Anda di halaman 1dari 17

KOMPONEN KURIKULUM DAN INSTRUMEN MENGAJAR

Dosen Pengampu : Jumanto, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Tasya Karunia Vebiola

20540048

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Komponen Kurikulum, Instrumen
Mengajar dan Hubungan Kurikulum dengan Pembelajran”.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran


SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang komponen-komponen
kurikulum, instrumen mengajar dan hubungan kurikulum dengan pembelajaran bagi para
pembaca.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

Komponen Kurikulum…………………………………………………………………4

BAB II

Instrumen Mengajar...................……………………………………………………….9

BAB III

Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran…………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

 Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum yang berkaitan dengan pengembangan mata pelajaran mengacu
pada tujuan pendidikan. Kurikulum adalah sebuah sistem, sebagai suatu sistem kurikulum
mempunyai komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung dan
membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan karena kurikulum merupakan suatu
sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Manakala salah satu komponen
komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainnya maka sistem kurikulumpun akan terganggu pula. Komponen-
komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan dan akan direncanakan mempunyai
komponen-komponen yaitu:
1. Pengembangan Tujuan
Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah
alat untuk mencapai tujuan pendidikan maka tujuan kurikulum harus dijabarkan
dari tujuan umum pendidikan dalam sistem pendidikan nasional tujuan umum
pendidikan dijabarkan dari sebuah falsafah bangsa yakni Pancasila perumusan
tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kurikulum.
Pada tujuan pendidikan memiliki klasifikasi mulai tujuan yang paling umum
hingga tujuan khusus yang dapat diukur yang akan kompetensi tujuan pendidikan
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
a. Tujuan pendidikan nasional (TPN)
Tujuan pendidikan nasional adalah sasaran akhir yang harus dijadikan
pedoman oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan
penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia sesuai dengan
rumusan itu baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan formal formal maupun nonformal. Tujuan pendidikan umum
biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan
pengembangan hidup dan falsafah suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang.
b. Tujuan institusional
Tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan dengan kata
lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki
oleh setiap siswa setelah mereka semua menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuannya
untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan oleh bentuk kompetensi
lulusan setiap jenjang pendidikan seperti standar kompetensi, pendidikan
dasar menengah kejuruan dan jenjang perguruan tinggi lulusan pada jenjang
pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan
pengetahuan kepribadian akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan pengetahuan
kepribadian akhlak mulia memiliki pengetahuan keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat berakhlak mulia
memiliki pengetahuan keterampilan kemandirian dan sikap untuk
menemukan mengembangkan serta menerapkan ilmu teknologi dan seni
yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
c. Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki anak didik serta mereka yang menyelesaikan
suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan tujuan
kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan dengan demikian setiap tujuan kurikuler yang dapat
mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d. Tujuan pembelajaran / instruksional
Tujuan pembelajaran atau tujuan yang disebut dengan tujuan
instruksional merupakan tujuan yang paling khusus tujuan pembelajaran
adalah kemampuan kompetensi atau keterampilan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu
hal ini dinyatakan bahwa karena hanya guru yang memahami kondisi
lapangan termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran di suatu sekolah tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru
sebelum melakukan proses pembelajaran mengajar guru perlu merumuskan
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka
selesai mengikuti pelajaran.

2. Materi/ Isi
Komponen Isi atau materi pelajaran, kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang
studi tersebut. Jenis-jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional
sekolah yang bersangkutan. Jadi ia berdasarkan kriteria apakah suatu bidang studi
menopang tujuan institusional atau tidak. Dalam menentukan materi pembelajaran
atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi
pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar hendak
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam praktiknya, untuk menentukan
materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a) Sahih (valid): dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran
benar-benar telah teruji kebenaran dan keshahihannya. Di samping itu, juga
materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan
zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
b) Tingkat kepentingan materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta
didik dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari
c) Kebermaknaan: materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis manfaat akademis: yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dengan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut
pada jenjang pendidikan lebih lanjut sedangkan manfaat non akademik
adalah dapat mengembang-kan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari
d) Layak dipelajari: materi memungkinkan untuk dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakan terhadap memanfaatkan
materi dan kondisi setempat.
e) Menarik minat materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut menumbuhkan
rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan
kemampuan mereka sendiri.

3. Strategi atau metode


Komponen strategi yang dimaksud adalah strategi pelaksanaan
kurikulum di sekolah atau di Madrasah. Kurikulum dalam pengertian program
pendidikan masih dalam tahap harapan yang harus diwujudkan secara nyata di
sekolah sehingga mempengaruhi dan mengantarkan anak didik pada tujuan
pendidikan. Oleh sebab itu, kemampuan strategis pelaksanaan memegang
peranan penting Bagaimana baiknya kurikulum sebagai rencana yang dapat
diwujudkan pelaksanaannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan.
Strategi atau metode adalah komponen yang mempunyai fungsi yang
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain tanpa dapat
diimplementasikan. Melalui strategi yang tepat maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan Oleh
karena itu setiap guru perlu memahami secara baik peran fungsi metode dan
strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam praktik implementasi kurikulum sekolah sekolah atau
perguruan tinggi di Indonesia selama ini, setidaknya dapat diidentifikasi dua
kelompok strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat
pada guru (Teacher Centered Learning) (TCL) dan strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Student Centered Learning) (SCL). Sukiman dalam Nana
Sujana.Masing-masing strategi tersebut memiliki karakter yang berbeda TCL
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Lebih menekankan pada lebih menekan-kan pada penguasaan.
b. Biasanya memanfaatkan media tunggal.
c. Fungsi dosen atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluator.
d. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah.
e. Menekankan pada jawaban yang benar saja.
f. Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin ilmu saja.
g. Iklim belajar lebih individualis dan kompetitif.
h. Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran.
i. Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran.
j. Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran.
k. Penekanan pada bagaimana cara dosen melakukan pembelajaran

Strategi SCL memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan


b. Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam pengem-
bangan karakter mahasiswa
c. Memanfaatkan banyak media
d. Sebagai fasilitator dan evaluator
e. Sesuai untuk pengembangan ilmu dan cara pendekatan interdisipliner
f. Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif
g. Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan
h. Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat
mengguna-kan berbagai jenis kegiatan

4. Alat dan Sumber


Walaupun fungsinya sebagai alat bantu akan tetapi memiliki peran yang tidak
kalah pentingnya dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan
secara siswa dapat belajar dari mana saja kapan saja dengan memanfaatkan hasil
teknologi. Oleh karena itu, peran dan tugas guru bergeser dan peran sebagai
sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar.
BAB II
 Intrumen Mengajar
Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “instrument adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.” Alat atau instrumen
evaluasi dalam Suharsimi (2012: 40-51) alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien”. Anas Sudjiono (2011: 4) menjelaskan “menilai adalah kegiatan
pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegangan pada
ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan sebagainya.”
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa instrumen adalah
alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel yang sedang
diteliti. Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau
deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu,
berdasar pada pengertian instrumen dan penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
instrumen penilaian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data yang
digunakan sebagai landasan analisis dan interpretasi untuk pengambilan keputusan.

 Bentuk Instrumen Penilaian


Dalam melakukan evaluasi, instrumen yang digunakan secara garis besar
memiliki dua macam bentuk, yaitu berbentuk instrumen tes maupun instrumen nontes
(Suharsimi Arikunto, 2010: 193).

A. Pengertian Instrumen Tes


1. Pengertian Tes
Payne (2003: 7) mendefinisikan tes adalah “a systematic method of
gethering data for the purpose of making intra or interindividual
comparisons”. Tes didefinisikan sebagai metode sistematis pengumpulan
data dengan tujuan membuat perbandingan intra atau antarindividu. Hal
senada juga disampaikan oleh Rusli Lutan (2000: 21) tes adalah sebuah
instrumen yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau
objek. Riduwan dan Akdon (2006: 37) mendefinisikan “tes sebagai
instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok.” Senada dengan
hal tersebut Suharsimi Arikunto (2006: 150) juga mendefinisikan tes sebagai
“serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh seorang individu atau kelompok tertentu.” Selanjutnya
Anas Sudjiono (2011: 67) juga mendefinisikan tes sebagai, Cara atau
prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa
pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan) oleh testee.
Azwar (2008: 3) memperjelas tes yang digunakan dengan memiliki
prosedur yang sistematik, yakni: (1) item-item dalam tes disusun menurut
cara dan aturan tertentu, (2) prosedur dan pemberian angka terhadap
hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci, dan (3) setiap
orang yang mengambil tes tersebut harus mendapat item-item yang sama
dalam kondisi yang sebanding.
Pengertian-pengertian tersebut berimplikasi bahwa bahwa terdapat
unsur-unsur pokok yang dapat digunakan dalam mendefinisikan sebuah tes
yaitu:
a. Tes adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data atau
informasi.
b. Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan atau bakat.
c. Tes merupakan metode sistematik dalam rangka pengukuran dan
penilaian yang harus dikerjakan oleh testee.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau
instrument yang sistematis berupa latihan atau gerakan untuk mengukur
atau untuk memperoleh data/informasi kemampuan atau bakat individu
maupun kelompok (testee).
2. Jenis-Jenis Tes
Suharsimi Arikunto (2010: 193), membedakan tes berdasarkan tujuannya
menjadi beberapa macan, yaitu:
a) Tes kepribadian atau personality test, yaitu digunakan untuk untuk
mengungkap kepribadian seseorang.
b) Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c) Tes intelegensi atau intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
d) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah skala sikap,
yaitu alat yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.
e) Tes minat atau measures of interest, adalah alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
f) Tes prestasi atau achivment test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

Ditinjau dari segi cara dan bentuk responsnya, tes dapat dibedakan menjadi
dua golongan (Anas Sudjiono, 2011: 75), sebagai berikut:

a. Verbal test, yakni suatu tas yang menghendaki respon (jawaban) yang
tertuang dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Non-verbal test, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau
tingkah laku, jadi respon dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
c. Langkah-Langkah Penyusunan Tes Safrit & Wood (1989: 289)
memberikan beberapa acuan atau pedoman sebelum melakukan pembutan
suatu tes yang digunakan dalam menilai suatu keterampilan, yaitu:

The development of sport skill tests generally involves four phases; (1)
select the attributes to measured, (2) establish that will assess the appropriate
atributes, (3) determine the reliability and establish an appropriate
measurement schedule, and (4) estimate the validity of each measure.
Pengembangan tes keterampilan umumnya melibatkan empat tahap: (1)
pemilihan atribut untuk diukur, (2) menetapkan atribut yang sesuai yang
akaan dinilai (3) menentukan reliabilitas dan menetapkan jadwal pengukuran
yang tepat, dan (4) memperkirakan validitas setiap ukuran, (Safrit & Wood,
1989: 289).

B. Instrumen Non Tes


1. Pengertian Instrumen Non Tes
Anas Sudjiono (2011: 76) menyatakan bahwa “teknik nontes pada
umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil
belajar siswa dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain)”. Hamzah dan Satria (2012: 19-29) juga menerangkan
bahwa instrumen nontes pada umumnya digunakan dalam beberapa teknik
penilaian, yaitu: (a) penilaian unjuk kerja, (b) penilaian produk, (c) penilaian
proyek, (d) potofolio, dan (e) skala sikap. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen nontes digunakan untuk mengukur
perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan aspek psikomotor dan afektif
terutama yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan oleh siswa. Dengan kata
lain instrumen ini digunakan untuk mengukur penampilan yang dapat diamati
dengan menggunakan indera atau dengan pengamatan.

2. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes


Instrumen non tes merupakan bagian dari keseluruhan instrument
penilaian hasil belajar, instrumen yang umum digunakan adalah rubric penilaian
berbentuk pedoman observasi, berupa daftar cek, maupun skala rentang.

a. Daftar Cek (Check List)


Daftar cek (check list) merupakan suatu bentuk instrument dengan
menggunakan dua kriteria sebagai acuan penilaian (yatidak). Siswa
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai, dan jika tidak teramati maka siswa tidak
mendapatkan nilai (Hamzah dan Satria (2012: 20). Kelemahan cara ini
adalah penilaian hanya mempunyai dua pilihan, yaitu benar-salah, dapat
diamati atau tidak teramati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah
atau antara.
b. Skala Rentang (Rating Scale)
Penilaian dengan skala rentang memungkinkan penilai memberikan
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian
nilai secara kontinu, dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua (Hamzah
dan Satria (2012: 21). Skala rentang tersebut misalnya sangat kompeten,
kompeten, agak kompeten, tidak kompeten.
c. Langkah Penyusunan Instrumen Nontes
Kunandar (2014: 226) menjelaskan langkah-langkah penyusunan
instrumen penilaian nontes dalam penilaian unjuk kerja (performance
assessment) adalah sebagai berikut :
1) Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian untuk
kerja beserta indikator-indikatornya.
2) Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau
yang akan mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik.
3) Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil
akhir (out put) yang terbaik.
4) Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur (tidak terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama
siswa tersebut melakukan tugas.
5) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang
akan diukur, atau karakteristik produk yang dihasilkan (harus
dapat diamati).
6) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang akan diamati.
7) Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteriakriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di
lapangan.
Hal yang penting pada penilaian unjuk kerja adalah menentukan cara
mengamati dan menskor kemampuan siswa. Penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
a. Metode holistic, dengan menggunakan satu skor (single rating)
terhadap keseluruhan hasil unjuk kerja,
b. Metode analytic, dengan memberikan skor pada berbagai aspek. yang
berbeda berhubungan dengan unjuk kerja yang akan dinilai, dengan
chek list atau rating scale.
BAB III

 Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah apa yang akan
diajarkan, sedangkan pembelajaran (instruction) adalah bagaimana menyampaikan
apa yang diajarkan itu. Dengan perkataan lain, kurikulum adalah suatu program,
rencana dan isi pelajaran, sedangkan pembelajaran dapat dicirikan sebagai metode,
tindakan belajar-mengajar, dan presentasi.
Johnson (1967, p. 138) mendefinisikan pembelajaran sebagai interaksi antara
pengajar dengan satu atau lebih individu untuk belajar. Selanjutnya McDonald dan
Leeper (1965, p. 5-6) menguraikan bahwa yang termasuk kegiatan kurikulum adalah
memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan pelaksanaan
rencana tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran. Ahli
lain, Popham dan Baker (1970, p. 48) mengusulkan bahwa kurikulum adalah tujuan
akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan
pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulum,
para perencana akan menyatakan tujuan akhir atau objektif ini dalam bentuk yang
operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur, yang dapat diperlihatkan
oleh siswa setelah menjalani program pembelajaran. Dengan menggunakan definisi
Popham dan Baker ini maka banyak profesional bidang pendidikan yang berpendapat
bahwa tujuan kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk yang operasional itu adalah
tujuan instruksional, atau tujuan pembelajaran. Jadi, kombinasi dari tujuan
instruksional, program, atau kegiatan sekolah atau institusi pendidikan akan
merupakan kurikulum dari sekolah atau institusi pendidikan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, perencanaan kurikulum maupun perencanaan
instruksional, selalu dikaitkan dengan berbagai rencana atau program studi sehingga
sifatnya sangat pragmatis; sebaliknya keputusan mengenai pembelajaran atau
implementasi dari kurikulum itu sifatnya metodologis. Tetapi yang harus diingat
adalah baik kurikulum maupun pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem
dari suatu sistem yang lebih besar, yaitu sistem persekolahan atau sistem pendidikan.
Ada berbagai model untuk menggambarkan dan menerangkan hubungan
antara kurikulum dan pembelajaran (Oliva, 1992, pp. 10 - 13). Yang akan diuraikan
dalam tulisan ini adalah model siklus. Model siklus adalah suatu model yang
menampilkan siklus hubungan antara kurikulum dan pembelajaran, yang
disederhanakan dan menekankan pada pentingnya peranan umpan balik antara
kurikulum dan pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang berbeda, namun saling
terkait satu sama lain secara terus-menerus dalam suatu siklus. Dengan kata lain
kurikulum dapat mempengaruhi pembelajaran atau sebaliknya. Dari model di atas
keputusan mengenai kurikulum dilakukan terlebih dahulu. Kemudian keputusan ini
akan dimodifikasi setelah keputusan mengenai pembelajaran diterapkan dan
dievaluasi. Prosedur ini akan berlangsung berulang-ulang tanpa akhir. Oliva (1992)
menganjurkan agar dalam menafsirkan model hubungan siklus antara kurikulum dan
pembelajaran perlu diingat hal-hal sebagai berikut.
1) Antara kurikulum dan pembelajaran terdapat hubungan yang sangat
erat, tetapi masing-masing merupakan subsistem yang berbeda.
2) Sifat kurikulum dan pembelajaran adalah interlocking dan
interdependent.
3) Kurikulum dan pembelajaran mungkin saja dianalisis dan diteliti
sebagai dua hal yang terpisah, tetapi masing-masing tidak dapat
berfungsi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian untuk kerja beserta indikator-
indikatornya.Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik.Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan
spesifik yang penting diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(out put) yang terbaik.Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur (tidak terlalu banyak
sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa tersebut melakukan
tugas.Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur, atau
karakteristik produk yang dihasilkan (harus dapat diamati). Urutkan kriteria-kriteria
kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati.Kalau ada periksa
kembali dan bandingkan dengan kriteriakriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya
oleh orang lain di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai