah di bor 2 sumur, Sumur Manta-1 dan Napoleon-1, di Blok
Rabe sekitar 200 km sebelah tenggara Kupang oleh Inpex Rabe Timor Sea Ltd. Dengan objektif
batupasir Plover berumur Jura Awal–Tengah dan batugamping-batupasir berumur Perm. Pada tahun
2.000, INPEX membor Sumur Abadi (Abadi-1, Abadi-2, dan Abadi-3) di perairan Indonesia di bagian
timur daerah perluasan Paparan Sahul dan menjumpai akumulasi kondensat gas. Eksplorasi terakhir
dilakukan oleh Amoseas Indonesia pada Sumur Banli-1 tahun 1993 – 1994 di Blok Soe PSC, namun
belum menemukan potensi cadangan berpotensi secara komersial. Berdasarkan informasi data isopach
Sedimentasi Cekungan Timor mempunyai ketebalan sedimen antara 1.000-5.000 m dengan kedalaman
cekungan 0-5.000 m (Gambar 53.3).

53-4
Gambar 53.3 Peta ketebalan sedimen dan lokasi sumur Cekungan Laut Timor.

53-5
53.2 TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL

Untuk membicarakan evolusi tektonik pada Indonesia Timur tidak lepas dari perkembangan tektonik
Australia bagian utara-baratlaut. Batas baratlaut dan utara dari paparan Australia telah mengalami
sejarah struktur yang rumit. Kraton Australia dipengaruhi oleh dua episode tekronik tarikan selama
Paleozoikum Awal dan Mesozoikum (Trias-Jura Tengah) yang menghasilkan beberapa sub-cekungan
berumur Paleozoikum dan Mesozoikum. Hasil periode rift intra-kraton yang terekam dengan baik adalah
cekungan-cekungan yang berarah Baratlaut-Tenggara berumur Paleozoikum Awal (misal: Petrel dan
Money Shoal). Paparan yang ada terpisah satu sama lain oleh deposenter Mesozoikum seperti Graben
Malita dan Calder. Cekungan rift yang muda menumpang dan berada pada posisi tegak lurus terhadap
sistem rift yang terbentuk lebih awal.

Gambar 54. 4 menunjukkan elemen-elemen tektonik yang berkembang pada Indonesia bagian Timur
dan Australia bagian utara-baratlaut. Indonesia bagian Timur terletak dalam zona kompleks hasil
tumbukan Neogen antara lempeng benua Australian dan Daratan Sunda dan lempeng samudera mikro
Filipina (Lempeng Pasifik).

Indonesia bagian timur memiliki pola tektonik dan evolusi yang rumit, menunjukkan susunan mandala
kontinen yang hampir semua merupakan allochton. Perpindahan tektonik dari fragmen-fragmen ini
terkadang terjadi dalam jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu, asal mula-jadinya masih diperdebatkan.
Bagaimanapun juga, banyak dari fragmen benua yang telah dikenali berkaitan dengan pisahnya bagian
utara dari Australia pada zaman Paleozoikum-Mesozoikum. Sampai beberapa juta tahun terakhir,
material kontinen Australia terpisah, sampai dan mengalami tumbukan dengan lempeng Samudera
Tethys.

53-6
Gambar 53.4 Elemen tektonik regional Indonesia Timur dan batas utara Benua Australia (Barber dkk, 2003)

Metcalfe (1998) mengusulkan tiga episode pembentukan rift dari bagian Utara Gondwana diantaranya
adalah Devon, Karbon - Awal Perm, dan Akhir Trias - Akhir Jura. Tiap tahap pembentukan rift
dikarakteristikkan oleh urutan batuan yang berkaitan dengan tiap peristiwa tektonik yang spesifik.

Pada zaman Perm, Australia terletak diantara bagian timur Pangea yang bergerak ke selatan. Dengan
berpisahnya secara progresif dari Gondwana dan Megakontinen Pangaea, berawal dari Paleozoikum,
cekungan-cekungan samudera yang dalam di Paleo-Meso-dan Keno Tethys bergerak progresif
mendekati tepi kontinen Australia saat ini.

53-7
53.2.1 Rifting Paleozoic Awal (Devon-Carbon)

Intracratonic rifting yang membentuk cekungan, termasuk Sub-cekungan Wilara yang berarah barat
laut-tenggara, Flitzory Trough, Sub-Cekungan Petrel dan Graben Money Shoal. Rift Graben yang
berarah sejajar satusama lain ini dipisahkan oleh batuan dasar Proterozoikum dan dihubungkan dengan
sesar normal. Endapan klastik berumur Kapur (65-145 Ma) menutupi secara tak selaras batuan Pra-
Kambrium di lepas pantai barat laut Australia.

53.2.2 Rifting Kedua dari Benua Gondwana

Ekstensi dan pembentukan rift sepanjang batas utara benua Gondwana (Batas Utara Australia Sekarang)
berawal pada umur Karbon hingga Awal Perm yang mengakibatkan pemekaran lantai samudera pada
zaman Jura Tengah-Akhir. Rift utama Paleozoikum ini dianggap sebagai peristiwa rifting kedua di
bagian dangkalan baratlaut dan menyebabkan adanya tinggian di West Australian Super Basin (WASB)
dan menghasilkan endapan sedimen Mesozoikum dan Perm dengan tebal hampir 10 km menutupi
daerah WASB yang berarah timurlaut-baratdaya, berbeda dengan unsur pengisi cekungan berarah
baratlaut yang terbentuk lebih dahulu. Endapan synrift menunjukkan sedimen glasio-fluvial berumur
Karbon Akhir-Perm Awal yang berkembang menjadi endapan sedimen sag yang tebal. WASB terdiri
dari empat cekungan: 1. Cekungan Carnarvon Utara, 2. Cekungan lepas pantai Canning, 3. Cekungan
Browse, dan 4. Cekungan Bonaparte. Keempat cekungan ini terisi oleh sedimen berumur Paleozoikum
Akhir, Mesozoikum, dan Kenozoikum yang berhubungan dengan pemisahan Gondwana

Batas bagian Utara dan Baratlaut dari dangkalan Australia membentuk cekungan yang lebar tempat
sedimen diendapkan dalam lingkungan daratan hingga laut dalam. Graben-graben berumur
Paleozoikum dan Graben Vulcan berumur Mesozoikum memanjang kearah utara hingga ke daerah
Indonesia khususnya Timor Selatan, dan ekstensi kearah utara dari Graben Calder dipertimbangkan
sebagai Selatan Pulau Tanimbar yang sekarang; Graben Paleozoikum, Graben Goulburn semuanya
terletak di daerah Australia.

53-8
53.2.3 Sedimentasi Permian

Sedimentasi Perm-Karbon memunculkan serpih karbonan dan batubara yang diendapkan di lingkungan
laut marginal dan fluvio-deltaic. Kelompok ini dikenal sebagai batuan induk di dangkalan provinsi
Baratlaut (Grup Kulshill). Beberapa sekuen tebal dari delta yang prograding sekitar 500 km dari batas
Cekungan Canning hingga Plato Exmouth dan tekukan laut dari Timor Trough. Sedimentasi pada Akhir
Perm pada umumnya terjadi pada kondisi darat hingga laut dangkal dengan beberapa pengecualian laut
dalam di daerah terbatas sebelah Baratlaut (Gambar 53. 5).

Gambar 53.5 Peta fasies pada umur Perm yang disederhanakan (Livsey dkk., 1992)

53-9
Barber dkk. (2003) percaya bahwa pembentukan rift untuk kedua kalinya adalah kunci dari berpisahnya
bagian utara lempeng kontinen Gondwanaland pada umur Mesozoikum. Sejumlah lempeng benua kecil
telah dijadikan sebagai batas bagian Utara lempeng Australia, di daerah Laut Banda blok-blok yang
membentuk rift yang dikenali termasuk batuan dasar di Sumba, Buton, Banggai-Sula, Buru, Seram,
Kepala burung, Obi, dan Selatan Bacan serta punggungan bawah laut di Buru Selatan dan Seram

53.2.4 Fase Ketiga Pembentukan Rift Gondwana

Pemisahan ketiga terjadi pada Trias Akhir hingga Jura Akhir. Sedimentasi di sepanjang ujung kraton-
nya menunjukkan periode tektonik, erosi dan pengangkatan. Pada profil seismik, peristiwa ini ditutupi
oleh ketidakselarasan pada umur Jura dengan mempertimbangkan bahwa peristiwa tektonik regionalnya
berkaitan dengan berpisahnya benua Australia atau lebih spesifik adalah menumpangnya blok kontinen
diatas batas subduksi Papua Nugini.

53.2.4.1 Perkembangan Tektonik Tersier Indonesia Bagian Timur

Peta kerangka struktur Indonesia timur memperlihatkan ciri tektonik Kenozoikum yang mempersulit
pengamatan terhadap peristiwa tektonik yang lebih tua. Ciri-ciri struktur yang terkait pada peristiwa
tektonik Neogen termuda mendominasi keadaan geologi di bagian utara dan barat Indonesia bagian
timur.

Paleogen

Selama Eosen, terjadi kembali penyusunan lempeng-lempeng. Australia bergerak dengan cepat ke arah
utara selama Tersier. Pengendapan didominasi oleh karbonat. Hampir sepanjang Paleogen kerak
samudera Lempeng Australia tersubduksi ke bawah tepi bagian selatan Lempeng Laut Filipina.

53-10
Ketidakselarasan regional sekitar 22 jtl merupakan hasil dari tumbukan Lempeng Australia dengan
busur volkanik di bagian tepi selatan Lempeng Laut Filipina. Selama Neogen, Busur Banda terbentuk
oleh tumbukan tepi Lempeng Benua Australia dengan busur kepulauan.

Neogen

WASB (West Australia Super Basin) dipengaruhi oleh tektonisme regional sebagai respon dari dua
proses:

(a) Terbatas pada daerah Cekungan Bonaparte. Produk langsung hasil tumbukan tepi iregular
Lempeng Australia dengan busur jawa-banda.
(b) Dominan pada utara Cekungan Carnavoran berasosiasi dengan pembentukan jalur lipatan Irian-
Papua New Guinea

Secara umum pola struktur pada Cekungan Laut Timor terdapat dua pola utama yaitu arah NW-SE dan
arah NW-SE. Cekungan Laut Timor terletak pada tepi lempeng Australia. Cekungan ini dimulai oleh
adanya pemekaran lempeng yang membuat suatu rekahan lalu menjadi tempat terakumulasi suatu
sedimentasi yang dikenal dengan rift basin. Dalam sistem yang lain lempeng-lempeng mengalami
tumbukan dan subduksi menyebabkan terjadinya zona tekanan. Secara tektonik cekungan ini terletak
berlawanan dengan busur banda, cekungan ini merupakan perluasan dari Paparan Australia yang
dipisahkan oleh “Timor-Tanimbar Trough”. Cekungan ini merupakan perluasan dari Paparan Australia
bagian utara, evolusi geologi dimulai dari Akhir Paleozoikum sampai sekarang. Pemekaran Paleosoik
Awal menyebabkan terbentuknya pola-pola stuktur berarah baratlaut- tenggara pada bagian baratlaut
Australia. Pemekaran berlanjut pada Mesosoikum yang mengakibatkan terbentuknya cekungan –
cekungan rift yang mempunyai arah utara – timur laut (Gambar 53. 6).

53-11
Gambar 53.6 Kerangka struktur regional Cekungan Laut Timor.

53-12
53.3 TATANAN STRATIGRAFI REGIONAL

53.3.1 Stratigrafi Paleozoikum Tepi Benua Australia

Tatanan stratigrafi Cekungan Timor Selatan ekuivalen dengan tatanan stratigrafi tepi Australia bagian
baratlaut. Tatanan stratigrafi ini tersusun atas Sekuen sedimentasi Paleozoikum, Mesosoikum, Tersier,
dan kuarter. Informasi stratigrafi ini diperoleh dari pengumpulan informasi data sumur yang menembus
batuan dasar. Beberapa Sumur dalam Cekungan Goulburn Graben telah menembus Paleosoik Awal oleh
karena itu ringkasan kronostratigrafi kontinen Australia dapat dikumpulkan. Gambar 53.7 menunjukkan
kolom stratigrafi regional wilayah tenggara Laut Timor yang sekilas dapat disamakan dengan stratigrafi
tepi Kontinen Australia bagian baratlaut.

James M. Peck dan Bruno Soulhol (1986) mendeskripsikan sejarah sedimentasi Paleozoikum Australia
dimulai dari Kambrium Tengah sampai Ordovisium dimana terdapat intra rift basin yang dipengaruhi
oleh pengendapan laut dangkal. Transgressive parallic dan batupasir, batulanau, dan batu lempung
terendapkan pada fase ini. Pada Ordovisium Tengah sampai Silur terjadi pengangkatan yang ditandai
oleh turunnya muka laut.

Pada Paleozoikum Akhir tepi kontinen baratlaut terjadi fasa pre-breakup, breakup, dan post-breakup.
Wilayah ini mengalami fase pengangkatan, pensesaran, dan transgressi. Fasa post-breakup dicirikan
oleh berangsur-angsur mendalamnya cekungan. Lempung karbonatan secara lateral berubah menjadi
batugamping yang mana berkembangs epanjang tepi sesar dari cekungan. Menuju akhir pengendapan
post-breakup, pengendapan mengalami penurunan dan pengendapan paralic lebih berperan. Pemekaran
dimulai lagi pada Karbon Akhir diikuti oleh kenaikan muka laut dan terbentuknya daerah paparan.

53-13
Gambar 53.7 Kolom stratigrafi wilayah Laut Timor bagian tenggara

53-14
53.3.2 Stratigrafi Mesozoikum

Selama Trias terjadi periode pemekaran yang berlanjut membatasi tepi Kontinen Australia. Terdapat
sesar utama yang membentuk cekungan rift berupa Malita- Calder Basin, Volcan Graben dll. Pemekaran
ini mempunyai arah timurlaut yang menerus dari graben rift Australia bagian baratlaut. Pola
sedimentasi berlanjut pada umur Trias dengan adanya peningkatan pemendaman berkenaan dengan
terbentuknya pusat sedimentasi. Ketebalan maksimum mencapai 7.217 kaki meliputi endapan batuan
silisikastik dan batuan karbonat (Barber dkk, 2003) yang diendapkan pada lingkungan laut dan darat.
Lingkungan laut diwakili oleh Formasi Mt. Goodwin, Formasi Osprey, Formasi Cape Londonery,
Pollard, dan Formasi Malita (Gambar 53.7). Selama Jura Awal – Akhor sedimentasi laut berlanjut
dengan terendapkan Formasi Malita dan ditutupi oleh endapan fluvio-deltaic berupa Formasi Plover.
Reaksi dari fasa breakup adalah terbentuknya endapan lokal seperti Graben Malita dan Calder terinvasi
oleh transgresi dan endapan batupasir Elang/Laminaria. Penurunan muka tanah berlanjut hingga Awal
Kapur, terdapat endapan serpih karbonatan dan turbidit yang memiliki ketebalan 1640 – 4.921 ft (Grup
Flamingo). Formasi Echuca Shoals terdiri dari serpih organik yang mempunyai potensi minyak. Grup
Flamingo ditutupi oleh Grup Bathrust Island terpisah oleh bidang erosional. Pada Kapur Tengah – Akhir
sedimentasi dicirikan oleh endapan klastik berbutir halus, lingkungan pengendapan paparan, endapan ini
dipotong endapan pasir (low-stand).

53.3.3 Stratigrafi Kenozoikum

Pada fasa ini terjadi tumbukan antara Kontinen Australia dengan busur kepulauan yang terletak pada
bagian utara Australia yang mengahasilkan sutura yang kompleks dikenal dengan Outer Banda Arc.
Hasil dari tumbukkan ini terjadinya kompleks struktur dan stratigrafi dari zona sutura ini diwakili oleh
kepulauan Timor (Gambar 53. 8).

53-15
Gambar 53.8 Penampang skematik yang melewati Sutura Banda.

53-16
53.4 SISTEM PETROLEUM

Cekungan sedimentasi berkenaan dengan paparan Australia berkembang sebagai dari cekungan
regangan multifasa yang dapat diklasifikasikan sebagai cekungan kontinen dalam (intra continen rift
basin). Sejarah stratigrafi merupakan hasil dari break-up dan pengangkatan hasil dari kenaikan dan
penurunan muka laut. Sedimentasi ini dapat digunakan sebagai batuan induk, reservoir, dan batuan
penutup yang merupakan bagian penting untuk pembentukkan hidrokarbon dan perangkapnya.

53.4.1 Tipe Cekungan

Secara tektonik cekungan ini dibatasi oleh sesar normal di tepi kontinen pada bagian selatan dan
kompleks struktur pada busur kepulauan dan elemen kontinen. Cekungan terletak pada bagian selatan
dari trough sehingga cekungan ini dapat diklasifikasikan sebagai cekungan passive margin dengan
dicirikan kemunculan horst dan graben (Gambar 53.9). Teraktivasinya sesar tua sebagai hasil dari
kompleks struktur seperti adanya sesar naik, sesar bunga (flower struktur) yang dipengaruhi oleh proses
pergeraakan sesar geser.

Gambar 53.9 Penampang seismik regional menunjukkan horst dan graben

53-17
53.4.2 Batuan Induk

Batuan induk di cekungan ini terdapat pada kelimpahan Paleozoikum dan Mesozoikum yang dilaporkan
dari informasi sumur bagian barat laut tepi kontinen Australia. Terdapat pada Formasi Plover dan
Flamingo. Pada Formasi Plover (Jura tengah) serpih lakustrin dan batubara (peat) yang merupakan
batuan induk yang kaya dengan nilai TOC berkisar 4.6% pada serpih dan 71 % pada batubara. Batuan
ini memiliki tipe kerogen I/II, III, dan IV, HI > 740 ini mengindikasikan bahwa dapat menghasilkan
minyak dan gas. Serpih Formasi Flamingo (Jura/Kapur awal) terisi oleh tipe keroge II yang bernilai >
2.75%, HI berkisar 101 - 435 mempunyai potensi untuk menjadi minyak dan gas. Sedimen Kapur (Grup
Bathurst Island) terdiri dari tipe kerogen II, kandungan TOC sedikit. Berdasarkan sumur Manta 1 dan
Napoleon 1 bahwa tipe kerogen termasuk kedalam fasies endapan lakustrin. Kemungkinan juga potensi
batuan induk terdapat pada serpih Formasi Darwin (Kapur Awal), Formasi Wangarlu (Kapur Tengah),
Formasi Jhonson (Kapur Akhir), dan Formasi Olover (Oligosen).

Pada lapangan Challis tepatnya pada Sub-cekungan Vulcan, Grup Trias Sahul, terdapat potensi batuan
induk yang sangat baik yaitu terdapat pada Formasi Plover yang berumur Jura dimana terdapat indeks
hidrokarbon dan kandungan material organik yang tinggi, hal ini mengindikasikan kapasitas
terbentuknya hidrokarbon sangat tinggi. Batuan serpih Formasi Plover bagian bawah sangat berpotensi
untuk membuat dan mengalirkan minyak maupun gas. Analisa batuan induk mengindikasikan bahwa
formasi ini memiliki kelimpahan batuan induk (TOC) berkisar antara 1-10% yang ditemukan pada
wilayah Sahul Sinklin pada bagian selatan blok Sabo, pada Sumur Tamar-1 kandungan TOC mencapai
13% dan pada Sumur Eider-1 kandungan TOC berjumlah 5.25%. Gabungan peta gradien geotermal dan
peta isoreflectance menunjukkan bahwa Formasi Plover secara umum matang (VR 0.70%Ro). Pada
Sumur Heron-1 dekat dengan sumbu Malita Graben kemungkinan terlampau matang (VR berkisar
mencapai 2.3% Ro) (Gambar 53.10).

Berdasarkan plot silang data antara indeks hidrogen (HI) dengan indeks oksigen (OI) kedalam diagram
van Kravelen menunjukkan bahwa terdapat dua tipe kerogen utama. Tipe kerogen I/II cenderung
membentuk oil prone dan tipe kerogen lainnya yaitu tipe kerogen III cendrung membentuk gas prone
(Gambar 53.11). Komposisi kerogen dari Formasi Palvor terhitung dari data pirolisis yang
mengindikasikan bahwa kerogen didominasi oleh vitirinit (40-55%), inertinit (30-65%), waxy sapropel,
dan alga sapropel.

53-18
Gambar 53.10 Sebaran peta gradien geotermal, kontur isorecfletance, dan pontential yield Formasi Plover dan Elang pada Cekungan Laut Timor.

53-19
Gambar 53.11Crossplot antara indeks hidrogen (HI) dan indeks oksigen (OI) yang menunjukkan tipe kerogen
batuan induk Formasi Plover pada Cekungan Laut Timor.

53.4.3 Batuan Reservoar

Berdasarkan adanya informasi data dari lapangan-lapangan minyak pada Cekungan Timor Laut batuan
reservoir pada cekungan ini dapat diidentifikasi seperti pada lanpangan Blok Sabo terdapat pada

53-20
Formasi Plover yang mempunyai nilai porositas antara 10 – 22% dan porositas pada Formasi Elang
bernilai antara 5 – 12%. Batuan reservoir yang lain dapat ditemukan pada group Flamingo (Kapur) dan
batupasir Formasi Malita. Kemungkinan potensi batuan reservoir terdapat juga pada batugamping
Formasi Wangarlu (Kapur Akhir), batugamping Formasi Carter (Eosen). Pada lapangan Bayu-Udan
(Timor Gap Area “A”) gas dab kondensat mengalir dari reservoir Formasi Plover dan Formasi Elang
dengan litologi berupa batupasir dengan porositas rata-rata bernilai 15% dan permeabilitas bernilai 2.5 D
(Pertamina BEICIP, 1996). Pada Sumur Laminaria-1 reservoar yang berkembang berupa batupasir
fluvio-deltaic dari Formasi Plover dan eustaria deltaic dari Formasi Elang dan terdapat juga porositas
sekunder bernilai 17% dan permeabilitas 2.5D. Pada lapangan minyak Elang telah ditemukan batupasir
dengan porositas 17% dan permeabilitas 2.2 D, dimana lingkungan pengendapan batupasir berada pada
laut dangkal.

Potensi reservoir lain yang berkembang kemungkinan terdapat dari Grup Flamingo berumur Kapur dan
batupasir Malita berumur Trias Akhir, dimana kedua reservoir ini terbukti menghasilkan hidrokarbon
pada lapangan minyak Puffin dan Challis dalam Vulcan Sub-basin. Pada test Challis-2A terdapat 16.070
BOPD dari batupasir Trias. Klastik fluvio-deltaik Trias Akhir pada lapangan Challis terdapat pada
batupasir dengan porositas 13-21%.

53.4.4 Batuan Penyekat

Batuan Penyekat pada Cekungan Laut Timor terdapat pada serpih laut Formasi Flamingo berumur Jura
Akhir - Kapur Awal yang menjadi penyekat untuk reservoir batupasir Formasi Plover, batulempung,
batulanau, Formasi Plover (Jura Tengah), dan serpih pada Formasi Wangarlu (Kapur Akhir). Dalam
Sumur Elang-1 minyak ditemukan dalam batupasir Formasu Elang Callovian kedalaman 3006.5 – 3083
m (OWC). Dalam lapangan Bayu-Udan reservoir terdapat pada Formasi Plavor dan Formasi Elang.
Sumur udan-1terdapat aliran gas dan kondesat HC pada kedalman 2990,5 – 3128,5 m. Sumur Bayu-1
terdapat kandungan gas-kondensat pada batupasir Formasi Plover atas dan Elang pada kedalaman 2973.
5-3128.5 m.

53-21
53.4.5 Perangkap

Cebakan utama pada cekungan ini berasosiasi dengan sesar-sesar normal yang tereaktivasi kembali
selama Miosen oleh aktifitas tumbukan dan sesar-sesar lain yang berarah NE-SW. Perangkap struktur
lain yang terbentuk berupa: bentukan horst yang terbentuk selama Jura Akhir (Fasa break-up) dan
tereaktifasi selama Miosen Akhir – Pliosen, Struktur hourglass, dan antiklin (Four-way dip closure)
(Gambar 53.12 dan 53.13).

Gambar 53.12 Penampang Seismik menunjukkan perangkap sesar normal yang berasosiasi dengan pemekaran
Mesozoikum Cekungan Laut timor (Pertamina-FIKTM ITB, 2003)

53-22
Gambar 53.13 Penampang Seismik Menunjukkan Sesar Nomal dan Reversed Fault yang Berasosiasi dengan
Tumbukan pada Miosen.

Pada lapangan Bayu-Udan terdapat mekanisme perangkap struktur berupa bentukan horst yang dibatasi
oleh sesar normal pada utara dan selatan, dengan arah dari sudut tutupan timur-barat. Horst ini dikenal
dengan puncak tinggian Flamingo (Gambar 53.14).

Gambar 53.14 Penampang Skematik Menujukkan Bentukan Horst atau Perangkap Pada Lapangan Minyak
Elang.

53-23
53.5 TIPE PLAY REGIONAL

Gambar 53.13 menunjukkan model penampang skematik dari target lapisan berumur Mesozoikum di
Cekungan Laut timor yang membicarakan tentang play pada cekungan tersebut.

Gambar 53.15 Penampang skematik play hidrokarbon Cekungan Laut Timor.

53-24
DAFTAR PUSTAKA

Barber, P., Carter, P., Fraser T., Baillie P., and Myers K.,2003, Paleozoic and Mesozoic Petroleum

System in Timor and Arafura Seas, Eastern Indonesia, IPA Proceeding of 29th Annual

Convention and Exhibition, Jakarta, Oct 14-16.

Charlton, T R., 2002, The Petroleum Potential of West Timor, IPA Proceeding of 28th Annual

Convention, Jakarta, Feb 26-28.

Metcalfe, J., 1998, Paleozoic and Mesozoic geological evolution of the SE region, multidisciplinary and
implication for biogeography in: Hall R and Halloway J.D (eds), Biography and Geological
Evolution of SE ASIA.

Muir, W. F., Schmedje, T. M., & Young, L. F., 1995, The Elang Oil Discovery bridges The Gap In The

Eastern Timor Sea (Timor Gap Zone of Cooperation), IPA Proceeding of 24th Annual

Convention, Jakarta, Feb 26-28.

Pertamina-BEICIP, 1982, Petroleum Potential of Eastern Indonesia, Multicient Study, BEICIP, Rueil-

Malmaison, France.

Pertamina-BPPKA, 1996, Petroleum Geology Indonesian Basins, Vol VI-IX Eastern Indonesian Basins.

Pertamina-FIKTM ITB, 2003, Mesozoic Play of Sabo Block, Hydrocarbon Pontential Studies Of

Indonesian Basins.

53-25

Anda mungkin juga menyukai