Pasal 2
Pemberi Tugas Pekerjaan
Pemberi Tugas Pekerjaan ini ialah Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat, selaku Penanggung Jawab Proyek.Pemimpin
Proyek dijabat oleh Kepala Seksi Jalan dan Jembatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
Pasal 3
Perencana
Perencana dari pekerjaan ini ialah, Seksi Bina Program Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pasal 4
Direksi Pekerjaan
Yang bertindak sebagai Direksi Pekerjaan ialah Badan Pengawas
Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
276
277
Pasal 5
Pengawas Lapangan
1. Sebagai Pengawas Pelaksanaan Pekerjaan sehari di tempat pekerjaan, akan
ditunjuk Petugas yang dibekali dengan Surat Tugas dari Pemimpin Proyek.
2. Pengawas Lapangan atau Direksi Lapangan, tidak dibenarkan merubah
ketentuan-ketentuan pelaksanaan, sebelum mendapat izin atau sepengetahuan
dari Perencana dan Pemimpin Proyek.
3. Bilamana Pengawas Lapangan atau Direksi Lapangan menjumpai kelainan
kelainan, kejanggalan-kejanggalan di lapangan atau adanya penyimpangan-
penyimpangan dari RKS yang ada, supaya segera memberitahukan kepada
Perencana atau Pemimpin Proyek.
4. Disamping Pengawas Lapangan atau Direksi Lapangan yang ditunjuk, maka
Perencana juga diberi tugas untuk mengadakan pengawas berkala, terutama
pada pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut segi konstruksi atau pekerjaan-
pekerjaan yang perlu mendapat perhatian.
Pasal 6
Pemborong
1. Bila Pemborong atau Rekanan akan memulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan
di lapangan, maka sebelumnya supaya memberi tahu dan minta izin lebih
dulu kepada Pemimpin Proyek dan Pengelola Proyek yang lain secara tertulis.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, maka pihak Pemborong supaya
menempatkan seorang Kepala Pelaksana yang ahli dan cakap dan kepadanya
supaya diberi wewenang penuh oleh Direktur atau Pimpinan Perusahaan,
yang bertanggung jawab dan yang dapat bertindak untuk dan atas namanya.
3. Kepala Pelaksana yang diberi kuasa penuh tadi, harus selalu bertugas di
tempat pekerjaan untuk menerima perintah-perintah dari Direksi dan
Pengelola Proyek serta Pemimpin Proyek, agar pekerjaan dapat berjalan
lancar dan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat yang telah
ditetapkan.
4. Kepala Pelaksana yang ditunjuk harus berpengalaman dan pembantu-
pembantunya minimal harus dapat memahami dan mengerti Gambar-Gambar
278
Pasal 7
Syarat-Syarat Peserta Pelelangan
1. Yang dapat mengikuti Pelelangan Pekerjaan ini ialah Pemborong yang
berdomisili di Propinsi Lombok Tengah dan mempunyai Prakualifikasi dari
Panitia Prakualifikasi Provinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat yang
masih berlaku, untuk bidang usaha Pekerjaan Pemborongan dengan
klasifikasi dan kualifikasi untuk bidang dan sub-bidang pekerjaan atau
spesialisasi sebagai berikut.
Bidang Pekerjaan : Jalan Kualifikasi : I
Bidang Pekerjaan : Jalan Kualifikasi : I
2. Bagi Pemborong yang telah mengikuti Pelelangan dan telah memasukkan
Surat Penawaran, jika mengundurkan diri akan dikenakan sanksi sebagai
berikut :
Tidak diikutsertakan dalam Pelelangan Pekerjaan yang akan datang.
Pasal 8
Pemberian Penjelasan
1. Pemberian Penjelasan Pekerjaan akan diberikan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 05 Juni 2017
Jam : 13.00 s.d. selesai WIB
Tempat : Ruang Rapat PT. Multi Cahaya Insan
Dan akan diberikan penjelasan pekerjaan lebih lanjut di lokasi pekerjaan.
Pada hari dan tanggal tersebut, semua Peserta Rapat Penjelasan Pekerjaan
dianggap telah mempelajari dan meneliti dengan seksama semua Gambar
Rencana dan semua Peraturan, Ketentuan dan Persyaratan yang tersebut
dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini.
2. Peserta Rapat Penjelasan Pekerjaan, berhak mengajukan pertanyaan yang
diajukan lagi, maka semua Peserta Rapat Pemberian Penjelasan Pekerjaan ini
279
Pasal 9
Pelelangan
1. Pelelangan atau Penawaran Pekerjaan akan dilakukan dengan Peraturan
Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung.
2. Pemasukan Surat Penawaran Pekerjaan, paling lambat pada.
Hari/Tanggal : Senin, 7 Agustus 2017
Jam : 14.00 WIB
Tempat : Bag. Administrasi PT. Multi Cahaya Insan
3. Pembukaan Surat-Surat Penawaran Pelelangan akan dilakukan pada.
Hari/Tanggal : Rabu, 9 Agustus 2017
Jam : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Rapat PT. Multi Cahaya Insan
280
Pasal 10
Syarat-Syarat Penawaran
1. Penawaran yang diminta adalah Penawaran yang lengkap menurut Gambar
bestek, seusai peraturan dan ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat dan semua Ketentuan Tambahan yang dimuat dalam
Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan yang ada.
2. Surat Penawaran (supaya menggunakan contoh Blangko terlampir); Rencana
Anggaran Biaya; Daftar Analisa Pekerjaan; Surat Kuasa; Surat Kesanggupan
memberikan Jaminan Pelaksanaan (hanya berlaku untuk pelelangan dengan
nilai di atas Rp. 100.000.000); Surat Pernyataan Kesanggupan untuk Tunduk
pada Peraturan Pelelangan; Surat Pernyataan Bukan Pegawai Negeri Sipil
bagi Direkturnya atau Pimpinannya; Surat Kesanggupan untuk mengikuti
Program ASTEK (Asuransi Sosial Tenaga Kerja) dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Membayar Retribusi Izin Galian Golongan C, supaya dibuat di
atas kertas dengan kop nama perusahaan atau nama pemborong yang
bersangkutan.
Sedang untuk pembuatan Rencana Anggaran Biaya dan Daftar Analisa
Pekerjaan, cukup hanya pada lembar di depan saja atau lembaran pertama dan
lembar-lembar kertas yang lain, bisa menggunakan kertas jenis lain, ukuran
folio.
Pada lembar kertas-kertas yang lain, di pojok kanan bawah, supaya
dibubuhkan cap perusahaan dan diparaf.
3. Surat Penawaran maupun lampiran-lampirannya, jika tidak ditanda tangani
oleh Direktur atau Pimpinan Perusahaan sendiri, tetapi diserahkan kepada
seseorang yang diberi kuasa, maka yang bersangkutan harus melampirkan
Surat Kuasa bermaterai Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) yang dibuat di atas
281
kertas kop nama perusahaan. Orang yang diberi Kuasa tersebut, namanya
harus tercantum di dalam Akte Pendirian Perusahaan.
Pasal 11
Sampul dan Isi Surat Penawaran
1. Surat Penawaran diajukan dalam sampul tertutup.
2. Sampul Surat Penawaran disediakan oleh Panitia Pelelangan atau akan
ditentukan lain dan hal ini akan diberitahukan pada waktu pemberian
Penjelasan Pekerjaan.
3. Sampul Surat Penawaran, berisi antara lain sebagai berikut :
a. Syarat-Syarat Teknik (dibuat 5 (lima) ganda), terdiri.
1. Surat Penawaran
Surat Penawaran bermaterai Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) yang di
tandatangani oleh Direktur atau Pimpinan Perusahaan.
Surat Penawaran tersebut supaya diberi tanggal, bulan dan tahun serta
dicap perusahaan.
Pada materai harus dibubuhkan tanggal, bulan dan tahun.
Tanda tangan Penawar dan Cap Perusahaan, harus kena pada materai,
2. Daftar Rencana Anggaran Biaya atau Daftar Rincian Pekerjaan,
3. Daftar Analisa Pekerjaan,
4. Daftar Harga Satuan Bahan, Upah, Tenaga dan Harga Satuan Pekerjaan,
5. Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan atau Time Schedule,
6. Daftar nama-nama pelaksana yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan pekerjaan ini.
b. Syarat-Syarat Administrasi (dibuat 5 (lima) ganda) terdiri.
1. Rekaman Surat Jaminan Penawaran, berupa Surat Jaminan Bak dari
BPD atau Bank Pemerintah atau Bank Lain atau Lembaga Keuangan
Lain (PT. Persero Asuransi Kerugian Jasa Raharja) yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sebesar antara 1% (satu persen) sampai 3%
(tiga persen) dari perkiraan harga penawaran.
Untuk keseragaman besarnya Jaminan Penawaran ini, maka Panitia
Pelelangan akan menetapkan untuk pekerjaan ini sebesar Rp
282
Pasal 12
Sampul Surat Penawaran Yang Tidak Sah
1. Sampul Surat Penawaran dibuat menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
ada atau terdapat harga penawaran atau tanda-tanda dan atau kode-kode lain,
di luar Syarat-syarat dan Ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan.
2. Pada Sampul Surat Penawaran terdapat nama Pemborong atau Penawar.
Pasal 13
Surat Penawaran Yang Tidak Sah
Surat Penawaran akan dinyatakan Tidak Sah dan Gugur, apabila.
1. Surat Penawaran; Daftar Rencana Anggaran Biaya; Daftar Analisa Pekerjaan;
Surat Kuasa; Surat Kesanggupan Memberikan Jaminan Pelaksanaan (hanya
berlaku untuk Pelelangan Pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50,00 juta); Surat
Pernyataan untuk Tunduk pada Peraturan Pelelangan dan Surat Kesanggupan
untuk Mengikuti Program ASTEK; tidak dibuat di atas kertas kop nama
perusahaan dari Pemborong atau Rekanan yang bersangkutan,
2. Surat Penawaran tidak dimasukkan ke dalam sampul tertutup, dan tidak dilak
di 5 (lima) tempat, sesuai dengan ketentuan yang ada,
3. Surat Penawaran yang Asli tidak bermateraiRp. 6.000 (enam ribu rupiah) dan
di atas materai tidak dibubuhkan tanggal dan materai tidak terkena tanda
tangan Penawar serta tidak terkena cap Perusahaan,
4. Surat Penawaran tidak ditandaatngani oleh Penawar,
5. Harga penawaran yang tertulis dengan angka, tidak sesuai dengan yang
tertulis dengan huruf atau yang tertulis tidak jelas sama sekali,
6. Terdapat salah satu lampiran Surat Penawaran yang tidak ditandatngani oleh
Penawar dan tidak dicap Perusahaan,
7. Tidak jelas besarnya jumlah Penawaran, baik yang tertulis dengan angka
maupun yang tertulis dengan huruf,
8. Surat Penawaran dikirim kepada Anggota Panitia atau Pejabat,
9. Surat Penawaran dari Pemborong yang tidak diundang,
10. Terdapat lampiran Surat Penawaran yang tidak sah.
285
Pasal 14
Penetapan Calon Dan Pengumuman Pemenang Lelang
1. Panitia Lelang akan menetapkan 3 (tiga) calon pemenang pekerjaan ini,
berdasarkan Peraturan dan Ketentuan yang berlaku Penawaran yang paling
menguntungkan Negara dalam arti.
a. Penawarannya di bawah Pagu pekerjaan yang diborongkan,
b. Penawaran secara Teknis dapat dipertanggungjawabkan,
c. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan,
d. Penawaran tersebut adalah yang terendah di antara Penawaran-penawaran
yang memenuhi Syarat-Syarat sebagaimana dimaksud dalam butir 1.1-1.3.
2. Dalam hal ada dua Peserta Pelelangan atau lebih mengajukan harga
Penawaran yang sama, maka Panitia dengan memperhatikan ketentuan yang
ada, akan memilih peserta yang menurut pertimbangannya mempunyai
kecakapan dan kemampuan yang lebih besar dan hal ini akan dicatat dalam
Berita Acara.
3. Panitia membuat laporan kepada Pejabat yang berwenang mengmbil
keputusan mengenai Penetapan Calon Pemenang. Berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Panitia, Pejabat yang berwenang menetapkan Pemenang
Pelelangan dan Cadangan Pemenang atau Pemenang urutan kedua di antara
calon yang diusulkan oleh Panitia.
4. Keputusan Pejabat yang berwenang tentang Penetapan Calon Pemenang
Pelelangan, diumumkan oleh Panitia kepada para Peserta Pelelangan dalam
suatu pertemuan yang diadakan untuk keperluan tersebut.
5. Penetapan Pemenang Pelelangan akan diumumkan secara jelas.
6. Kepada Peserta Pelelangan yang berkeberatan atas Penetapan Pemenang
Pelelangan, diberikan kesempatan untuk mengajukan Sanggahan secara
tertulis kepada Atasan dari Pejabat yang berwenang, selambat-lambatnya
dalam waktu 4 (empat) hari kerja, setelah hari pengumuman tersebut.
7. Sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksanaan prosedur Pelelangan.
Jawaban terhadap sanggahan akan diberikan secara tertulis, selambat-
lambatnya dalam waktu 4 (empat) hari kerja setelah diterimanya sanggahan
tersebut.
286
Pasal 15
Pelelangan Ulang
1. Pelelangan dinyatakan gagal apabila.
a. Pelelangan tidak sah, apabila diikuti kurang dari 10 (sepuluh) Rekanan,
b. Penawaran yang memenuhi Syarat-Syarat ternyata kurang dari 3 (tiga)
Peserta,
c. Harga Standar atau Pagu Biaya Pekerjaan dilampaui,
d. Dana yang tersedia tidak cukup,
e. Harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar,
f. Sanggahan dari rekanan ternyata benar,
g. Berhubung dengan berbagai hal, tidak memungkinkan mangadakan
penetapan.
2. Dalam hal Pelelangan dinyatakan gagal atau Pemenang yang ditunjuk
mengundurkan diri atau Pemenang urutan kedua tidak bersedia untuk
ditunjuk sebagai Pelaksana, maka Panitia atas permintaan Kepala Daerah
mengadakan Pelelangan Ulang.
Pasal 16
Penunjukan Pemenang
1. Pemimpin Proyek akan memberikan Pekerjaan kepada rekanan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
2. Surat Keputusan Penunjukan Pemenang akan diberikan paling cepat 6 (enam)
hari kerja dan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja, setelah
Pengumuman Penetapan Pemenang dan setelah selesainya masa sanggahan.
3. Untuk Pemborongan Pekerjaan atau Pembelian Barang dengan nilai di atas
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), Pemenang yang bersangkutan
sebelum menandatangani Surat Perjanjian atau Kontrak, diwajibkan
memberikan Jaminan Pelaksanaan, berupa Surat Jaminan Bank Pembangunan
Daerah Nusa Tenggara Barat (Bank BPD Nusa Tenggara Barat) atau dapat
juga berupa Jaminan Surat Bond dari PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa
Raharja. Pada saat Jaminan Pelaksanaan diterima oleh Kepala Dinas atau
287
Lembaga atau Satuan Kerja Daerah lainnya atau Pemimpin Proyek, maka
Jaminan Penawaran Pemenang yang bersangkutan segera dikembalikan.
4. Pemborong atau Rekanan yang telah ditunjuk (setelah menerima Surat
Pengumuman Lelang), harus segera menyerahkan Surat Pernyataan
Kesanggupan untuk Melaksanakan Pekerjaan.
5. Pemborong atau Rekanan yang telah ditunjuk (setelah menerima Surat
Perintah Kerja), harus segera menyerahkan Daftar Isian Tenaga Kerja kepada
Perum ASTEK.
Pasal 17
Syarat-Syarat Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan oleh Pemborong atau Rekanan menurut.
1. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat, Gambar Bestek termasuk Gambar-Gambar
Penjelasnya,
2. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat dengan segala perubahan-perubahannya,
yang dimuat dalam risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan,
3. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis dari Pemimpin Proyek, Direksi, dan
Petugas teknis lainnya, yang tidak menyimpang dari Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat dan dokumen-dokumen pemenang lainnya.
Pasal 18
Penetapan Ukuran Dan Perubahan-Perubahan
1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya ukuran-ukuran pekerjaan
sesuai dengan apa yang tercantum pada Gambar Bestek.
2. Pemborong berkewajiban untuk meneliti kembali dan mencocokkan semua
ukuran-ukuran yang terdapat pada Gambar Bestek dan segera
memberitahukan kepada Direksi atau Perencana jika terdapat kelainan atau
perbedaan atau ketidakcocokan antara Gambar yang satu dengan Gambar-
Gambar yang lain.
3. Bilamana ternyata terdapat selisih atau perbedaan atau ketidakcocokan
ukuran-ukuran dalam Gambar Bestek dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS), maka RKS inilah yang dijadikan Pedoman atau perencana setelah
288
Pasal 19
Penjagaan Dan Penerangan
1. Pemborong harus mengurus Penjagaan di luar jam kerja baik siang maupun
malam hari dalam masalah pekerjaan, termasuk bangunan yang sudah
dikerjakan; Kantor Direksi; Gudang Barang dan lain sebagainya.
2. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan, perlu diadakan penerangan
lampu pada tempat-tempat tertentu atas petunjuk Direksi Lapangan.
3. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase di
tempat pekerjaan.
Oleh karena itu, Pemborong harus menyediakan di tempat pekerjaan alat-alat
pemadam kebakaran dan alat-alat lain untuk keperluan tersebut.
4. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan bahan bangunan,
alat-alat kerja dan lain-lain, yang disimpan dalam gudang dan di lokasi
pekerjaan.
Apabila sampai terjadi kebakaran atau pencurian, maka Pemborong harus
segera mendatangkan gantinya, demi untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
5. Segala resiko dari kemungkinan kehilangan dan kebakaran yang
menimbulkan kerugian, baik pada pelaksanaan pekerjaan dan bahan
289
Pasal 20
Kesejahteraan Dan Keselamatan Kerja
1. Bilamana terjadi kecelakaan, maka Pemborong harus segera mengambil
langkah dan tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dan kejadian
ini harus segera diberitahukan kepada Pemimpin Proyek dan juga kepada
Perum ASTEK untuk diurus dan diselesaikan pertanggungan asuransinya.
2. Pemborong harus memenuhi dan mentaati semua peraturan-peraturan yang
ada, tentang perawatan si korban maupun keluarganya.
3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang perlu, yang tersusun
menurut Syarat-Syarat ke-PalangMerah-an dan setiap kali habis digunakan,
harus segera dilengkapi kembali.
4. Pemborong harus juga selalu menyediakan air minum yang sudah dimasak di
tempat pekerjaan, untuk para pekerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Pasal 21
Penggunaan Bahan-Bahan
1. Pemborong di dalam melaksanakan pekerjaan ini, supaya mengutamakan
penggunaan bahan-bahan produksi dalam negeri.
2. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini sebelum
digunakan harus ditunjukkan dulu contoh bahannya untuk mendapatkan
persetujuan pemakaian dari Pengawas Lapangan dan Pemimpin Proyek dan
semua bahan yang digunakan harus berkualitas baik.
3. Semua bahan yang telah dinyatakan tidak dapat dipakai atau ditolak
pemakaiannya oleh Pemimpin Proyek atau Pengawas Lapangan, maka
Pemborong harus segera menyingkirkannya dari lokasi pekerjaan dalam
waktu 1 (satu) kali 24 jam.
Bilamana Pemborong mengabaikan perintah penyingkiran bahan yang
disengketakan oleh Pemimpin Proyek maupun Pengawas Lapangan, maka
290
Pasal 22
Resiko Kenaikan Harga dan Force Majeure
1. Selama Pemborong melaksanakan pekerjaan ini, Pemborong tidak dapat
mengajukan Klaim atau Tuntutan kepada Pemberi Tugas, bilamana terjadi
atau timbul adanya kenaikan harga bahan, upah tenaga kerja, sewa alat-alat
kerja dan lain sebagainya.
2. Apabila terjadi Force Majeure atau keadaan memaksa, maka pihak
Pemborong harus secepatnya memberitahukan kepada Pemberi Tugas secara
tertulis, paling lambat sehari setelah adanya peristiwa atau kejadian tersebut.
3. Semua kejadian akibat Force Majeure, spt Bencana Alam, Sabotase,
Keputusan Pemerintah di bidang Moneter dan lain-lain kejadian yang dapat
dibenarkan Pemerintah, maka hal ini bukan menjadi tanggungan Pemborong.
291
Pasal 23
Papan Nama Pengenal Proyek
Pada tempat atau lokasi pekerjaan, supaya dipasang papan nama
pengenal proyek.
1. Papan nama pengenal proyek dibuat dari bahan kayu dan seng, berukuran
1,00 x 2,00 meter atau akan ditentukan lain.
2. Cat dasar papan nama pengenal proyek, warna putih.
3. Model huruf balok dan warna huruf hitam.
4. Kaki papan nama pengenal proyek, supaya dibuat 2 (dua) buah.
5. Pembuatan papan nama pengenal proyek, harus baik, rapih dan kokoh.
Dipasang pada tempat yang mudah dilihat umum.
Contoh Papan Nama Pengenal Proyek :
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAYA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2018/2019
1. NAMA PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JALAN RAYA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2. B I A Y A : Rp 194.073.110.000,00-
3. VOLUME FISIK : 75.117,80 m3
4. MANFAAT PROYEK : MENINGKATKAN AKSESIBILITAS
5. PELAKSANAAN NILAI : Rp 176.430.100.000,00-
6. SELESAI : 18 Agustus 2018
Pasal 24
Lain-Lain
1. Hal-hal yang belum tercantum dan diuraikan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat ini, akan dijelaskan dalam Rapat Pemberian Penjelasan
Pekerjaan.
Semua penjelasan yang diberikan berikut penambahan, pengurangan atau
perubahan-perubahan yang ada, akan dimuat dalam Risalah Berita Acara
Pemberian Penjelasan Pekerjaan dan merupakan ketentuan yang mengikat, di
samping Rencana Kerja dan Syarat-Syarat dan Gambar-Gambar Bestek yang
ada.
2. Rencana Anggaran Biaya atau RAB, supaya dibuat seperti contoh terlampir
dalam Dokumen Pelelangan ini.
Pada pekerjaan ini, volume atau kuantitas pekerjaan diberitahukan, tetapi
sama sekali tidak mengikat dan merupakan ancar-ancar dan bantuan
perhitungan saja.
Yang mengikat adalah Gambar Bestek termasuk Gambar-Gambar
Penjelasnya; Rencana Kerja dan Syarat-Syarat atau RKS serta Berita Acara
Pemberian Penjelasan Pekerjaan.
Pemborong diberi kebebasan sepenuhnya untuk menghitung sendiri dengan
keyakinannya dan tidak perlu terpengaruh oleh volume pekerjaan yang
diberikan oleh Panitia Pelelangan Pekerjaan.
Volume pekerjaan yang diberikan oleh Panitia Pelelangan tersebut bisa
dipergunakan untuk bahan perhitungan atau untuk ancar-ancar atau untuk
bantuan pengecekan perhitungan yang dibuat atau dilakukan oleh Pemborong
sendiri.
Pemborong tidak bisa mengajukan klaim atau tuntutan pada Panitia
Pelelangan Pekerjaan atau kepada siapapun, terhadap volume pekerjaan yang
diberikan ini.
293
3. Bilamana jenis pekerjaan yang dicantumkan dalam contoh Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat atau RKS terdapat kekurangan dan untuk itu perlu ditambahi
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang ada, maka Pemborong
diperkenankan untuk menambahkan kekurangan pekerjaan menurut itemnya
masing-masing.
Mengurangi Item pekerjaan tidak diperbolehkan.
4. Daftar Analisa yang dipakai untuk menghitung Harga Satuan Pekerjaan pada
pekerjaan ini, harus berdasarkan Analisa Bina Marga, yaitu Standarisasi
Analisa Biaya Pembangunan Jalan dan Jembatan No. 02/ST/BM/73 yang ada,
atau akan ditentukan lain sesuai dengan penjelasan yang diberikan.
5. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang analisa pekerjaannya tidak ada pada
Standarisasi Analisa Biaya Pembangunan Jalan dan Jembatan No.
02/ST/BM/73, maka Pemborong diberi kebebasan untuk membuat analisa
sendiri, sepanjang harga satuan pekerjaan yang diajukan masih dalam batas-
batas kewajaran dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Angka Rupiah dari bahan-bahan, upah tenaga dan alat-alat, yang tercantum
baik dalam Rencana Anggaran Biaya atau RAB, Daftar Analisa Pekerjaan,
Harga Satuan Bahan dan Upah Tenaga maupun yang tercantum dalam Daftar
Harga Satuan Pekerjaan dan Upah Tenaga yang dibuat harus sama.
Pasal 2
Rencana Kerja Atau Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pemborong harus segera menyusun Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan
selambat-lambatnya Satu Minggu setelah Surat Perintah Kerja atau SPK
diterbitkan dan diterima oleh Pemborong.
2. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat, Gambar Rencana beserta Gambar-Gambar Penjelasnya, yang
dibuat dan telah disepakati bersama tersebut.
3. Pemborong tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas selesainya Pekerjaan
tepat pada waktunya.
Pasal 3
Laporan Harian Dan Mingguan
1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian dan Laporan Mingguan,
yang menunjukkan Prestasi Kemajuan Fisik Pekerjaan kepada Pemberi
Tugas, yang diketahui oleh Direksi Lapangan dan Pengelola Proyek yang
lain.
2. Penilaian Prestasi Kerja atas dasar Pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak
termasuk tersedianya bahan-bahan bangunan di tempat-tempat pekerjaan
dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran uang yang telah dilakukan
Pemborong.
3. Pemborong pada Pembuatan Laporan ini yaitu, Pembuatan Laporan
Penandatangan bahan Bangunan; Penggunaan Alat-alat bantu kerja;
Pengerahan tenaga kerja; Daya penerimaan aspal; Laporan keadaan cuaca
dan lain sebagainya.
Semua Laporan tersebut supaya dibuat 6 (enam) ganda.
296
Pasal 4
Dokumentasi
1. Sebelum pekerjaan dimulai kegiatannya, maka keadaan lapangan atau
tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, yang masih di keadaan fisik
0% atau keadaan yang masih asli sebelum proyek ada supaya diambil
Gambar Foto atau di-Potret.
2. Pemborong diwajibkan membuat Foto Dokumentasi pada tahapan-tahapan
pekerjaan fisik mencapai 0%, 50% dan 100%. Pengambilan foto proyek,
supaya diusahakan pada satu titik, sehingga nantinya akan tampak dan
diketahui jelas perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan
yang akan terjadi selama terselenggaranya Pelaksanaan Proyek.
Pengambilan foto proyek sekurang-kurangnya 4 (empat) buah titik, pada
tempat atau posisi yang berbeda.
Ukuran foto 9x15 cm. Berwarna atau ukuran kartu Pos.
Disamping itu, Pemborong supaya membuat juga Slide sebanyak 2 (dua)
titik pengambilan, yaitu untuk keadaan fisik proyek : 0% dan 100%.
Jadi ada 4 (empat) buah Slide; 2 (dua) buah pada keadaan fisik 0% dan 2
(dua) buah pada keadaan fisik proyek selesai.
Pemborong juga harus membuat dan menyerahkan foto proyek ukuran 10 R
untuk keadaan fisik proyek 0% dan 100%, masing-masing sebanyak 2 (dua)
buah.
3. Khusus untuk penyerahan pekerjaan pertama atau penyerahan pekerjaan
yang telah mencapai fisik 100%, supaya dilampiri foto pemeriksaan
pekerjaan oleh BPP (Badan Pengawas Pembangunan) pada Berita Acara
pengajuan permohonan pembayaran angsuran.
4. Semua foto Dokumentasi proyek tersebut, supaya dimasukkan ke dalam
Album Khusus.
Ukuran, warna dan bentuk Album Foto Khusus tersebut akan ditentukan
kemudian, sehingga akan diperoleh keseragaman.
297
Pasal 5
Cara Pembayaran Angsuran
1. Pembayaran Angsuran akan dilaksanakan secara berangsur-angsur sesuai
dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai.
2. Tiap pengajuan pembayaran angsuran, harus disertai Berita Acara
pembayaran angsuran dan dilampiri Laporan Keuangan fisik proyek, yang
sudah ditandatangani oleh Direksi Lapangan dan Pengelola Proyek.
3. Tiap-tiap pengajuan pembayaran angsuran dan penyerahan pekerjaan
pertama, harus disertai Berita Acara pemeriksaan pekerjaan dan dilampiri
pula dengan Daftar Hasil Opname Pekerjaan dan foto-foto proyek, sesuai
dengan Prestasi Pekerjaan.
4. Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang sudah selesai
dilaksanakan, jadi tidak termasuk tersedianya bahan-bahan bangunan di
lokasi atau tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya uang yang telah
dikeluarkan oleh Pemborong.
5. Pembayaran akan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali angsuran, dengan
rincian sebagai berikut.
a. Angsuran pertama sebesar 25% dari harga borongan, dibayarkan setelah
pekerjaan selesai 30%,
b. Angsuran kedua sebesar 30% dari harga borongan, dibayarkan setelah
pekerjaan selesai 60%,
c. Angsuran ketiga sebesar 20% dari harga borongan, dibayarkan setelah
pekerjaan selesai 80%,
d. Angsuran keempat sebesar 20% dari harga borongan, dibayarkan setelah
pekerjaan selesai 100% dan diserahkan untuk yang pertama kalinya oleh
Pemborong,
e. Angsuran kelima atau angsuran terakhir sebesar 5% dari harga borongan,
dibayarkan setelah jangka waktu Pemeliharaan selesai dan pekerjaan
diserahkan untuk yang kedua kalinya oleh Pemborong.
6. Cara pembayaran angsuran bisa berlaku lain dari ketentuan yang tersebut
pada Pasal 5.5 dan hal ini akan dicantumkan dalam risalah Berita Acara
pemberian penjelasan pekerjaan.
298
Pasal 6
Surat Perjanjian Pemborongan Atau Kontrak Pemborongan
1. Pada pemberian pekerjaan ini, akan dibuat Surat Perjanjian Pemborongan
atau Kontrak Pemborongan antara Pemberi Tugas dan Pemborong.
2. Bea materai Surat Perjanjian Pemborongan atau Kontrak Pemborongan,
menjadi beban dan tanggungan pihak Pemborong.
3. Surat Perjanjian Pemborongan atau Kontrak Pemborongan ini, dibuat
sejumlah 18 (delapan belas) ganda.
4. Buku Kontrak Pemborongan atau Kontrak Pemborongan dibuat oleh Dinas
dan biaya pembuatan Buku Kontrak, menjadi tanggungan dan beban
Pemborong.
5. Buku Kontrak Pemborongan berisi antara lain.
a. Surat Perjanjian Pemborongan,
b. Surat Perintah Kerja atau SPK,
c. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemborong untuk melaksanakan
pekerjaan,
d. Surat Pengumuman Pemenang Lelang,
e. Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan,
f. Surat Ketetapan Pemenang Pelelangan atau Penunjukkan Langsung dari
Kepala Daerah,
g. Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran,
h. Berita Acara Evaluasi atau Penelitian Harga Penawaran,
i. Surat Undangan untuk mengikuti Pelelangan,
j. Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar Rencana, beserta
Gambar-gambar penjelasnya,
k. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya,
l. Surat-surat lainnya yang ada kaitannya dengan Pelelangan pekerjaan ini.
Pasal 7
Waktu Mulai Pelaksanaan Pekerjaan
1. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender terhitung
dari Surat Perintah Kerja (SPK) yang diterbitkan oleh Pemberi Tugas, maka
299
Pasal 8
Waktu Pelaksanaan Dan Penyerahan Pekerjaan
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 110 (seratus sepuluh) hari
kalender, termasuk hari Minggu, hari raya dan hari-hari hujan.
2. Pekerjaan dapat diserahkan untuk yang pertama kalinya, bilamana pekerjaan
sudah benar-benar selesai 100% dan dapat diterima dengan baik oleh
Direksi dan Pemberi Tugas dengan disertai Berita Acara Penyerahan
Pekerjaan Pertama dan dilampiri Daftar Kemajuan Pekerjaan serta foto-foto
proyek.
3. Permintaan pemeriksaan pekerjaan untuk Penyerahan Pertama, diajukan
kepada Pemberi Tugas, BPP dan Direksi selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari, sebelum tanggal penyerahan.
Pasal 9
Masa Pemeliharaan
1. Jangka waktu pemeliharaan pekerjaan adalah 90 (sembilan puluh) hari
kalender, terhitung setelah Penyerahan Pertama.
2. Bilamana didalam mass pemeliharaan pekerjaan terjadi kerusakan –
kerusakan akibat kurang sempurnanya pelaksanaan pekerjaan atau karena
mutu bahan yang dipergunakan kurang baik, maka pemborong harus
segera memperbaiki dan menyempurnakannya, setelah pihak pemborong
diperingatkan atau diberi tahu oleh direksi atau pimpinan proyek, baik
secara lisan maupun tertulis.
300
Pasal 10
Perpanjangan Waktu Penyerahan Pekerjaan
Surat permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan pertama harus
diajukan 15 (lima belas) hari, sebelum batas waktu penyerahan pekerjaan
pertama berakhir dan surat permintaan perpanjangan waktu tersebut supaya
dilampiri.
1. Data yang lengkap disertai alasan-alasan untuk bahan pertimbangan
perlunya perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan pertama,
2. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan baru yang diperhitungkan lebih
sempurna untuk penyelesaian pekerjaan selanjutnya,
3. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang
pertama, tanpa disertai dengan data pendukung yang lengkap dan alasan
yang kuat, tidak akan diperhatikan,
4. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama dapat diterima oleh
pimpinan proyek, bila.
a. Adanya pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang yang tidak dapat
dielakan lagi, setelah atau sesudah kontrak perjanjian pemborongan
ditanda tangani,
b. Adanya surat perintah tertulis dari pimpinan proyek, bahwa pekerjaan
untuk sementara waktu supaya dihentikan,
c. Adanya surat perintah tertulis dari pimpinan proyek, tentang pekerjaan
tambah atau pekerjaan kurang,
d. Pekerjaan tidak bisa dimulai tepat pada waktunya, karena adanya
masalah tanah yang akan dipergunakan untuk pekerjaan atau bangunan,
belum bisa dibebeaskan atau diselesaikan atau karena adanya hal lain
diluar kemampuan pemborong,
e. Adanya gangguan curah hujan yang turun terus menerus di tempat
pekerjaan dan daerah sekitarnya yang mempengaruhi dan mengganggu
pelak. pekerjaan.
Dengan adanya hal yang demikian, maka laporan data curah hujan yang
dibuat, supaya dilampirkan dalam Surat Kemajuan Pekerjaan Pengajuan
permohonan perpanjangan waktu.
301
Pasal 11
Denda
1. Menyimpang dari pasal 49 A.V. 41 bilamana batas waktu penyerahan
pekerjaan yang pertama kali di lampaui atau tidak bisa dipenuhi oleh
pemborong, maka kepada pemborong akan dikenakan sanksi denda
sebesar 2/1000 (dua per seribu) sehari sampai sebanyak–banyaknya 5%
dari nilai kontrak harga borongan. Uang denda tersebut harus dilunasi pada
waktu penyerahan pembayaran angsuran terakhir.
2. Menyimpang dari pasal 49 A.V.41 terhadap segala kelalaian mengenai
peraturan atau tugas yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat–syarat
ini, maka sepanjang dalam RKS ini tidak ada ketentuan mengenai denda
lainnya, maka pemborong dikenakan denda sebesar 1/1000 (satu per
seribu) dari Nilai Harga Kontrak untuk setiap kali kelalaian setelah diberi
teguran secara tertulis sampai sebanyak 3 (tiga) kali.
3. Apabila ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambah dan tidak
disebutkan jangka waktu pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan
tidak akan diperpanjang.
Pasal 12
Pekerjaan Tambah Dan Pekerjaan Kurang
1. Pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang, hanya dapat dilaksanakan oleh
pemborong, atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas atau Pimpinan
Proyek.
2. Sebelum pekerjaan tambah dikerjakan oleh Pemborong, maka Pemborong
supaya mengajukan Rencan Anggaran Biaya Pekerjaan Tambah kepada
Pimpinan Proyek, agar Pemimpin Proyek dapat mempertimbangkan
apakah pekerjaan tambah tersebut dapat terbayar atau tidak.
3. Di dalam mengajukan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Tambah maka
pada perhitungan Harga Satuan Pekerjaan, supaya sudah dimasukan
keuntungan pemborong 10% dan PPN atau Pajak Pertambahan Nilai 10%.
302
Pasal 13
Pencabutan Pekerjaan
Sesuai dengan pasal 62 A.V.41 Sub 3 b, maka Pemimpin Proyek berhak
membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan pemborong, apabila ternyata
pihak Pemborong telah menyerahkan pekerjaan keseluruhan atau sebagian
pekerjaan kepada pemborong lain, semata – mata hanya mencari keuntungan saja
dari pekerjaan tersebut.
Pada pencabutan pekerjaan Pemborong, maka yang dapat dibayarkan kepada
pemborong.
Hanya pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan dan telah di opname serta
disetujui oleh Pemimpin Proyek, serta harga bahan–bahan bangunan yang berada
di tempat atau lokasi pekerjaan, sepenuhnya menjadi resiko dan tanggung jawab
Pemborong sendiri.
Bilamana sisa uang pekerjaan dipandang atau menurut perhitungan Pemimpin
Proyek tidak cukup banyak, maka Pemborong harus menunggu penyelesaian
pekerjaan tersebut oleh pemborong lain sampai pekerjaan selesai 100%, serta
sudah untuk pertama kali dan dapat diterima baik oleh Pemimpin Proyek.
Meskipun sebagian dari pekerjaan tersebut telah diserahkan kepada
pemborong lain, maka seluruh pekerjaan masih tetap menjadi tanggung jawab
Pemborong Utama (Main Contractor).
303
Pasal 14
Perselisihan
Perselisihan yang bersifat teknis akan diselesaikan oleh Panitia Abitrasi yang
terdiri dari seorang Wakil Pemberi Tugas atau Direksi, seorang Wakil Pemborong
dan seorang lagi yang dipilih oleh kedua Wakil tersebut di atas.
Keputusan–keputusan panitia tersebut mengikat untuk kedua belah
pihak.Perselisihan–perselisihan lainnya yang bersifat umum atau bersifat hukum,
akan diajukan dan diserahkan untuk diselesaikan oleh Pengadilan Negeri.
Pasal 15
Pembayaran Uang Muka
1. Pembayaran uang muka setinggi–tingginya 20 % (dua puluh persen) dari
Nilai Surat Perjanjian Pemborongan atau Kontrak.
2. Pembayaran uang muka dilakukan setelah pemborong menyerahkan
Jaminan Uang Muka yang diberikan oleh Bank milik Pemerintah, atau
Bank Lain atau Lembaga Keuangan Lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.Sesuai dengan surat edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Lombok Tengah Nomor: 551.1/37203, tanggal 09 Oktober 1991, maka
untuk mendapatkan Uang Muka tersebut, harus ada garansi dari Bank
Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat.
Nilai Surat Jaminan Bank tersebut, sekurang–kurangnya sama dengan
besarnya Uang Muka yang diberikan.
Penggunaan Uang Muka tersebut, adalah sepenuhnya diperuntukan bagi
Pelaksanaan Proyek yang diberikan.
3. Uang muka sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.1. dapat
diperhitungkan berangsur–angsur secara merata pada tahap–tahap
Pembayaran Angsuran, sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan atau
Kontrak dengan ketentuan bahwa uang muka tersebut selambat–lambatnya
harus telah lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus
persen) atau pada waktu penyerahan pekerjaan pertama.
304
Pasal 16
Kerja Sama Dengan Golongan Ekonomi Lemah
Apabila dalam Pemborongan atau Pembelian yang terpilih adalah Pemborong
atau rekanan yang tidak termasuk Golongan Ekonomi Lemah, maka.
1. Pemborong atau Rekanan tersebut wajib bekerja sam dengan Pemborong
atau Rekanan Golongan Ekonomi Lemah setempat, antara lain sebagai Sub
Kontraktor atau Leveransir Barang, Bahan dan Jasa,
2. Dalam melaksanakan Pasal 2.16 Ayat 1 tersebut, maka Pemborong atau
Rekanan tersebut wajib bekerja sama dengan Pemborong atau Rekanan
yang terpilih tetap bertanggung jawab atas selesainya pekerjaan tersebut,
3. Bentuk kerja sama tersebut adalah hanya untuk sebagian pekerjaan saja
dan tidak dibenarkan men Sub Kontrakkan seluruh pekerjaan tersebut,
4. Pemborong atau Rekanan Golongan Ekonomi Kuat yang terpilih, harus
membuat Laporan Periodik mengenai pelaksanaan ketetapan sebagaimana
dimaksud dalam butir 1, termasuk pelaksanaan pembayarannya dan
disampaikan pada Pemimpin Proyek yang bersangkutan,
5. Apabila Pemborong atau rekanan yang bersangkutan tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1, 2, dan 3, maka disamping
kontrak akan batal, Pemborong atau Rekanan Golongan bersangkutan akan
dikeluarkan dari Daftar Rekanan Mampu atau DRM.
Pasal 17
Wakil Kontraktor
1. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah penandatanganan
Kontrak, Kontraktor harus menunjuk seorang Pelaksana sebagai wakil
Kontraktor di lapangan yang menjadi penanggung jawab Lapangan selama
masa Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan selesainya masa pemeliharaan
guna memenuhi kewajiban yang disebutkan dalam Dokumen Kontrak.
Pelaksana yang ditunjuk harus orang yang namanya tercantum dalam
Daftar Personil Inti yang diajukan dalam Penawaran, atau orang lain atas
persetujuan secara tertulis dari Pemimpin Proyek.
305
2. Wakil Kontraktor yang tersebut dalam ayat 1 dari pasal ini harus
mempunyai kekuasaan penuh untuk bertindak atas nama Kontraktor dalam
melaksanakan kewajiban menurut Dokumen Kontrak dan harus berada
terius–menerus di lokasi pekerjaan serta harus memberikan seluruh
waktunya untuk mengawasi pekerjaan. Penunjukan penugasan tersebut
harus mendapat persertujuan tertulis Pemimpin Proyek.
Pasal 18
Tuntutan Pihak Ketiga
Kontraktor harus membebaskan Pemilik, Pemberi Tugas, Pemimpin Proyek,
Direktur Tekhnik dan Pengawas terhadap tuntutan pihak ketiga yang terjadi
karena kecelakaan, kerusakan atau kerugian yang timbul akibat pelaksanaan,
penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan.
Pasal 19
Pengamanan Pekerjaan
Selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan pekerjaan, Kontraktor
bertanggung jawab atas pengamanan pekerjaan tetap dan pekerjaan sementara.
Dalam hal ini terjadi kerusakan atau kerugian atas pekerjaan sementara maka
Kontraktor harus memperbaiki dan memulihkan kembali seperti semula sesuai
dengan syarat–syarat dalam Dokumen Kontrak dan perintah Direksi Teknik
kecuali bila kehilangan atau kerusakan itu terjadi akibat keadaan memaksa (force
mejeure).
Pasal 20
Hak Memasuki Lapangan
Pemimpin Proyek atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu
dapat memasuki lapangan, dan semua bengkel, tempat pekerjaan sedang
dipersiapkan, dan pabrik darimana bahan, barang atau mesin diperoleh untuk
keperluan pekerjaan, dan Kontraktor harus mengusahakan semua fasilitas dan
bantuan dalam memperoleh hak untuk melewati jalan masuk tersebut.
306
Nomor :011/A/SEK/NTB/IV/2017
Lamp : 5 (lima) Ganda.
Hal : SURAT PENAWARAN
Kepada
PEMERINTAH DAERAH
NTB
Di NTB
Materai
Rp. 6000,00
TANDA TANGAN
DIREKTUR
308
PERJANJIAN KONTRAK
Untuk Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jalan Raya Provinsi Multi
Cahaya Insan
Proyek : Pembangunan Jalan Raya Provinsi Multi Cahaya Insan.
Nomor : 012/A/SEKRT/NTB/IV/2017
Tanggal : 23 Oktober 2017
Pada hari ini Senin tanggal 23 bulan Oktober tahun 2017 Bertempat di Ruang
Rapat PT. MULTI CAHAYA INSAN kami yang bertanda tangan di bawah ini:
a. NAMA : Miftahul Fauziah, S.T, M.Eng, Ph.D
JABATAN : Staf Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat
ALAMAT : Jl. Jendral Sudirman No.14
Dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut dan oleh karena itu bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
berdasar Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-
pokok pemerintahan di daerah. Lembaran Negara Nomor 38 Tahun 1974,
untuk selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
b. NAMA : Angga Fahriza, S.T, M.Eng, Ph.D
JABATAN : Direktur Utama
ALAMAT : JL. Kaliurang KM.14,5
Dalam hal ini bertindak didalam jabatan tersebut dan oleh karena itu
bertindak untuk dan atas nama PT MULTI CAHAYA INSAN berdasarkan Surat
Keputusan/Akte Notaris No. 17/K/98 Di Yogyakarta No. 17/K/98 tanggal 23
Februari 2006 beserta perubahannya, berdasarkan surat penunjukan P.U.
Yogyakarta tanggal 16 Oktober 2017 selaku Kontraktor selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak telah sepakat mengadakan ikatan kontrak, untuk
melaksanakan pekerjaan sebagai hasil pelelangan Pembangunan Jalan Raya
Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan ketetapan-ketetapan dalam.
309
Pasal 21
Tujuan Kontrak
Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melaksanakan pekerjaan di bawah ini :
Proyek Pembangunan Jalan Raya Provinsi Aceh
Baik pekerjaan tersebut maupun pekerjaan lain yang mungkin diperintahkan
dan dilaksanakan Perjanjian Kontrak ini harus dilaksanakan sesuai dengan
Dokumen Kontrak yang tercantum dalam daftar pada pasal 2 berikut ini.
Pasal 22
Dokumen Kontrak
Kontrak ini meliputi dokumen-dokumen berikut ini:
1. Perjanjian Kontrak,
2. Syarat–syarat Umum Kontrak,
3. Syarat–syarat Administrasi,
4. Syarat–syarat Teknis,
5. Penawaran dan Jadwal Daftar Kuantitas dan Harga,
6. Gambar Rencana.
7. Dokumen penawaran.
a. Metode Pelaksanaan,
b. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan,
c. Daftar Peralatan,
d. Daftar Staf Kontraktor.
8. Surat Perjanjian, yang ditanda tangani kedua belah pihak dan Berita Acara
serta Dokumen lainnya yang dikeluarkan selama pelelangan dan evaluasi
penawaran.
310
Pasal 23
Pengawasan Pelaksanaan
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan kontrak ini akan dilaksanakan oleh
Direksi Teknik. PIHAK KEDUA harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perintah dan petunjuk Direksi Teknik menurut batasan–batasan dalam Dokumen
Kontrak, Direksi Teknik menyiapkan dan memberikan kepada PIHAK KEDUA,
gambar–gambar yang diperlukan dalam Dokumen Kontrak untuk pelaksanaan
Kontrak pada saat yang tepata sebelum atau selama pekerjaan berlangsung.
PIHAK PERTAMA yang dalam hal ini Dinas PU Provinsi Nusa Tenggara
Barat, selaku Direksi Teknik yang mewakili PIHAK PERTAMA dan
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA
Pasal 24
Kewajiban Kontraktor Dan Pemberi Tugas
PIHAK KEDUA wajib menyelesaikan pekerjaan dengan lengkap dan
memeliharanya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan dan PIHAK
PERTAMA mempertimbangkan/menilai penyelesaian pekerjaan tersebut serta
membayar PIHAK KEDUA sebesar nilai kontraknya pada waktu dan cara yang
telah ditentukan dalam Kontrak.
Pasal 25
Jumlah Nilai Kontrak
Besarnya nilai kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang
dihitung berdasarkan harga satuan, lump sum dan perkiraan besarnya kuantitas
yang dicantumkan dalam jadual kuantitas dan Harga adalah sebesar
Rp 17.643.010.000,00- Besarnya nilai kontrak ini dapat diubah sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat dari Dokumen Kontrak.
311
Pasal 26
Masa Kontrak
Masa kontrak adalah 180 (seratus depuluh) hari kalender dihitung dari
tanggal dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dan terdiri dari
173(seratus tujuh puluh tiga) hari kalender waktu Pelaksanaan Pekerjaan yang
diakhiri pada saat Serah Terima Sementara dan 90 (sembilan puluh) hari masa
pemeliharaan, yang dimulai pada saat tanggal Serah Terima Sementara yang
disetujui.
Pasal 27
Domisili
Kedua belah pihak memilih domisili di wilayah hukum Kantor Panitera
Pengadilan Negeri di Nusa Tenggara Barat.
Pasal 28
Ketentuan Penutup
Dengan ditanda tanganinya kontrak ini oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA maka ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak, termasuk
segala sanksinya, mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang–
undang bagi kedua belah pihak berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat 1
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Dengan dan karena ketentuan–ketentuan yang ditetapkan dalam Dokumen
Kontrak, maka pada pasal 1226 Kitab Undang–undang hukum perdata tidak
diperlukan lagi dalam kontrak ini, apabila PIHAK KEDUA tidak memenuhi
kewajibannya menurut kontrak.
Kontrak beserta lampiran–lampirannya yang merupakan bagian tak
terpisahkan dibuat dalam rangkap 2 (dua), bermaterai Rp. 1000,00 (seribu rupiah),
yang masing–masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing–masing
untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA serta tembusan rangkap 5 (lima).
312
……………………… ..................................……………………..
Nama : Angga Fahriza Nama : Miftahul Fauziah
Jabatan : Direktur Utama Jabatan: Staf Dinas Perhubungan
Seksi 1.1
Jadwal Pelaksanaan
1.1.1 Umum
1.Uraian
Jadwal pelaksanaan diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan.Jadwal tersebut
313
: Pasal-pasal yang
a) a) Syarat-syarat Kontrak
berkaitan
b) b) Mobilisasi : Seksi 1.2
3. Pengajuan
a. Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan dalam batas
waktu 15 hari setelah Surat Penunjukan Pemenang. Jadwal
pelaksanaan itu harus diserahkan dan mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan, dengan detil yang disyaratkan dalam Pasal 1.12.2
dari Spesifikasi ini, dimana detil tersebut harus menunjukkan urutan
kegiatan yang diusulkan oleh Penyedia Jasa dalam melaksanakan
Pekerjaan.
b. Setiap akhir setiap bulan Penyedia Jasa harus melengkapi Jadwal
Pelaksanaan untuk menggambarkan secara akurat kemajuan pekerjaan
(progress) aktual sampai tanggal 25 pada bulan tersebut.
c. Setiap interval mingguan Penyedia Jasa harus menyerahkan pada
setiap hari Senin pagi, jadwal kegiatan mingguan yang menunjukkan
lokasi seluruh operasi dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama
minggu tersebut.
d. Jadwal Pelaksanaan untuk Sub Penyedia Jasa harus diserahkan
terpisah atau men-jadi satu dalam seluruh jadwal pelaksanaan.
314
2. Laporan
Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan maka Penyedia Jasa
harus melengkapi laporan ringkas yang memberikan alasan-alasan
timbulnya revisi, yang harus meliputi.
a. Uraian revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena adanya
perubahan Lingkup, revisi dalam kuantitas atau perubahan jangka
waktu kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi
jadwal,
b. Pembahasan lokasi-lokasi ynag bermasalah, termasuk faktor-faktor
penghambat yang sedang berlangsung maupun yang harus
diperkirakan serta dampaknya,
c. Tindakan perbaikan yang diambil, diusulkan dan pengaruhnya.
Seksi 1.2
Mobilisasi Dan Demobilisasi
1.2.1 Umum
1. Uraian
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan
secara umum harus memenuhi berikut:
a. Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak.
317
Ketentuan-ketentuan tersendiri
lainnya seperti didefinisikan dalam
i)
Seksi lain yang berhubungan dalam
Spesifikasi ini.
3. Periode Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar dalam Pasal 1.2.1.2)
harus diselesaikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung mulai tanggal
mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian
Mutu, harus diselesaikan dalam waktu 45 hari.
Setiap kegagalan Penyedia Jasa dalam memobilisasi Fasilitas dan
Pelayanan Pengendalian Mutu sebagimana disebutkan diatas, akan
membuat Direksi Pekerjaan melaksanakan pekerjaan semacam ini yang
dianggap perlu dan akan membebankan seluruh biaya tersebut ditambah
sepuluh persen pada Penyedia Jasa, dimana biaya tersebut akan
dipotongkan dari setiap pembayaran yang dibayarkan atau akan
dibayarkan kepada Penyedia Jasa menurut Kontrak ini. Bahkan,
pemotongan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1.2.3.2) tetap
berlaku
319
h. Rencana Kerja.
1. Bagan Jadwal Pelaksanaan kontrak yang menunjukkan waktu dan
urutan kegiatan utama yang membentuk Pekerjaaan,
2. Rencana Mobilisasi,
3. Rencana Relokasi,
4. Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kontrak (RK3K),
5. Program Mutu,
6. Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas,
7. Rencana Inspeksi dan Pengujian,
8. Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (jika
ada), Dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(jika ada), atau sekurang-kurangnya standar dan prosedur
pengelolaan lingkungan yang berlaku khusus untuk kegiatan
tersebut.
i.Komunikasi dan korespondensi
j.Rapat Pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
k. Pelaporan dan pemantauan
2. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Persiapan Pelaksanaan, Penyedia Jasa
harus menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program perkuatan
jembatan, bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.
3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan
mobilisasi yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.(1) dan harus mencakup
informasi tambahan berikut:
a. Lokasi base camp Penyedia Jasa dengan denah lokasi umum dan denah
detil di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor Penyedia Jasa,
bengkel, gudang, mesin pemecah batu dan instalasi pencampur aspal,
serta laboratorium bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam Lingkup
Kontrak.
b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua
peralatan yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan dalam
321
Pasal 3
Peralatan
1. Kontraktor harus mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui
oleh direksi dalam hal tahun pembuatannya, pabrik pembuatnya, nomor
pengenal, kondisi rencana waktu tiba ditempat pekerjaan. Kontraktor
mendatangkan alat–alat tersebut, sebagian atau seluruhnya, tanpa
persetujuan dari Direksi.
2. Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat–alat yang perlu untuk
melaksanakan tiap tahap dari pekerjaannya sebelum tahap pekerjaan
tersebut dimulai. Penyediaan di tempat pekerjaan dan persiapannya harus
terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari Direksi.
Seksi 1.11
Bahan Dan Penyimpanan
1.11.1 Umum
1. Uraian
Bahan yang dipergunakan di dalam Pekerjaan harus.
a. Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku,
b. Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam
Gambar dan Seksi lain dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara
khusus disetujui tertulis oleh Direksi Pekerjaan,
c. Semua produk harus baru
323
3. Pengajuan
a. Sebelum mengadakan pemesanan atau membuka daerah sumber bahan
untuk setiap jenis bahan, maka Penyedia Jasa harus menyerahkan
kepada Direksi Pekerjaan contoh bahan, bersama dengan detil lokasi
sumber bahan dan Pasal ketentuan bahan dalam Spesifikasi yang
mungkin dapat dipenuhi oleh contoh bahan, untuk mendapatkan
persetujuan
b. Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi,
memilih bahan, dan mengolah bahan alami sesuai dengan Spesifikasi
ini, dan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi
yang berhubungan dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 30 hari
sebelum pekerjaan peng-olahan bahan dimulai, untuk mendapatkan
persetujuan. Persetujuan Direksi Pekerjaan atas sumber bahan tersebut
tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi
sumber bahan telah disetujui untuk dipakai.
c. Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya
akan digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut
harus diserah-kan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan persetujuan
tertulis kepada Penyedia Jasa untuk melakukan pemesanan bahan.
Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan harus diuji ulang
seperti yang diuraikan dalam Pasal 1.11.2.3).b) di bawah pengawasan
Direksi Pekerjaan atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
324
diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tanah dan bangunan (property) orang lain
tidak boleh dipakai tanpa ijin tertulis dari pemilik atau penyewanya.
2. Tempat Penyimpanan di Lapangan
Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah,
bebas dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari
sekitarnya.Bahan yang langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh
digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah
disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir
atau kerikil setebal 10 cm sedemikian hingga diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
3. Penumpukan Bahan (Stockpiles)
a. Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya
segregasi dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak
terdapat kadar air yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan
bahan harus dibatasi sampai maksimum 5 meter.
b. Penumpukan berbagai jenis agregat yang akan dipergunakan untuk
campuran aspal, burtu atau burda, penetrasi macadam atau beton harus
dilakukan secara terpisah menurut masing-masing ukuran nominal
agregat. Dinding pemisah dari papan dapat digunakan untuk harus
mencegah tercampurnya agregat-agregat tersebut.
c. Tumpukan agregat untuk untuk lapis pondasi atas dan bawah harus
dilindungi dari hujan untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang
akan mengurangi mutu bahan yang dihampar atau paling tidak
mempengaruhi penghamparan bahan.
1.11.4 Pembayaran
1. Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan dengan pemilik atau
pemakai lahan untuk memperoleh hak konsesi yang diperlukan sehingga
dapat mengambil bahan yang akan digunakan dalam Pekerjaan. Penyedia
Jasa bertanggungjawab atas semua kompensasi dan restribusi yang harus
dibayarkan sehubungan dengan penggalian bahan atau keperluan lainnya.
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk kompensasi dan
326
restribusi yang dibayar Penyedia Jasa, dan seluruh biaya tersebut harus sudah
dimasukkan ke dalam Harga Satuan untuk mata pembayaran yang terkait
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
2. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk membuat jalan masuk,
membuang gundukan tanah dan semua biaya pelaksanaan lainnya yang
diperlukan untuk pengadaan bahan, termasuk pengembalian lapisan humus
dan meninggalkan daerah dan jalan masuk itu dalam kondisi rapi dan dapat
diterima. Seluruh biaya tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam Harga
Satuan untuk mata pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.
Seksi 1.3
Kantor Lapangan Dan Fasilitasnya
1.3.1 Umum
1. Uraian Pekerjaan
Menurut Seksi ini, Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan,
memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya
Kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor
darurat, gudang-gudang penyimpanan, barak-barak pekerja dan bengkel-
bengkel yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan kegiatan.
2. Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini
3. Ketentuan Umum
a. Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional
maupun Daerah.
b. Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum
dan Denah Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari
Program Mobilisasi seperti dirinci dalam Pasal 1.2.2.(2), dimana
penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja
(site) dantelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c. Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan
pelaksanaan.
d. Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik,
tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
e. Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang
cocok sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami
kerusakan.
f. Sesuai pilihan Penyedia Jasa, bangunan dapat dibuat di tempat atau
dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
g. Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi
yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk
pelayanan utilitas.
h. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan
dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi,
cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
i. Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan
diratakan sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari
genangan air, diberi pagar keliling, dan dilengkapi minimum dengan
jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
j. Penyedia Jasa harus menyediakan sarana dan prasarana untuk kesehatan
dan keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan pada Seksi 1.19.
328
Pasal 8
Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
1. Penjelasan.
Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan selengkapnya,
apabila Direksi memerlukan tentang tempat–tempat asal material yang
didatangkan untuk suatuu tahap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya.
2. Pemberitahuan.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang
sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu memberitahu dan mendapat
persetujuan dari Direksi
Pasal 10
Mutu Tenaga Kerja
Tenaga–tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga–tenaga yang
ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan, petunjuk Direksi.
Pasal 11
Satuan Ukuran
Semua satuan yang disebutkan dalam syarat–syarat teknik ini serta yang
digunakan di dalam pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut
satuan Ton, yang dimaksud adalah Ton yang bernilai 1.000 kilogram.
Pasal 12
Pekerjaan Dan Bahan – Bahan Yang Termasuk Di Dalam Harga Satuan
Pada keadaan dimana ‘mata pembiayaan’, pasal atau sebagian dari pasal
dalam syarat–syarat teknik ini sehubungan dengan mata pembiayaan menunjujan
bahwa dalam Biaya Kontrak telah tercakup untuk keperluan tersebut, pekerjaan
atau material yang sama harus tidak dinilai lagi atau dibayar lagi pada pembiayaan
lain yang mungkin ada pada pasal–pasal lain di dalam syarat–syarat teknik ini.
329
Pasal 13
Gambar Rencana
Gambar rencana untuk proyek ini merupakan yang tak terpisahkan dari
Dokumen Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi–revisi pada seksi dan detail
detail gambar mungkin akan diadakan dalam masa pelaksanaan.
Kedudukan bangunan jalan dan fasilitasnya yang telah selesai harus sesuai
dengan dimensi seperti yang tercantum dalam gambar rencana, kecuali Direksi
menentukan lain.
Seksi 3.4
Pembersihan, Pengupasan, Dan Pemotongan Pohon
3.4.1 Umum
1. Uraian
a. Pembersihan dan pengupasan lahan harus terdiri dari pembersihan
semua pohon dengan diameter lebih kecil dari 15 cm, pohon-pohon
yang tumbang, halangan-halangan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan
lainnya, sampah, dan semua bahan yang tidak dikehendaki, dan harus
termasuk pembongkaran tunggul, akar dan pembuangan semua ceceran
bahan yang diakibatkan oleh pembersihan dan pengupasan sesuai
dengan Spesifikasi ini atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan ini juga harus termasuk penyingkiran dan
pembuangan struktur-struktur yang menghalangi, mengganggu, atau
sebaliknya menghalangi Pekerjaan kecuali bilamana disebutkan lain
dalam Spesifikasi ini atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pemotongan pohon yang dipilih harus terdiri dari pemotongan semua
pohon yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan dengan diameter 15 cm atau lebih yang diukur satu meter di
atas permukaan tanah. Pekerjaan ini harus termasuk tidak hanya
penyingkiran dan pembuangan sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan atas setiap pohon tetapi juga tunggul dan akar-akarnya.
330
Divisi 3
Pekerjaan Tanah
Seksi 3.1
Galian
3.1.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan
selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong,
pembuangan atau struktur lainnya, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan
pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasan lama, dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
c. Pekerjaan yang diperlukan untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan
tanah humus akan dicakup oleh Seksi 3.4 dari Spesifikasi ini.
d. Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku
untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan
pekerjaan galian dapat berupa.
1) Galian Biasa,
2) Galian Batu,
3) Galian Struktur,
4) Galian Perkerasan Beraspal,
5) Galian Perkerasan Berbutir,
6) Galian Perkerasan Beton.
e. Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi
sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
331
Seksi 3.2
Timbunan
3.2.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan
Timbunan Pilihan Berbutir di atas tanah rawa.
c. Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.
d. Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang
(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang
2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan
diatas tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan
Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.
e. Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus
digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding
333
Seksi 3.3
Penyiapan Badan Jalan
3.3.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan
tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama untuk penghamparan Lapis
Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi
Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspaldi daerah jalur lalu lintas
(termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan
sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.
b. Menurut Seksi dari Spesifikasi ini pembayaran tidak boleh dilakukan
terhadap Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama yang diuraikan dalam
Seksi 8.1 maupun Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan
Berpenutup Aspal yang diuraikan dalam Seksi 8.2.
c. Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan
motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan
tanpa penambahan bahan baru.
d. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan
timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian
334
3. Toleransi Dimensi
a. Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2 sentimeter
atau lebih rendah 3 sentimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air
permukaan.
4. Standar Rujukan
Standar rujukan yang relevan adalah yang diberikan dalam Pasal 3.2.1.4) dari
Spesifikasi ini.
335
3.3.2 Bahan
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis
Pondasi Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang
digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan
membentuk tanah dasar haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di
atas, akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran
seperti terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut sudah
mencakup kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan dan biaya lainnya
yang telah dimasukkan untuk keperluan pembentukan pekerjaan penyiapan
tanah dasar seperti telah diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
Seksi 2.1
Selokan Dan Saluran Air
2.1.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined)
maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama yang tidak
dilapisi, sesuai dengan spesifikasi ini serta memenuhi garis, ketinggian,
dan detail yang ditunjukkan pada gambar. Selokan yang dilapisi akan
dibuat dari pasangan batu dengan mortar atau yang seperti ditunjukka
dalam gambar.
b. Pekerjaan ini juga mencakup relokasi atau perlindungan terhadap
sungai yang ada, kanal irigasi atau saluran air lainnya yang pasti tidak
terhindarkan dari gangguan baik yang bersidat sementara maupun tetap,
dalam penyelesaian pekerjaan yang memenuhi ketentuan dalam kontrak
ini.
339
Seksi 3.3
Galian Untuk Struktur Dan Pipa
1. Galian untuk pipa gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk
pondasi jembatan atau struktur lain , harus cukup ukurannya sehingga
memungkunkan penetapan struktur atau telapak struktur dengan lebar dan
panjang sebagaimana mestinya dan pemasangan bahan dengan
benar,pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di
sekeliling pekerjaan.
2. Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya di lakukan pada
timbunan baru,maka timbunan harus di kerjakan sampai ketinggian yang
di perlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian tidak kurang dari 5
kali lebar galian parit tersebut,selanjutnya galian parit tersebut di
laksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi
tanahnya mengijinkan. Terekspos pada pondasi jembatan harus di
bersihkan dari semua bahan yang lepas dan di gali sampai permukaan yang
keras baik elevasi,kemiringan atau bertangga sebagaimana yang
3. Semua bahan pondasi batu atau setrata keras lainnya yang terekspos pada
pondasi jembatan harus di bersihkan dari semua bahan yang lepas dan di
gali sampai permukaan yang keras, baik elevasi,kemiringan atau bertangga
sebagaimana yang di perintahkan oleh Direksi Pekerjaan .Semua serpihan
dan retak-retak harus di bersihkan dan diinjeksi.Semua batu yang lepas
dan terurai dan setrata yang tipis harus di buang.Jika pondasi di tempatkan
pada landasan selain batu, galian sampai elevasi akhir pondasi untuk
telapak struktur tidak boleh di laksanakan sampai sesaat sesudah pondasi
telapak di pastikan elevasi penempatannya.
4. Bila pondasi tiang pancang digunakan, galian setiap lubang (pit) harus
selesaisebelum tiang dipancangkan, dan penimbunan kembali pondasi
dilakukan setelahpemancangan selesai. Setelah pemancangan selesai
340
Seksi 2.2
Pekerjaan Pasangan Batu Dengan Mortar
1. Pekerjaan ini mencangkup pelapisan sisi atau dasar selokan dan saluran air
dan pembuatan apron (lantai golak),lubang masuk dan salu\ran kecil lain
dengan menggunakan pasngn batu dengan mortar yang di bangun di atas
suatu dasar yang telah disiapakn memenuhi garis ,ketinggian dan dimensi
yang di tunjukan pada gambar atau sebagaiman diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2. Pekerjaan ini juga mencangkup pembuatan lubang sulingan ,termasuk
penyediaan dan pemasangan cetakan lubang sulingan atau pipa.
3. Dalam beberapa hal ,dimana mutu batu dan bentuknya cocok serta mutu
kerjanya tinggi,Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan
pasangan batu dengan mortar sebagai pekerjaan pasangan batu untuk
struktur dengan daya dukung yang lebihbesar seperti gorong-
gorongplat,tembok kepala gorong-gorong dan tembok tanah.
4. Untuk kegiatan yang memakai Lapis Pondasi Semen Tanah ,Direksi
Pekerjaan mungkin memperkenankan pemakaian batu bata sebagai
pengganti batu biasa untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar ,
asalkan batu bata itu dalam keadaan baik dan tidak boleh di pakai pada
struktur penahan beban.
Dasar Pembayaran.
Volume pekerjaan pasangan batu adukan yang disebutkan di atas akan
dibayar berdasarkan harga kontrak persatuan pengukuran untuk masing–
masing mata pembayaran seperti tercantum dalam harga penawaran. Harga
dan penawaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pekerjaan
pengadaan dan pemasangan bahan–bahan, menyiapkan formasi dan
pondasi yang diperlukan untuk pembuatan lubang sulingan, menuras air,
341
untuk penimbunan kembali dan plesteran atau pekerjaan akhir dan untuk
semua pekerjaan atau biaya lainnya yang diperlukan atau biasanya
Seksi 2.3
Gorong-Gorong Dan Drainase Beton
2.3.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup perbaikan, perpanjangan, penggantian atau
pembuatan gorong-gorong pipa beton bertulang maupun tanpa tulangan
atau pipa logam gelombang (corrugated), gorong-gorong persegi dan
plat beton bertulang, termasuk tembok kepala, struktur lubang masuk
dan keluar, serta pekerjaan lainnya yang berhubungan denga
perlindungan terhadap penggerusan, sesuai dengan gambar dan
spesifikasi ini dan lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pekerjaan ini juga mencakup pemasangan drainase dengan pelapisan
beton (concretelined drains), bilamana diperlukan dilengkapi dengan
pelat penutup, pada lokasi yang disetujui seperti dalam daerah
perkotaan dan dimana air rembesan dari selokan yang tidak dilapisi
dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng.
2. Penerbitan Detail Pelaksanaan gorong-gorong dan drainase beton, yang
tidak dimasukkan dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan
disediakan oleh Direksi Pekerjaan.
2.3.3 Pelaksanaan
1. Persiapan Tempat Kerja
a. Pengalian dan persiapan parit serta pondasi untuk drainase beton dan
gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Seksi 3.1
dari Spesifikasi ini, dan yang khususnya dengan Pasal 3.1.2.3, Galian
untuk Struktur dan Pipa
342
Seksi 7.9
Pasangan Batu (Dpt)
7.9.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan
dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang
dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua
bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi
garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti
dinding penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong
besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang
cukup besar.
Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan
sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai
gorong-gorong (spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada
lereng atau di sekitar ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di
bawah Pasangan Batu (Stone Masonry) dapat digunakan seperti Pasangan
344
7.9.2 Bahan
345
1. Batu
a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
c. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah
kali lebarnya.
2. Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Seksi 7.8 dari
Spesifikasi ini.
3. Drainase Porous
Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring
untuk pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Seksi 2.4
dari Spesifikasi ini.
346
Divisi 6
Perkerasan Aspal
Seksi 6.1
Lapis Resap Pengikat Dan Lapis Perekat
6.1.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan
aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas
permukaan pondasi tanpabahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis
Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan berbahan pengikat semen atau aspal (seperti Semen Tanah,
RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston,Lataston
dll).
2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.
a. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8b),
b. Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9c),
c. Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11d),
d. Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17e),
e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19f),
f. Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1g),
g. Bahu Jalan : Seksi 4.2h),
h. Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1i),
i. Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4 j),
j. Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3k),
k. Lasbutag dan Latasbusir : Seksi 6.4l),
l. Campuran Aspal Dingin : Seksi 6.5m),
m. Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1n),
n. Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Ber-penutup
Aspal: Seksi 8.2
347
3. Standar RujukanStandar
Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan – Bahan Aspal
SNI 03-2434-1991 : Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
SNI 06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan – Bahan Bitumen
SNI 03-3642-1994 : Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan
Penyulingan.
SNI 03-3643-1994 : Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20
SNI 03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi
SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt
SNI 06-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik
AASHTO :
AASHTO M20 – 70 : Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt
AASHTO T44-90 : Solubility of Bituminous Material
ASTM:
ASTM D 244 : Standard Test Methode and Practices for EmulsifiedAsphalt
s
Brirish Standards:
BS 3403 : Industrial Tachometers
4 Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang
kering ataumendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada
permukaan yangbenar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat
atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan
atau akan turun hujan.
5. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan
348
6.1.2 Bahan
1. Bahan Lapis Resap Pegikat
a. Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut
ini.
1. Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat
(slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya
aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada lapis
pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus
mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan
pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak
kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan
aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih
dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
2. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20,
diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah
yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai
dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan,
perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus
dari 80 – 85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph – 85
351
pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang
jenis MC-30).
b. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik,
harus sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi
kationik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan
negatif) dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis
pondasi adalah agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau
bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
c. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka
harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan
kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau
lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen
harus lolos ayakan ASTM 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen
harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).
2. Bahan Lapis Perekat
a. Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI
03-6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat
mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan
perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat
tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
b. Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan
AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100
bagian aspal (25 pph – 30 pph).
c. Jika digunakan aspal emulsi modifikasi, jenis aspal emulsi yang
digunakan adalah jenis kationik reaksi cepat (rapid setting). Bahan
modifikasi yang digunakan haruslah latex dengan kandungan karet
kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi dalam aspal emulsi
haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal
emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi
modifikasi yang digunakan (CRS-1) yang digunakan harus memenuhi
Tabel 8.1
352
d. Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat
aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas
perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi
353
anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit
didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan
aspal emulsi kationik.
6.1.3 Peralatan
1. Ketentuan Umum
Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis
dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan
aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.
2. Distributor Aspal - Batang Semprot
a. Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang
bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan.
Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan
kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi
pabrik pembuatnya.
b. Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang
sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi
lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15
sampai 2,4 liter per meter persegi
c. Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat
mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal
dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum
24 nosel, dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor
aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan.
3. Perlengkapan
Perlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur
kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi,
sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan
untuk mengukur kecepatan lambat.
Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor harus dikalibrasi untuk
memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi
354
dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini
minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.
7. Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)
Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan
penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal.
Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga
dalam kondisi baik, terdiri dari.
a. Tangki aspal dengan alat pemanas,
b. Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga
aspal dapat tersemprot keluar,
c. Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya
aspal (nosel).
Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa
harus menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba
dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
357
Divisi 5
Perkerasan Berbutir Dan Perkerasan Beton Semen
Seksi 5.1
Lapis Pondasi Agregat
5.1.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang
telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan
memelihara lapis pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang
disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan,
pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk
menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.
2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas
berikut ini :
b. Standar Rujukan
SNI 03-1744-
Metode Pengujian CBR Laboratorium.
1989
Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
SNI 03-4141-96
Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.
SNI 1743 : 2008 Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 1967 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.
Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
SNI 1966 : 2008
Plastisitas Tanah.
Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin
SNI 2417 : 2008
Abrasi Los Angeles.
Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat
SNI 2827 : 2008
Sondir
5.1.2 Bahan
1. Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
sesuai dengan Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.
2. Kelas Lapis Pondasi Agregat
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A,
Kelas B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah
mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis
Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi
Agregat Kelas S akan digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal
berdasarkan ketentuan tambahan dalam Seksi 4.2 dari Spesifikasi ini.
3. Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila
berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas A , mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas
362
95/90* dan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*.
*95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
dua atau lebih.
4. Fraksi Agregat Halus
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang
lolos ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang
lolos ayakan No.40.
5. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan
pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 8.3 dan memenuhi
sifat-sifat yang diberikan dalam Tabel 8.4
2. Penghamparan
a. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) Kadar air dalam bahan harus tersebar
secara merata.
b. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
3. Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit
365
4. Pengujian
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam
Pasal 5.1.2.5 minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan
yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut.
b. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau
metode produksinya.
366
Seksi 6.3
Campuran Beraspal Panas
6.3.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis
perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri
dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa
asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara,
stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
2. Jenis Campuran Beraspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada
Gambar Rencana.
a. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan A
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari
dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B
tergantung pada tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya
memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat
yang disyaratkan.
b. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus
(HRSWearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat
masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi
fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus
dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi. Dua kunci utama adalah.
369
SEKSI 8.4
PERLENGKAPAN JALAN DAN PENGATUR LALU LINTAS
8.4.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang perlengkapan jalan
baru atau penggantian perlengkapan jalan lama seperti rambu jalan, patok
pangarah, patok kilomater, rel pengaman, paku jalan, mata kucing, kerb,
trotoar, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan pengecatan
marka jalan baik pada permukaan perkerasan lama maupun yang selesai di-
overlay, pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan pemasangan perlengkapan jalan harus meliputi semua penggalian,
pondasi, penimbunan kembali, penjangkaran, pemasangan, pengencangan
dan penunjangan yang diperlukan.
2. Penerbitan Gambar Penempatan dan Detil Pelaksanaan
Gambar penempatan yang menunjukkan lokasi perlengkapan jalan dan
perangkat pengatur lalu lintas dan detil pelaksanaan semua jenis
perlengkapan jalan yang tidak terdapat di dalam Dokumen Kontrak pada
saat pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan setelah Penyedia
Jasa menyelesaikan laporan hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.9
dari Spesifikasi ini.
3. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
Manajemen dan Keselamatan
a) Seksi 1.8
Lalu Lintas
b) Rekayasa Lapangan Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
Keselamatan dan Kesehatan
d) Seksi 1.19
Kerja
e) Beton Seksi 7.1
Pemeliharaan Rutin Perkerasan,
Bahu Jalan, Drainase,
f) Seksi 10.1
Perlengkapan Jalan dan
Jembatan
Pemeliharaan Jalan Samping
g) Seksi 10.2
dan Jembatan
376
4. Standar Rujukan
a. SNI 03-2442-1991 : Spesifikasi Kerb Beton untuk Jalan
b. SNI 06-4825-1998 : Spesifikasi Campuran Cat Marka
Jalan Siap Pakai Warna Putih dan
Kuning
c. SNI 06-4826-1998 : Spesifikasi Cat Termoplastik
Pemantul Warna Putih dan Warna
Kuning Untuk Marka Jalan (Bentuk
Padat).
d. SNI 15-4839-1998 : Spesifikasi Manik-Manik Kaca
(Glass Bead) Untuk Marka Jalan
e. Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan harus memenuhi Peraturan dan
Perundang-undangan tentang Rambu Keamanan Jalan Repubik Indonesia.
f. Rambu jalan harus mempunyai ukuran, warna, jenis dan luas permukaan
yang memantul sesuai ketentuan dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Raya (DLLAJR). Setiap perbedaan yang terjadi antara ketentuan untuk
rambu-rambu tersebut dan yang ditunjukkan dalam Gambar harus diperiksa
oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan dimulai.
5. Pengajuan Kesiapan Kerja
a. Satu liter contoh cat untuk setiap warna dan jenis cat bersama dengan data
pendukung untuk setiap jenis cat berikut ini harus diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan.
1) Komposisi (analisa dengan berat),
2) Jenis penerapan (panas atau dingin),
3) Jenis dan jumlah maksimum bahan pengencer,
4) Waktu pengeringan (untuk pengecatan ulang),
5) Pelapisan yang disarankan,
6) Ketahanan terhadap panas,
7) Detil cat dasar atau lapis perekat yang diperlukan,
8) Umur kemasan (umur dari produk),
9) Batas waktu kadaluarsa,
377
b. Sebuah tiang dari pipa baja yang di galvanisir untuk rambu jalan harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
c. Satu lembar plat rambu jalan yang telah selesai dicat harus diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan.
d. Sepotong rel pengaman yang telah digalvanisir sepanjang 0,20 m harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
e. Satu buah paku jalan dan/atau mata kucing harus diserahkan kepada
Direksi pekerjaan.
f. Dua buah kerb pracetak bilamana unit-unit kerb pracetak ini dibuat di luar
lokasi proyek beserta sertifikat pengujian dari pabrik pembuatnya yang
membuktikan mutu bahan baku yang digunakan dan bahan olahan harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
g. Dua buah contoh blok beton (paving block) beserta sertifikat dari pabrik
pembuatnya harus diajukan pada Direksi Pekerjaan.
6. Jadwal Pekerjaan
Agar dapat memelihara keamanan jalan lama sebaik mungkin selama Periode
Pelaksanaan, pemasangan baru atau penggantian rambu jalan, patok
pengaman, patok kilometer, patok hektometer dan rel pengaman harus
dilaksanakan dan marka jalan harus dicat pada permukaan jalan dalam waktu 6
bulan pertama atau sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
Untuk pengecatan marka pada permukaan perkerasan lama, Direksi
Pekerjaan akan menerbitkan detil dan lokasi sesuai Pasal 8.4.1.(2) di atas,
dilaksanakan dalam waktu enam bulan pertama periode pelaksanaan atau
bilamana pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan juga diperlukan,
setelah operasi pekerjaan pengembalian kondisi selesai dikerjakan.
Untuk ruas-ruas perkerasan lama yang dirancang untuk di-overlay
(pelapisan ulang) telah diberi marka jalan pada permukaan perkerasan maka
marka jalan tersebut harus dicat kembali setelah pekerjaan pelapisan ulang
selesai dikerjakan dalam batas waktu yang disyaratkan pada Pasal
8.4.3.4).b). Dalam hal ini, Penyedia Jasa juga akan menerima pembayaran
untuk lokasi ini, termasuk pengecatan marka jalan yang kedua.
378
8.4.2 Bahan
1. Penyimpanan Cat
a. Semua cat harus disimpan menurut petunjuk pabrik pembuatnya dan
ketentuan dari Seksi 1.11. Bahan dan Penyimpanan pada Spesifikasi ini.
b. Semua cat harus digunakan sesuai umur kemasan untuk menjamin bahwa
hanya produk yang masih baru digunakan dalam batas waktu yang
disyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
2. Plat Rambu Jalan
Pelat untuk Rambu Jalan harus merupakan lembaran rata dari campuran
aluminium keras 5052 - H34 sesuai dengan ASTM B 209 dan harus
mempunyai suatu ketebalan minimum 2 mm. Lembaran tersebut harus
bebas dari gemuk, dikasarkan permukaannya (dietsa), dinetralisir dan
diproses sebelum digunakan sebagai pelat Rambu Jalan.
379
dipakai tak boleh kada-luarsa dan harus dalam batas waktu seperti yang
ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.
8. Lembaran Pemantu
Lembaran pemantul harus merupakan "Scotchlite" jenis Engineering Grade
atau High Intensity Quality, dan dari bahan pemantul tahan lentur yang
disetujui.Permukaan dari tiap rambu harus diberi bahan pemantul sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dari DLLAJR dan bidang muka setiap patok
pengarah harus diberi bahan pemantul.
9. Rel Pengaman
Bahan harus dari baja yang digalvanisasi, dibuat di pabrik dari lembaran baja
yang memenuhi AASHTO M180 dengan ketebalan minimum 2,67 mm dan
sifat-sifatnya harus.
a. Suatu pemanjangan yang tidak kurang daripada 12% untuk pengujian
tarik pada sebuah baut dengan panjang kira-kira 5 cm,
b. Mempunyai kekuatan tarik batas (ultimate) dari 4.900 kg/cm2 (70.000
psi),
c. Lapisan seng hasil galvanisasi pada lembaran baja harus mempunyai berat
minimum 550 gram/m2 (pengujian satu titik) dan 610 gram/m2 (pengujian
tiga titik) atau mempunyai ketebalan minimum 0,08 mm,
d. Elemen rel pengaman yang dibuat dari lebaran baja harus mempunyai
lebar nominal 483 mm dengan toleransi lebar nominal minus 3,2 mm.
10.Paku Jalan dan Mata Kucing
Paku jalan dan mata kucing harus berupa suatu rancangan yang disetujui
sesuai dengan contoh yang diajukan. Paku jalan dan mata kucing tersebut
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Tidak Memantul untuk Paku Jalan dan Memantul
Jenis
untuk mata kucing
Kepala 100 cm, bujur sangkar
Ukuran panjang, penampang dan bentuk sedemikian
rupa untuk menjamin penguncian yang kuat pada
Pasak perkerasan jalan. Bahan harus dari logam cor atau
logam tempaan. Kepala dan pasak harus dibuat
sebagai kesatuan yang utuh.
Muka atas dari kepala adalah satin 100 atau yang
Permukaan
sejenis.
381
8.4.3 Pelaksanaan
1. Pemasangan Patok Pengarah atau Kilometer, Rambu Jalan dan Rel Pengaman
Jumlah, jenis dan lokasi pemasangan setiap rambu jalan, patok pengarah,
patok kilo-meter dan bagian rel pengaman harus sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan.Semua patok harus dipasang dengan akurat pada lokasi
dan ketinggian sedemikian rupa hingga dapat menjamin bahwa patok
tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama selama pengerasan (setting)
beton.
382
3) Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada
per-mukaan perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi
sebe-lum pelaksanaan pengecatan marka jalan,
4) Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur,
garis tepi dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis
yang disetujui, bergerak dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan
atau penghamparan otomatis dengan katup mekanis yang mampu
membuat garis putus-putus dalam pengoperasian yang menerus
(tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat
diterima Direksi Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus
menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan tebal
basah minimum 0,38 milimeter untuk “cat bukan termoplastik” dan
tebal minimum 1,50 mm untuk “cat termoplastik” belum termasuk
butiran kaca (glass bead) yang juga ditaburkan secara mekanis,
dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar ran-cangan
yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya,
maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204 - 218
°°C,
5) Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka Direksi
Pekerjaan dapat mengijinkan pengecatan marka jalan dengan cara
manual, dikuas, disemprot dan dicetak dengan sesuai dengan
konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang disetujui untuk
penggunaannya,
6) Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan di atas permukaan cat
segera setelah pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat.
Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan dengan kadar 450
gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk “bukan termoplastik”
maupun “termoplastik”,
7) Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka
jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau
bekas jejak roda serta kerusakannya lainnya,
384
8) Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan
memenuhi ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa atas biayanya sendiri,
9) Ketentuan dari Seksi 1.8 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
harus diikuti sedemikian sehingga rupa harus menjamin keamanan
umum ketika pengecatan marka jalan sedang dilaksanakan,
10) Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan
menurut ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar
menjaga bahan pewarna tercampur merata di dalam suspensi.
5. Pemasangan Paku Jalan atau Mata Kucing
a. Penggalian perkerasan jalan untuk membentuk sebuah lubang bagi setiap
paku jalan atau mata kucing harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatnya. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin
dasar lubang yang cukup rata dan dinding-dindingnya tegak lurus satu
sama lain dan untuk menjamin bahwa semua bahan lepas yang dihasilkan
dari penggalian lubang tersebut telah dibersihkan.
b. Sebuah lapisan dari batu yang disetujui (6 mm sampai debu batu pecah)
harus dihamparkan dan dipadatkan rata pada lantai lubang tersebut. Paku
jalan atau mata kucing tersebut harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk
pabrik dan dibenamkan dengan kuat pada lapis perata sedemikian rupa
hingga dicapai tonjolan bagian atas paku jalan atau mata kucing tersebut
tepat di atas permukaan jalan. Suatu pola harus digunakan untuk
mengecek memeriksa arah dan elevasi permukaan paku jalan atau mata
kucing yang dipasang.
c. Dinding lubang harus dilabur dengan lapis perekat dan keseluruhan
rongga yang tersisa diisi dengan adukan aspal panas encer sesuai dengan
petunjuk pabrik sampai serata permukaan jalan. Perhatian khusus harus
diberikan untuk menjamin bahwa tidak terdapat aspal yang tercecer pada
tonjolan paku jalan atau mata kucing tersebut. Setiap aspal yang tercecer
karena kurang hati-hati harus dibersihkan, sehingga diperoleh pekerjaan
yang bersih.
385
d. Lalu lintas tak diperkenankan melintas di atas paku jalan atau mata kucing
sebelum bahan yang diisikan ke dalam lubang galian untuk paku jalan
atau mata kucing mengeras.
6. Pemasangan Kerb
a. Persiapan Landasan Kerb
Lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali
sampai bentuk dan kedalaman yang diperlukan, dan landasan kerb ini
harus dipadatkan sampai suatu permukaan yang rata.Semua bahan yang
lunak dan tidak sesuai harus dibuang dan diganti dengan bahan yang
memenuhi serta harus dipadatkan sampai merata. Semua pekerjaan ini
harus sesuai dengan semua ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 3.1
dan 3.2 dari Spesifikasi ini.
b. Pemasangan
Kerb harus dipasang dengan teliti sesuai dengan detil, garis dan elevasi
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Setiap kerb yang akan dipasang pada suatu kurva
dengan radius kurang dari 20 meter harus dibuat dengan menggunakan
cetakan lengkung atau unit-unit pracetak yang melengkung.
c. Sambun
Unit-unit kerb dan jenis-jenis pracetak lainnya harus dipasang dengan
sam-bungan yang serapat mungkin.
d. Penimbunan Kembali
Setelah suatu pekerjaan beton yang dicor di tempat mengeras dan unit-
unit kerb telah dipasang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, maka setiap lubang galian yang tersisa harus ditimbun kembali
dengan bahan yang disetujui sesuai Gambar Rencana atau sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan. Bahan ini harus diisi dan dipadatkan sampai merata
dalam lapisan-lapisan yang tidak melebihi ketebalan 5 cm. Semua celah di
antara kerb baru dan tepi perkerasan yang ada harus diisi kembali dengan
jenis campuran aspal yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kecuali dalam
Gambar telah ditunjukkan dengan jelas bahwa pengisian kembali ini tidak
diperlukan.
386
ketebalan padat 50 mm. Perkerasan blok beton tidak boleh diisi dengan
adukan semen.
d. Penyelesaian Akhir
Permukaan blok beton yang selesai dikerjakan harus menampilkan
permukaan yang rata tanpa adanya blok beton yang menonjol atau
terbenam dari elevasi permukaan rata-rata lebih dari 6 mm, yang diukur
dengan mistar lurus 3 m pada setiap titik di atas permukaan blok beton
tersebut. Semua sambungan harus rapi dan rapat, tanpa adanya adukan
atau bahan lainnya yang menodai atau mencoreng permukaan yang telah
selesai dikerjakan. Perkerasan blok beton harus mempunyai lereng
melintang minimum 4%.
e. Perpotongan Dengan Jalur Kendaraan
Pada perpotongan dengan jalur kendaraan, suatu bagian blok beton pada
trotoar yang lebih rendah atau yang dimodifikasi harus dipasang sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
f. Pemotongan Blok Beton
Blok beton harus dipotong dengan mesin potong (cutter machine) untuk
menye-suaikan penghalang berbentuk bulat seperti tiang atau pohon,
antara kerb dan tepi blok beton, dan sebagainya.
c. Kuantitas marka jalan yang dibayar haruslah luas dalam meter persegi
pengecatan marka jalan yang dilaksanakan pada permukaan jalan sesuai
Gambar dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengukuran
terpisah untuk pembayaran marka jalan sementara (pre-marking) yang
harus dilaksanakan sebelum pengecatan marka jalan permanen.
d. Kerb Beton Cor Langsung di Tempat.
1) Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran yang dilakukan
untuk kerb beton cor langsung di tempat dalam Seksi ini,
2) Kerb beton cor di tempat akan diukur untuk pembayaran sebagaimana
berbagai bahan yang digunakan seperti yang ditentukan dalam Seksi-
seksi yang berkaitan dari Spesifikasi ini.
e. Kerb Beton Pracetak
1) Kuantitas yang diukur untuk kerb haruslah jumlah aktual kerb yang
dipasang sesuai dengan Gambar dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
2) Jumlah yang diukur untuk dibayar adalah jumlah meter panjang
komponen kerb pracetak per jenis yang terpasang di tempat yang telah
diselesaikan dan disetujui. Unit – unit tertentu yang memakai ukuran
non standar akan diukur menurut jumlahnya.
3) Kerb pracetak baik yang baru dipasang maupun yang disusun kembali,
akan diukur sesuai jenis kerb masing – masing yang diukur dalam
meter panjang sepanjang bagian muka dari puncak kerb kecuali kerb
jenis bukaan (dengan lubang – lubang drainase) dan kerb jenis
pelandaian, pengukuran dilakukan dalam satuan buah yang telah
terpasang dalam pembuatan kerb.
4) Blok transisi, lean concrete dan beton pengisi antara kerb pemisah
jalan (concrete barrier) dan kerb tidak akan diukur untuk dibayar,
melainkan merupakan kewajiban Penyedia Jasa berdasarkan pasal ini.
f. Kuantitas yang diukur untuk perkerasan blok beton haruslah luas
perkerasan blok beton baru dalam meter persegi, lengkap terpasang di
tempat dan diterima, dan kuantitas landasan pasir aktual digunakan dihitung
dengan menggunakan cara yang disyaratkan dalam Pasal 2.4.4.1) dari
Spesifikasi ini.
389
Seksi 8.7
Penerangan Jalan
Dan Pekerjaan Elektrikal
8.7.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri atas pengadaan dan pemasangan semua material
dan perlengkapan yang diperlukan untuk menyelesaikan penerangan
jalan dan sistem kelistrikan lainnya dan modifikasi sistem yang ada bila
ditentukan, semua sesuai dengan Gambar, Spesifikasi atau atas petunjuk
Direksi Pekerjaan.
b. Lokasi lampu, peralatan kontrol, tiang-tiang dan perlengkapannya
seperti terlihat pada Gambar adalah perkiraan dan lokasi yang pasti
diberikan di lapangan oleh Direksi Pekerjaan.
c. Pekerjaan kelistrikan untuk Rambu-rambu Petunjuk harus dilaksanakan
sesuai dengan pasal ini.
2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
Mobilisasi dan
a) Seksi 1.2
Demobilisasi
Manajemen dan
b) Seksi 1.8
Keselamatan Lalu Lintas
Keselamatan dan Kesehatan
c) Seksi 1.19
Kerja
d) Galian Seksi 3.1
e) Timbunan Seksi 3.2
f) Beton Seksi 7.1
g) Baja Tulangan Seksi 7.3
h) Baja Struktur Seksi 7.4
i) Adukan Semen Seksi 7.8
Pembongkaran Struktur
j) Seksi 7.15
Lama
k) Pekerjaan Harian Seksi 10.1
3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan harus mencakup pengadaan ke lapangan, pembangunan,
pengetesan dan komisi dari semua material dan peralatan dalam hubungan
392