Anda di halaman 1dari 24

BAB III

PERENCANAAN LAPIS PERKERASAN

1.1. UMUM

Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan


tanahdasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu – lintas, dalam
hal ini kita akan merencanakan lapis perkerasan lentur.

Perencanaan konstruksi atau lapisan perkerasan jalan, dapat dilakukan


dengan banyak metode, antara lain: AASHTO dan The Asphalt Institute
(Amerika), Road Note (Inggris), NAASRA (Australia), Shell (Inggris), Bina
Marga (Indonesia). Untuk prencanan perkersan lentur ini digunakan ”Metode
Analisa Komponen” SKBI : 2,3,26,1987 / SNI 03–1732–1989.

Pertimbangan perencanaan yang diperlukan dalam perencanaan tebal


perkerasan antara lain meliputi hal – hal berikut ini :

1. Pertimbangan konstruksi dan pemeliharaan


2. Pertimbangan lingkungan
3. Evaluasi lapisan tanah dasar (subgrade)
4. Material perkerasan
5. Lalu–lintas rencana

Tahapan – tahapan Perencanaan Lapisan Perkerasan Lentur

1. Lalu – lintas Rencana


Jalur rencana merupakan jalur lalu–lintas dari suatu ruas jalan raya yang
terdiri dari satu lajur atau lebih. Hasil koefisien distribusi kendaraan dapat dilihat
pada Tabel 3.1

230
231

Tabel 3.1. Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jumlah Kendaraan Ringan* KendaraanBerat*

Lajur 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah

1 Lajur 1,00 1,00 1,00 1,00

2 Lajur 0,60 0,50 0,70 0,50

3 Lajur 0,40 0,40 0,50 0,475

4 Lajur - 0,30 - 0,45

5 Lajur - 0,25 - 0,425

6 Lajur - 0,20 - 0,40

* berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil
hantaran

** berat total ≥5 ton, misalnya : bus, truk, semi trailer, trailer

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen

Nilai koefisien distribusi kendaraan yang dipakai ialah C = 0.5 untuk masing-
masing kendaraan ringan maupun kendaraan berat.

2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan


Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap
kendaraan) ditentukan menuruttabel di bawah ini.
232

Tabel 3.2. Konfigurasi Sumbu

3. Perhitungan Lalulintas
a. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP )

Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai


berikut:

LEP = LHR x C x E

b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )

Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:


233

LEA = LHR ( 1 + i )UR x C x E

c. Lintas Ekivalen Tengah ( LET )

Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai


berikut:

LET = ( ∑LEP + ∑LEA ) / 2

d. Lintas EkivalenRencana ( LER )


Lintas EkivalenRencana (LER) dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
LER = LET x ( UR / 10 )
Dimana : i = Perkembangan lalu-lintas

UR = Umur Rencana ( tahun )

4. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar ( DDT ) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi.


Daya dukung tanah dasar diproleh dari nilai CBR.

CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan


baru. Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar
hanya kepada pengukuran nilai CBR. Harga yang mewakili dari sejumlah harga
CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai berikut :

a. Tentukan harga CBR terendah.


b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari
masing-masing nilai CBR.
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%, jumlah lainnya
merupakan persentase dari 100%.

d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentese
90%.
234

5. Faktor Regional (FR)

Keadaan lapangan mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase,


bentuk alinyemen serta persentase kendaraan dengan berat ≥ 13 ton, dan
kendaraan yang berhenti, sedangkan keadaan iklim mencakup curah hujan rata-
rata per tahun.

Dengan demikian dalam penentuan tebal lapis perkerasan Faktor Regional


hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikungan), persentase
kendaran berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagai berikut .

Hasil Faktor Regional Dari Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Faktor Regional (FR)

Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III

(6%) (6 - 10 %) (> 10%)

% kendaraanberat % kendaraanberat % kendaranberat

≤ 30% ≥ 30% ≤ 30% ≥ 30% ≤ 30% ≥ 30%

Iklim I
0,5 1,0 - 1,5 1 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
< 900 mm/th

Iklim II
1,5 2,0 - 2,5 2 2,5 - 3,0 2,5 3,0 - 3,5
> 900 mm/th

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen

Nilai faktor regional yang dipakai ialah FR = 2.

6. Indeks Permukaan (IP)

Indeks Pemukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan / kehalusan serta
kekokohan permukaan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi
lalulintas yang lewat.
235

Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas
ekivalen rencana (LER) menurut daftar dibawah ini.

Tabel 3.4. Indeks Permukaan Akhir Rencana (IP)

IndeksPermukaanAkhirRencana (IP)

LER KlasifikasiJalan

Lintas EkivalenAkhir Lokal Kolektor Arteri Tol

< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -

10 – 100 1,5 1,5 - 2,0 2 -


100 – 1000 1,5 - 2,0 2 2,0 - 2,5 -

> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen

Nilai indeks permukaan akhir rencana yang dipakai ialah IPt = 2,5.

Hasil Indeks Permukaan Awal Rencana (IPo) dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5. Indeks Permukaan Awal Rencana (IPo)


Jenis Lapis Perkerasan IP0 Rougness ( mm / km )
LASTON ≥4 ≤ 1000
3,9 - 3,5 > 1000
LASBUTAG 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 - 3,0 > 2000
HRA 3,9 - 3,5 ≤ 2000
3,4 - 3,0 > 2000
BURDA 3,9 - 3,5 < 2000
BURTU 3,4 - 3,0 < 2000
Lanjutan Tabel 3.5 Indeks Permukaan Awal Rencana (Ipo)
236

LAPEN 3,4 - 3,0 ≤ 3000


2,9 - 2,5 > 3000
LATSBUM 2,9 - 2,5
BURAS 2,9 - 2,5
LATASIR 2,9 - 2,5
JALAN TANAH ≤ 2,4
JALAN KERIKIL ≤ 2,4

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen

Nilai indeks permukaan awal rencana yang dipakai ialah IPo = 3.9 – 3.5.

7. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Koefisien kekuatan relatif(a) masing – masing bahan dan kegunaannya


sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi
sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan
yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi
bawah). Hasil koefisien kekuatan relatif dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6. Koefisien Kekuatan Relatif


KoefisienKekuatanRelati KekuatanBahan JenisBahan
f
a1 a2 a3 MS ( kg ) Kt CBR(%)
0,4 - 744 - -
0,35 - - 590 - - Laston
0,32 - - 454 - -
0,3 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
Lanjutan Tabel 3.6. KoefisienKekuatanRelatif
237

0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -

-
0,3 - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspal Macadam
0,25 - - - - - Lapen ( mekanis )
0,2 - - - - - Lapen ( manual )
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Lastonatas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen ( mekanis )
- 0,19 - - - - Lapen ( manual )
Stab tanahdengan
- 0,15 - - 22 - semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 - Stab dengankapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batupecah ( kls A )
- 0,13 - - - 80 Batupecah ( kls B )
- 0,12 - - - 60 Batupecah ( kls C )
- - 0,13 - - 70 Sirtu / pitrun ( kl A )
- - 0,12 - - 50 Sirtu / pitrun ( kls B )
- - 0,11 - - 30 Sirtu / pitrun ( kls C )
Tanah /
- - 0,1 - - 20 lempungkepasiran

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen
238

Nilai koefisien kekuatan relatif yang dipakai untuk masing-masing lapis ialah a1
(surface course) = 0.4, a2 (base course) = 0.14, dan a3 (subbase course) = 0.12.

8. Batas – Batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan


a. Lapis Permukaan

Hasil Indeks Tebal Perkerasan Untuk Lapis Permukaan dapat dilihat pada
Tabel 3.7

Tabel 3.7. IndeksTebalPerkerasan (ITP) Untuk Lapis Permukaan

Tebal Minimum
ITP Bahan
(cm )

< 3,00 5 Lapis pelindung : ( buras/burtu/burda)


Lapen / Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
3,00 - 6,70 5
Laston
6,71 - 7,49 7,5 Lapen, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 - 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10 Laston

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


Dengan Metode Analisa Komponen

Nilai tebal minimum yang dipakai untuk lapis permukaan (surface course)
ialah 5 cm.
239

b. Lapis Pondasi
Hasil Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Untuk Lapis Pondasi dapat dilihat pada
Tabel 3.8

Tabel 3.8. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Untuk Lapis Pondasi

Tebal
ITP Bahan
Minimum

< 3,00 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan


semen, stabilisasi tanah dengan kapur
3,00 - 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan
7,49 semen,
Stabilisasi tanah dengan kapur
10 Laston atas
7,50 - 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan
9,99 semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
Macadam
15 Lastonatas
Batu pecah, stabilisasi dengan semen,
10 - 12,14 20
stabilisasi dengan kapur,
pondasi macadam, Lapen, Laston atas
Batu pecah, stabilisasi dengan semen,
≥ 12,25 25
stabilisasi dengan kapur,
pondasi macadam, Lapen, Laston atas

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa Komponen
240

Nilai tebal minimum yang dipakai untuk lapis pondasi (base course) ialah
20 cm.
c. Lapis Pondasi Bawah

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah
10 cm.
241

1.2. ANALISA TEBAL PERKERASAN


1.2.1. Analisa Komponen Perkerasan

Adapun dari data lalu lintas survey koridor tahun 2016 di sekitar lokasi
jalan baru dapat ditentukan angka koefisien distribusi sekaligus angka
ekivalennya pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9. Angka Koefisien Distribusi & Angka Ekivalen

Golongan Berat Koefisien


Roda
Kendaraa Total Distribusi ESAL
n (ton) (C) Depan 1 2 3 4

1 2 0.5 1 1 - - - 0.00045

1 1
2 2 0.5 - - - 0.00045
S1,RT S1,RT

3.06 5.94
3 9 0.5 - - - 0.04392
S1,RT S1,RG

3.06 5.94
4 9 0.5 - - - 0.04392
S1,RT S1,RG

3.06 5.94
5A 9 0.5 - - - 0.04392
S1,RT S1,RG

3.06 5.94
5B 9 0.5 - - - 0.04392
S1,RT S1,RG

6.188 12.012
6A 18.2 0.5 - - - 0.73454
S1,RT S1,RG

6.25 18.75
6B 25 0.5 - - - 2.74157
S1,RT S1,RG

7A 25 0.5 6.25 9.375 9.375 - - 2.74157


242

S1,RT S2,RG S2,RG

5.652 8.792 8.478 8.478


7B 31.4 0.5 - 3.90833
S1,RT S1,RG S1,RG S1,RG

7.56 11.76 7.56 7.56 7.56


7C 42 0.5 4.45305
S1,RT S2,RG S2,RG S2,RG S2,RG

8 - - - - - - - -

Setelah mendapat nilai EMP dari Tabel 3.9. diatas, maka selanjutnya dapat
diperoleh nilai LEP = LHR x C x E. Contoh perhitungan LEP untuk satu jenis
kendaraan adalah sebagai berikut.

Diketahui :

Umur Rencana jalan : 10 tahun


Rencana tahun pelayanan : 2019
Masa pembangunan jalan : 3 tahun
Pertumbuhan kendaraan masa pembangunan :5%
Pertumbuhan masa layan : 6,5%
Curah hujan lokasi kawasan rencana jalan : 660,25 mm/tahun
Jenis kendaraan : Sedan, jeep.
Ekivalensi mobil penumpang (E) : 0,000451

LHR2016 = 2145 Kend/hari


LHR2019 = (1+5%)3 x LHR2016
LHR2019 = (1+5%)3 x 2145
LHR2019 =2483,106 kend/hari
LEP2019 = LHR2019 x C x E
LEP2019 = 2483,106 x 0,5 x 0,000451
LEP2019 = 0,5601 ESAL/hari
243

Untuk perhitungan jenis kendaraan lainnya, sama seperti perhitungan diatas.


Adapun hasil perhitungan LEP2019 semua jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel
3.3 dibawah ini.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Perhitungan LEP 2019


Koef. Ekivalensi
Jenis LHR2016 LHR2019 Distribusi Mobil LEP2019
Tipe Kendaraan Penumpang
Kendaraa
Gandar
n (
(Kend/hari) (Kend/hari) (C) (E)
ESAL/hari )
2591,92237
Motor 1,1 2239 0,5 0 0
5
Sedan, 2483,10562
1,1 2145 0,5 0,000451096 0,560060003
Jeep 5
Pick-up 1,2 1356 1569,7395 0,5 0,162022466 127,1665328
Truk 2 As
( L ), 1413,46012
1.2L 1221 0,5 0,217668806 153,8330892
Truk 5
Kecil
Bus Kecil 1,2 74 85,66425 0,5 0,217668806 9,323217525
Bus Besar 1,2 7 8,103375 0,5 0,300567659 1,217806226
Truk 2 As
1.2H 88 101,871 0,5 2,414142301 122,9655452
(H)
Truk 2 As
1.2H 154 178,27425 0,5 2,414142301 215,189704
(H)
Truk 3 As 1.2+2.2 68 78,7185 0,5 2,746691083 108,107701
Trailer 4
As, Truk 1.2.2+2.2 16 18,522 0,5 3,908975491 36,20102202
gandeng
Truk Semi 1.2.2+2.2.
0 0 0,5 4,153484117 0
Trailer 2
Kend
Tidak 0 0 0 0,5 0 0
Bermotor
∑ 774,5646779

Setelah menghitung LEP, selanjutnya adalah menghitung lintas ekivalen akhir


tahun 2029, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.

Lintas ekivalen akhir selama umur rencana jalan 10 tahun:


244

Jenis kendaraan : sedan, jeep.


Koefisien distribusi (C) = 0,5
Umur rencana = 10 Tahun
LHR2029 = LHR2019 x (1+ pertumbuhan masa layan)10
LHR2029 = 2483,106 x (1+ 6,5%)10
LHR2029 = 4661,1306 kend/hari
LEA2029 = LHR2029 x C x E
LEA2029 = 4661,1306 x 0,5 x 0,000451
LEA2029 = 1,0513 ESAL/hari

Untuk perhitungan LEA jenis kendaraan lainnya, cara perhitungan sama


seperti perhitungan diatas. Adapun hasil perhitungan LEA 2029 semua jenis
kendaraan dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini

Tabel 3.11 Rekapitulasi Perhitungan LEA Tahun 2029


Koef. Ekivalensi
Jenis Tipe LHR2019 LHR2029 Distribusi Mobil LEA2029
Kendaraan Gandar Kendaraan Penumpang
(Kend/hari) (Kend/hari) (C) (E) ( ESAL/hari )
Motor 1,1 2591,922375 4865,394597 0,5 0 0
Sedan,
1,1 2483,105625 4661,130599 0,5 0,000451096 1,051309615
Jeep
Pick-up 1,2 1569,7395 2946,616826 0,5 0,162022466 238,709063
Truk 2 As
( L ), Truk 1.2L 1413,460125 2653,258956 0,5 0,217668806 288,7658551
Kecil
Bus Kecil 1,2 85,66425 160,8035731 0,5 0,217668806 17,50096091
Bus Besar 1,2 8,103375 15,21114881 0,5 0,300567659 2,285989692
Truk 2 As
1.2H 101,871 191,2258707 0,5 2,414142301 230,8232318
(H)
Truk 2 As
1.2H 178,27425 334,6452738 0,5 2,414142301 403,9406556
(H)
Truk 3 As 1.2+2.2 78,7185 147,7654456 0,5 2,746691083 202,9330158
Trailer 4
As, Truk 1.2.2+2.2 18,522 34,76834013 0,5 3,908975491 67,95429472
gandeng
Truk Semi
1.2.2+2.2.2 0 0 0,5 4,153484117 0
Trailer
245

Kend
Tidak 0 0 0 0,5 0 0
Bermotor
∑ 1453,964376

Lintas Ekivalen Tengah

∑LEP = 774,5646779
∑LEA = 1453,964376
LET = (774,5646779 + 1453,964376)/2
LET = 1114,264527 ESAL/hari

Lintas Ekivalen Rencana

LER = 1114,265 x (10/10)


LER = 1114,265 ESAL/hari

Dari data di atas diperoleh:

Kelas jalan = Kolektor kelas II


Kondisi medan = Perbukitan
Kecepatan rencana = 60 km/jam
Jumlah lajur = 2 lajur 2 arah
Lebar lajur = 3.5 m
Bahu jalan = 1.5 m
Jari-jari minimum = 287 m
Jarak pandang minimum = 84,569 m

1.2.2. Perhitungan CBR Rencana


Menentukan CBR Tanah Dasar dapat dilihat pada Tabel 3.12
246

Tabel 3.12. Menentukan CBR Tanah Dasar

Jumlah Persen (%) yang


NO CBR yang sama sama atau lebih
besar besar
1 5 2 100
2 6 2 86,6667
3 7 4 73,3333
4 8 4 46,6667
5 9 1 20
6 10 1 13,3333
7 11 1 6,6667
CBR 90% = 5,74

Gambar 3.1.Grafik Hubungan Antara CBR dan Presentase CBR Pada Nilai
Presentase 90%
1.2.3. Perhitungan Lapis Perkerasan Baru (Trase 2)
1. Menentukan Nilai Daya Dukung Tanah Dasar
a. Dari Tabel 3.6. diperoleh →Koefisien Kekuatan Relatif a2 =0,14
CBR = 100 %
DDT1 = 4,3 Log CBR +1,7
= 4,3 Log (100) + 1,7
= 10,3
247

b. Dari Tabel 3.6. diperoleh→ Koef.Kekuatan Relatif a3 = 0,12


CBR = 50%
DDT2 = 4,3 Log CBR +1,7
= 4,3 Log (50) + 1,7
= 9.006
c. CBR subgrade = 5,74 %
DDT3 = 4,3 Log CBR +1,7
= 4.3 Log (5,74) + 1.7
= 4,963
248

2. Mencari Nilai Faktor Regional Dan Indeks Permukaan

Kelandaian rata-rata = 10%

Curah hujan rata-rata = 660,25 mm/tahun

Jumlah kendaraan berat


% Kendaraan Berat =
Jumlah kendaraan ringan

1356+1221+74+7 +88+154 +68+16


=
2239+2145

= 40,499 %

Dari Tabel 3.3.diperoleh nilai Faktor Regional (FR) = 1.5-2, maka FR pakai
=2

Berdasarkan Tabel 3.4. diperoleh nilai IPt = 2,5

3. Pemilihan Nomogram
Berdasarkan Tabel 3.5. dengan jenis permukaan Laston (roughneess>
1000), maka IPO= 3,9-3,5 sehingga didapat Nomogram 2.
249

Gambar 3.2. Nomogram 2

4. Index Tebal Perkerasan (ITP)


Berdasarkan Nomogram 4, dengan diketahui DDT1 = 10.3, DDT2 = 9.006,
DDT3 = 4.963, LER = 1114,265 ESAL/hari, dan FR = 2, sehingga diperoleh
nilai ITP sebagai berikut.
ITP 1 = 5.7 → (lihat Gambar 3.3)
ITP 2 = 6.4 → (lihat Gambar 3.4)
ITP 3 = 12 → (lihat Gambar 3.5)
250

Gambar 3.3. ITP 1


251

Gambar 3.4. ITP 2

Gambar 3.5. ITP 3


252

5. Menghitung Perencanaan Tebal Perkerasan


Sebelumnya telah ditentukan:
a. Lapis permukaan (surface course) menggunakan Laston AC MS-590
dengan koefisien kekuatan relatif (a1) = 0.4, dan ITP 1 = 5.7.
b. Lapis pondasi atas (base course) menggunakan Batu Pecah Kelas A
dengan koefisien kekuatan relatif (a2) = 0.14, dan ITP 2 = 6.4.
c. Lapis pondasi bawah (subbase course) mengunakan Sirtu Kelas B
dengan koefisien kekuatan relatif (a3) = 0.12, dan ITP 3 = 12.
Tebal minimum untuk lapis permukaan (surface course) berdasarkanTabel
3.7 adalah 5 cm. Sedangkan tebal minimum untuk lapis pondasi (base
course) berdasarkan Tabel 3.8 adalah 20 cm. Sedangkan tebal minimum
lapis pondasi bawah (subbase course) untuk setiap nilai ITP adalah 10 cm.
Dengan menggunakan rumus:
ITP = al.D1 + a2.D2 + a3.D3
Maka perhitungan perencanaan tebal perkerasan adalah sebagai berikut.

ITP 1 = a1 x D1
5.7 = 0.4 x D1
D1 = 14,25 cm → D1= 15 cm

ITP 2 = a1 x D1 + a2 x D2
6.4 = 0.4 x 15 + 0.14 x D2
D2 = 2.857 cm → D2= 20 cm

ITP 3 = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3
12 = 0.4 x 15 + 0.14 x 20 + 0.12 x D3
D3 = 26.667 cm → D3 = 30 cm

Sehingga gambar struktur tebal perkerasan trase 2 dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
253

0,15

0,20
0,65

0,30

Gambar 3.6. Struktur tebal perkerasan trase 2

Anda mungkin juga menyukai