TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian perjanjian
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.34 Perjanjian
34
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (jakarta: Intermasa, 2005), h. 1
35
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III,
tentang Perikatan-Perikatan Yang Dilahirkan Dari Kontrak Atau Perjanjian, (Jakarta : Pradnya
Paramita, 2006), h. 338
431
44
suatu perbuatan hukum dalam bidang harta benda atau kekayaan antara
dua pihak dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk
melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain
yang erat, dimana perjanjian merupakan salah satu sumber atau yang
hubungan hukum yang bersifat kehartaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas prestasi tertentu, sedangkan pihak
36
Agus Yudha Hernoko, Hhukum Perjanjian (Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial), (Jakarta : Kencana, 2003), h. 16
37
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
(Bandung : Sumur, 2003), h. 12
44
45
38
yang lain wajib memenuhi prestasi. Menurut R. Setiawan, suatu
oleh hukum. Hubungan yang diatur oleh hukum biasa disebut dengan
karena hubungan hukum itu telah dibuat oleh para pihak (subjek
beberapa orang, yaitu para subjek hukum atau para penyandang hak dan
38
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.
78
39
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2012), h. 20
45
46
perikatan. Dan jika perikatan itu tidak melakukan apa yang seharusnya
melakukan wanprestasi.
dengan persetujuan40.
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 41
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau
40
R. Soeroso, Perjanjian dibawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi
Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 3
41
R. Subekti, R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.
Pradnya Paramita, 2004), h. 338
46
47
Ada tiga tahap dalam pembuatan perjanjian menurut teori baru yaitu,
pelaksaan perjanjian.42
1233 KUH Perdata) atau dengan perkataan lain ada perikatan yang lahir
hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk
undang-undang.44
42
Salim Hs, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.
161
43
R. Soeroso, Op. cit., h.4.
44
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, (Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2010), h. 15-16
47
48
undang bagi mereka yang membuatnya, agar perjanjian itu mengikat bagi
KUHPerdata).
perjanjian dianggap lahir pada saat dicapainya kata sepakat antara para
45
Budiman N.P.D Sinaga, Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa dari Perspektif
Sekretaris, (Jakarta : Rajawali Pers, 2005 ), h. 12
48
49
bahwa dia tidak cakap46. Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk
yaitu :
bahwa hak dan kedudukan suami isteri adalah seimbang dan masing-
46
Wibowo Tunardy, http:www.jirnalhukum.com/syarat-syarat-sahnya-perjanjian/,
diakses Pada Tanggal 11 Agustus 2017, pukul 10.35 WIB
47
http://rechtan.blogspot.co.id/2015/10/4-syarat-sahnya-perjanjiankontrak.htm?m=1, di
akses pada tanggal 11 Agustus 2017, Pukul 10.35 WIB
49
50
barang tidak tentu asal saja jumlah yang paling sedikit ditentukan
jenisnya”.
sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau
demikian asas hukum lebih abstrak dari aturan atau peraturan hukum. 48
mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji
perjanjian meliputi:
sudah lahir atau terbentuk ketika para pihak mencapai kata sepakat
48
Rusli Effendi, Dkk, Teori Hukum, (Ujung Pandang : Hasanuddin University, 1992), h.
28
50
51
tidak berlaku bagi semua jenis perjanjian karena asas ini hanya berlaku
49
Rini Pamungkasih, 101 Draf Surat Perjanjian (Kontrak), (Yogyakarta : Gradien
Mediatama, 2009), h. 11
50
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 3
51
Ibid, h. 108
51
52
Prancis, kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan
hukumnya.52
Oleh sebab itu para pihak wajib mentaati isi perjanjian yang
untuk itu.54
d. Asas Iktikad Baik, merupakan salah satu sendi penting dalam hukum
52
Suharnoko, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisis Kasus), (Jakarta : Kencana, 2012),
h. 3
53
Dadang Sukandar, Membuat Surat Perjanjian, (Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2011 ),
h. 11
54
Ibid, h. 12
55
Ibid, h. 13
52
53
undang bagi mereka yang membuatnya agar perjanjian itu mengikat bagi
sahnya perjanjian.
a. Syarat Subjektif,
b. Syarat Objektif
56
Ibid, h. 12
57
Ibid, h. 10
58
Ibid, h. 14
53
54
yang sebenarnya ingin dihindari maka kontrak yang dibuat para pihak
sah.61
2) Paksaan
3) Penipuan
4) Penyalahgunaan
59
Ibid, h. 14
60
Libertus Jehani, Pedoman Menyusun Surat Perjanjian, (Jakarta Selatan : Transmedia
Pustaka, 2007), h.15
61
Ibid, h. 14
62
Ibid, h. 17
54
55
63
Ibid, h. 10
64
Ibid, h. 15
55
56
tertentu.65
Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang
barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu.
Tentu ini dalam perjanjian disebut prestasi yang dapat berwujud barang,
65
Ibid, h. 30
66
Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1986), hlm. 10
56
57
keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu. 67 Dan menurut Pasal
a) Memberikan sesuatu;
b) Berbuat sesuatu;
KUHPerdata, hal yang wajib dilakukan oleh salah satu pihak dalam
berwujud.69
67
Ibid, h. 30
68
Ibid, h. 72
69
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,
(Jakarta : Grafindo Persada, 2010), h. 156
57
58
diatur dalam Pasal 1335 hingga Pasal 1337 KUHPerdata. Pasal 1335
yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang,
5. Unsur-unsur Perjanjian
berikut:71
a. Unsur Esensialia, adalah unsur yang harus ada dalam perjanjian, tanda
adanya unsur esensialia maka tidak ada perjanjian. Contohnya
perjanjian jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga,
karena tanpa kesepakatan mengenai barang dan harga dalam perjanjian
jual beli maka perjanjian tersebut batal demi hukum karena tidak ada
hal tertentu yng diperjanjikan.
b. Unsur Naturalia, adalah unsur yang telah diatur dalam undang-undang.
Dengan demikuan apabila tidak diatur para pihak dalam perjanjian,
maka undang-undang yang mengaturnya. Jadi, unsur naturalia
merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam perjanjian.
Contohnya jika dalam perjanjian tidak diperjanjikan tentang cacat
70
Bhim Prakoso, Materi II Kuliah Hukum Kontrak, (Jember : Pasca Sarjana Program
Studi Ilmu Hukum Universitas Jember, 2010), h. 3
71
R. Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h. 16
58
59
6. Berakhirnya perjanjian
a. Pembayaran
penitipan
c. Pembaharuan utang
e. Pencampuran utang
f. Pembebasan utang
h. Batal/pembatalan
59
60
dapat terjadi karena beberapa sebab, yang secara garis besar dapat
dibedakan kedalam :
pembayaran hutang.
d. Karena musnahnya objek dalam perikatan, yang dalam hal ini dikaitkan
72
R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Op. Cit.,h. 349
60