Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN KURIKULUM SD

DOSEN PENGAMPUH : Dr.Hasia Marto,S.Pd.M.PD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1.YUSNA WULANDARI

2.SULISTIYAWATY

3.PUTRI AULIS SAFITRI

4.OLIFIA

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MADAKO TOLI-TOLI
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah................................................................................ 4

1.3 Tujuan penulis...................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan konsep kurikulum berbasis kompetensi...................... 6

2.2 Pengembangan Kurikulum.................................................................. 6

2.3 Prinsip kurikulum berbasis kompetensi............................................... 12

2.4 Karakter kurikulum berbasis kompetensi............................................ 13

2.5 Langkah-langkah pengembangan kurikulum...................................... 13

2.6 Manfaat kurikulum berbasis kompetensi............................................. 15

2.7 Tujuan kurikulum berbasis kompetensi............................................... 15

2.8 Implementasi kurikulum berbasis kompetensi.................................... 16

2.9 Kelebihan dan kekurangan berbasis kompetensi................................. 16

2.10 Struktur model kurikulum berbasi kompetensi................................. 17

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 19

3.2 Saran.................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Departemen Pendidikan Nasional memunculkan kebijakan baru, mengubah
pendekatan pengembangan kurikulum dari pendekatan berbasis isi/materi
(Content Based Curriculum) menjadi pendekatan berbasis kompetensi
(Competency Based Curriculum). Untuk Pendidikan Tinggi, perubahan kurikulum
ini dikukuhkan dalam bentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan
Keputusan Menteri. Perubahan kurikulum ini ditetapkan berdasarkan Kepmen
232/2000 dan Kepmen 045/2002. Sejak keputusan ini diberlakukan setiap
perguruan Tinggi diwajibkan untuk menyusun kurikulumnya sendiri berbasis
kompetensi dengan berpedoman pada UU RI No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kedua
Kepmen Tersebut, dan berdasarkan Rambu-rambu Penyusunan Kurikulum yang
ditentukan oleh Ditjen Dikti.
Sebagian besar program studi di Politeknik negeri telah membuat desain
KBK dan teknik implementasinya ,bahkan sebagian telah melaksanakannya.
Setelah dokumen kurikulum disusun dan diimplementasikan, satu kegiatan Yang
sangat perlu disusun dan dilaksanakan Adalah evaluasi kurikulum. Pernyataan ini
didukung oleh Sukardinata (2004:172) yang menyatakan, “Evaluasi kurikulum
memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada
umumnya, maupun pada Pengambilan keputusan dalam kurikulum”.
Meskipun penting dan sudah dinyatakan Dalam Peraturan Pemerintah, sampai
saat ini, Belum terlihat konsep, dokumen, atau model Evaluasi kurikulum yang
akan digunakan untuk Mengevaluasi kurikulum berbasis kompetensi. Inilah yang
mendorong untuk menyusun penelitian ini yang berkaitan dengan evaluasi
kurikulum untuk KBK.
Longstreet dan Shane (1996:156) menyatakan bahwa teknik evaluasi sudah
digunakan Dari waktu ke waktu dalam pendidikan, tetapi Tidak pernah dengan

1
ketekunan atau pelibatan Manfaat yang luas. Kita perlu lebih teliti melihat ke
masa depan daripada melihat yang sudah Pernah kita kerjakan sebelumnya.
Bajuri (1986:350-351) dalam disertasi yang merekomendasikan
pengembangan model Evaluasi kurikulum masa depan, di antaranya, Model
evaluasi yang dipergunakan dalam studi Evaluatif dapat dikembangkan lebih
lanjut, agar Betul-betul menjadi model evaluasi yang komprehensif, melalui
evaluasi konteks, evaluasi Input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Model
evaluasi tersebut, selain komprehensif juga berputar terus atau berkesinambungan
(kontinyu) agar suatu program pendidikan atau kurikulum dapat diperbaiki secara
menyeluruh dan Dapat terus dikembangkan.
Dari hasil kajian dari para ilmuwan, pakar evaluasi pendidikan dan
kurikulum, buku-buku dan bahan disertasi; dan hasil studi pendahuluan dari
keempat lembaga (Pusbangkur, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Dikti, P3D, dan BAN PT) yang dianggap Berkompeten dalam
melaksanakan evaluasi kurikulum, ternyata evaluasi kurikulum yang dilaksanakan
belum komprehensif (parsial) dan Masih manual.
Dengan demikian, diharapkan ada suatu Riset evaluasi kurikulum yang akan
menghasilkan suatu model evaluasi kurikulum yang komprehensif (mempunyai
cakupan dan manfaat yang luas) yang terdiri dari: evaluasi konteks, Evaluasi
input/masukan, evaluasi proses/implementasi, evaluasi hasil, dan evaluasi dampak
yang dilakukan secara siklus dan kontinyu yang Bertujuan untuk menentukan
keputusan perbaikan dan tidak sekedar pembuktian.
Topik permasalahan penelitian adalah pengembangan model EKM yang
komprehensif Meliputi beberapa dimensi pengembangan kurikulum yang sesuai
untuk KBK di Politeknik. Dimensi-dimensi yang dimaksudkan adalah evaluasi
kebutuhan dan konteks, evaluasi desain, Evaluasi implementasi, evaluasi hasil,
evaluasi Dampak, dan evaluasi terhadap evaluasi kurikulum, dilakukan secara
siklus dan kontinyu yang Bertujuan untuk menentukan keputusan perbaikan
kurikulum. Masalah penelitian dibatasi hanya Untuk kebutuhan program studi
secara umum, tidak difokuskan pada PS tertentu. Secara garis Besar, titik awal

2
pengamatan atau studi pendahuluan (anteseden), fokus permasalahan penelitian,
dan Luarannya (output).
Sesuai permasalahan penelitian, tujuan Penelitian: (1) menghasilkan model
EKM yang Komprehensif, sesuai untuk kurikulum berbasis Kompetensi, dan
dapat digunakan di Politeknik, Dengan mengembangkan model CIPP; (2)
menghasilkan program aplikasi model EKM dengan Menggunakan komputer; (3)
mengetahui keunggulan dan keterbatasan model EKM ini.
Manfaat teoretis penelitian ini adalah Menghasilkan penyempurnaan model
CIPP dari Empat dimensi evaluasi (Context, Input, Process, Product), menjadi
enam dimensi evaluasi (evaluasi kebutuhan dan konteks, evaluasi desain, evaluasi
implementasi, evaluasi hasil, evaluasi dampak kurikulum, dan evaluasi terhadap
Evaluasi kurikulum-ETEK). Setiap dimensi juga dikembangkan sesuai KBK dan
sistem pendidikan yang dilaksanakan di Politeknik hingga Komprehensif dan
dapat digunakan. Manfaat Praktis penelitian ini adalah model ini dapat digunakan
oleh perguruan tinggi lain, Pusbangkur, Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Ditjen Dikti, dan BAN untuk mengevaluasi kurikulum di
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi secara nasional dengan menyesuaikan
profil dan kebutuhan.
Prinsip-prinsip EKM Ini dapat diterapkan pada evaluasi manajemen Sistem
pendidikan selain kurikulum, seperti, Manajemen administrasi, keuangan,
personalia, Sarana, sistem informasi, kemitraan pendidikan, Dan lain-lain;
terutama yang ingin mengevaluasi Lebih lengkap mulai dari evaluasi kebutuhan,
Desain, implementasi, hasil, dampak, sampai ETEK. Konsep dasar model EKM
ini diadopsi Dari model CIPP. Sesuai namanya, multidimensi, beberapa hal dari
model CIPP dikembangkan, dari empat dimensi menjadi enam dimensi, Yaitu:
Context (konteks/kebutuhan), Input (masukan/ desain), Process
(Proses/Implementasi), Outcomes (Hasil), Impact (Dampak), dan ETEK.
Beberapa rincian keenam dimensi akan Disesuaikan dengan karakteristik model
KBK Untuk Politeknik. Rincian keenam dimensi ini Diupayakan lebih lengkap
dan mencakup bidang Tertentu yang lebih rinci untuk mendapat informasi yang
komprehensif bagi seluruh sistem (komponen) KBK.

3
Berdasarkan konsep kurikulum dan pendapat di atas, konsep evaluasi
kurikulum model EKM untuk KBK ini adalah pengumpulan informasi dari
keseluruhan sistem kurikulum dari Dimensi kebutuhan dan konteks, desain,
proses, Hasil, dampak, dan ETEK sebagai bahan pertimbangan keputusan untuk
perbaikan kurikulum. Dari hasil studi kepustakaan dan dokumen tentang: evaluasi
kurikulum, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan sistem pendidikan di Politeknik
di atas dapat disusun konsep awal Kerangka teori model dan instrumen EKM
untuk KBK yang sesuai sistem pendidikan Politeknik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu model kurikulum berbasis kompetensi?
2. Apa saja prinsip kurikulum berbasis kompetensi?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kurikulum berbasis kompetensi?
4. Apa saja karistiktik kurikulum berbasis kompetensi?
5. Apa saja Langkah-langkah pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi?
6. Apa saja manfaat dari kurikulum berbasis kompetensi?
7. Apa saja tujuan dari kurikulum berbasis kompetensi?
8. Apa yang dimaksud dengan implementasi kurikulum berbasis
kompetensi?
9. Apa saja Kekurangan dan kelebihan kurikulum berbasis kompetensi?
10. Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis kompetensi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui apa itu kurikulum berbasis kompetensi
2. Kita dapat mengetahui prinsip kurikulum berbasis kompetensi
3. Kita dapat mengetahui faktor ala saja yang mempengaruhi kurikulum
berbasis kompetensi
4. Kita dapat mengetahui bagaimana karakteristik kurikulum berbasis
kompetensi
5. Kita dapat mengetahui langkah-langkah kurikulum berbasis kompetensi
6. Kita dapat mengetahui apa saja manfaat dari kurikulum berbasis
kompetensi

4
7. Kita dapat mengetahui apa saja tujuan dari kurikulum berbasis
kompetensi
8. Kita dapat mengetahui implementasi kurikulum berbasis kompetensi
9. Kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan kurikulum berbasis
kompetensi
10. Kita dapat mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan konsep kurikulum berbasis kompetensi (KBK)


Konsep KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan hasil
pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Tujuannya
adalah mengganti tikungan 1994.Kurikulum tersebut dibuat pada tahun 2000 lalu
diterapkan pada tahun 2004. Untuk tahap pengembangan kurikulum tersebut
dikenal sebagai Kurikulum KBK atau juga Kurikulum 2004. Untuk KBK,
dikhususkan dalam pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, sikap,
nilai, juga minat para siswa agar dapat melakukan suatu hal yang bersifat
keahlian, ketetapan, dan juga keberhasilan. Fokus KBK juga cenderung
menguasai berbagai kompetensi tertentu bagi peserta didik. Itulah mengapa
kurikulum tersebut mencakup semua hal tentang beberapa kompetensi dan tujuan
pembelajaran. Sehingga, guru dapat mengamati pencapaian para siswa dalam
bentuk keterampilan atau perilaku sebagai contoh keberhasilan. Sehingga, dapat
disimpulkan jika kurikulum berbasis kompetensi merupakan konsep kurikulum
yang memprioritaskan pengembangan kemampuan atau kompetensi berbagai
tugas dengan standar kinerja tertentu. Sehingga, para siswa dapat melihat sendiri
hasilnya, dapat berupa penguasaan pada beberapa kompetensi.
2.2 Pengembangan Kurikulum
Mengacu pada pengertian pengembangan kurikulum sebagai “the process of
planning, implementing, and evaluating learning opportunities intended to
produce desired changes in learners” (Murray Print, 1993) maka kegiatan
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi memiliki tiga Tahap, yaitu
merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi.
Dengan demikian, setelah diketahui standar kompetensi maka langkah
kegiatan berikutnya adalah mendesain kurikulumnya dalam bentuk silabus,

6
mengimplementasikannya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, dan diakhiri
dengan melakukan evaluasi. Visualisasi dari kegiatan pengembangan kurikulum,
sebagai berikut:

1. Perencanaan
Kegiatan pokok yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah merancang dan
mengembangkan silabus yang merupakan panduan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran. Oliva (1992) menyatakan bahwa “a syllabus is an outline of
topics to be covered in a single course or grade level”. Di sini, yang perlu
dijabarkan dan dikembangkan adalah aspek-aspek yang tercakup di dalam
silabus tersebut, yang akan direalisasikan dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran. Prinsip-prinsip yang dipakai untuk mengembangkan silabus
tak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada
umumnya. Hal ini dikarenakan silabus merupakan salah satu produk
kurikulum.
Beberapa prinsip umum yang dipakai dalam pengembangan silabus, antara
lain; relevansi, fleksibel, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Di samping itu,
Mukminan, dkk. (2002) menambahkan prinsip-prinsip; ilmiah, perkembangan
peserta didik, sistematis, konsistensi, dan adekuasi. Selanjutnya, apabila
disepakati bahwa silabus merupakan salah satu produk kurikulum sebagai
pedoman tertulis, tentu membawa konsekuensi terhadap aspek-aspek yang
dikembangkan. Artinya, aspek-aspek yang ada dalam silabus haruslah
merupakan aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum. Oleh karena itu, jika
kurikulum yang berlaku di perguruan tinggi adalah kurikulum berbasis
kompetensi, tentu saja aspek-aspek yang perlu ada dalam silabus haruslah
menggambarkan aspek-aspek yang dikembangkan dalam kurikulum berbasis
kompetensi.
Beberapa aspek-aspek pokok yang perlu ada dalam silabus sebagaimana
aspek-aspek yang tercakup dalam kurikulum berbasis kompetensi, adalah
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar,
alokasi waktu, dan sumber bahan. Adapun formatnya terserah pada perguruan

7
tinggi masing-masing karena tidakada format baku. Yang penting bahwa
dalam penyusunan format silabus perlu memperhatikan aspek-aspek;
keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya
(Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).
2. Implementasi
Beauchamp (1975: 164) mengartikan implementasi kurikulum sebagai "a
process of putting the curriculum to work". Fullan (Miller dan Seller, 1985:
246) mengartikan implementasi kurikulum sebagai "the putting into practice
of an idea, program or set of activities which is new to the individual or
organization using it". Berdasarkan atas dua pendapat tersebut,
sesungguhnya, implementasi kurikulum merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mewujudkan atau melaksanakan kurikulum (dalam arti
rencana tertulis) ke dalam bentuk. nyata di kelas, yaitu terjadinya proses
transmisi dan transformasisegenap pengalaman belajar kepada peserta didik.
Beberapa istilah yang bisa disepadankan dengan istilah implementasi
kurikulum adalah pembelajaran atau pengajaran atau proses belajar
mengajar.Dengan pengertian yang demikian, implementasi kurikulum
memiliki posisi yang sangat menentukan bagi keberhasilan kurikulum sebagai
rencana tertulis. Hasan (2000: 1) mengatakan "jika kurikulum dalam bentuk
rencana tertulis dilaksanakan maka kurikulum dalam bentuk proses adalah
realisasi atau implementasi dari kurikulum sebagai rencana tertulis". Bisa
jadi, dua orang dosen yang sama-sama mengimplementasikan sebuah
kurikulum (misal, kurikulum mata kuliah Sosiologi Pendidikan) akan
diterima atau dikuasai anak secara berbeda bukan karena isi atau aspek-aspek
kurikulumnya yang berbeda, tetapi lebih disebabkan perbedaan dalam
implementasi kurikulum yang diupayakan dosen.Begitu urgennya posisi
implementasi bagi terwujud atau tidaknya sebuah kurikulum, sangatlah tepat
manakala persoalan implementasi kurikulum merupakan persoalan esensial di
kalangan pengembang dan pelaksana kurikulum. Terlebih lagi jika sistem
persekolahan yang ada lebih menekankan dimensi proses daripada hasil
belajar. Oleh karena itu, agar implementasi kurikulum dapat terwujud sesuai

8
dengan kurikulum sebagai rencana tertulis, disarankan Hasan (2000: 1) agar
terlebih dahulu memahami secara tepat tentang filsafat dan teori yang
digunakan. Dalam kesempatan lain, Hasan (1993: 100) memilah adanya dua
persoalan pokok dalam implementasi kurikulum, yaitu persoalan
yangberhubungan dengan kenyataan kurikulum yang ada dan berlaku di
perguruan tinggi, dan persoalan yang berhubungan dengan kemampuan dosen
untuk melaksanakannya. Khususnya yang berkaitan denganpersoalan kedua
ditegaskan oleh Sukmadinata (1988: 218) dengan mengatakan bahwa
implementasi kurikulum hampir seluruhnya tergantung pada kreativitas,
kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan dosen.
Bagaimana kaitannya dengan kegiatan pembelajaran dalam implementasi
kurikulum berbasis kompetensi? Mengacu pada asumsi bahwa kurikulum dan
pembelajaran memiliki kaitan yang erat dan saling menunjang maka
pembahasan mengenai pembelajaran dalam konteks implementasi kurikulum
berbasis kompetensi tentu tak bisa dilepaskan dari karakteristik kurikulum
berbasis kompetensi. Oleh karena itu, apabila kurikulum berbasis kompetensi
memiliki karakteristik utama yaitu human competence dan mastery learning,
tentu saja model pembelajarannya haruslah mencerminkan dan berbasis pada
dua karakteristik tersebut. Selanjutnya, model pembelajaran manakah yang
relevan dengan kurikulum berbasis kompetensi ? Puskur Balitbang Depdiknas
(2002) mengajukan karakteristik model pembelajaran yang relevan digunakan
untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi yaitu model-model
pembelajaran yang mampu mengkondisikan peserta didik meraih atau
memperoleh sejumlah pengalaman belajar yang berupa; pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak. Sekaitan dengan itu, Saylor, dkk. (1981: 279) mengajukan
rambu-rambu model-model pembelajaran yang relevan untuk implementasi
kurikulum berbasis kompetensi, yaitu; desain sistem instruksional,
pembelajaran berprograma, dan model pembelajaran latihan dan dril (practice
and drill). Sementara itu, jika dikaitkan dengan klasifikasi model
pembelajaran yang dikemukakan Joyce dan Weils (1992) maka rumpun

9
model pembelajaran “sistem perilaku” dipandang relevan untuk implementasi
kurikulum berbasis kompetensi, yang meliputi; belajar tuntas, pembelajaran
langsung, belajar kontrol diri, latihan pengembangan konsep dan ketrampilan,
dan latihan asersif. Banyak model pembelajaran yang diasumsikan relevan
untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini yang
paling penting adalah “seberapa jauh model-model pembelajaran tersebut
mampu memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
mencerminkan penguasaan suatu kompetensi yang dituntut kurikulum ?”
3. Evaluasi
Ada kaitan antara desain kurikulum yang berlaku dengan sistem
evaluasinya. Hal ini sangat beralasan karena evaluasi merupakan salah satu
komponen pokok kurikulum (Tyler, 1949). Dengan demikian, jika pihak
perguruan tinggi menerapkan kurikulum berbasis kompetensi maka sistem
evaluasinyapun akan berubah menyesuaikan dengan model kurikulumnya.
Apabila disepakati alur pikir di atas maka dalam kesempatan ini penulis
akan mencoba membahas tentang evaluasi performansi yang diasumsikan
dapat dipakai untuk menilai efektivitas kurikulum berbasis kompetensi.
Effective evaluation of student performance is central to the successful
conduct of this competency based curriculum. Hal ini disebabkan kurikulum
berbasis kompetensi mensyaratkan peserta didik mampu mendemontrasikan
seperangkat kompetensi dasar sebagaimana yang terumuskan dalam setiap
mata kuliah. Apa yang dimaksud dengan evaluasi performansi itu? Blank
(1982) mengatakan, “Essentially, a performance test does just what the term
implies-it is an instrumen to help the instructor judge whether or not the
student can actually perform the task in a job-like setting to some minimum
level of acceptability”. Secara khusus, Mehrens W.A dan Lehmann. I.J
(Sudarsono, 2000) mengatakan “a performance assessment is a procedure in
which you use work assignments or tasks to obtain information about how
well student has learned”. Evaluasi performansi merupakan bentuk evaluasi
yang bermaksud memberi pertimbangan mengenai nilai dan arti dari apa-apa
yang telah dipelajari peserta didik.

10
Evaluasi performansi didasarkan atas keyakinan bahwa peserta didik
mampu mendemontrasikan terhadap apa yang mereka ketahui dan mampu
melakukannya (know and able to do) dalam berbagai cara. Evaluasi
performansi bertujuan menilai efektivitas penerapan pengetahuan dan
ketrampilan pada setting lapangan. Evaluasi performansi berorientasi pada
skill outcome (Benner, 1982), yaitu ketrampilan menggunakan proses dan
prosedur yang merupakan hasil pembelajaran yang diharapkan dalam
berbagai bidang akademik. Misalnya, sains menaruh perhatian terhadap
ketrampilan laboratori, bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya
berkepentingan dengan ketrampilan berkomunikasi, matematika berkaitan
dengan ketrampilan pemecahan masalah, dan lain-lain. Meskipun demikian,
evaluasi performansi seringkali diabaikan dalam penilaian hasil pembelajaran
(outcomes instructional) karena dua alasan. Pertama, evaluasi performansi
lebih sulit dalam implementasinya daripada evaluasi hasil belajar
pengetahuan, terutama dalam persiapan, administrasi, dan skoring. Kedua,
penggunaan penilaian PAP untuk mengetahui taraf pencapaian tujuan
pembelajaran seringkali diyakini mampu menilai performansi pengalaman
belajar peserta didik, sehingga tanpa menggunakan evaluasi performansipun
seperangkat kompetensi dasar yang dikuasai peserta didik dapat diketahui.
Bagaimana cara pengembangkan alat evaluasi performansi peserta didik ?
Gronlund (1982) mengajukan empat langkah pengembangan, yaitu
menentukan perolehan performansi (performance outcames) yang akan
dinilai, menentukan standar pencapaian performansi, membuat petunjuk
pelaksanaan evaluasi, dan membuat pedoman observasi untuk mengevaluasi
performansi. Blank (1982) mengajukan tujuh langkah, yaitu menetapkan
terhadap aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi, menetapkan apakah
proses dan hasil pembelajaran yang merupakan prioritas evaluasi,
mengembangkan butir-butir soal, menetapkan butir-butir soal secara khusus
yang menjadi kata kunci dari aspek-aspek yang dinilai, menetapkan standard
mininal tingkat penguasaan kompetensi, menyusun petunjuk pelaksanaan
evaluasi, dan membuat naskah evaluasi dan mengujicobakannya.

11
2.3 Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berbicara lebih dalam tentang prinsip kriteria berbasis kompetensi, tidak bisa
lepas dari pengembangan KBK. Pengembangan kurikulum tersebut berdasarkan
beberapa hal berikut:
 Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti yang dijunjung masyarakat akan
mempengaruhi arti kehidupan dan sikapnya. Sehingga, harus benar-benar
dipahami, dan juga diamalkan bagi para siswa berdasarkan KBK.
 Pengetahuan Integritas Nasional melalui KBK harus memberi edukasi atau
pemahaman tentang kemajemukan peradaban dan masyarakat Indonesia
majemuk, multikultural juga multibahasa.
 Etika, logika, kinestetika, dan estetika yang seimbang.
 KBK harus memperhatikan adanya keseimbangan pengalaman siswa
dalam belajar yang berhubungan dengan logika, etika, kinestetika, dan
estetika.
 Kesamaan memperoleh peluang. Pengembangan KBK harus memberikan
ruang untuk memberdayakan siswa. Tujuannya agar semua memperoleh
ilmu pengetahuan dan keterampilan serta sikap perilaku untuk
mengembangkan kurikulum.
 Abad pengetahuan dan juga informasi teknologi. Kurikulum sangat
penting dengan mendukung perkembangan berpikir juga belajar dengan
cara akses, memilih, dan menilai pengetahuan. Sehingga, siswa tanggap
dalam menghadapi situasi yang bisa berubah.
 Pengembangan keterampilan dalam bertahan hidup. Pengembangan
tersebut membutuhkan unsur-unsur keterampilan agar hidup para siswa
disertai keahlian, mampu beradaptasi, mampu rendah hati, berdaya saing,
bekerja sama ketika harus menghadapi tantangan dan juga tuntutan dalam
kehidupan sehari-hari.

12
 Belajar seumur hidup. Pendidikan akan berlangsung seumur hidup bagi
manusia ketika ingin mengembangkan, menambah kesadaran, serta selalu
belajar pemahaman dunia bisa berubah pada segala jenis bidang.
 Berorientasi pada siswa dengan penilaian komprehensif dan berkelanjutan.
Tujuan pengembangan KBK membantu siswa lebih mandiri dalam belajar,
menilai diri sendiri, juga bekerja sama sehingga mampu membangun
pengetahuan dan pemahaman.
 Pendekatan Menyeluruh dengan mempertimbangkan seluruh pengalaman
belajar yang dirancang secara berkelanjutan mulai dari TK hingga kelas
XII.
2.4 Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Departemen Pendidikan menetapkan karakteristik KBK sebagai berikut:
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun
klasikal. KBK memuat sejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa dan
kompetensi tersebut sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan
pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator
inilah yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan. Proses
pencapaian bergantung pada kemampuan dan kecepatan yang berbeda
pada setiap siswa.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi sesuai dengan keberagaman siswa.
4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar lain yang
memenuhi unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi. Guru berperan sebagai fasilitator
untuk mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. KBK menempatakan hasil
dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

13
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum menjadi
kunci penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang responsif terhadap
tuntutan zaman. Salah satu pendekatan yang semakin dikenal dan diakui adalah
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
1. Peran Penting Kurikulum
Kurikulum memegang peran sentral dalam proses pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi menekankan pada hasil dan kemampuan yang dapat
diukur secara konkret. Berbeda dengan kurikulum tradisional yang lebih
fokus pada materi, kurikulum berbasis kompetensi mengarah pada
penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan nyata.
2. Definisi Kompetensi
Kompetensi dalam konteks kurikulum mengacu pada gabungan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta
didik. Pemahaman mendalam tentang definisi kompetensi menjadi dasar
dalam merancang kurikulum yang relevan dan dapat menjawab kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja.
3. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
 Analisis Kebutuhan
Sebelum merancang kurikulum, analisis kebutuhan adalah langkah awal
yang krusial. Mengetahui tuntutan dunia kerja dan perkembangan
teknologi menjadi dasar untuk menentukan kompetensi apa yang perlu
diajarkan.
 Identifikasi Kompetensi Inti
Setelah analisis kebutuhan, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
kompetensi inti yang harus dimiliki oleh peserta didik. Ini mencakup
pengetahuan teknis, keterampilan interpersonal, dan sikap profesional.
 Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran melibatkan pemilihan metode, strategi, dan media
pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan.

14
Pembelajaran aktif dan proyek berbasis merupakan pendekatan yang
umum digunakan dalam kurikulum berbasis kompetensi.
 Evaluasi Berkelanjutan
Kurikulum berbasis kompetensi memerlukan sistem evaluasi yang
berkelanjutan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik. Ini
dapat mencakup penilaian formatif dan sumatif untuk memastikan
bahwa pembelajaran mencapai tujuan yang diinginkan.
2.6 Manfaat Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
1. Relevansi dengan Dunia Kerja
Peserta didik akan lebih siap menghadapi dunia kerja karena kurikulum
berbasis kompetensi dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja.
2. Pengembangan Keterampilan
Fokus pada pengembangan keterampilan praktis memungkinkan peserta
didik mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
3. Responsif terhadap Perubahan
Kurikulum berbasis kompetensi lebih mudah disesuaikan dengan
perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan masyarakat.
2.7 Tujuan kurikulum berbasis kompetensi
Tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk menghadapi perannya di masa yang akan datang dengan
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup
adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi
permasalahan hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga mampu
mengatasi permasalahan tersebut.
Secara khusus kecakapan hidup menurut Wina Sanjaya (2011) bertujuan
untuk:
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problem yang dihadapi;

15
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan
berbasis luar (broad based education);\
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah
dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di
masyarakat, sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (school Based
management).
2.8 Implementasi kurikulum berbasis kompetensi
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) melibatkan beberapa
aspek penting:
 Pengembangan Kurikulum: KBK harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Ini
melibatkan penentuan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik,
pengembangan silabus, dan penentuan metode pengajaran dan penilaian
yang sesuai.
 Proses Belajar Mengajar: Dalam KBK, proses belajar mengajar harus
berpusat pada peserta didik. Guru bertindak sebagai fasilitator yang
membantu peserta didik mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan.
Metode pengajaran harus aktif, interaktif, dan kontekstual.
 Evaluasi: Evaluasi dalam KBK melibatkan penilaian kompetensi peserta
didik, bukan hanya pengetahuan teoritis mereka. Evaluasi harus mencakup
penilaian keterampilan, sikap, dan pengetahuan peserta didik.
 Pengembangan Profesional Guru: Guru harus memiliki pemahaman yang
baik tentang KBK dan kompeten dalam mengimplementasikannya. Ini
melibatkan pelatihan dan pengembangan profesional berkelanjutan untuk
guru.
 Dukungan Institusional dan Kebijakan: Implementasi KBK memerlukan
dukungan institusional dan kebijakan yang memadai. Ini melibatkan
penyediaan sumber daya yang diperlukan, seperti buku teks dan bahan
ajar, serta kebijakan yang mendukung implementasi KBK.

16
Perlu diingat bahwa implementasi KBK adalah proses yang kompleks yang
memerlukan koordinasi dan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk guru,
peserta didik, orang tua, dan pemangku kebijakan.
2.9 Kelebihan dan kekurangan kurikulum Berbasis kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan:

1. Kelebihan KBK:
 Pengembangan Kompetensi: KBK berfokus pada pengembangan
kompetensi siswa dalam berbagai aspek mata pelajaran, bukan hanya
pada penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
 Pembelajaran Berpusat pada Siswa: KBK mengutamakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student-oriented), yang memungkinkan
siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar.
 Pembelajaran Kontekstual: KBK mendorong penggunaan metode
pembelajaran kontekstual, yang membantu siswa memahami dan
menerapkan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata.
 Evaluasi Holistik: KBK melibatkan evaluasi kompetensi siswa dalam
berbagai aspek, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2. Kekurangan KBK:
 Tantangan Implementasi: Implementasi KBK bisa menjadi tantangan,
terutama dalam hal pelatihan guru dan penyediaan sumber daya
pendidikan yang memadai.
 Kesulitan dalam Penilaian: Penilaian kompetensi siswa bisa menjadi
sulit dan subjektif, karena melibatkan penilaian keterampilan dan sikap,
bukan hanya pengetahuan teoritis.
 Kurangnya Kesiapan Siswa: Beberapa siswa mungkin merasa sulit
untuk beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan
mandiri.

17
 Memerlukan Dukungan yang Kuat: KBK memerlukan dukungan yang
kuat dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan pemangku
kebijakan, untuk berhasil.
2.10 Struktur Model kurikulum berbasis kompetensi
1. Identitas kompetensi utama
Tentukan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.Ini bisa meliputi
sikap,dan nilai-nilai yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan
kebutuhan masyarakat.

2. Pengembangan kurikulum
Desainlah kurikulum yang menginterasikan kompetensi-kompetensi
tersebut kedalam rencana pembelajaran.Atur urutan pembelajaran dan
penilaian yang sesuai dengan pencapaian kompetensi.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang mendukung pengembangan kompetensi
siswaq,seperti pembelajaran berbasis proyek,portofolio,atau berorientasi
pada masalah.
4. Penilaian Kompetensi
Rancanglah instrumen penilaian yang sesuai untuk mengukur pencapaian
kompetensi siswa.ini bisa ternasuk tes,pryek,portofolio,atau observasi
langsung.
5. Implementasi
Terapkan kurikulum didalam proses pembelajaran dikelas.Berikan
dukungan kepada guru dan siswa untuk memastikan pelaksanaan yang
efektif.
6. Evaluasi dan penyesuaian
Melibatakan efektivitas kurikulum secara berkala.Gunakan umpan balik
darin siswa,guru,dan stakeholder lannya untuk melakukan penyusuaian
yang diperlukan guna memperbaiki kurikulum.
7. Keterlibatan stakerholder

18
Melibatkan stakerholder seperti indusrti, universitas, masyarakat lokal
dalam proses penggembangan, implemetasi, dan evaluasi kurikulum untuk
memastikan relevensi dan kesesuaian dengan kebutuhan nyata.
Dengan struktur yang kokoh dan pendekatan yang terintegrasi,model
kurikulum berbasis kompetensi dapat memberikan lanadasan yang kuat untuk
pengembangan siswa yang siap menghadapi tantangan dimasa depan.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari model kurikulum berbasis kompetensi adalah pendekatan ini
menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan siswa sesuai
dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat. Dengan fokus pada
kompetensi, siswa dapat lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan lebih
mudah untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
3.2 Saran
Jadi sarannya adaalah Identitas kompetensi yang relevan dengan kebutuhan
pasar kerja dan kebutuhan masyarakat lokal dengan menggembangkan metode
pembelajaran yang menekankan pada penerapan konsep dalam situasi nyata dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan katerampilan sosial,
kritis, dan kreatif dan memeberikan pelatih dan dukungan kepada guru untuk
mengembangkan keterampilan mengajar yang sesuai dengan pendekatan berbasis
kompetensi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Dwi Fitri. Jurnal 2016. Dengan penelitian berjudul “Penerapan Problem
Based Learnin (Pbl) Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Volume 4,
Nomor 1, Mei 2016, Hal: 95 –100.

Anik Ghufron. Makalah 2004. Dengan judul “Kurikulim Berbasis Kompetensi:


Konsep dan Pengembangannya”. Universitas Negeri Yogyakarta. 07-08
Juli 2004.

Berman Hutahaean. Jurnal 2014. Dengan penelitian berjudul “Pengembangan


Model Evaluasi Kurikulum Multidimensi Untuk Kurikulum Berbasis
Kompetensi”. FKIP Universitas Prima Indonesia Medan. Juni 2014, Th.
XXXIII, No. 2.

Didi Sudrajat. Jurnal 2016. Dengan penelitian berjudul “Portofolio: Sebuah Model
Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Universitas Kutai
Kartanegara. Volume 1, Nomor 2 Septembrer 2016.

Dwi Rahdiyanta. Makalah 2003. Dengan judul “Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK): Pengertian Dan Konsep KBK”. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Implementasi KBK di FT-UNY, tanggal 11-12 Agustus
2003.

20
Jaja Suteja. Jurnal 2017. Dengan penelitian berjudul “Model-Model Pembelajaran
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Kkni Di Perguruan Tinggi
(Perubahan Dari Teacher Centered Learning Ke Arah Student Centered
Learning)”. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Volume VI No 1, Juni 2017.

Muh. Fahrurrozi. Jurnal 2015. Dengan penelitian berjudul “Pembelajaran Berbasis


Budaya: Model Inovasi Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi”. STKIP Hamzanwadi Selong. Vol. 07, November
2015, ISBN: 978-602-6854-00-, 307 hlm.

21

Anda mungkin juga menyukai