Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)


KLIEN DENGAN ANSIETAS

Disusun Oleh :
Febri Christian Trisna Putra
2106679021

PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN ANSIETAS

1. Kondisi Klien
Ibu Siti Huriah usia 36 tahun dibawa ke RSUD Kota Bogor dengan keluhan sesak nafas dan
batuk berdahak sejak 2 bulan lalu karena menderita TB Paru dan sudah menjalani
pengobatan TB sejak 2 bulan lalu. Klien terpasang infus D5% + aminophilin dan oksigen via
Simpel mask 3 liter/menit. Klien tinggal besama suami, anak, ibu kandung dan sauranya
dalam satu rumah. Ibu Siti hurih mengatakan merasa khawatir dan selalu kepikiran akan
penyakit yang dideritanya, Ibu Nuriyati juga mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat
beraktivitas kembali seperti biasa. Saat dilakukan pemeriksaan, TD: 120/70 mmHg, Nadi:
94x/menit, RR: 33x/menit, SpO2: 94%.

2. Pengertian Ansietas
Ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian dan
ketidakberdayaan (Videbeck, 2020) Rasa takut disebabkan oleh paparan fisik atau psikologis
dari situasi yang mengancam sehingga ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian
tersebut. Ansietas adalah respons emosional terhadap ancaman yang tidak spesifik dimana
individu mengantisipasi bahaya, malapetaka, atau kemalangan yang akan datang (Herdman et
al., 2021). Ansietas merupakan perasaan was-was, khawatir serta takut yang tidak jelas
dimana keadaaan terasa akan mengancam yang disertai dengan respons otonom yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan menyebabkan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Keliat et al., 2019). Rasa takut disebabkan oleh paparan fisik atau
psikologis dari situasi yang mengancam sehingga ansietas adalah respons emosional terhadap
penilaian tersebut. Ansietas juga merupakan keadaan emosi tanpa objek tertentu dimana hal
ini dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua pengalaman baru, seperti
masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan anak. Jadi ansietas adalah respons
emosional berupa perasaan waswas, khawatir serta ketakutan yang tidak jelas disertai dengan
perasasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan.

Ibu Siti Huriah usia 36 tahun dibawa ke RSUD Kota Bogor dengan keluhan sesak nafas
dan batuk berdahak sejak 2 bulan lalu karena menderita TB Paru dan sudah menjalani
pengobatan TB sejak 2 bulan lalu. Ibu Siti hurih mengatakan merasa khawatir dan
selalu kepikiran akan penyakit yang dideritanya.
3. Rentang Respons ansietas

Gambar 1. Rentang respons ansietas (Stuart, 2016)

Berdasarkan rentang respons ansietas pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa terdapat
rentang respons adaptif hingga respons maladaptive dari ansietas pada setiap tahapannya.
Peplau (1963) dalam Stuart (2016) mengidentifikasi ada empat tingkat ansietas yang dapat
dipaparkan sebagai berikut
 Ansietas ringan, dapat dikaitkan dengan ketegangan hidup sehari-hari. Pada tahap ini,
lapang persepsi seseorang akan meningkat dan seseorang akan merasa waspada, dan
akan meningkatkan kemampuan mendengar, melihat dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Ansietas ringan juga dapat menyebabkan seseorang jadi termotivasi belajar
dan menghasilkan kreativitas.
 Ansietas sedang, pada tahap ini lapang persepsi seseorang sudah mulai menyempit
sehingga seseorang akan berfokus pada hal yang penting saja, menyebabkan individu
akan kurang melihat, mendengar dan menangkap tetapi masih dapat mengikuti perintah
jika diarahkan.
 Ansietas berat, pada tahap ini terjadi penurunan yang signifikan terhadap lapang
persepsi individu, cenderung fokus pada hal detail dan tidak dapat berpikir pada hal
lain.
 Panik, dikaitkan dengan ketakutan atau terror, biasanya individu yang sampai pada
tahap panik tidak akan dapat melakukan hal-hal walaupun dengan arahan. Kepanikan
memiliki gejala diantaranya peningkatan aktivitas motoric, penurunan kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit, tidak bisa memikirkan
hal yang rasional. Kondisi panik yang berkepanjangan akan menyebabkan kelelahan
bahkan kematian, tetapi panik dapat diobati dengan aman.
4. Tanda dan Gejala Ansietas
Mayor

Subjektif: Objektif:
1. Mengeluh sakit kepala 1. Gelisah
2. Mengeluh tidak napsu makan 2. Tampak tegang
3. Merasa lemas dan khawatir 3. Sulit tidur dan tidak lelap
4. Gangguan pencernaan

Minor

Subjektif: Objektif :
1. Mengeluh takut 1. Gemetar
2. Mengeluh cepat Lelah 2. Menangis
3. Merasa tidak berdaya 3. Aktivitas sehari-hari terbengkalai
4. Sulit berkonsentrasi

(Keliat et al., 2019)

Tanda dan gejala yang dialami oleh Ibu Siti Huriah antara lain sering merasa
khawatir,takut mengeluh cepat lelah, sedikit mengalami gangguan pencernaan
(anoreksia) dan sulit tidur.

5. Proses terjadinya ansietas


Proses terjadinya ansietas berkaitan erat dengan rasa takut yang disebabkan oleh adanya
paparan fisik maupun psikologis dari situasi yang mengancam yang dapat dilihat melalui
jalur neurotransmitter maupun jalur hormonal (Halter & Varcarolis, 2018). Adanya
potensi stressor seperti masalah fisik, pengalaman traumatis akan memberikan sinyal ke
otak. Stresor yang dikirim tadi memberikan stimulus ke hipotalamus yaitu pada bagian
amigdala ke locus careulus, lalu menstimulasi sistem saraf otonom dan mengaktifkan
neurotransmitter penghambat otak yaitu GABA (Gamma Aminobutyric Acid). GABA
merupakan neurotransmitter penghambatan paling umum di otak. Sistem GABA
melintasi sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA sehingga terjadi pertukaran ion
dan menghambat rangsangan sel. Akibatnya terjadi perlambatan aktifitas sel sehingga
terjadi ansietas (Stuart, 2016).
Neurotransmitter lainnya yang berperan dalam terjadinya ansietas adalah sistem NE
(norepinefrin) dan serotonin. Sistem NE ini yang menengahi respons fight-or-flight dan
sistem serotonin (5-HT) memainkan peran dalam ansietas karena individu yang
memgalami ansietas mungkin memiliki hipersensitif reseptor 5-HT (Stuart, 2016).
Respons fisiologis yang berhubungan dnegan ansietas diatur terutama diotak melalui
sistem saraf otonom, dimana pada sistem ini terdiri dari parasimpatik (melindungi
respons tubuh) dan simpatik (mengaktifkan proses tubuh) (Stuart, 2016). Sistem saraf
otonom terhadap kecemasan menghasilkan aktivitas tubuh yang tidak disengaja yang
terlibat dalam pemeliharaan diri. Serabut saraf simpatis ”mengisi” tanda-tanda vital jika
ada tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh, dimana kelenjar adrenal akan
melepaskan adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak
oksigen, melebarkan pupil, serta meningkatkan tekanan arteri dan detak jantung sambil
menyempitkan pembuluh darah perifer dan mengalirkan darah dari gastrointestinal sistem
reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis membebaskan glukosa untuk bahan bakar
jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berlalu, serabut saraf
parasimpatis membalikkan proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal
sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatik (Videbeck,
2020). Adapun psikopatologi terjadinya ansietas terdapat pada gambar 2.
6. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Ansietas dapat dipengaruhi oleh faktor risiko baik yang terjadi pada individu mulai waktu
dari individu lahir hingga 6 bulan yang lalu atau yang terjadi saat ini.
a. Biologis
No Faktor Biologis Keterangan

1 Riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat Klien MRS ke 2 dengan diagnosa medis


MRS dan penyakit fisik TB paru, klien perawatan hari ke 2.
Menderita penyakit ini sejak 2 bulan lalu

2 Kebutuhan gizi MEengalami penurunan berat badan


sebesar 6 kg selama 2 bulan

3 Riwayat merokok, minum alcohol, napza, Polah hidup baik


obat terlarang, minum kopi, alergi
makanan

4 Riwayat alergi obat Tidak ada

5 Riwayat penyakit keluarga hipertensi, DM Kakak dan ayah menderita DM Tipe II


ataupun gangguan jiwa

Kesimpulan: klien memiliki riwayat penyakit Tb Paru sejak 2 bulan lalu. Mengalami gangguan
nutrisi dengan penurunan BB 6 kg, pola hidup baik, tidak mengkonsumsi alcohol, kopi, tidak
rokok, napza dan obat terlarang. Tidak ada alergi makanan, ada riwayat penyakit fisik yang
diturunkan yitu DM dan tidak ada riwayat gangguan jiwa di keluarga.
b. Sosial budaya
No Faktor Sosialbudaya Keterangan

1 Riwayat pendidikan, pekerjaan dan Pendidikan terakhir SMA lulus pada


penghasilan tahun 2007
Klien tidak bekerja dan tidak
berpenghasilan. Untuk kebutuhan sehari-
hari dipenuhi oleh suami.
Hubungan dengan keluarga besar dan Hubungan dengan keluarga besar dan
keluarga inti keluarga inti baik

2 Kehidupan sosial/kegiatan sosial Sebelum sakit klien aktif dalam kegiatan


di pengajian mingguan, namun setelah
sakit klien jarang mengikuti kegiatan lagi.

3 Suku, agama, kegiatan ibadah/spiritual Klien suku sunda, beragama islam dan
taat melaksanakan kegiatan ibadah
seorang muslim

Kesimpulan: klien berpendidikan SMA, sejak sakit sudah tidak bekerja dan berpenghasilan,
untuk kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh suami. Sejak sakit kehidupan sosial klien
terganggu, sudah jarang mengikuti kegiatan sosial namun klien masih taat beribadah
dirumah sesuai agama yang dianutnya.

c. Psikologis
No Faktor Psikologis Keterangan

1 Pengalaman masa lalu yang tidak TerdiagnosaTB paru 2 bulan lalu.


menyenangkan Harus minum obat setiap hari

2 Konsep diri Terdapat masalah konsep diri pada peran


diri

3 Motivasi dan harapan Klien memiliki motivasi yang tinggi dalam


menjalani pengobatan dan berharap
untuk segera sembuh dari penyakitnya
agar dapat beraktivitas kembali seperti
biasa.

Kesimpulan: klien Terdiagnosa TB Paru 2 bulan lalu dan harus minum obat setiap hari. peran
sebagai ibu dan istri terganggu karena sakit, motivasi yang tinggi dalam menjani pengobatan
dan berharap untuk segera sembuh dari penyakitnya agar dapat beraktivitas kembali seperti
biasa.

7. Penilaian terhadap stressor (Respon)


Penilaian terhadap stressor atau disebut respon melibatkan penetapan makna dan
pemahaman tentang dampak dari suatu peristiwa yang terjadi (Stuart, 2016). Respon ini
terdiri dari lima respon, yaitu:
1. Respon Kognitif
Penilaian kognitif memediasi secara fisiologis antara manusia dan lingkungan pada
tiap saat mengatasi stress. Kondisi ini berarti bahwa kerusakan atau potensi kerusakan
dari suatu situasi ditentukan berdasarkan pemahaman seseorang tentang suatu situasi
yang membahayakan serta ketersediaan sumber yang dimiliki seseorang untuk
menetralisir atau mentoleransi bahaya (Stuart, 2016).
- Sulit mengambil keputusan
- Sulit berpikir
- Mudah lupa
- Tidak mampu menerima informasi dari luar
- Berfokus pada sesuatu yang menjadi perhatiannya
- Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
- Merasa kurang berharga

2. Respon Afektif
Respon Afektif adalah suatu perasaan yang muncul. Pada penilaian stresor, respon
afektif yang utama adalah reaksi gembira, sedih, takut, marah, menerima, tidak
percaya, antispasi atau takjub (Stuart, 2016).
- Merasa tidak bahagia
- Sedih dan sering menangis
- Sulit menikmati kegiatan harian
- Kehilangan minat / gairah

3. Respon Fisiologis
Respon fisiologis fight-or-flight menstimulasi divisi simpatik saraf otonom dan
meningkatkan aktifitas aksis pituitary adrenal. Stress dibuktikan mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh sehinggga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melawan penyakit (Stuart, 2016). Gejala penyakit fisik akan memperburuk kondisi
ansietas yang dimiliki klien.
- Nadi dan tekanan darah meningkat
- Tidak nafsu makan
- Diare / konstipasi
- Gelisah
- Berkeringat
- Tangan gemetaran
- Sakit kepala
- Sulit tidur
- Mudah lelah

4. Respon perilaku
Respon perilaku sebagai hasil dari respon fisiologis dan emosional, begitu juga
analisis kognitif dari suatu situasi yang menimbulkan stress (Stuart, 2016).
- Gerakan meremas tangan
- Bicara berlebihan dan cepat
- Perasaan tidak aman
- Pekerjaan sehari-hari terganggu
- Tidak mampu melakukan kegiatan harian
5. Respon social
- Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
- Acuh dengan lingkungan
- Penurunan kemampuan bersosialisasi
- Sulit berinteraksi dengan orang lain

EVALUASI TANDA DAN GEJALA PADA KLIEN


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ANSIETAS
Nama pasien : Ibu Siti huria Ruangan : Sempur
Nama perawat : Febri Christian Penilai :
Petunjuk : Beri tanda (√) pada kolom tersedia sesuai dengan jawaban atau kondisi klien.
NO Aspek Penilaian Tanggal Evaluasi
Kognitif 18/12
Objektif
1 Kesulitan konsentrasi dan tidak dapat berkonsentrasi 
2 Penurunan kemampuan untuk belajar
3 Penurunan lapang persepsi
4 Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya 
5 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah 
6 Tidak mampu menerima rangsang dari luar
Subjektif
7 Mudah lupa 
8 Mengatakan sulit mengambil keputusan 
9 Mengatakan sering mimpi buruk
10 Mengatakan takut kehilangan kontrol
11 Gangguan perhatian
12 Konfusi atau bingung
13 Bloking pikiran
14 Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik 
15 Mengungkapkan atau menyadari adanya gejala 
16 Mengungkapkan
fisiologis kekhawatiran karena perubahan 
dalam peristiwa hidup
17 Mengungkapkan keluhan karena perubahan 
pada kejadian kehidupan
Afektif
Obyektif 
18. Berfokus pada diri sendiri
19 Ragu dan tidak percaya diri
20. Klien menjadi tidak sabar
21 Marah yang berlebihan
22. Cenderung menyalahkan orang lain
23. Peningkatan kewaspadaan
24. Iritabilitas dan gugup 
Subyektif
25 Merasa khawatir
26 Merasa bingung dan menyesal
27 Perasaan senang yang berlebihan
28 Perasaan tidak aman 
29 Gelisah dan merasa ketakutan 
30 Kesedihan yang mendalam hingga mengalami frustasi
31 Distres dan perasaan yang tidak adekuat
32 Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten 
Fisiologis
Obyektif
33. Wajah tegang dan muka berkerut
34. Wajah merah
35 Nadi dan tekanan darah naik 
36 Sering napas pendek
37. Tremor tangan dan anggota badan lain
38. Peningkatan keringat 
39. Suara bergetar dan kadang meninggi
40. Gangguan pola tidur/insomnia 
41. Peningkatan frekuensi pernapasan (hiperventilasi)
42 Pupil melebar
43 Vasokonstriksi supervisial
Subyektif
44 Perasaan mau pingsan
45 Anoreksia 
46 Diare 
47 Nyeri abdomen 
48 Sering berkemih 
49 Anyang-anyangen
50 Peningkatan ketegangan otot
51 Eksitasi kardiovaskuler
52 Mulut kering
53 Jantung berdebar-debar 
54 Peningkatan reflek
55 Kedutan pada otot
56 Kesemutan pada ekstremitas
PERILAKU
Obyektif
57 Tampak waspada
58 Melamun 
59 Kontak mata buruk
60 Tidak bisa tenang, misalnya gerakan kaki dan gerakan
tangan
61 Gerakan tersentak-sentak
62 Gerakan yang irelevan
63 Gelisah dan melihat hanya sepintas 
64 Agitasi dan mengintai
65 Kurang koordinasi dalam gerakan dan tidak bertujuan
Subyektif
66 Penurunan produktivitas 
67 Ketegangan fisik dan tremor
SOSIAL
Obyektif
68 Bicara berlebihan dan cepat
69 Menarik diri dari hubungan interpersonal 
70 Kurang inisiatif 
71 Menghindari kontak sosial dengan orang lain
72 Kadang menunjukkan sikap bermusuhan
Subyektif
73 Sulit menikmati kegiatan harian 
Total Skore 30
Keterangan :
Jika:
1) Skor Total 0 : Tidak mengalami ansietas
2) Skor Total 1-18 : Ansietas ringan
3) Skor Total 19-38 : Ansietas sedang
4) Skor Total 39-58 : Ansietas berat
5) Skor Total 59-73 : Panik

Kesimpulan: Total skore evaluasi tanda dan gejala adalah 30 artinya klien mengalami ansietas
sedang.

8. Sumber Koping
Sumber koping merupakan kekuatan yang dimiliki individu dalam berepon terhadap
berbagai stresor yang dihadapi. Dengan mengetahui sumber koping yang dimiliki klien
perawat dapat menentukan tindakan yang tepat dalam melakukan asuhan keperawatan.
Sumber koping terdiri dari kemampuan individu (personal abilities), dukungan sosial
(social support), ketersediaan materi (material assets), dan kepercayaan atau positive
beliefs (Stuart, 2016) yang meliputi:
1. Personal ability
Kemampuan individu (personal abilities) merupakan hal-hal yang terkait individu itu
sendiri dalam memecahkan masalah, seperti motivasi, pengetahuan, kemampuan
memecahkan masalah dan lain-lain. Kemampuan yang diharapkan pada klien dengan
ansietas adalah mampu mengatasi gejala ansietas yang dimiliki. Kemampuan ini
dapat dicapai melalui pemberian Terapi Keperawatan Ners dan Terapi Keperawatan
EVALUASI KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ANSIETAS
Nama pasien : Ibu Siti Huriah Ruangan : Sempur

Nama perawat : Febri Christian Penilai :


NO Aspek Penilaian Tanggal Evaluasi
Kemampuan Klien 18/12

1 Mengenal perasaan cemas, penyebab dan akibatnya -


2 Mengenal mengenal pengalaman pikiran dan perilaku -
positif
3 Mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari -
4 Mampu memanfaatkan sistem pendukung keluarga yang -
dimiliki
Total Jumlah Kemampuan Klien 0
Kemampuan Keluarga
1 Mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi ketika -
merawat klien dengan ansietas
2 Mengenal pengertian, tanda dan gejala dan terjadinya -
ansietas
3 Menyebutkan cara merawat pasien dengan ansietas -
(tehnik napas dalam, hipnosis 5 jari)
4 Mampu mengenali tanda dan gejala ansietas yang -
memerlukan rujukan segera
5 Mampu menjelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh -
dan rujukan
Total Jumlah Kemampuan Keluarga 0

2. Positif belief
Sumber harapan untuk mempertahankan koping seseorang dalam situasi yang paling
tidak diharapkan. Keyakinan dan gambaran positif seseorang dapat menjadi dasar dari
harapan yang dapat mempertahankan koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh
stresor. Keyakinan harus dikuatkan untuk membentuk keyakinan positif (kognitif)
dan dapat menguatkan afektif, kestabilan fisiologis tubuh, perilaku konstruktif dan
sosial yang baik (Stuart, 2016).

No Positif Believe Ya / Tidak

1 Keyakinan diri sendiri terhadap kesembuhan penyakit √

2 Keyakinan terhadap petugas kesehatan untuk membantu √


kesembuhan penyakit

3. Social Support
Dukungan sosial adalah dukungan untuk individu yang didapat dari keluarga, teman,
kelompok atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan
oleh klien adalah dukungan dari keluarga terutama caregiver.

No Sosial Support Ya / Tidak

1 Caregiver (suami/istri/anak) Suami

2 Kemampuan caregiver
a. Mengidentifikasi masalah √
b. Mengambil keputusan √
c. Merawat anggota keluarga yang sakit -
d. Memodifikasi lingkungan -
e. Menggunakan fasilitas kesehatan √
f. Manajemen stress -
g. Manajemen beban -

4. Material asset
Material asset merujuk pada uang dan barang serta layanan yang bisa dibeli dengan
uang. Pada umumnya sumber dana meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memilih koping pada hampir semua situasi yang menimbulkan stress (Stuart, 2016).
No Material Asset Ya / Tidak

1 Keterjangkauan klien menyediakan biaya untuk mengobati √


penyakitnya

2 Kemampuan klien menggunakan pelayanan kesehatan untuk √


membantu mengatasi masalah kesehatan yang dialami

9. Status mental
- Penampilan
- Pembicaraan
- Aktivitas Motorik
- Interaksi selama wawancara
- Alam perasaan
- Afek
- Persepsi
- Isi piker
- Tingkat kesadaran
- Daya ingat
- Kemampuan berhitung dan konsentrasi
- Penilaian
- Daya tilik diri

10. Mekanisme Koping


Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan untuk mengelola stress yang dapat
bersifat konstruktif dan deskruktif (Stuart, 2016). Mekanisme koping yang bisa
digunakan meliputi 3 jenis yaitu:

1. Mekanisme Koping pada Masalah atau Tugas


- Perilaku menyerang yaitu usaha seseorang mencoba untuk mEnghilangkan atau
mengatasi hambatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
- Perilaku menarik diri dapat dinyatakan secra fisik atau psikologis
- Kompromi melibatkan perubahan cara berfikir sesorang yang biasa tentang hal-hal
tertentu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kehidupan pribadi
2. Mekanisme Koping pada Emosi atau Ego
Pada mekanisme koping ini klien diorientasi untuk mengurangi distres emosionalnya,
contohnya seperti penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi dan
proyeksi. Terdiri dari: Kompensasi, pengingkaran, pengalihan, disosiasi,
intelektualisasi, introjeksi, isolasi, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, represi,
disosiasi, sublimasi, supresi, undoing.
3. Mekanisme koping berfokus pada kognitif
Mekanisme koping berfokus pada kognitif diartikan bahwa seseorang mencoba
mengendalikan makna dari suatu masalah yang terjadi dan berusaha mengatasinya
dengan cara menetralisir keadaan tersebut, contohnya: memikirkan perbandingan
yang positif, ketidaktauan selektif, pemberian rewards dan evaluasi objek yang ingin
dicapai.

11. Pohon Diagnosa

Effect: Harga Diri Rendah

Ansietas

Core Problem: Nyeri Akut

Causa: Perubahan fisik/stressor Kurang pengetahuan

Diagnosa Keperawatan: Ansietas


12. Terapi Keperawatan Generalis Ansietas
Terapi yang diberikan kepada klien dengan ansietas untuk membantu klien agar menjadi
sehat dan tidak mengalami gangguan. Adapun terapi nya terdiri dari terapi kepada
individu, keluarga dan kelompok sebagai berikut (Keliat et al., 2019):
1. Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners
- Kaji tanda dan gejala ansietas dan kemampuan klien dalam mengurangi ansietas.
- Jelaskan proses terjadinya ansietas.
- Latih cara mengatasi ansietas.
a. Tarik napas dalam
b. Distraksi: becakap-cakap hal positif, dll
c. Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
1) Jempol dan telunjuk disatukan, dan bayangkan saat badan sehat.
2) Jempol dan jari tengah disatukan, dan bayangkan orang yang peduli dan
sayang pada saudara.
3) Jempol dan jari manis disatukan, dan bayangkan saat saudara mendapat
pujian dan prestasi.
4) Jempol dan kelingking disatukan, dan bayangkan tempat yang paling
saudara sukai.
d. Kegiatan spiritual
- Bantu klien untuk melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.

Tindakan keperawatan spesialis:


1. Penghentian Pikiran (Thought stopping)
- Sesi 1: pada sesi ini, individu mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran yang mengganggu serta
menghentikan satu pikiran yang paling mengganggu dengan hitungan teratur
- Sesi 2: individu pada sesi 2 mulai menghentikan pikiran yang mengganggu
pertama dengan menggunakan hitungan bervariasi
- Sesi 3: sesi ini digunakan untuk mengevaluasi manfaat penghentian pikiran
yang mengganggu

2. Latihan relaksasi otot progresif (PMR)


- Sesi 1: Identifikasi ketegangan otot dan latihan mengencangkan dan
mengendurkan otot
- Sesi 2: Evaluasi manfaat mengencangkan dan mengendurkan otot

2. Tindakan pada keluarga


a. Tindakan keperawatan ners
- Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ansietas.
- Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas
serta mengambil keputusan merawat klien.
- Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ansietas sesuai
dengan arahan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
- Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
perawatan ansietas klien.
- Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

b. Tindakan keperawatan spesialis: Psikoedukasi keluarga (family psycho education)


- Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah
kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien
- Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien
- Sesi 3: manajemen stress untuk keluarga
- Sesi 4: manajemen beban untuk keluarga
- Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung
- Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga
3. Tindakan pada kelompok klien
Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif
- Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga.
- Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga.
- Sesi 3: Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga.
- Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.

13. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Visit 1: Scanning klien, Terapi Kepererawatan Ners
- Dilakukan pada pertemuan pertama 1 kali
- D/Ansietas T/TKN Ansietas
Tindakan keperawatan ners
a) Kaji tanda dan gejala ansietas dan kemampuan klien dalam mengurangi
ansietas.
b) Jelaskan proses terjadinya ansietas.
Latih cara mengatasi ansietas dengan klien memilih terapi yang akan
dilakukan terlebih dahulu
1) Tarik napas dalam
2) Distraksi: becakap-cakap hal positif, dll
3) Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
4) Kegiatan spiritual
c) Bantu klien untuk melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.

2. Visit 2: Terapi Kepererawatan Ners Spesialis


- Dilakukan pada pertemuan kedua 1 kali
- D/Ansietas T/TKJS Ansietas
Tindakan keperawatan ners spesialis
1. Latih cara mengatasi ansietas dengan memberikan terapi Penghentian Pikiran
(Thought stopping)
- Sesi 1: pada sesi ini, individu mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran yang mengganggu serta
menghentikan satu pikiran yang paling mengganggu dengan hitungan
teratur
- Sesi 2: individu pada sesi 2 mulai menghentikan pikiran yang
mengganggu pertama dengan menggunakan hitungan bervariasi
- Sesi 3: sesi ini digunakan untuk mengevaluasi manfaat penghentian
pikiran yang mengganggu
2. Bantu klien untuk melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.

3. Visit 3
Tindakan keperawatan ners kepada keluarga
- D/Ansietas T/TKK Ansietas
- Dilakukan pada pertemuan ketiga 1 kali
- Tindakan nya yaitu:
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ansietas.
2) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ansietas serta mengambil keputusan merawat klien.
3) Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ansietas sesuai
dengan arahan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
4) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan ansietas klien.
5) Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

4. Visit 4
Terapi Keperawatan Kelompok (TKT)
- D/Ansietas T/TKS Ansietas
- Dilakukan pada pertemuan ketiga 1 kali
- Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif
1. Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga.
2. Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga.
3. Sesi 3: Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga.
4. Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.

Tabel 1. Rencana Tindakan Keperawatan

1 2 3 4 5
Individu Pengkajian+TK TKJS; Pendampingan Mandiri
N Thought
tarik nafas Stopping
dalam, distraksi, (penghentian
hipnosis lima jari pikiran)
dan kegiatan
spritual (dipilih
pasien)
Keluarga FPE Pendampingan Mandiri
Kelompok TKS
DAFTAR PUSTAKA
Evan, K., Nizette, D., & O’Brien, A. (2020). Psychiatric & Mental Health Nursing in UK.
Elsevier. https://remote-lib.ui.ac.id:2224/nursing/#!/content/book/3-s2.0-
B978070208024101001X
Grajek, M., Krupa-Kotara, K., Białek-Dratwa, A., Sobczyk, K., Grot, M., Kowalski, O., &
Staśkiewicz, W. (2022). Nutrition and mental health: A review of current knowledge about
the impact of diet on mental health. Frontiers in Nutrition, 9(August).
https://doi.org/10.3389/fnut.2022.943998
Herdman, T. H., Kamitsuru, S., & Camila Takáo Lopes. (2021). NURSING DIAGNOSES
Definitions and Classification 2021-2023 (Twelfth Ed). Thieme Medical Publishers, Inc.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., PUTRI, Y. S. E., Daulima, N. H. ., Wardani, I. Y., Susanti, H.,
Hargiana, G., & Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rao, T. S. S., Asha, M. R., Ramesh, B. N., & Rao, K. S. J. (2008). Understanding nutrition,
depression and mental illnesses. Indian Journal of Psychiatry, 50(2), 77.
https://doi.org/10.4103/0019-5545.42391
Richards, G., & Smith, A. (2015). Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and
depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology, 29(12), 1236–
1247. https://doi.org/10.1177/0269881115612404
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (B. A. Keliat & J.
Pasaribu (eds.); 10th ed). Elsevier.
Videbeck, S. L. (2020). Psychiatric mental health nursing 8th edition. In Nursing Clinics of
North America. Wolters Kluwer. https://doi.org/10.3928/0279-3695-19870801-16

Anda mungkin juga menyukai