Anda di halaman 1dari 43

MODUL

SISTEM PENGORGANISASIAN KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD
Dosen Pengampu: Ika Dian Rahmawati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 12:

1. Andi Muhammad Rifky (190611100214)


2. Dwi Lestari Nur Fiddiniya (190611100220)
3. M. Churriyatul Qulub (190611100249)
4. Khofifatun Nabilah (190611100279)
5. Hellinia Yuyun (190611100280)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022

1
MATERI SISTEM PENGORGANISASIAN KURIKULUM

I PENDAHULUAN

A. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami sistem pengorganisasian kurikulum

B. Deskripsi
Modul ini membahas mengenai sistem pengorganisasian kurikulum yang
meliputi kurikulum institusi, terintegrasi dan tematik, kurikulum inti (Core
Curriculum), kurikulum lokal, kurikulum sentralisasi dan desentralisasi. Proses dan
hasil dari mempelajari modul ini akan tercapai secara optimal apabila mahasiswa
telah mengetahui dan memahami pengertian kurikulum, landasan pengembangan
kurikulum, komponen kurikulum dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap sistem pengorganisasian kurikulum
merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan untuk bisa memahami kurikulum
secara utuh. Oleh karena itu, pemahaman terhadap modul ini memiliki keterkaitan
dengan modul lainnya. Setelah mempelajari modul ini, secara umum mahasiswa
diharapkan dapat memahami sistem pengorganisasian kurikulum. Secara khusus,
setelah melakukan kegiatan belajar modul ini mahasiswa diharapkan mampu untuk
menjelaskan sistem pengorganisasian kurikulum yang meliputi kurikulum institusi,
terintegrasi dan tematik, kurikulum inti (Core Curriculum), kurikulum lokal,
kurikulum sentralisasi dan desentralisasi. Ketercapaian kompetensi akan
mempermudah mahasiswa dalam menerima materi selanjutnya mengenai evaluasi
pelaksanaan kurikulum.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Bacalah modul ini secara berurutan.
2. Pahami serta cermati setiap poin dalam modul.
3. Apabila ada hal yang kurang dipahami, buatlah catatan kecil berupa pertanyaan
atau lainnya.
4. Kerjakan setiap soal yang ada dalam modul ini.
5. Untuk memperluas wawasan, pelajari referensi pada modul ini.

1
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami sistem pengorganisasian kurikulum
2. Menjelaskan sistem pengorganisasian kurikulum yang meliputi kurikulum institusi,
terintegrasi dan tematik, kurikulum inti (Core Curriculum), kurikulum lokal,
kurikulum sentralisasi dan desentralisasi

E. Cek Kemampuan
1. Bagaimana sistem pengorganisasian kurikulum di Indonesia?
2. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kurikulum institusi, terintegrasi dan
tematik?
3. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kurikulum inti (Core Curriculum)?
4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kurikulum lokal?
5. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kurikulum sentralisasi dan desentralisasi?

II PEMBELAJARAN

A. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu untuk:
a. Memahami sistem pengorganisasian kurikulum di Indonesia.
b. Mengetahui sistem pengorganisasian kurikulum institusi, terintegrasi dan
tematik.
c. Mengetahui sistem pengorganisasian kurikulum inti (Core Curriculum).
d. Mengetahui sistem pengorganisasian kurikulum lokal.
e. Mengetahui sistem pengorganisasian kurikulum sentralisasi dan desentralisasi.

2. Uraian Materi
a. Kurikulum Institusi, Terintegrasi, dan Tematik
Kurikulum Institusi
Kurikulum institusi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai capaian pembelajaran, bahan kajian, proses, dan penilaian yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. Terkait dengan hal
di atas, penyusunan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang pada gilirannya

2
diharapkan dapat digunakan untuk menyusun kurikulum masing-masing
program studi di lingkungan Institut. Kurikulum pendidikan tinggi merupakan
program untuk menghasilkan lulusan, sehingga program tersebut seharusnya
menjamin agar lulusannya memiliki kualifikasi yang setara dengan kualifikasi
yang disepakati dalam KKNI. Konsep yang dikembangkan Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan selama ini, dalam menyusun kurikulum
dimulai dengan menetapkan profil lulusan yang dijabarkan menjadi rumusan
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL). Rumusan kemampuan pada deskriptor
KKNI dinyatakan dengan istilah capaian pembelajaran (terjemahan dari learning
outcomes), dimana kompetensi tercakup di dalamnya atau merupakan bagian
dari capaian pembelajaran (CP). Penggunaan istilah kompetensi yang digunakan
dalam pendidikan tinggi (DIKTI) ditemukan pada Permendikbud No. 3 Tahun
2020 tentang SN-DIKTI pasal 5, ayat (1), yang menyatakan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dinyatakan dalam rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).
Kurikulum merupakan komponen utama dalam standar isi. Namun
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa adanya Standar Kompetensi
Lulusan. Dengan demikian karakteristik kurikulum Institut Pendidikan
Indonesia 2018 dirancang berdasarkan hal berikut: (1) Standar kompetensi
lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam
rumusan capaian pembelajaran lulusan. (2) Standar kompetensi lulusan yang
dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai
acuan utama pengembangan standar isi pembelajaran, standar proses
pembelajaran, standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana pembelajaran, standar pengelolaan
pembelajaran, dan standar pembiayaan pembelajaran. (3) rumusan capaian
pembelajaran lulusan sebagaimana mengacu pada deskripsi capaian
pembelajaran lulusan pada KKNI, (4) mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama
dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Terkait dengan hal di atas, naskah ini memuat acuan umum penyusunan
kerangka dasar dan struktur kurikulum yang pada gilirannya diharapkan dapat

3
digunakan untuk menyusun kurikulum masing-masing program studi di
lingkungan Institut Pendidikan Indonesia pada level program akademik strata
satu (S1) dan strata dua (S2). Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
dimaksud terdiri dari muatan kurikulum, beban belajar dan kompetensi yang
harus dicapai oleh peserta didik sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
yang ditempuh.
Panduan Pengembangan Kurikulum Institut Pendidikan Indonesia ini
bertujuan sebagai berikut.
1) Memberi acuan bagi Program Studi dalam mengembangkan kurikulum
yang sesuai dengan tuntutan kekinian, mengacu pada KKNI, dan masa
depan untuk menjamin mutu lulusan, sebagai sarjana pendidikan dan
magister Pendidikan yang profesional, serta sarjana non-pendidikan.
2) Memberi landasan dalam rekonstruksi program dan penyelenggaraan
pendidikan guru secara komprehensif. dan sarjana non-pendidikan.
3) Memberi panduan dalam pengembangan silabus dan Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) atau istilah lain untuk menghasilkan sarjana calon guru
yang profesional, magister pendidikan dan sarjana non- pendidikan.

Penerapan kurikulum institusi


Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka - yang selanjutnya disingkat
MBKM - dilandasi oleh Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi pada Standar Proses Pembelajaran, khususnya pada
pasal 15 s/d 18. MBKM bertujuan untuk mendorong mahasiswa memperoleh
pengalaman belajar dengan berbagai kompetensi tambahan di luar program
studi dan/atau di luar kampus-nya. Pemenuhan masa dan beban belajar bagi
mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan: 1)
mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan
tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di
dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan
sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi. Sedangkan bagi
perguruan tinggi wajib memfasilitasi pelaksanaan MBKM.
Paling tidak empat hal yang penting diperhatikan dalam mengembangkan dan
menjalankan kurikulum dengan implementasi MBKM. Pertama, tetap fokus
pada pencapaian SKL/CPL, Kedua, dipastikan untuk pemenuhan hak belajar

4
maksimum 3 semester, mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dengan
kompetensi tambahan yang gayut dengan CPL Prodi-nya. Ketiga, dengan
implementasi MBKM mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar di dunia
nyata sesuai dengan profil atau ruang lingkup pekerjaannya. Keempat,
kurikulum yang dirancang dan dilaksanakan bersifat fleksibel dan mampu
beradaptasi dengan perkembangan IPTEKS (scientific vision) dan tuntutan
bidang pekerjaan (market signal).

Kurikulum Terintergrasi
Kurikulum terintegrasi merupakan kurikulum yang memungkinkan
siswa baik secara individual maupun secara klasikal aktif menggali dan
menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara holistik bermakna dan autentik.
Sehingga pembelajaran tematik menekankan pada penyampaian pelajaran yang
bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Fraze &
Rudnitski (Rusman, 2020)1 mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai
kurikulum yang mengintegrasikan sejumlah disiplin ilmu melalui keterkaitan
diantaranya tujuan, isi, keterampilan dan sikap dengan tujuan untuk memadukan
sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran diantara berbagai disiplin
tersebut.
Lebih lanjut lagi, Majid (2017)2 mendefinisikan kurikulum terpadu
sebagai kurikulum yang mengintegrasikan semua elemennya melalui pemilihan
konten atau tema dalam model tematik sehingga mendorong keterkaitan dan
pemahaman lebih dalam terhadap konsep atau makna serta keterampilan yang
telah dipelajari siswa. Rusman (2020)3 menyatakan bahwa kurikulum
terintegrasi terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Komponen
yang dimaksud dapat diidentifikasi pada gambar berikut.

1 Rusman. (2020). Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers. 33
2 Majid, A. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya. 42
3 Ibid.

5
Pada komponen masukan, kurikulum menitikberatkan pada mata
pelajaran. Pada komponen proses, kurikulum menitikberatkan pada
pembentukan konsep berpikir dan cara belajar yang diarahkan pada
pengembangan kepribadian. Pada komponen produk, kurikulum dititikberatkan
pada pembentukan tingkah laku spesifik. Adapun subsistemnya masih berkaitan,
yaitu subsistem masukan yakni siswa, subsistem proses yakni metode, materi
dan masyarakat dan subssitem produk yakni lulusan yang dikaitkan dengan
komponen evaluasi dan umpan balik. Seluruh komponen tersebut saling
berinteraksi.
Drake (Majid, 2017)4 mengklasifikasikan kurikulum terpadu menjadi
kurikulum terpadu dengan pendekatan intradisipliner, multidisipliner,
interdisipliner dan transdisipliner.
1) Pendekatan Intradisiplin
Pendekatan model ini merupakan keterpaduan beberapa subdisiplin dari
suatu bidang studi. Gambaran pendekatan intradisiplin dapat dilihat pada
gambar berikut.

4 Majid, A. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya. 43

6
2) Pendekatan Multidisiplin
Intergasi model ini difokuskan pada disiplin-disiplin yang dipadukan,
biasanya dalam bentuk tema. Jenis-jenis pendekatan ini meliputi fusi,
service learning, parallel discipline atau learning centers, dan theme
based units. Gambaran pendekatan multi disiplin ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

3) Pendekatan Interdisiplin
Keterpaduan pendekatan interdisiplin atau antar disiplin ini merupakan
penataan kurikulum lintas disiplin dengan penekanan pada konsep dan
keterampilan antardisiplin. Pendekatan ini menitikberatkan kegiatan
mencocokpadukan beberapa mata pelajran dengan berlandaskan pada
konsep dan topik yang ada dan saling tumpang tindih diantara mata
pelajara tersebut. Dengan merujuk tema yang terpilih, selanjutnya
dilakukan pengaturan kembali pola organisasi materi yaitu menjadi
materi yang terintegrasi atau terpadu tidak berdasarkan mata pelajaran.

4) Pendekatan Transdisiplin
Kurikulum dengan pendekatan transdisiplin ditata atas dasar perhatian
dan pertanyaan para siswa. Mereka mengembangkan life skills
sebagaimana mereka menerapkan keterampilan disiplin dan antardisiplin

7
dalam konteks kehidupan nyata. Ada dua jalur untuk melaksanakan
integrasi transdisiplin, yaitu project-based learning dan negosiasi
kurikulum.

Kelemahan/kekurangan dari kurikulum terpadu, yaitu:


1) Aspek Guru
Kurikulum ini menuntut guru memiliki pengetahuan dan wawasan yang
luas, kreativitas tinggi, keterampilan metodologik yang handal, kepercayaan
diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi secara luas dan terintegrasi.
2) Aspek Siswa
Kurikulum terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik,
baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya.
3) Aspek Sarana atau Sumber Pembelajaran
Kurikulum terpadu memerlukan bahan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan berguna untuk menunjang dan memperkaya serta
mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
4) Aspek kurikulum
Kurikulum terpadu memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk
pengembangannya.
5) Aspek Sistem Penilaian dan Pengukurannya:
Kurikulum terpadu tersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran
yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha menetapkan keberhasilan
belajar siswa dilihat dari beberapa mata pelajaran yang terkait, atau dengan

8
kata lain, hasil belajar merupakan kumpulan dan panduan penguasaan dari
berbagai materi yang disatukan dan digabungkan (Sa’ud,dkk,2006).
Keterbatasan lain dari kurikulum terpadu, yaitu :
1) Menentukan “jembatan” yang bersifat alamiah sehingga keterkaitan antar
unsur tidak tampak dipaksakan;
2) Struktur kurikulum yang dibatasi oleh catur wulan, seringkali menghambat
penentuan fokus untuk mencari keterkaian antar unsur;
3) Kurangnya dukungan dari pihak orang tua dan pihak luar sekolah yang
seharusnya dapat menjadi narasumber otentik bagi siswa, sehingga siswa
mengalami hambatan untuk menjaring pengalaman otentik yang justru
menjadi jiwa dari pendekatan ini.
4) Selain dari pihak guru, dari pihak siswa terungkap juga beberapa
permasalahan yang menjadi hambatan bagi pengembangan pendekatan ini
yaitu:
5) Seringkali rancangan kegiatan pembelajaran melibatkan terlalu banyak
tugas-tugas yang akhirnya terkesan membebani siswa.
6) kurang faham sehingga siswa merasa bingung dan gagal memahami
keterkaitan antar unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, peran
guru tampaknya sangat diperlukan dalam menggiring siswa untuk sampai
pada fokus yang telah ditetapkan
7) Para peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dasar dengan lebih
baik karena dengan kurikulum tematik, mereka akan selalu mengaitkan
materi pelajaran dengan pengalaman nyata yang diperoleh di lapangan.
8) Kegiatan belajar dapat melahirkan keterampilan sosial, seperti bekerja
sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
9) Hasil belajar yang diperoleh para peserta didik akan bertahan lebih lama
dalam memori mereka karena lebih berkesan dan bermakna.

Kurikulum terpadu memiliki beberapa keunggulan/keuntungan/kelebihan, yaitu:


1) Memberikan peluang dan motivasi bagi guru untuk mengembangkan materi
pembelajaran serta mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas.
2) Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima,
menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep,

9
pengetahuan, nilaiatau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok
bahasan atau bidang studi.
3) Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.

Contoh dan Aplikasi Kurikulum Terintegrasi


Dalam pengaplikasian kurikulum integrasi atau terpadu terdapat beberapa
tahapan aplikasi. Pertama, guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu
berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua, guru harus melakukan
terlebih dahulu analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi
dasar, dan membuat indikator pembelajaran dengan tetap memperhatikan
muatan materi dari standar isi. Ketiga, guru membuat hubungan pemetaan
antara kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dengan tema. Keempat,
membuat jaringan KD, indikator. Kelima, menyusun silabus tematik dalam satu
tahun. Keenam, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya
memuat metode, model, dan Langkah-langkah kegiatan membelajaran. Ketujuh,
setelah semua siap maka akan diajarkan untuk siswa. Adapun penjelasan yang
lebih rinci adalah sebagai berikut:
1) Guru memilih atau menetapkan terlebih dahulu tema yang akan digunakan.
Contoh salah satu tema disekolah dasar pada siswa kelas VI adalah:
a) Selamatkan Makhluk Hidup
b) Persatuan dalam Perbedaan
c) Tokoh dan Penemu
d) Globalisasi
e) Wirausaha
f) Kesehatan Masyarakat
g) Organisasi di Sekitarku
h) Bumiku
i) Menjelajah Angkasa Luar
2) Melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar, dan Membuat Indikator
Dalam melakukan analisis kurikulum (SKL, KI, dan KD serta membuat
indikator) dilakukan dengan terlebih dahulu membaca semua standar
kompetensi lulusan, kompetensi inti, serta kompetensi dasar dari semua
muatan pelajaran. Setelah memiliki sejumlah tema untuk satu tahun, lalu

10
dilanjutkan dengan menganalisis standar kompetensi lulusan dan kompetensi
inti serta kompetensi dasar yang ada dari berbagai muatan pelajaran seperti
PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBdP, dan PJOK). Masing-
masing kompetensi dasar setiap muatan pelajaran dibuatkan indikatornya
mengikuti kriteria pembuatan indikator
3) Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator
dengan Tema Guru masih perlu membuat indikator dan melakukan pemetaan
kompetensi dasar dan indikator tersebut berdasarkan tema yang tersedia.
Hasil pemetaan dimasukkan kedalam format pemetaan agar lebih mudah
untuk proses penyajian pembelajaran. Indikator mana saja yang dapat
disajikan secara terpadu atau terintegrasi diberikan tanda ceklis (√).
4) Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Selanjutnya, pengaplikasiannya guru
harus membuat jaringan KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek
dari pemetaan ke dalam format jaringan KD dan indikator.
5) Menyusun Silabus Tematik Terpadu Setelah sudah dibuat jaringan KD dan
indikator, langkah selanjutnya dalah menyusun silabus yang digunakan untuk
memudahkan guru dalam melihat seluruh kegiatan pembelajaran untuk setiap
tema sampai tuntas. Silabus akan memberikan gambaran secara menyeluruh
tema yang telah dipilih akan disajikan berapa minggu dan kegiatan apa saja
yang akan dilakukan dalam penyajian tema tersebut. 19 Dalam silabus akan
dimuat seluruh komponen panduan dari standar proses yang meliputi:
a) Kompetensi dasar yang sudah diturunkan dari jaringan tema.
b) Indikator (dibuat oleh guru, diturunkan dari jaringan kompetensi dasar).
c) Materi pembelajaran
d) Kegiatan pembelajaran yang memuat perencanaan penyajian untuk
beberapa minggu tema tersebut akan dibelajarkan.
e) Penilaian proses dan hasil belajar (meliputi, penilaian sikap,
keterampilan, dan pengetahuan) selama pembelajaran berlangsung.
f) Alokasi waktu pembelajaran.
g) Sumber dan media.
6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Secara Terintegrasi/ Terpadu
Langkah terakhir adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara
terintegrasi atau terpadu. Dalam RPP ini terdapat gambaran segala proses
pembelajaran yang penyajiannya dilakukan secara utuh dengan memuat dan

11
mengintegrasikan berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam
bentuk tema. Didalam RPP secara terintegrasi/ terpadu tematik ini siswa akan
memahami konsep kehidupan secara utuh. Penulisan identitas mata pelajaran
tidak ada, melainkan langsung ditulis tema apa yang akan diajarkan.

Kurikulum Tematik
Pengertian Kurikulum Tematik
Secara sederhana, kurikulum tematik dapat diartikan sebagai kurikulum
yang membuat konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik. Mengacu pada pengertian tersebut, jika guru
mengadakan kegiatan belajar dan mengajar dengan kurikulum tematik, maka ia
harus merancang pembelajaran berdasarkan tema-tema tertentu. Ia harus
membahas tema-tema tersebut dari berbagai materi pelajaran yang tersedia.
Misalnya, tema udara dapat dibahas melalui materi pembelajaran IPA dan
pendidikan jasmani. Bahkan, lebih jauh lagi tema udara juga dapat dibahas
melalui materi-materi pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, pendidikan
agama, ataupun IPS.
Dengan demikian, jika guru mengadakan pembelajaran dengan landasan
kurikulum tematik, maka sebenarnya ia telah menyediakan keluasaan dan
kedalaman implementasi kurikulum. Dengan pembelajaran tematik, guru juga
dapat memberikan ruang penuh kepada para peserta didik untuk mengeksplorasi
gagasanya serta memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik
adalah epitome dari seluruh bahasan pelajaran yang memfasilitasi para peserta
didik untuk menjawab pertanyaan secara produktif yang dimunculkan sendiri
dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang
dunia disekitar mereka. Sementara itu yang dimaksud tema dalam istilah
kurikulum tematik adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi inti
pembicaraan atau pembahasan dalam kegiatan pembelajaran
Depdiknas (2006)5 menyatakan kurikulum tematik pada dasarnya
merupakan model dari kurikulum terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

5 Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Puskur.

12
bermakna kepada peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Majid (2017)6
yang mendefinisikan kurikulum tematik sebagai suatu kurikulum yang
menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di
sekeliling siswa dan dalam rentang kemampuan serta perkembangan anak.
Lebih lanjut lagi, Akbar dkk. (2020)7 menyatakan bahwa kurikulum
tematik adalah kurikulum yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam tema dengan proses pembelajaran yang
bermakna disesuaikan dengan perkembangan siswa. Kurikulum tematik
merupakan pengembangan dari pemikiran Jacob pada tahun 1989 dengan
konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan
konsep kurikulum terpadu. Maka, kurikulum tematik dapat didefinisikan
sebagai suatu kurikulum yang mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra-
mata pelajaran maupun antar-mata pelajaran.

Karakteristik Kurikulum Tematik


Dalam materi sosialisasi kurikulum 2013 dari Kemendikbud,
karakteristik kurikulum tematik sebagai berikut (Akbar, dkk., 2020)8.
1) Berpusat pada siswa
2) Memberikan pengalaman langsung
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4) Menyajikan konsep dari berbagai muatan
5) Bersifat fleksibel
6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Menurut Sukmadinata (2020)9 juga menyatakan karakteristik kurikulum
tematik, yakni:
1) Terintegrasi dengan lingkungan
2) Memiliki tema sebagai pemersatu beberapa mata pelajaran
3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
4) Kurikulum memberikan pengalaman langsung yang bermakna
5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran
6) Pemisahan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain yang sulit dilakukan
6 Majid, A. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya
7 Akbar, S., dkk. (2020). Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 55
8 Ibid., 57
9 Sukmadinata, N. S. (2020). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. 98

13
7) Kurikulum dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan
minat siswa.
Menurut Majid (2017)10, karakteristik dari kurikulum tematik, yaitu:
1) Holistik
2) Bermakna
3) Otentik
4) Aktif

Konsekuensi Penerapan Kurikulum Tematik di SD/MI


Penerapan kurikulum tematik bagi para peserta didik ditingkat SD/MI memiliki
beberapa konsekuensi yang harus di sikapi oleh semua pihak antara lain sebagai
berikut:
1) Konsekuensi terhadap guru
Jika lembaga pendidikan SD/MI menerapkan pembelajaran mengacu pada
kurikulum tematik, maka lembaga tersebut harus menyediakan tenaga
pendidik (guru) yang memiliki kualitas dan kapasitas tinggi. Hal itu
dikarenakan penerapan kurikulum tematik memerlukan guru yang kreatif
dalam menyiapkan kegiatan belajar bagi para peserta didik. Dari berbagai
materi pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
2) Konsekuensi terhadap peserta didik
a) Para peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran tematik
yang menuntut kinerja ekstra.
b) Para peserta didik juga harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran
tematik yang bervariasi (tidak monoton).
3) Konsekuensi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
a) Sebagai penerapan kurikulum tematik dalam pengajaran di tingkat
SD/MI para peserta didik harus untuk aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik
yang membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
b) Kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum tematik harus
menggunakan berbagai sumber belajar untuk keperluan pelaksanaan

10 Majid, A. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya

14
pembelajaran yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan dan
biasa dikunjungi oleh para peserta didik.
c) Pembelajaran yang bersifat tematik juga harus memaksimalkan
pengguanaan media pembelajaran yang bersifat tidak monoton.
d) Kegiatan belajar mengajar berbasis kurikulum tematik dapat
menggunakan buku ajar yang selama ini telah di jalankan.
4) Konsekuensi terhadap pengaturan ruangan
Penerapan kurikulum tematik juga bisa melahirkan konsekuensi logis
terhadap pengaturan ruangan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
bersifat tematik harus diiringi dengan pengaturan ruangan agar proses dan
suasan belajar mengajar berjalan dengan lancar, efektif, efisien, dan
menyenangkan semua pihak yang terlibat.
5) Konsekuensi terhadap pemilihan metode
Penerapan kurikulum tematik ditingkat SD/MI akan memberikan
konsekuensi terhadap pemilihan metode sebagai karakteristik penerapan
kurikulum tematik dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus
mempersiapkan berbagai metode ketika menyampaikan materi peljaran
kepada para peserta didiknya. Penggunaan metode tidak boleh secara
monoton karena akan menyulitkan peserta didik dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Keunggulan penerapan kurikulum tematik


Kurikulum tematik memiliki banyak keunggulan yang dapat di rasakan secara
langsung oleh guru dan para peserta didik dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Pembelajaran yang mengacu pada tema, guru, dan peserta didik akan
mendapatkan beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik lebih fokus pada
proses dari pada produk.
2) Memberi kesempatan yang luas bagi para peserta didik untuk belajar secara
kontekstual.
3) Dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian para peserta
didik.
4) Mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan (penelitian)
sendiri, baik di kelas maupun luar kelas.

15
5) Mendorong peserta didik untuk mampu menemukan sendiri mengenai
konsep-konsep pengetahuan.
6) Membiasakan para peserta didik untuk melihat masalah dari berbagai segi.
7) Para peserta didik akan sangat mudah memfokuskan perhatian pada tema
tertentu berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
8) Para peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dasar dengan lebih
baik karena dengan kurikulum tematik, mereka akan selalu mengaitkan
materi pelajaran dengan pengalaman nyata yang diperoleh di lapangan.
9) Kegiatan belajar dapat melahirk melahirkan keterampilan sosial, seperti
bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
10) Hasil belajar yang diperoleh para peserta didik akan bertahan lebih lama
dalam memori mereka karena lebih berkesan dan bermakna.

Penerapan kurikulum tematik


Pada implementasi pembelajaran tematik (Poerwadarminta, 2007), guru
kelas I sampai kelas VI mendapatkan bekal dari kepala sekolah berupa dokumen
kurikulum, analisis materi ajar, dan sosialisasi terkait dengan perancangan
model pembelajaran, dan analisis model belajar. Untuk mendukung
terlaksananya kegiatan pembelajaran, Kepala sekolah menyiapkan media-media
yang dibutuhkan, berusaha menyediakan buku guru dan buku siswa,
peningkatan sarana dan prasarana sekolah, dan pengembangan profesi guru
dalam bentuk KKG (Dea Mustika, Ambiyar, 2021). Pelaksanaan pembelajaran
tematik yang dilaksanakan oleh guru terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup (Yuniasih et al. 2014). Hal ini sudah sesuai dengan Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
yang manyatakan bahwa ”pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi
dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup”.
Menurut Sari, dkk (2018)11 pelaksanaan pembelajaran tematik yaitu
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. pembelajaran
tematik merupakan metode pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran dari berbagai kompetensi dasar. Strategi pembelajaran tematik

11 Sari, N. A., Akbar, S., & Yuniastuti. (2018). Penerapan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(12),
1572–1582.

16
didasarkan pada gagasan biasanya terkait dengan pengalaman hidup siswa dan
dengan demikian dengan mudah meningkatkan minat dan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran. Pembelajaran tematik melibatkan penggunaan tema
sebagai pengikat. Dalam hal ini guru akan secara efektif menggunakan strategi
untuk melibatkan siswa tidak hanya dengan cara-cara yang menyenangkan
tetapi yang membuat hubungan yang kuat antara ide dan pemahaman abstrak.
Menurut Warman (2019)12 menyatakan bahwa dalam pembelajaran tematik
terbagi menjadikan beberapa tahap. Yang pertama tahap perencanaan dimana
guru KI, KD dan tujuan pembelajaran guna menyusun RPP, yang kedua yaitu
tahap pelaksanaan guru kelas mengintegrasikan semua mata pelajaran dalam
bentuk tematik dan menggunakan metode yang bervariasi, dan yang terakhir
yaitu tahap penilaian melaksanakan penilaian melalui tiga aspek yaitu afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
Sedangkan menurut Nahak, dkk (2019)13 menyatakan bahwa dalam
implementasi pembelajaran tematik mencangkup adanya perencanaan, strategi
dan juga keefektifan pembelajaran tematik itu sendiri. Di mana dalam
perencanaan guru menyusun silabus dan RPP dengan memperhatikan karakter
siswa dan karakteristik mutan pelajaran yang terintegrasi dalam satu sub tema.
Selanjutnya dalam strategi yaitu bagaimana seorang guru menyampaikan
pembelajaran melalui metode yang bervariatif yakni model pembelajaran
berbasis masalah, metode diskusi, model pembelajaran eksperimen, tanya
jawab, belajar penemuan, penugasan, dan pengenalan lingkungan sekitar dengan
pendekatan saintifik. Adapun strategi pengolahan pembelajaran tematik
mengenai pencatatan kemajuan belajar peserta didik dalam aspek sikap dan
pengetahuan yang dibuat oleh guru untuk setiap sub tema dan juga pengelolaan
motivasional. Sedangkan untuk hasilnya yaitu mengenai penilaian autentik yang
memuat penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Kurikulum Inti (Core Curriculum)


Pengertian Kurikulum Inti
Menurut Spears bahwa kurikulum inti (core curriculum) :

12 Warman, D. (2019). Implementasi Pembelajaran Tematik Oleh Guru Kelas Pada Sekolah Dasar Dikecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto. al-fikrah: Jurnal
Manajemen Pendidikan, 6(2), 185-194.
13 Nahak, K. E. N., Degeng, I. N. S., & Widiati, U. (2019). Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 4(6), 785-
794.

17
“The provision of a common body of growth experiences, usually spoken of as
the core curriculum”.
Sedangkan menurut Leonard mengatakan bahwa kurikulum inti (core
curriculum) :
“That part of the curriculum, which takes is its major job, is the development of
personal social responsibility and competency needed by all youth to serve the
needs of a democratic society”.
Di lain pihak, Alberty (1953) mengatakan bahwa:
“The core may be regard as that aspect of the total curriculum which is basic
for all student, and which consists of learning activities that are organized
without reference to conventional subjects or lines”.
Jadi, memang cukup banyak perumusan tentang apa yang dimaksud
dengan kurikulum inti. Banyak dari berbagai pengertian tersebut yang dapat
membingungkan kita. Atas dasar itu Romine mencoba menyusun perumusan
yang lebih komprehensif, ia mengatakan bahwa:
“The core curriculum, core program, or core course may be defined as the total
curriculum objectives, which is scheduled for proportionally longer blocks of
time”.
Perumusan Romine ini terlihat lebih lengkap dan tidak memerlukan penjelasan
lebih lanjut. Meskipun demikian, jika kita rinci perumusan tersebut
mengandung sejumlah hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1) Kurikulum inti merupakan bagian dari keseluruhan kurikulum yang
diperuntukkan bagi semua siswa
2) Kurikulum inti bermaksud mencapai tujuan pendidikan umum
3) Kurikulum inti disusun dari garis-garis pelajaran namun tidak secara ketat
(bersifat luas)
4) Kurikulum inti disusun untuk jangka waktu yang lebih lama.
Sedangkan menurut Caswell, seperti dikutip dalam Nasution (1993: 115),
definisi kurikulum inti adalah sebagai berikut : "A continous, careful planned
series of experience which are based on significant personal and social
problems and which involve learning of common concern to all youth"
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kurikulum inti
adalah :
1) Kurikulum inti merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan

18
2) Direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan
3) Berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi
4) Berdasarkan pribadi dan sosial
5) Diperuntukan bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.
Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena kurikulum inti
disusun dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
menciptakan para lulusan menjadi manusia Indonesia seutuhnya (UUSPN No. 2
Tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu memperhatikan pada kebutuhan
siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sesuai dengan jenjang
pendidikan yang ditempuh.

Karakteristik Kurikulum Inti


Menurut Deni Kurniawan (2014)14, kurikulum ini merupakan bagian dari
kurikulum terpadu (integrated curriculum). Beberapa karakteristik yang dapat
dikaji dalam kurikulum ini, yaitu:
1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu
berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus.
2) Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman
yang saling berkaitan.
3) Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang
dihadapi secara aktual.
4) Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang
bersifat pribadi maupun sosial.
5) Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga
kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat
problema, pribadi, sosial dan pengalaman yang terpadu.

14 Kurniawan, Deni. (2014). Model dan Organisasi Kurikulum. Bandung: Rosda Karya

19
Komponen-komponen dalam Kurikulum Inti
Kurikulum inti atau nasional didalam penyusunannya juga harus sesuai dengan
tingkatan pendidikan masing-masing. Seperti kurikulum nasional pada
pendidikan dasar terdiri dari:
1) Pendidikan pancasila
2) Pendidikan agama
3) Pendidikan kewarganegaraan
4) Bahasa Indonesia
5) Membaca dan menulis
6) Matematika
7) Kerajinan tangan dan kesenian
8) Menggambar
9) Pendidikan jasmani
Komponen-komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti terdiri
dari tujuan, isi, metode (teknik menyampaikan dalam proses belajar mengajar),
evaluasi program.
Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut
1) Tujuan yang akan dicapai
2) Isi materi pa yang harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
3) Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
4) Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta
didik.

Asas-Asas Penyusunan Kurikulum Inti


Kurikulum juga memilki asas-asas yang terdiri dari asas filosofis, asas
psikologis, asas sosiologi, asas organisatoris.
1) Asas filosofis
Tujuan pendidikan tidak terlepas dengan unsur filosofis seperti mendidik
anak untuk menjadi manusia yang baik didalam masyarakat. Kata baik ini
pada hakikatnya ditentukan oleh nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut guru,
orang tua ,masyarakat, Negara dan dunia maka filsafat menentukan tujuan
yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
2) Asas psikologi
Asas ini terdiri dari dua, yaitu:

20
a) Psikologi Belajar
Bahwa setiap anak dapat didik untuk menguasai pelajaran, ,menerima
norma-norma dan dapat mempelajari bermacam keterampilan
b) Psikologi Anak
Memberikan kesempatan belajar kepada anak, agar dapat
mengembangkan bakatnya. Karena sudah sewajarnya jika anak sendiri
yang menjadi factor dalam pembinaan kurikulum yang tak dapat
diabaikan.
3) Asas Sosiologi ( Masyarakat)
Anak itu tidak hidup seorang diri, namun senantiasa hidup didalam suatu
masyarakat. Disitu ia harus memenuhi tugas sebagai anak maupun sebagai
orang dewasa dengan penuh tanggung jawab. Ia anak menerima jasa dari
masyarakat, dan dan ia juga harus menyumbang baktinya kepada masyarakat.
Karena naka harushidup dalam masyarakat, masyarakat pun harus dijadikan
sebagai factor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum
4) Asas organisatoris
Asas ini membahas tentang bentuk penyajian bahan pelajaran, seperti tidak
mengadakan batas-batas diantara berbagai mata pelajaran. Sesuai dengan
keberadaannya, kurikulum inti / nasional ini diaplikasikan pada semua jenis
menurut jenjangnya, misalnya di SD, MI, SMP, SMA/MA(SMU), STM,
SMEA, dan lain-lain sejak dari sabang sampai marauke sekolah dikota
maupun didesa itu sama bentuknya yang bertujuan untun mencapai tujuan
pendidika nasional Indonesia.

Ciri-ciri Kurikulum Inti


Menurut Sudarman (2019:13)15 ciri-ciri kurikulum inti adalah sebagai berikut:
1) Ciri-ciri pokok (essential characteristics)
a) Core pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan semua siswa
b) Core program berkenaan dengan pendidikan umum (general education)
untuk memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan)

15 Sudarman. (2019). Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktik. Samarinda: Mulawarman University Press. 114

21
c) Berbagai kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkan dalam
bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah
d) Core program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama
2) Ciri-ciri umum
a) Perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif
b) Pengalaman-pengalaman belajar disusun dalam unit-unit yang luas dan
komprehensif berdasarkan tantangan, minat, kebutuhan dan masalah dari
kalangan siswa dan masyarakat sekitarnya
c) Core pelajaran menggunakan proses demokratis
d) Banyak dari core program yang dikaitkan dengan bimbingan dan
pengajaran. Dalam hal ini, guru mempunyai tanggung jawab bimbingan
terhadap the core class
e) Core program secara lebih luas menggunakan sumber pengajaran yang
luas, dan prosedur pengajaran yang lebih fleksibel dan variatif
f) Penggunaan teknik problem solving dalam core program
g) Guru dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik,
sehingga memudahkan pemberian pelayanan terhadap perbedaan
individual
h) Penilaian dilakukan dengan bermacam bentuk serta dikerjakan secara
kontinu dan menyeluruh
i) Pengalaman-pengalaman belajar bersifat fungsional serta melibatkan
banyak kegiatan dan tanggung jawab terhadap para siswa
j) Core program didominasi oleh usaha yang bertujuan untuk memperbaiki
pengajaran.

Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti


Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak faktor yang harus
dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun
didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan yang terdiri dari
Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori.
1) Landasan Ideal berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang GBHN
dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan
pendidikan nasional.

22
2) Ladasan Hukum berupa peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 29
tahun 1990, tentang pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor
060/U/1993 tentang kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan,
program pengembangan kurikulum.
3) Landasan Teori berupa buku landasan program dan pengembangan
kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum
dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar
mengajar untuk setiap mata pelajaran.

Contoh dan Aplikasi Kurikulum Inti


Ada tahapan-tahapan dalam pengaplikasian kurikulum inti atau kurikulum
nasional, yaitu:
1) Guru menganalisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD), dan indikator. SKL merupakan acuan
utama dalam pengembangan Kompetensi Inti (KI), selanjutnya KI
dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Rumusan SKL tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan PP
No. 32 Tahun 2013, Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus
dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Artinya ia
merupakan operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang
menjadi dasar pengembangan KD. KI mencakup sikap (spiritual dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills
dan soft skills. KI berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran,
mata pelajaran atau program dalam mencapai SKL sebagai wujud dari
prinsip keterkaitan dan kesinambungan. Kompetensi Dasar (KD)
merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing
satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi
Dasar bisa dipahami juga sebagai sejumlah kemampuan minimal baik

23
sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang harus dikuasai peserta
didik pada suatu mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi
adalah ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri dari ketercapaian Kompetensi
Dasar berdasarkan taksonomi kemampuan baik pada ranah sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan. Oleh karena itu, indikator harus
dirumuskan oleh guru dengan menggunakan kata kerja operasional. Kata
kerja operasional artinya adalah kata kerja yang berimplikasi pada
terjadinya (beroperasinya) suatu perilaku pada peserta didik, sehingga
perilaku tersebut dapat dengan mudah diamati guru.
2) Setelah menganalisis SKL, KI, KD dan membuat jaringan KD dan
indikator, selanjutnya guru harus merancang silabus. Silabus merupakan
rencana pembelajaran pada mata pelajaran atau tema tertentu dalam
pelaksanaan kurikulum (Kunandar, 2011: 244)16. Silabus dibuat oleh
guru untuk memberikan gambaran garis besar proses pembelajaran
dalam satu semester. Komponen Silabus mencakup kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan), alokasi waktu, dan sumber
belajar.
3) Tahapan yang terakhir yaitu guru harus menyusun Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP disusun untuk pegangan
seorang guru dalam mengajar di kelas agar sesuai dengan SKL, KI, KD
dan Indikator. Komponen RPP tidak jauh berbeda dengan komponen
silabus yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan), alokasi waktu, dan sumber belajar.

Manfaat dari kurikulum inti adalah:


1) Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat.
2) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar.

16 Kunandar. (2011). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 244

24
3) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat.
4) Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi.
5) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.

Kelebihan dan Kekurangan Kurikum Inti


Secara rinci kelebihan dari kurikulum tersebut yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Kurikulum inti disusun berdasarkan minat dan pengalaman siswa.
2) Dalam pelaksanaan kurikulum memberikan pengalaman yang berarti
kepada peserta didik, karena siswa dituntut untuk memecahkan
masalahdalam pembelajaran berdasarkan dengan apa yang dialami mereka
dalamkehidupan sehari- harinya.
3) Sumber belajar yang digunakan tidak hanya sebatas buku ajar,
namunlingkungan sekitar peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber
belajar.
4) Keterampilan sosial peserta didik dibentuk dalam proses pembelajaran,
halini dikarenakan peserta didik dihadapkan dengan pengalaman praktis
dalam proses pembelajaran.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, kurikulum inti juga mempunyai
kelemahan, antara lain: Teori kurikulum inti dalam prakteknya tidak
menunujukkan kesempurnaan, karena adanya kondisi pada teori yang lebih
dekat kepada subject matter (mata pelajaran), dan sulit diadakan evaluasi
terhadap efektivitas pelaksanaannya. Kekurangan yang lain, yaitu:
1) Kebanyakan guru kurang memahami tentang pelaksanaan kurikulum inti.
2) Penggunaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran sangat
beranekaragam, sehingga dapat menyulitkan pelaksanaannya.
3) Organisasi pengetahuan dalam kurikulum ini tidak logis dan tidak
sistematis, karena selalu mengalami perubahan sesuai permasalahan yang
direncanakan guru dan murid.
4) Kurikulum ini mementingkan proses pembelajaran daripada hasil belajar.

c. Kurikulum Lokal
Pengertian Kurikulum Lokal

25
Depdikbud dalam (Utomo, Erry., Sumiyati, 2017)17 menyebutkan bahwa
kurikulum muatan lokal merupakan suatu peraturan serta rencana yang berisi
bahan atau materi dan metode yang digunakan untuk pedoman penyelenggaraan
pembelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan pada masing-masing daerah. Muatan lokal dilakukan sebagai usaha
pengenalan, pemahaman dan pewarisan nilai-nilai dalam karakteristik daerah
kepada peserta didik. Tujuan diajarkan muatan lokal merupakan untuk
menanamkan rasa cinta serta peduli terhadap lingkungan alam, sosial, budaya,
dan juga spiritual. Dalam muatan nlokal memiliki muatan berbagai karakteristik
lokal, potensi, dan nilai-nilai luhur budaya yang nyata di lingkungan tersebut
dan mengangkat fenomena atau masalah sosial lingkungan yang mampu
memberikan pengetahuan kepada peserta didik berupa keterampilan dasar yang
akan berguna sebagai bekal dalam kehidupan. Muatan lokal yaitu mata
pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun
satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Tujuan kurikulum lokal yaitu mengembangkan potensi daerah sebagai bagian
dari upaya peningkatan mutu pendidikan dan mengembangkan potensi sehingga
keunggulan kompetitif.

Bagian-Bagian Kurikulum Lokal


Dalam muatan lokal yang memuat seperti bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat-istiadat, serta
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, juga hal-hal
yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Dalam bagian kurikulum
lokal mengacu pada ruang lingkup kurikulum lokal yang meliputi lingkup
keadaan dan kebutuhan dan juga lingkup isi/jenis muatan lokal, sebagai berikut:
1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah

17 Utomo, Erry., Sumiyati, & S. (2017). PokokPokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan lokal. JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran) Kajian

Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran, 1(1), 112– 133.

26
Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah yaitu bahwa segala sesuatu pada
daerah tertentu itu dasarnya terkait dengan lingkungan alam, sosial ekonomi
lingkungan, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah yaitu semua
yang dibutuhkan oleh masyarakat di daerah, terutama untuk kelangsungan
hidup dan peningkatan tingkat kehidupan dalam masyarakat. Setiap sekolah
bisa memilih serta melaksanakan muatan lokal yang sesuai pada karakteristik
peserta didik, kondisi masyarakat, kemampuan, serta kondisi sekolah dan
daerah masing-masing.
2) Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Lingkup ini dapat meliputi bahasa daerah, Inggris, seni daerah, keterampilan
juga kerajinan dari daerah, adat istiadat dan pengetahuan tentang berbagai
karakteristik lingkungan alam sekitarnya, serta hal yang dianggap perlu oleh
daerah yang bersangkutan, yang menjadi ciri khas di lingkungan sekitar.

Contoh dan Aplikasi Kurikulum Lokal


Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal yaitu integral dari struktur
kurikulum. Muatan lokal diberikan untuk kelas I sampai dengan kelas VI
sesuai pengaturan waktu dan mata pelajaran yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan muatan lokal disusun berdasarkan adanya SKL, SK, dan KD
mata pelajaran pada muatan lokal. Misalnya dengan adanya ketentuan berikut
Kurikulum ini yang memuat 4 mata pelajaran, yakni pendidikan lingkungan
hidup (PLH), Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, dan Komputer seperti yang
tertera pada Tabel Mata Pelajaran Kurikulum Muatan Lokal. Muatan PLH
pada kelas 1 – 3 difokuskan pada praktik dan pengamatan langsung.
Pendekatan pembelajaran pada kelas I sampai dengan III dilaksanakan
dengan cara ”Pendekatan Tematik”, sedangkan pada kelas IV sampai dengan
kelas VI dengan menggunakan ”Pendekatan Mata Pelajaran”. Pada alokasi
waktu satu jam pembelajaran yaitu 35 menit. Dimana proses pembelajaran
Muatan Lokal menekankan praktik langsung serta fungsional. Alokasi waktu
pada setiap kegiatan dilakukan selama 2 jam pelajaran. Dan Penilaian
Muatan Lokal dilakukan melalui ujian SD/MI.

Kekurangan dan Kelebihan Kurikulum Lokal

27
Dalam pengembangan kurikulum lokal terdapat kekurangan dan
kelebihan dalan pelaksanaan kurikulum ini, sebagai berikut:
1) Kekurangan
a) Sifat pada pelajaran muatan lokal sebagian besar memberi tekanan
pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
b) Pelaksanaan muatan lokal membutuhkan pengorganisasian yang
secara khusus karena dapat melibatkan pihak-pihak lain selain di
sekolah.
c) Dari segi proses belajar mengajar, dalam pelaksanaan muatan lokal
dapat menggunakan pendekatan keterampilan proses serta CBSA.
d) Sistem pada ujian dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
umumnya masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan
tekanan lebih pada mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-
pelajaran yang memberikan bekal prakits kepada peserta didk
dianggap bersifat fakulatif.
e) Sarana penunjang tertentu dalam pelaksanaan muatan lokal secara
optimal kebanyakan tidak dimiliki oleh sekolah, dan mungkin juga
tidak tersedia di masyarakat (misalnya untuk keperluan stimulasi).
2) Kelebihan
a) Terdapat keinginan dari banyaknya peserta didik untuk cepat
memperoleh bekal kerja dan pekerjaan apapun yang membawakan
hasil.
b) Materi muatan lokal yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup
banyak tersedia, baik macamnya ataupun penyebarannya di berbagai
daerah, sehingga penentuan daerah perintisan maupun tidak
diseminasinya tidak sulit.
c) Adanya ketenagaan yang memiliki variasi yang partisipasinya dapat
menunjang dan dilibatkan dalam penyelenggaraan muatan lokal tidak
sulit ditemukan pada semua daerah/lokasi.
d) Adanya materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi
kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tinggal
pembenahan efektifitasnya yang diperlukan untuk ditingkatkan.
e) Media massa khususnya pada media komunikasi visual seperti TV
dan video sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan sebagai penyebaran

28
informasi berupa contoh-contoh model pelaksanaannya muatan lokal
yang berhasil, dengan demikian ide tentang muatan lokal lebih cepat
memasyarakat.

Alasan diterapkan Kurikulum Lokal


Dalam muatan lokal harus diajarkan kepada anak sejak dini, pada
usia-usia anak khususnya Sekolah Dasar, karena semakin cepat dalam
mengajarkan budaya-budaya lokal yang ada di sekitar lingkungannya
maka akan tertanam semakin kuat pada diri anak atau peserta didik. Pada
zaman sekarang yaitu abad 21 dimana era sudah berganti menjadi lebih
modern, yaitu adanya teknologi yang semakin berkembang dengan cepat
dan pesatnya. Maka dengan berkembangnya teknologi yang ada saat ini
dapat dengan mudah kita mengakses berbagai informasi yang ada dari
seluruh kawasan dunia. Itu dapat dimanfaatkan sebagai sarana membantu
siswa agar lebih mudah mencari informasi tentang berbagai kebudaayaan
yang ada di sekitarnya. Kurikulum muatan lokal yaitu suatu hal yang
sangat bermanfaat karena memiliki tujuan untuk memberi tahu dan
mengenalkan budaya daerahnya, ciri khas daerahnya kepada para peserta
didik atau siswa dan juga dapat memberikan bekal kepada siswa atau
peserta didik untuk terampil dan dapat hidup di lingkungan bermasyarakat
di masa yang akan datang.
Menteri pendidikan dan kebudayaan juga mengeluarkan peraturan
tentang muatan lokal yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam muatan lokal diperlukan untuk
diberikan kepada peserta didik atau siswa supaya peserta didik lebih
mengetahui serta mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti
luhur, mandiri, kreatif, dan juga profesional yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air.

Cara dan Kapan Penerapan Kurikulum Lokal


Pelaksanan kurikulum muatan lokal dalam konteks pendidikan
Indonesia, relatif baru. Landasan yuridis pelaksanan kurikulum muatan
lokal mengacu pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

29
Kebudayaam Nomor 0412/U/1987. Sebagai penjabarannya yang tertuang
dalam Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar Menenegah Nomor
173/-C/ Kep/M/1987.6 Dalam perkembangannya kemudian, keberadaan
muatan lokal bertambah kuat dengan dijadikannya muatan lokal sebagai
salah satu isi dan struktur kurikulum yang harus diberikan pada tingkat
dasar dan menengah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 37 UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
menyatakan bahwa Sekolah Dasar dan Menengah terdiri dari mata
pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa,
matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Keterampilan/Kejuruan, dan muatan lokal (UU Sisdiknas No.
200 Tahun 2003 Pasal 37 ayat 1). Berikut langkah dalam pengembangan
kurikulum lokal:
1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai
keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut
dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang
bersangkutan seperti Pemda/ Bappeda, Instansi vertikal terkait,
Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti
telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang
bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
a) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas
pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek,
pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelan
jutan (sustainable development).
b) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-
kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan.
c) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan
pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan
pemberdayaannya.
2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat
diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini

30
dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu, meningkatkan kemampuan
berwiraswasta , meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk
keperluan sehari-hari.
3) Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai
kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan
bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria: kesesuaian
dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dan
ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, tersedianya sarana dan
prasarana, tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa,
tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, kelayakan
berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah, lain-lain yang dapat
dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
4) Menentukan mata pelajaran muatan lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan
kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembela jaran ini pada dasarnya
dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar
mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan
dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/a turan yang
berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan
daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas, potensi daerah, dan pro spek pengembangan daerah
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian
kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan
komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah
untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

31
5) Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta
silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
BSNP.
Pengembangan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan
lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Standar kompetensi berarti
menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis
pengetahuan. Sedang kompetensi dasar merupakan kompetensi yang
harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan
guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai. Oleh
karena itu, SK dan KD merupakan arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang
kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar
proses dan standar penilaian. Dalam kaitannya dengan KTSP.
Depdiknas telah menyiapkan SK-KD berbagai mata pelajaran, untuk
dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan
KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.
Dengan demikian, tugas utama guru dalam KTSP adalah menjabarkan,
menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SKKD
dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi
sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Selanjutnya mengemas hasil
analisis terhadap SK-KD tersebut ke dalam KTSP. Pengembangan silabus
secara umum mencakup: mengembangkan indikator, mengidentifikasi
materi pembelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran,
pengalokasian waktu, pengembangan penilaian, menentukan Sumber
Belajar. Langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan
silabus mata pelajaran.
Pada hakekatnya pengembangan silabus KTSP harus mampu
menjawab pertanyaan: a) kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh
peserta didik?, b) bagaimana cara membentuk kompe tensi tersebut?, dan
c) bagaimana mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi
itu? Dalam KTSP, pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada
setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu

32
melakukannya. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi kebebasan
dan keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan
oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan
kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan silabus. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan
kontekstual, serta efektif, dan efisien.

d. Kurikulum Sentralisasi dan Desentralisasi


Kurikulum Sentralisasi
Sentralisasi secara bahasa berasal dari bahasa ingris yaitu dari kata
“center” yang dapat berarti pusat. Sentralisasi adalah memusatkan seluruh
wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak
pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada
pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Berubahnya
sentralisasi menjadi desentralisasi membawa perubahan dalam sistem
pemerintahan diantaranya Pilkada langsung dan Pemilu Presiden. Meskipun
dirasa sebagai perubahan ke arah positif tetap saja timbul nada pesimis dan
pandangan negatif dari berbagai kalangan tentang pelaksanaan pilkada di
Indonesia tidak meniadakan arti pentingnya institusi ini dalam konsolidasi
demokrasi di era desentralisasi ini.
Konsekuensinya, posisi dan peran siswa cenderung dijadikan sebagai
objek agar yang memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas dan
minatnya sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Adanya sentralisasi
pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena, seperti berikut:
1) Totaliterisme penyelenggaraan pendidikan.
2) Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan,
evaluasi, hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran.
3) Keseragaman pola pembudayaan masyarakat.
4) Melemahnya kebudayaan daerah.
5) Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
Pada dasarnya Pusat mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi,
seperti juga di Indonesia yang telah melaksanakan system sentralisasi. Tentu

33
dalam system sentralisasi terdapat alasan yang positif maupun negative. Seperti
alasan kontrol sumber daya dan alasan kestabilan politik, ekonomi, menjaga
batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan mendorong program secara
cepat.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan
dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah
pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi
lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-
pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan
keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh
pemerintah pusat.

Kurikulum Desentralisasi
Sistem desentralisasi adalah suatu sistem yang mengacu kepada
kewenangan pengadministrasian yang berada di pemerintahan daerah. Dalam
kaitannya dengan administrasi program pendidikan (administrasi kurikulum),
kedua sistem yaitu sentralisasi dan desentralisasi sudah diterapkan. Hal tersebut
juga ditujukan untuk menunjang keterpaduan dan keserasian pelaksanaan
pendidikan atauun kurikulum yang direalisasikan melalui persyaratan mutu dan
kewenangan pengelolaannya. Konsep desentralisasi sendiri dapat dilihat melalui
dua perspektif. Pertama desentralisasi structural yang mana pemerintah pusat
menyerahkan segala wewenang pengurusan pendidikan pada pemerintah tingkat
provinsi dan kabupaten. Pada model ini pemerintah daerah berperan
sebagaimana pemerintah pusat berperan pada pendidikan seperti sekarang ini,
hanya saja jalur komunikasinya lebih pendek. Kedua, desentralisasi menajerial
dimana pemerintah pusat menyerahkan sepenuhnya penyelenggaraan
pendidikan kepada sekolah. Hal ini berarti pemerintah pusat maupun daerah
tidak ikut campur dalam pengelolaan sekolah dan hanya warga sekolah beserta
komunitas pendukung yang dapat mengelolanya. Namun, terdapat tiga hal yang
diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, yakni :
1) Kekuasaan dalam menjalankan dan pengambilan keputusan secara cepat dan
akurat guna merespon problematika serta urusan-urusan public yang tengah
dihadapi oleh masyarakat di daerah

34
2) Menjalankan fungsi krusial pemerintah yaitu memainkan peran dan
tanggungjawab pemerintah sebagaimana yang sudah ditegaskan dalam
konstitusi negara bagi masyarakat pada tingkat daerah sehingga kehadiran
pemerintah dapat dirasakan secara lebih nyata.
3) Pelimpahan sumber daya yang memungkinkan pemerintah daerah dalam
konteks kapasitas kewenangan yang dimilikinya untuk menyediakan barang
public dan melaksanakan penyelenggaraan pelayanan public dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat daerah.
Pelaksanaan desentralisasi ini berkembang cukup pesat di kawasan eropa timur
yakni Bolivia ke Bulgaria, dari Afrika Barat hingga ke Asia Selatan. Negara-
negara yang berada di kawasan tersebut terus berupaya untuk mentransfer
kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah daerah dan bekerja lebih serius
agar pemerintah lokal lebih efektif dan responsive dalam penyelenggaraan
pelayanan di wilayahnya. Terdapat tiga alasan beberapa negara menerapkan
desentralisasi, yaitu :
1) Desentralisasi dilakukan karena beberapa negara mengharapkan eksisnya
unit pemerintahan yang lebih kecil akibat adanya resim pemerintahan yang
dictator
2) Mengurangi rentang kewenangan pemerintah pusat yang terlalu besar.
3) Mendorong partisiapasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pada
tingkat lokal serta meningkatkan akuntabilitas.
Salah satu contoh dari penerapan sistem desentralisasi dalam pengembangan
program pendidikan di sekolah dasar adalah program muatan lokal. Dalam
pengembangan kurikulum muatan lokal ini kepada pemerintah daerah, sekolah
dasar setempat dan pihak lain yang terkait diberikan kewenangan untuk
mengembangkan program muatan lokal yang dilaksanakan. Keberadaannya
dalam pengembangan kurikulum pada siklus dan mekanisme administrasi
sistem pendidikan nasional Indonesia diharapkan mampu membentuk peserta
didik yang memiliki modal dasar dan wawasan luas sebagai bekal
pengembangan potensi daerahnya, mewujudkan budaya bangsa, memperkuat
kemandirian identitas nasional, meningkatkan mutu kehidupan dan
lingkungannya, serta menumbuhkan kader penerus perjuangan bangsa dan
pembangunan nasional. Selain itu, desentralisasi juga membuka ruang, bagi
pemerintah daerah untuk mengontrol pendidikan dan membuka peluang besar

35
untuk memfleksibelkan pendidikan dalam suatu daerah. Harapannya proses
pendidikan dapat memenuhi tuntutan orang tua dan masyarakat sekaligus
memperbesar akuntabilitas pendidikan.
Dalam prosesnya, desentralisasi memiliki landasan pemerataan dan
efisiensi. Namun hal ini juga perlu ditopang oleh sistem demokrasi pada tingkat
wilayah, hal ini dikarenakan tanpa adanya demokrasi desentralisasi
kemungkinan besar akan menimbulkan system yang dikuasai oleh kelompok elit
dalam tingkat wilayah. Secara tidak langsung, konsekuensi yang dibawa dari
proses sentralisasi ke desentralisasi terletak pada pengelolaan kewenangan mana
yang masih dikelola pusat (nasional), provinsi, dan kewenangan kabupaten/kota
dalam mengelola pendidikan. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang
ada di Indonesia lebih mengarah pada target kurikulum, sehingga mengabaikan
proses pembelajaran yang efektif dan mampu menjangkau seluruh ranah dan
potensi peserta didik. Pemberlakuan kurikulum ini membawa angin segar dalam
memberikan dan menjadikan mutu pendidikan menjadi lebih baik, dukungan
yang didapat dari masyarakat banyak memberikan sumbangasih untuk
penerapan pendidikan di Indonesia untuk menjadi lebih sempurna serta lebih
baik tanpa kehilangan unsur budaya Indoensia itu sendiri. Inti dari adanya
desentralisasi ini adalah untuk memberikan keleluasaan penuh kepada
pemerintah daerah atau sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang
otomatis dan dinamis sesuai dengan kondisi sekolah tersebut.

3. Rangkuman
Kurikulum institusi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
capaian pembelajaran, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan program studi. Terkait dengan hal di atas, penyusunan
kerangka dasar dan struktur kurikulum yang pada gilirannya diharapkan dapat
digunakan untuk menyusun kurikulum masing-masing program studi di lingkungan
Institut. Selanjutnya, kurikulum terintegrasi merupakan kurikulum yang
memungkinkan siswa baik secraa individual maupun secara klasikal aktif menggali
dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara holistik bermakna dan autentik.
Rusman menyatakan bahwa kurikulum terintegrasi terdiri dari komponen-
komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam
mencapai tujuan yang ditentukan. Kemudian Akbar dkk. menyatakan bahwa

36
kurikulum tematik adalah kurikulum yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran ke dalam tema dengan proses pembelajaran yang
bermakna disesuaikan dengan perkembangan siswa. Kurikulum tematik merupakan
pengembangan dari pemikiran Jacob pada tahun 1989 dengan konsep pembelajaran
interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep kurikulum terpadu.
Maka, kurikulum tematik dapat didefinisikan sebagai suatu kurikulum yang
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra-mata pelajaran maupun antar-mata
pelajaran.
Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan
keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar. Ciri yang
membedakan kurikulum inti, yaitu kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai
sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan stabilitas dan
kesatuan pada masyarakat, struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.
Kurikulum ini selalu menggunakan bahan-bahan dari berbagai mata pelajaran atau
disiplin ilmu guna menjawab atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau
yang dipelajari siswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa aspek lingkungan pun
menjadi bahan yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum ini.
Depdikbud menyebutkan bahwa kurikulum muatan lokal merupakan suatu
peraturan serta rencana yang berisi bahan atau materi dan metode yang digunakan
untuk pedoman penyelenggaraan pembelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pada masing-masing daerah. Dalam muatan nlokal
memiliki muatan berbagai karakteristik lokal, potensi, dan nilai-nilai luhur budaya
yang nyata di lingkungan tersebut dan mengangkat fenomena atau masalah sosial
lingkungan yang mampu memberikan pengetahuan kepada peserta didik berupa
keterampilan dasar yang akan berguna sebagai bekal dalam kehidupan.
Sentralisasi atau sistem pengembangan kurikulim secara sentral adalah
keterlibatan pemerintah pusat dalam mengembangkan kurikulum atau program
pendidikan yang akan diterapkan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan,
yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
termaksud dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
Nasional. Adanya sistem sentralisasi pengembangan kurikulum tersebut
mempunyai tujuan agar memperoleh bentuk kurikulum inti yang wewenang
penanganannya diserahkan kepada Menteri pendidikan Nasional. Pada tingkat

37
provinsi, kewenangannya diberikan Kepada Kantor Departemen Pendidikan
Nasional tingkat Kabupaten/Kota, kewenangannya diserahkan kepada kantor
Departemen pendidikan Nasional, dan pada tingkat sekolah tingkat wewenangnya
diserahkan kepala sekolah bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan administrasi program pendidikan, kedua sistem
yaitu sentralisasi dan desentralisasi sudah diterapkan. Hal tersebut juga ditujukan
untuk menunjang keterpaduan dan keserasian pelaksanaan pendidikan ataupun
kurikulum yang direalisasikan melalui persyaratan mutu dan kewenangan
pengelolaannya. Konsep desentralisasi sendiri dapat dilihat melalui dua perspektif.
Pertama desentralisasi struktural yang mana pemerintah pusat menyerahkan segala
wewenang pengurusan pendidikan pada pemerintah tingkat provinsi dan
kabupaten. Selain itu, desentralisasi juga membuka ruang, bagi pemerintah daerah
untuk mengontrol pendidikan dan membuka peluang besar untuk memfleksibelkan
pendidikan dalam suatu daerah.

4. Tugas
Memahami sistem pengorganisasian kurikulum sangatlah penting sebagai bekal
kita agar dapat mengetahui keefektifan kurikulum yang ada sehingga kita dapat
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, dengan
adanya kurikulum yang terorganisasi perkembangan kurikulum dapat di pantau
oleh tenaga pendidik, akan tetapi ada juga beberapa tenaga pendidik yang belum
paham mengenai pentingnya pengorganisasian kurikulum. Kerap kali
permasalahan kurikulum di Indonesia datang dikarenakan guru yang kurang
berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal yaitu
kurangnya waktu, kurangnya kemampuan dan pengetahuan guru sendiri,
kurangnya pelatihan yang dilakukan oleh para guru dalam mengembangkan
kurikulum yang ada. Guru merupakan factor penting dalam implementasi
kurikulum karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk memiliki kemampuan mengimplementasikan apa yang ada pada kurikulum
karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat pendidikan dan
sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai pedoman.
Seperti yang terjadi di salah satu instansi di daerah Bojonegoro, di mana ditemukan
guru yang belum bisa mendapatkan pelatihan dan pemberitahuan lebih lanjut
mengenai hal-hal yang berkaitan kurikulum merdeka. Sekolah yang terbilang jauh

38
dari pusat kota dan akses yang cenderung sulit berakibat pada sekolah yang masih
menerapkan kurikulum KTSP di sekolahnya. Guru sendiri juga belum mendapat
pelatihan terkait gerakan guru berbagi seri literasi dan numerasi yang menjadi poin
penting dalam pengembangan kurikulum pada saat ini.
a. Berdasarkan permasalahan di atas, menurut anda penerapan kurikulum yang
bagaimana yang sesuai dengan kondisi instansi di atas? Jelaskan!
b. Selain faktor di atas, hal apa saja yang dapat menyebabkan pengorganisasian
kurikulum tidak berjalan merata di Indonesia?

5. Tes Formatif
Berilah tanda (x) pada jawaban yang benar!
a. Kurikulum yang membuat konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik...
a) Kurikulum Institusi
b) Kurikulum Lokal
c) Kurikulum Tematik
d) Kurikulum Terintegrasi

b. Kurikulum yang pedoman pelaksanaan pembelajaran ditetapkan oleh daerah


yang sesuai dengan keadaan kebutuhan masing-masing, misalnya dalam
pewarisan dan penilaian karakteristik daerah. Pernyataan tersebut merupakan
pengertian dari...
a) Kurikulum Inti
b) Kurikulum Lokal
c) Kurikulum Tematik
d) Kurikulum Terintegrasi

c. Dalam kurikulum lokal, terdapat dua ruang lingkup yang sangat penting dan
diperlukan dalam tercapainya tujuan kurikulum ini, dua ruang lingkup tersebut
yaitu...
a) Lingkup keadaan daerah dan muatan lokal
b) Lingkup kurikulum tematik dan keadaan daerah
c) Lingkup kurikulum KTSP dan muatan lokal

39
d) Lingkup keadaan daerah dan kurikulum K13

d. (1) Kurikulum ini merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan


(2) Direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan
(3) Berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi
Uraian di atas merupakan ciri-ciri dari...
a) Kurikulum Inti
b) Kurikulum Lokal
c) Kurikulum Tematik
d) Kurikulum Terintegrasi

e. Suatu sistem yang mengacu kepada kewenangan pengadministrasian yang


berada di pemerintahan daerah disebut...
a) Sentralisasi
b) Tematik
c) Desentralisasi
d) Lokal

6. Kunci Jawaban Formatif


a. (d) Kurikulum Terintegrasi
b. (b) Kurikulum Lokal
c. (a) Lingkup keadaan daerah dan muatan lokal
d. (a) Kurikulum Inti
e. (c) Desentralisasi

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Idi. (2007). Penegembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Akbar, S., dkk. (2020). Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Aris Junaidi., dkk. (2020). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Di Era
Industri 4.0 Untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Bukit, M. (2004). Peranan Wilayah dalam Pengembangan Kurikulum. Inovasi Kurikulum,


49-52.
Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Puskur.

Institut Pendidikan Indonesia. (2018). Pedoman Penyusunan Dan Pengembangan Kurikulum.


Garut: Institut Pendidikan Indonesia.

Kholis, N. (2000). Pengembangan Kuirkulum dalam Era Desentralisasi Pendidikan. 1-3.


Kurniawan, Deni. (2014). Model dan Organisasi Kurikulum. Bandung: Rosda Karya.

Kunandar. (2011). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Majid, A. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masykur. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: AURA
Publisher.

Nahak, K. E. N., Degeng, I. N. S., & Widiati, U. (2019). Pembelajaran Tematik di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 4(6), 785-794.

Rahman, Khalid, Pengembangan Kurikulum Terintegrasi di Sekolah/Madrasah. Jurnal Pai,


1(1), 2014, hal 19.

Rusman. (2020). Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta:
Rajawali Pers.

Sari, N. A., Akbar, S., & Yuniastuti. (2018). Penerapan pembelajaran tematik terpadu di
sekolah dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(12), 1572–
1582.

Subandijah, S. (1993). Desentralisasi Pengembangan Kuirkulum suatu Mekanisme


Administrasi Kurikulum Masa Kini. Cakrawala Pendidikan, 15-18.
Sudarman. (2019). Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktik. Samarinda:
Mulawarman University Press.

Sukmadinata, N. S. (2020). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

41
Utomo, Erry., Sumiyati, & S. (2017). PokokPokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum
Muatan lokal. JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran) Kajian Dan
Riset Dalam Teknologi Pembelajaran, 1(1), 112– 133.

Warman, D. (2019). Implementasi Pembelajaran Tematik Oleh Guru Kelas Pada Sekolah
Dasar Dikecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto. al-fikrah: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 6(2), 185-194.

42

Anda mungkin juga menyukai