1 JANUARI 2021
✉
Siti Irmawati1, , Andi Tenrisukki Tenriajeng2)
1,2
Universitas Gunadarma, Teknik Sipil, Jl. Margonda Raya No. 100, Depok
✉
E-mail : 1sitiirmawati94@gmail.com, 2andi_t.staff@gunadarma.ac.id
Abstract
Lump Sum contract has advantages and disadvantages that need to be made into consideration by
contractors to determine the course of action in addressing the risks. The purpose of this research is to
analyze the level of risk that may be experienced by contractor in a project with contract system has
been running and conduct risk management. Data were collected through interviews, brainstorming
and questionnaires as well as previous research. Based on the results of the validity and reliability test,
valid risks then analyzed using the Analytical Hierarchy Process method, calculate the value of FR
(Risk Factor) based on the method of SNI (Indonesian National Standard), and using the method of
Decision Tree Analysis to explain the risk factors affected it. Based on the results of analysis are
obtained that the largest risk factor of each stage of the project are: 1) Planning:Project Permitting =
0.594; 2) Auction Process & Employment Contract:Systems Contract Used = 0.560; 3) Implementation
of Construction:Work Accidents = 0.601; 4) Lapses in Implementation and Operational
Planning:Financing Sources = 0.573. Then risk mitigation can be performed.
Keywords : Analytical Hierarchy Process, Decision Tree Analysis, Lump Sum Contract, Risk
Breakdwon Structure.
Abstrak
Kontrak lump sum memiiki kelebihan dan kekurangan yang perlu dijadikan bahan pertimbangan
oleh kontraktor untuk menentukan tindakan dalam mengatasi risiko. Tujuan dari penelitian ini
adalah melakukan analisa tingkat risiko yang mungkin akan dialami oleh kontraktor dalam
sebuah proyek dengan sistem kontrak yang sudah berjalan dan melakukan manajemen risiko.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara, brainstorming, dan menggunakan kuesioner
berdasarkan penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reabilitas, risiko
yang valid kemudian dianalisa menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process method),
menghitung nilai FR (Faktor Risiko) berdasarkan metode SNI (Standar Nasional Indonesia), dan
menggunakan metode Decision Tree Analysis untuk menjelaskan faktor risiko yang
mempengaruhinya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa risiko yang memiliki nilai
faktor terbesar dari tiap tahapan proyek adalah: 1) Perencanaan: Perijinan proyek = 0,594 ; 2)
Proses lelang & kontrak kerja
: Sistem kontrak yang digunakan = 0,560 ; 3) Pelaksanaan konstruksi : Kecelakaan kerja = 0,601 ;
4) Penyimpangan dalam pelaksanaan dan operasional terhadap perencanaan : Sumber pembiayaan
= 0,573. Kemudian mitigasi risiko dapat dilakukan.
Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process, Decision Tree Analysis, Kontrak Lump Sum, Risk
Breakdwon Structure.
2
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
bila terdapat kesalahan atau masalah adalah pada Proyek Jalan Tol Becakayu
dalam kinerja proyek, maka pihak
penyedia barang/jasa lah yang harus
menanggung risikonya, namun risiko
juga dapat berupa efek positif dan
negatif. Misalnya volume yang
sebenarnya (seandainya diukur ulang)
lebih besar daripada yang tercantum di
dalam kontrak. Apabila ini terjadi, maka
yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah volume yang tercantum di dalam
kontrak. Akan tetapi sebaliknya yang
terjadi, maka pihak penyedia jasa
mendapat keuntungan mendadak
(windfall profit) [14].
Tujuan Penelitian
Lokasi Penelitian
Gambar 1.
Peta Lokasi
Sumber :
google.com
Tinjauan Pustaka
17
6
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
e. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah rangkuman beberapa
penelitian sebelumnya yang dijadikan
sebagai bahan referensi yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan:
8
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
Metode Penelitian
Selesai
Pada penelitian ini metode yang akan
digunakan adalah metode survey, dimana
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
metode survey ini adalah penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari Pada tahap pertama risiko akan di analisa
gejala-gejala yang ada dan mencari menggunakan metode analisa kualitatif
keterangan-keterangan secara faktual [5]. dimana dalam metode ini risiko akan
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dikategorikan berdasarkan sumbernya
penelitian dapat digambarkan pada menggunakan Risk Breakdown
flowchart di bawah ini : Structure. Mengelompokkan risiko
berdasarkan akar permasalahannya
Mulai
ataupun berdasarkan kategori yang
dianggap penting dapat meningkatkan
Identifikasi Masalah, dan Menentukan Tujuanefektivitas penanggulanan risiko [9].
Kemudian dilakukan metode analisa
deskriptif yaitu untuk menganalisa data
berdasarkan nilai modus dari bagian
Studi Literatur dan frekuensi dan dampak risiko yang
Mengumpulkan Data berasal dari responden. Untuk
menentukan prioritas peristiwa risiko
- Mengidentifikasi risiko (RBS) dilakukan dengan metode AHP dengan
- Menentukan sampel mencari nilai bobot elemen dari tiap
bagian (frekuensi dan dampak).
Selanjutnya menghitung nilai FR
- Penyebaran kuisioner validitas pakar
(tahap pertama)
berdasarkan metode SNI, dan Decision
- Penyebaran kuisioner frekuensi & Tree Analysis untuk menjelaskan faktor
dampak (tahap ke dua) risiko yang mempengaruhinya.
Kemudian dilakukan evaluasi terhadap
Pengumpulan data dari responden proyek dan tabulasi data
risiko yang memerlukan respon risiko/
tindakan mitigasi. Adapun kriteria risiko
yang memerlukan tindakan mitigasi pada
A penelitian ini adalah risiko yang
memiliki nilai Faktor Risiko terbesar
19
10
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
yang Lain
Hasil dan Pembahasan B10 : Estimasi Harga Pasar
B11 : Pengalaman dalam Membuat RAB
Pembahasan dilakukan terhadap hasil B12 : Sistem Pembayaran
pengolahan data kuesioner yang
diperoleh dari 34 responden. Adapun
hasil identifikasi faktor-faktor risiko
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tahap Perencanaan
A1 : Tanggapan Publik
A2 : Kematangan
Perencanaan A3 : Perijinan
Proyek
A4 : Perijinan Pengukuran
A5 : Pelaksanaan Operasional
lapangan
A6 : Tipe Proyek
A7 : Kompleksitas Pekerjaan
Proyek A8 : Teknologi yang
Digunakan
A9 : Dampak Terhadap Lingkungan
A10 : Lisensi yang nantinya dipakai
dalam
Proyek Baik Produk
Maupun Teknologi
A11 : Lokasi Proyek
A12 : Pemilik Proyek
A13 : Sub Proyek
A14 : Redesign
A15 : Tipe Topografi
Skala Ukuran
Uji Validitas 5 4 3 1
Hasil uji validitas yang dilakukan 5 1 3 5 7 9
diperoleh sebanyak 60 risiko yang valid 4 0,33 1 3 5 7
Ukuran
Skala
dari 65 risiko yang diujikan. Risiko- 3 0,20 0,33 1 3 5
risiko yang tidak valid adalah: 1) A6: 2 0,14 0,20 0,33 1 3
1 0,11 0,14 0,20 0,33 1
Tipe pekerjaan proyek cukup rumit Jumlah 1,79 4,68 9,53 16,3325
(0,003 < 0,339), 2) A7: Pekerjaan yang Sumber : Hasil Perhitungan
dilakukan
beragam (0,112 < 0,339), 3) B2: b. Bobot Elemen
Prosedur yang dilalui melalui lelang Dari hasil perhitungan bobot elemen dari
normal atau ada kesepakatan dengan bagian frekuensi dan bagian dampak
kontraktor tertentu (0,250 < 0,339), 4) maka diperoleh nilai sebagaimana tertera
B9: Dengan mengerjakan proyek ini pada Tabel 4 di bawah ini :
tidak memberikan keuntungan bagi
perusahaan untuk mendapatkan proyek Tabel 4. Hasil Perhitungan Bobot Elemen untuk
lainnya (0,322 < 0,339), 5) C7: Tidak Frekuensi dan Dampak
atau adanya asuransi yang diberikan Tingkat Pengaruh
5 4 3 2 1
kontraktor pada pekerja (0,244 < 0,339). Bobot 1,000 0,518 0,267 0,135 0,069
Sumber : Hasil Perhitungan
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada kolom
Frekuensi dan Dampak dimana hasil c. Uji Konsistensi Matriks dan Hierarki
masing-masing nilai Alfa Cronbach’s Matriks bobot dari hasil perbandingan
nya adalah : Frekuensi = 0,943 dan berpasangan harus mempunyai diagonal
Dampak = 0,948. Nilai koefisien Alfa bernilai satu dan konsisten. Untuk
Cronbach’s menunjukan keduanya lebih menguji konsistensi, maka nilai eigen
besar dari 0,6 sehingga instrumen yang value maksimum (λmaks) harus mendekati
digunakan dalam mengambil data banyaknya elemen (n) dan eigen value
tersebut dapat dikatakan reliabel. sisa mendekati nol [4].
14
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
Setelah didapatkan nilai faktor risiko kontraktor, dan dengan mandor dan
dari setiap variabel, maka selanjutnya sub kontraktornya. Apabila belum
adalah melakukan tindakan mitigasi memenuhi syarat maka pekerjaan
risiko/ respon risiko dari variabel risiko akan di pending dan dilakukan
yang dominan. Metode Decision Tree perbaikan terlebih dahulu. Begitupun
Analysis/ diagram alir ini dibuat untuk dari segi keselamatan pekerja, pekerja
menjelaskan hubungan antara tahapan- dilengkapi dengan safety (helm,
tahapan proyek serta faktor risiko yang rompi, dan alat pengaman lainnya)
mempengaruhinya. Variabel risiko kemudian dilakukan breafing dengan
kemudian digambarkan/ diurutkan sesuai bagian K3 tiap satu minggu sekali,
dengan tahapannya. Kemudian dalam dan untuk mencegah hal yang tidak
penelitian ini variabel risiko yang akan diinginkan lingkup pekerjaan
dimitigasi adalah variabel yang memiliki dipasangkan safety deck/ safety net.
nilai faktor risiko terbesar dari setiap d. Sumber Pembiayaan : melakukan
tahapan proyeknya. Adapun dari hasil slow down atau pekerjaan tetap
analisa Decision Tree Analysis ini berjalan namun tidak mengejar
diperoleh variabel risiko yang akan di progress. Selanjutnya apabila terdapat
mitigasi adalah : 1) Perencanaan: (A3) pembayaran kembali maka dari pihak
Perijinan proyek = 0,594 ; 2) Proses kontraktor akan bekerja semaksimal
Lelang & Kontrak Kerja: (B8) Sistem mungkin apabila terdapat penagihan
kontrak yang digunakan = 0,560 ; 3) progress.
Pelaksanaan Konstruksi: (C2)
Kecelakaan kerja = 0,601 ; 4) Kesimpulan dan Saran
Penyimpangan dalam Pelaksanaan &
Operasional Terhadap Perencanaan: (I1) Kesimpulan
Sumber Pembiayaan = 0,573. Item pekerjaan yang menggunakan
kontrak lump sum, harga yang disepakati
Mitigasi Risiko dalam kontrak lebih berdasarkan pada
Mitigasi risiko diperoleh dari hasil volume pekerjaan dalam gambar kerja,
wawancara kepada pakar/ orang sehingga total harga dalam penawaran
lapangan yang paham dibidangnya. tersebut mengikat. Sedangkan dengan
Sehingga diperoleh beberapa tindakan jenis kontrak unit price yang mengikat
yang diuraikan sebagai berikut: adalah harga satuan pekerjaan dan
a. Perijinan Proyek : Penanganan risiko berapapun volume pekerjaan yang tertera
yang dilakukan oleh project manager/ pada RAB penawaran kontraktor yang
orang lapangan adalah dengan dibayar nantinya adalah volume yang
melakukan koordinasi dan meminta dikerjakan di lapangan. Berdasarkan
dukungan dengan meminta tanda hasil analisa, diperoleh bahwa faktor
tangan ke masyarakat tanda risiko dengan kode B8 (sistem kontrak
diperbolehkannya melakukan proses yang digunakan) menjadi salah satu
pembangunan suatu proyek. faktor risiko yang perlu dimitigasi. Hal
b. Sistem Kontrak yang Digunakan : ini menunjukkan bahwa sistem kontrak
Melakukan join survey dan lump sum pada proyek jalan tol
perhitungan bersama, kemudian becakayu belum tepat. Mengingat pada
melakukan sebuah kesepakatan antara jenis proyek, lokasi proyek,
pemberi kerja dan kontraktor. kompleksitas pekerjaan, dan kejadian
c. Kecelakaan Kerja : Contohnya setiap yang tidak diinginkan pada proyek jalan
akan dilakukan pengecoran maka tol becakayu membuat penambahan
terlebih dahulu dilakukan checklist volume pekerjaan/ pembengkakan biaya
bersama dengan pihak konsultan, menjadi tidak terhindarkan. Namun
main
18
POLITEKNOLOGI VOL.20 NO.1 JANUARI 2021
demikian
25
22