Anda di halaman 1dari 30

27

BAB II

BENTUK KERJASAMA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA


PENGAMANAN PT. GARDA BHAKTI NUSANTARA DENGAN
PERUSAHAAN PENGGUNA JASA PENGAMANAN

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa “Perikatan lahir karena suatu

persetujuan atau karena undang-undang”. Selanjutnya dalam Pasal 1234 KUHPerdata

dikatakan bahwa “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu”.

Kedua rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa perikatan melahirkan

kewajiban kepada orang-perorangan atau pihak tertentu yang dapat berwujud dalam

salah satu dari tiga bentuk berikut yaitu :

1. Untuk memberikan sesuatu

2. Untuk melakukan sesuatu

3. Untuk tidak melakukan sesuatu tertentu45

Arti perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih

dalam lapangan harta kekayaan. Dikatakan sebagai hubungan hukum karena

hubungan tersebut diatur, diakui serta dilindungi oleh hukum, sehingga akan

mempunyai akibat hukum pula. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengertian

perikatan (verbintenis) harus dibedakan dengan pengertian perjanjian (overeenkomst),

dimana perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu

45
Pasal 1234 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

27

Universitas Sumatera Utara


28

hal yang konkrit atau suatu peristiwa. Karena perikatan tidak dapat dilihat, tapi hanya

dapat di bayangkan saja, sedangkan perjanjian dapat dilihat, dibaca ataupun dapat

didengarkan perkataannya.46 Sumber-sumber perikatan adalah sebagai berikut:47

1. Perjanjian
2. Undang-undang, yang dapat dibedakan menjadi :
a. Undang-undang semata
b. Undang-undang karena perbuatan manusia yang :
1. Halal
2. Perbuatan melawan hukum
3. Jurisprudensi
4. Hukum tertulis dan tidak tertulis

Perikatan dapat dibedakan dalam berbagai jenis :48

1. Dilihat dari objeknya


a. Perikatan untuk memberikan sesuatu
b. Perikatan untuk berbuat sesuatu
c. Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu
d. Perikatan mana suka (alternative)
e. Perikatan fakultatif
Perikatan untuk memberikan sesuatu (geven) dan untuk berbuat sesuatu
(doen) dinamakan perikatan positif dan perikatan untuk tidak berbuat
sesuatu (niet doen) dinamakan perikatan negative.
f. Perikatan general dan spesifik
g. Perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi
(deelbar dan ondeelbaar)
h. Perikatan yang sepintas lalu dan terus-menerus (voorbijgaarde dan
voortdurende)
2. Dilihat dari subjeknya maka dapat dibedakan :
a. Perikatan tanggung-mananggung (hoofdelijk atau solidair)
b. Perikatan pokok dan tambahan (principalle dan accessoir)
3. Dilihat dari daya kerjanya, maka dapat dibedakan :
a. Perikatan bersyarat
b. Perikatan dengan ketetapan waktu

46
R. Subekti, Op. Cit, hal. 3
47
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), hal. 6
48
Ibid

Universitas Sumatera Utara


29

Perjanjian adalah salah satu sumber yang melahirkan perikatan di samping

adanya sumber lain yang melahirkan perikatan yaitu karena undang-undang. Hal

tersebut dinyatakan dalam Pasal 1233 KUHPerdata yang berbunyi : “Tiap-tiap

perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”.

Perikatan (verbintenis) mengandung pengertian suatu hubungan hukum

kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi tuntutan hak pada

satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain

untuk menunaikan prestasi.49

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,

berdasarkan mana pihak yang satu menuntut sesuatu hal atau prestasi dari pihak yang

lain, dan pihak yang lain itu berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.50

Perikatan paling banyak dilahirkan dari suatu peristiwa di mana dua orang

atau pihak saling menjanjikan sesuatu. Peristiwa itu paling tepat dinamakan

perjanjian, yaitu peristiwa yang berupa suatu rangkaian janji-janji. Dapat dikonstantir

bahwa perkataan “perjanjian” sudah sangat popular di kalangan masyarakat.51

Perikatan dapat timbul dari adanya suatu perjanjian. Perjanjian adalah suatu

peristiwa di mana seseorang berjanji dan mengikatkan dirinya kepada seorang yang

lain atau peristiwa dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

49
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 6
50
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), hal.1
51
Mashudi dan Chaidir Ali, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata,
(Bandung: Mandar Maju, 2001), hal. 19

Universitas Sumatera Utara


30

Pada umumnya dalam suatu perjanjian adalah timbal balik antara pihak yang

satu dengan pihak yang lain. Artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari

perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikan dari

hak-hak yang diperolehnya.

Hal-hal mengenai perjanjian pada umumnya diatur dalam Buku III Bab II

KUHPerdata yaitu mengenai perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian. Adapun

pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu : “suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih”.

Selanjutnya, para sarjana hukum perdata berpendapat bahwa pada umumnya

definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata itu tidak lengkap dan terlalu luas.

Menurut Abdulkadir Muhammad, ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata kurang tepat,

karena terdapat kelemahan, adapun kelemahan-kelemahan tersebut seperti diuraikan

berikut ini :52

1. Hanya menyangkut salah satu pihak saja


Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”, kata “mengikat” sifatnya hanya datang satu
pihak saja, tidak dari kedua belah pihak, seharusnya perumusan ini “saling
mengikatkan diri”, jadi ada consensus antara pihak-pihak.
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus/kesepakatan
Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tujuan
tanpa kuasa (zaakwarneming), tindakan melawan hukum (onrechmatige daad)
yang tidak mengandung suatu konsensus, seharusnya dipakai kata “persetujuan”.
3. Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin yang
diatur dalam lapangan hukum keluarga, padahal yang dimaksud adalah hubungan
52
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Bandung Press, 1982), hal. 78

Universitas Sumatera Utara


31

antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang
dikehendaki oleh Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sebenarnya adalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang
bersifat personal.
4. Tanpa menyebut tujuan
Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian,
sehingga pihak-pihak yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.

Abdulkadir Muhammad merumuskan definisi Pasal 1313 KUHPerdata

sebagai berikut, bahwa yang disebut “perjanjian adalah suatu persetujuan di mana dua

orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam

lapangan harta kekayaan”.53

Menurut R. Setiawan, definisi Pasal 1313 KUHPerdata tersebut kurang

lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga sangat luas

karena dengan dipergunakannya perkataan “perbuatan”, tercakup juga perwakilan

sukarela dan perbuatan melawan hukum. R. Setiawan memberikan definisi tersebut

sebagai berikut :

1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang

bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum, dan

2. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1313

KUHPerdata.54

Sehingga menurut beliau, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, di mana

satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

53
Ibid, hal. 78
54
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hal. 49

Universitas Sumatera Utara


32

Lain halnya dengan pendapat R. Subekti, yang menyatakan bahwa “suatu

perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau

dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa

itu timbul suatu hubungan perikatan”.55

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, “perjanjian sebagai suatu hubungan

hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dimana suatu pihak lain

berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu”.56 Sedangkan menurut Sudikno

Mertokusumo, “perjanjian adalah hubungan hukum antara dua belah pihak atau lebih

berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.57

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian

adalah hubungan hukum berdasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak, mengenai

harta benda yang menimbulkan hak dan kewajiban yang harus disetujui oleh kedua

belah pihak yang membuatnya.

B. Bentuk Kerjasama Antara Perusahaan Penyedia Jasa Pengamanan PT.


Garda Bhakti Nusantara Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Pengamanan

1. Pengertian Perjanjian Kerjasama Jasa Pengamanan

Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian pesat

membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat yang terjadi di

semua lini. Dalam menghadapi persaingan global, perusahaan akan mengalami

kesulitan bila memiliki struktur manajemen yang tidak efisien akibatnya resiko usaha

55
Subekti, Op. Cit, hal. 1
56
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur, 1993), hal. 9
57
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Perjanjian Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Liberty), hal. 96

Universitas Sumatera Utara


33

dalam segala hal, termasuk resiko ketenagakerjaan pun meningkat. Untuk

meningkatkan keluwesan dan kreatifitas, banyak perusahaan besar yang membuat

strategi baru dengan konsentrasi pada inti bisnis, mengidentifikasikan proses yang

penting dan memutuskan hal-hal yang perlu diserahkan kepada perusahaan lain.58 Hal

ini merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya perusahaan penyedia jasa, seperti

PT. GBN yang menyediakan satuan pengamanan (satpam) kepada perusahaan-

perusahaan yang tidak ingin mengelola satpam sendiri melainkan pengelolaan satpam

itu diserahkan kepada pihak ketiga. Dasar perusahaan-perusahaan ini melakukan

kerjasama dengan PT. GBN adalah dengan mengikatkan dirinya pada perjanjian

kerjasama jasa pengamanan.

Perusahaan penyedia jasa pengamanan (PT. GBN) merupakan perusahaan

outsourcing sehingga ada keterkaitan pembahasan mengenai tenaga kerja security dan

hubungan tenaga kerja security dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja.

Kecenderungan beberapa perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan sistem

outsourcing, umumnya dilatarbelakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan

efisiensi biaya produksi (cost production). Dengan menggunakan sistem outsourcing,

pihak perusahaan berusaha untuk menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber

daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.59

Berdasarkan hukum ketenagakerjaan, istilah outsourcing sebenarnya

bersumber dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13

58
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
hal. 186
59
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 217

Universitas Sumatera Utara


34

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa “perusahaan dapat

menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui

perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja yang dibuat secara

tertulis”. Dalam prakteknya, ketentuan tentang penyediaan jasa pekerja yang diatur

dalam peraturan di atas akhirnya memunculkan pula istilah outsourcing, (dalam hal

ini maksudnya menggunakan sumber daya manusia dari pihak di luar perusahaan).

Defenisi outsourcing sendiri adalah pendelegasian operasi dan manajemen

dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing)

dengan tujuan untuk membagi resiko usaha dalam berbagai masalah, termasuk

masalah ketenagakerjaan60. Sedangkan secara terminologi, dalam KUHPerdata telah

diatur mengenai masalah tersebut, dengan istilah pemborongan pekerjaan, yaitu Pasal

1601b KUHPerdata bahwa yang dimaksud dengan “pemborongan pekerjaan adalah

perjanjian, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan,

dengan menerima suatu harga yang ditentukan”.

Pelaksanaan outsourcing dikaitkan dengan hubungan kerja, sangat banyak

dibicarakan oleh pelaku produksi barang maupun jasa dan oleh pemerhati, karena

outsourcing banyak dilakukan dengan sengaja untuk menekan biaya pekerja/buruh

(labour cost) dengan perlindungan dan syarat kerja yang diberikan jauh di bawah dari

yang seharusnya diberikan sehingga sangat merugikan pekerja/buruh. Pelaksanaan

outsourcing yang demikian dapat menimbulkan kerugian kesehatan pekerja/buruh dan

60
Ibid, hal. 225

Universitas Sumatera Utara


35

tidak jarang diikuti dengan tindakan mogok kerja, sehingga maksud diadakannya

outsourcing seperti apa yang disebutkan di atas menjadi tidak tercapai, oleh karena

terganggunya proses produksi barang maupun jasa.61

Hubungan kemitraan antara buruh dan pengusaha ini akan terganggu jika salah

satu pihak memaksakan kehendak kepada pihak lainnya sehingga pemenuhan kebutuhan

atau kepentingan salah satu pihak dirugikan. Untuk mengarahkan atau mengembalikan

hubungan kerjasama antara buruh dan pengusaha dalam kegiatan usaha tersebut, hukum

perburuhan sebagai pedoman tingkah laku para pelaku dalam proses produksi,

mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting. Melalui ketentuan-ketentuan di

bidang perburuhan yang mencerminkan kepentingan buruh maupun pengusaha,

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak.62

Ketimpangan hubungan hukum, yang timbul sebagai akibat perjanjian kerja

antara tenaga kerja/buruh dan majikan merupakan fenomena yang bersifat global, oleh

karena itu hal tersebut juga dapat dijumpai di Indonesia khususnya dalam permasalahan

penerapan sistem outsourcing. Posisi tawar tenaga kerja/buruh yang jauh lebih lemah

dibandingkan dengan majikan, menyebabkan tidak terlindunginya hak-hak si tenaga

kerja/buruh, sehingga dalam keadaan terpaksa tenaga kerja/buruh memenuhi persyaratan-

persyaratan yang diminta oleh si majikan, meskipun hal tersebut sangat merugikan

dirinya. Dengan menyadari hal tersebut keikutsertaan pemerintah untuk turut campur

tangan sangat diperlukan.

61
Muzni Tambusai, Kontroversi Outsourcing, Antara Efisiensi dan Kepentingan Pekerja,
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/2/26/e3.htm, Diakses Tanggal 27 Oktober 2016.
62
Aloysius Uwiyono, Hak Mogok di Indonesia, Cetakan I, (Jakarta: UI Press, 2001), hal.
221

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan hal di atas, maka sangat perlu kiranya bagi setiap perusahaan, untuk

mempunyai suatu hubungan kerja yang baik yaitu antara perusahaan, dalam hal ini adalah

majikan dengan para tenaga kerja, sehingga salah satu pihak tidak akan ada yang merasa

dirugikan.

Menurut Imam Soepomo, “hubungan kerja adalah suatu hubungan antara seorang

buruh dengan seorang majikan. Hubungan kerja menunjukkan kedudukan kedua pihak

itu yang pada dasarnya menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban majikan

terhadap buruh”.63 Kemudian dijelaskan pula bahwa hubungan kerja terjadi setelah

adanya perjanjian kerja antara tenaga kerja/buruh dan majikan, yaitu suatu perjanjian

dimana pihak kesatu, tenaga kerja/buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan

menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk

memperkerjakan tenaga kerja/buruh itu dengan membayar upah. Pada pihak lainnya

mengandung arti bahwa pihak tenaga kerja/buruh dalam melakukan pekerjaan ini

berada di bawah pimpinan pihak majikan.64

Tenaga kerja/buruh dituntut untuk selalu mempunyai keterampilan dan tentu

saja bekal ilmu yang lebih untuk dapat bersaing menempati bidang kerjaan yang

sesuai dengan ilmu serta keterampilannya itu. Karena pada saat ini tingkat tenaga

kerja di Indonesia semakin tinggi dengan dapat dilihat dari begitu tingginya angka

pengangguran yang setiap tahun semakin bertambah. Pihak perusahaan dalam

memilih para tenaga kerjanya tentu saja akan melakukan suatu proses penyaringan

63
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan, 2001),
hal.1
64
Ibid

Universitas Sumatera Utara


37

dalam pemilihan tenaga kerja yang akan digunakannya. Proses tersebut dapat

dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan ada pula yang melalui suatu lembaga atau

perusahaan lain yang melakukannya.

Praktik outsourcing dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dapat

dilaksanakan dengan persyaratan yang sangat ketat, yakni perjanjian pemborongan

pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Selain itu bagian pekerjaan yang dapat

diserahkan kepada perusahaan penerima pekerjaan harus berbadan hukum.

Persyaratan lainnya adalah perlindungan kerja serta syarat-syarat kerja perusahaan

penerima sekurangnya sama dengan yang ada diperusahaan pemberi kerja, serta

hubungan kerja dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis.65

Undang-Undang Ketenagakerjaan mengatur dan melegalkan outsourcing.

Istilah yang dipakai adalah perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa

buruh/pekerja. Ketentuan yang mengatur outsourcing ditemukan dalam Pasal 64

sampai dengan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan, Pasal 64 UU Ketenagakerjaan

menentukan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan

kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia

jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Dari perumusan Pasal 64 tersebut di

atas, dalam kaitan ini terdapat 2 (dua) macam perjanjian, yaitu:66

1. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yaitu suatu perusahaan menyerahkan


sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain.
2. Perjanjian Penyediaan Jasa Buruh/Pekerja, yaitu perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh menyediakan pekerja/buruh kepada perusahaan yang akan

65
Pasal 64, 65, dan 66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan
66
Aloysius Uwiyono, Op.cit.,

Universitas Sumatera Utara


38

menggunakan pekerja/buruh yang disediakan oleh perusahaan penyedia


pekerja/buruh.

Selanjutnya perjanjian pemborongan pekerjaan tersebut di atas diatur dalam

Pasal 65. Pengaturan perjanjian pemborongan pekerjaan dalam Pasal 65 ini terdapat

kejanggalan. Hal ini tercermin dalam Pasal 65 (2b) yang menentukan bahwa

pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) harus memenuhi syarat bahwa pekerjaan itu harus dilakukan dengan

perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan.67 Perusahaan penyedia

jasa pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan

langsung dengan proses produksi dipersyaratkan:68

1. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa


pekerja
2. Perjanjian kerja dapat berupa perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian
kerja waktu tak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak
3. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan
yang timbul menjadi taanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja
4. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja dan perusahaan penyedia
jasa pekerja, dibuat secara tertulis sesuai ketentuan yang diatur dalam UU
Ketenagakerjaan.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

KEP-101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa

Buruh/Pekerja disebutkan bahwa apabila perusahaan penyedia jasa memperoleh

pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat

perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat:

67
Ibid.,
68
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm.226.

Universitas Sumatera Utara


39

1. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerjaan buruh dari perusahaan
penyedia jasa.
2. Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana maksud huruf
a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa sehingga
perlindungan, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan
yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

Perjanjian kerjasama jasa pengamanan ini termasuk dalam perjanjian tidak

bernama (innominaat) yaitu perjanjian-perjanjian yang timbul, tumbuh, dan

berkembang dalam masyarakat. Belum ada pengaturannya secara khusus di dalam

undang-undang, karena tidak diatur dalam KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD). Lahirnya perjanjian ini di dalam prakteknya adalah

berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij

otonomie.69

Tentang perjanjian tidak bernama di atur dalam Pasal 1319 KUHPerdata,

yaitu “Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak di

kenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam

bab ini dan bab yang lain”.

Seseorang maupun badan hukum sebelum melakukan hubungan kerja dengan

pihak lain terlebih dahulu akan mengadakan suatu perjanjian kerja, baik dalam bentuk

yang sederhana dalam bentuk lisan ataupun dibuat secara formal dalam bentuk

tertulis. Semua upaya tersebut dibuat untuk maksud perlindungan dan kepastian hak

dan kewajiban masing-masing pihak. Hubungan kerja sebagai realisasi dari perjanjian

69
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005) hal. 9

Universitas Sumatera Utara


40

kerja, hendaknya menunjukkan kedudukan masing-masing pihak yang pada dasarnya

akan menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengusaha terhadap pekerja

secara timbal balik.70

Perjanjian kerjasama jasa pengamanan adalah suatu kesepakatan di antara dua

pihak mengenai suatu penyediaan tenaga keamanan untuk penyelenggaraan

keamanan yang bertujuan memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan serta

penyelenggaraan pengamanan asset perusahaan.

Dalam perjanjian kerjasama jasa pengamanan diatur mengenai hak dan

kewajiban para pihak yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Juga mengatur

berapa kebutuhan jumlah personil satuan pengamanan (satpam) yang dibutuhkan oleh

perusahaan pengguna jasa untuk mengamankan wilayah kerja dan asset perusahaan

pengguna jasa tersebut. Perjanjian kerjasama jasa pengamanan mengikat kedua belah

pihak yang sepakat melakukan pekerjaan dan apabila salah satu pihak tidak

memenuhi kewajibannya maka akan dikenakan sanksi.

2. Bentuk Perjanjian Kerjasama Jasa Pengamanan

Pengaturan hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus

dituangkan dalam kontrak kerja. Suatu kontrak kerja dibuat dalam bahasa Indonesia

dan dalam hal kontrak kerja dengan pihak asing, maka dibuat dalam bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris.

70
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bagian Pertama Hubungan Kerja, PPAKRI, (Jakarta:
Bhayangkara, 1986), hal. 9

Universitas Sumatera Utara


41

Kontrak adalah “dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat

persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Subekti

menyebutkan bahwa “kontrak merupakan bentuk dari suatu perjanjian atau

persetujuan yang tertulis. Perjanjian merupakan hal yang mendasar dari dibuatnya

suatu kontrak”. Pasal 1313 KUHPerdata mendefinisikan “perjanjian sebagai suatu

perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu atau lebih

orang”.71

Kontrak kerjasama pada dasarnya digunakan sebagai alat untuk mengalihkan

resiko. Timbulnya kontrak diawali dengan adanya kesepakatan yang dilindungi

hukum dari kedua belah pihak. Kontrak haruslah dipatuhi oleh kedua belah pihak

baik sebagai pedoman pelaksanaan, serta alat pengawasan maupun pemenuhan hak

serta kewajiban para pihak. Hal ini berarti pula bahwa sesuatu yang diluar kontrak,

misalnya suatu resiko yang harus ditanggung oleh salah satu pihak dalam

melaksanakan pekerjaan yang disepakati, tidaklah serta merta dapat menjadi dasar

suatu klaim.72

Di dalam KUHPerdata, tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk

kontrak. Namun apabila ditelaah berbagai ketentuan yang tercantum dalam

KUHPerdata maka kontrak menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam,

yaitu kontrak lisan dan tertulis. Kontrak lisan adalah kontrak atau perjanjian yang

71
Subekti, Op.Cit, hal. 86
72
I wayan Jawat , Loc. Cit

Universitas Sumatera Utara


42

dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak. Dengan

adanya kesepakatan maka perjanjian itu telah terjadi.73

Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk

tulisan. Kontrak ini dibagi menjadi beberapa macam, yaitu dalam bentuk akta

dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat

dan ditandatangani oleh para pihak, sedangkan akta otentik merupakan akta yang

dibuat oleh atau dihadapan notaris.74

Bentuk dari perjanjian kerjasama jasa pengamanan ini sendiri adalah

perjanjian tertulis yang dibuat dibawah tangan. Perjanjian tertulis yang dibuat

dibawah tangan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk

tulisan yang disepakati oleh dua pihak yang sepakat untuk saling mengikatkan dirinya

dalam perjanjian tersebut. Perjanjian dibawah tangan memiliki ciri khas sebagai

berikut :75

a. Bentuknya yang bebas


b. Pembuatannya tidak harus di hadapan pejabat umum yang berwenang
c. Tetap mempunyai kekuatan pembuktian selama tidak disangkal oleh
pembuatnya
d. Dalam hal harus dibuktikan, maka pembuktian tersebut harus dilengkapi juga
dengan saksi-saksi dan bukti lainnya. Oleh karena itu, biasanya dalam akta di
bawah tangan, sebaiknya dimasukkan 2 orang saksi yang sudah dewasa untuk
memperkuat pembuktian.

Pada dasarnya isi dan bentuk standar perjanjian yang dibuat dalam melakukan

kegiatan perjanjian kerjasama jasa pengamanan adalah kebebasan para pihak untuk

73
Salim H.S (4), Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 28
74
Ibid, hal. 29
75
http://irmadevita.com/2012/perbedaan-akta-otentik-dengan-surat-di-bawah-tangan/ di akses
pada hari selasa, 21 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


43

membuatnya yang berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak. Hal ini diatur dalam

Buku III KUHPerdata mengenai hukum perjanjian yang menganut asas kebebasan

dalam hal membuat perjanjian.

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka, artinya bahwa hukum perjanjian

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan

perjanjian yang berisi apa saja. Asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan

kesusilaan yang berlaku, asas kebebasan berkontrak itu berpangkal pada adanya

kedudukan kedua belah pihak yang sama kuat atau seimbang.76

Bentuk perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. Garda Bhakti

Nusantara dan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah berbentuk perjanjian

tertulis yang mana perjanjian itu dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak yang

terlibat di dalamnya yang awalnya sesuai dengan penerapan asas konsensualisme dan

asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian. Dimana keinginan para pihak yaitu PT.

GBN dan PT. IIKI dituangkan dalam perjanjian tersebut dan tidak ada pihak yang

dirugikan atas pembuatan perjanjian tersebut. Jadi perjanjiannya tidak berbentuk

perjanjian otentik ataupun perjanjian baku yang ditetapkan oleh salah satu pihak

melainkan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak berdasarkan hasil negosiasi

diantara PT. GBN dan PT. IIKI.

Menurut Bapak Hartono, selaku HR & GA Manager di PT. Ikaindo Industri

Karbonik Indonesia yang merupakan salah satu klien yang menggunakan jasa dari

PT. Garda Bhakti Nusantara bahwa: “Perjanjian antara PT. Garda Bhakti Nusantara
76
Salim H.S (3), Op.Cit, Hal. 9

Universitas Sumatera Utara


44

dengan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia merupakan perjanjian dibawah

tangan. Dimana ada beberapa permintaan dari pihak PT. Ikaindo Industri Karbonik

Indonesia yang harus dipenuhi oleh PT. Garda Bhakti Nusantara dan harus di

tuangkan dalam perjanjian”.77

Selain memiliki perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan

perusahaan pengguna jasa, PT. GBN juga mengikat tenaga kerja (tenaga

pengamanan) dengan perjanjian tertulis berupa perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT).

3. Pihak-pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengamanan

Pada dasarnya setiap orang berhak untuk melakukan perbuatan hukum

(membuat perjanjian). Kecuali orang yang belum dewasa, dibawah pengampuan, dan

orang-orang tertentu yang dilarang dalam undang-undang. Hal ini diatur dalam Pasal

1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian yang salah satunya

adalah cakap bertindak dalam hukum.

Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan

kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak

dan kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut sebagai

debitur sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban tersebut adalah

kreditur.

77
Wawancara dengan Bapak Hartono, HR & GA PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia,
hari Selasa, 14 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


45

Selain orang-perorangan, para pihak dalam perjanjian bisa juga terdiri dari

badan hukum. Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum yang dapat menjadi

salah satu pihak atau kedua pihak dalam perjanjian. Kedua-duanya merupakan subyek

hukum, yaitu pihak-pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum dan pihak-pihak

yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh

suatu badan hukum akan mengikat badan hukum tersebut sebagai sebuah entitas legal

(legal entity). Meskipun perbuatan hukum itu diwakili oleh pemimpinnya (Direktur

dalam Perseroan Terbatas), namun perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan

hukum itu secara perorangan, melainkan mewakili perusahaan sebagai legal entity.78

Dalam pelaksanaannya, jika terjadi pelanggaran perjanjian misalnya salah satu

pihak tidak melaksanakan kewajibannya (wanprestasi) sehingga menimbulkan

kerugian bagi pihak yang lain, maka pihak yang dirugikan itu dapat menuntut

pemenuhan haknya yang dilanggar.

Dalam hukum perdata, subyek hukum terbagi atas 2 (dua) yaitu:79

a. Orang
Dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak atau subyek di dalam
hukum. Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai
dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan
(seperti misalnya dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam kandungan,
asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.
b. Badan Hukum
Di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan juga
memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia.
badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan

78
Rido, R. Ali, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni , 2001), hal. 54
79
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003) hal. 19-21

Universitas Sumatera Utara


46

sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya,
dapat digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.

Dalam hukum perdata telah lama diakui bahwa suatu badan hukum (sebagai

suatu subyek hukum mandiri; persona standi in judicio) dapat melakukan perbuatan

melawan hukum (onrechtmatig handelen; tort). Badan hukum mempunyai

kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi perbuatan

hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Mengingat wujudnya

adalah badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum

bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama jasa

pengamanan antara PT. GBN sebagai penyedia jasa pengamanan dengan perusahaan

pengguna jasa pengamanan adalah:

a. Pihak Pertama

Badan hukum baik perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) atau

perusahaan swasta.

b. Pihak Kedua

PT. Garda Bhakti Nusantara, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

(penyedia jasa pengamanan).

Sebagai perusahaan penyedia jasa pengamanan, PT. GBN tidak membatasi

instansi-instansi yang dapat bekerja sama dengannya. Tidak hanya perusahaan swasta

yang bergerak di berbagai bidang pekerjaan ada juga perusahaan badan usaha milik

negara (BUMN) yang memakai jasa pengamanan dari PT. GBN lebih kurang ada 50

Universitas Sumatera Utara


47

(lima puluh) perusahaan baik itu perusahaan swasta yang bergerak di berbagai bidang

pekerjaan dan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang menggunakan

jasa tenaga pengamanan (security) dari PT. GBN.80

4. Ruang Lingkup Perjanjian Jasa Pengamanan

Ruang lingkup perjanjian kerjasama jasa pengamanan yaitu uraian mengenai

rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu

pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi :81

a. Volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan


b. Persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh para pihak
dalam mengadakan interaksi
c. Persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh
penyedia jasa
d. Pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain
untuk pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi tenaga
kerja dan masyarakat
e. Laporan hasil pekerjaan, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang dituangkan
dalam bentuk dokumen tertulis.

Nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima

oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu

pelaksanaan adalah jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup

pekerjaan.

Pada perjanjian kerjasama antara PT. GBN sebagai perusahaan penyedia jasa

keamanan dan PT. IIKI sebagai perusahaan pengguna jasa mengatur mengenai :

a. Uraian para pihak, menjelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan
para pihak dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk
dan atas nama perusahaan tersebut sesuai akta pendirian perusahaan

80
Hasil penelitian pada PT. Garda Bhakti Nusantara, tanggal 20 Oktober 2016
81
I Wayan Jawat, Op. Cit, hal.2

Universitas Sumatera Utara


48

b. Korespondensi, diperlukan untuk tertib administrasi mengenai informasi


antara pihak seperti wakil para pihak, alamat serta bentuk-bentuk
korespondensi yang disepakati seperti email
c. Hubugan kerja antara penyedia jasa dan pengguna jasa
d. Konsiderasi, pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pembuatan
perjanjian
e. Lingkup pekerjaan
f. Nilai kontrak, dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan huruf
dalam mata uang indonesia termasuk pajak didalamnya.
g. Jangka waktu pelaksanaan
h. Asuransi atau jaminan sosial
i. Perpajakan, dalam suatu kontrak terkandung aspek perpajakan, terutama yang
berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan dari penyedia jasa, baik
pajak pertambahan nilai (PPN) maupun pajak penghasilan (PPh).
j. Hak dan kewajiban para pihak, menguraikan hak dan kewajiban penyedia jasa
serta hak dan kewajiban pengguna jasa.
k. Cara pembayaran, prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan
hasil pekerjaan, penerbitan invoice pembayaran. Periode.masa untuk
membayar, denda atas keterlambatan.
l. Addendum (pekerjaan tambahan atau pengurangan), menjelaskan arti
addendum dan tatacara pelaksanaannya.
m. Cidera janji/wanprestasi, menjelaskan mengenai hal-hal atau kondisi dimana
penyedia jasa dapat dikategorikan telah melakukan tindakan wanprestasi.
n. Keadaan memaksa (force majeure), menjelaskan mengenai apa saja yang
dapat disebut atau digolongkan keadaan memaksa dan resiko lain yang dapat
disamakan dengan force majeure serta tata cara pemberitahuan dan
konsekuensinya.

Perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan PT. IIKI

mengatur mengenai uraian para pihak, nama perusahaan, siapa yang mewakili dari

perusahaan tersebut, apa bidang pekerjaan perusahaan tersebut dan dimana alamat

dari perusahaan tersebut. Selain itu mengatur mengenai korespondensi dimana

korespondensi ini nantinya mengenai pengiriman surat-surat penting antar perusahaan

yang bekerjasama, apakah akan dikirim via email atau ke alamat perusahaan.

Perjanjian kerjasama jasa pengamanan ini juga mengatur mengenai jangka waktu

Universitas Sumatera Utara


49

pelaksanaan dari perjanjian, nilai kontrak yang telah disepakati antara para pihak,

serta hak dan kewajiban para pihak diatur didalam perjanjian.

Selain hal diatas, perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan

PT. IIKI ini juga mengatur mengenai cara pembayaran yang disepakati para pihak,

apakah ditransfer atau berbentuk giro, kemudian mengatur juga mengenai addendum,

apabila terjadi perubahan dalam perjanjian (penambahan atau pengurangan

pekerjaan) maka akan dituangkan dalam addendum, demikian juga mengenai

wanprestasi dan force majeure diatur jelas dalam perjanjian kerjasama jasa

pengamanan.

5. Jangka Waktu Perjanjian

Setiap pihak yang membuat perjanjian pastilah menginginkan pelaksanaan isi

perjanjian dengan sempurna dan secara sukarela. Namun adakalanya salah satu pihak

dalam perjanjian mengingkari terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati

bersama tersebut. Terhadap keingkaran dari salah satu pihak memberi hak pada pihak

lain untuk memaksakan pelaksanaan prestasi kepada debitur. Tentunya tidak dengan

cara main hakim sendiri (eagen richting). Umumnya pemaksaan prestasi harus

melalui kekuatan putusan vonis pengadilan.

Pencantuman jangka waktu berlakunya perjanjian merupakan kesepakatan

para pihak untuk menentukan periode pemenuhan prestasi dan kontraprestasi atas

kewajiban dan hak yang timbul dalam suatu perjanjian. Para pihak tentunya sudah

Universitas Sumatera Utara


50

menyadari kesanggupan masing-masing untuk memenuhi hak dan kewajibannya

berdasarkan jangka waktu yang telah mereka sepakati bersama.82

Walaupun demikian, merujuk pada Pasal 1381 KUHPerdata, suatu perikatan

dapat berakhir karena jangka waktu yang diatur dalam perjanjian telah berakhir/lewat

waktu. Sebagaimana pasal dimaksud yang menyatakan secara jelas bahwa:

“suatu perikatan hapus karena: pembayaran, penawaran pembayaran tunai,


diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; pembaruan utang; perjumpaan utang
atau kompensasi; percampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang
yang terutang; kebatalan atau pembatalan; berlakunya suatu syarat pembatalan,
yang diatur dalam Bab I buku ini; dan karena lewat waktu, yang akan diatur
dalam suatu bab sendiri”.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa suatu perikatan

dapat berakhir apabila jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian telah lewat

waktu. Namun, dalam hal sebagian kualifikasi tentang hapusnya suatu perikatan

terpenuhi, tidak serta merta mengakhiri perjanjian dimaksud. Hal ini dikarenakan

perikatan merupakan hubungan hukum antara dua pihak yang kemudian

menimbulkan hak baginya untuk menuntut suatu hal dari pihak lain dan pihak lainnya

dimaksud berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Berakhirnya suatu perjanjian dapat disebabkan karena:83

a. Ditentukan oleh para pihak yang bersangkutan dalam perjanjian.


b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.
c. Karena adanya suatu peristiwa tertentu, misalnya salah satu pihak meninggal
dunia.
d. Karena putusan hakim.
e. Karena tujuan perjanjian telah tercapai.
f. Dengan persetujuan para pihak.

82
Salim H.S (4), Op. Cit, hal. 175
83
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1977) hal. 107

Universitas Sumatera Utara


51

Sementara menurut Subekti suatu perjanjian akan berakhir apabila:84

a. Berakhir dengan sendirinya, apabila jangka waktu perjanjian ini habis.


b. Berakhir sebelum jangka waktu berakhir, apabila:
1) Masing-masing pihak telah memenuhi segala hak dan kewajiban masing-
masing sebelum jangka waktu perjanjian berakhir.
2) Salah satu pihak melanggar ketentuan-ketentuan dalam pasal ini dan atau
menyebabkan kerugian terhadap pihak lain tanpa alasan yang sah.
Terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan tersebut pihak yang dirugikan
berhak untuk memutuskan perjanjian secara sepihak.
3) Berlakunya suatu syarat batal. Hapusnya perikatan akibat berlakunya
suatu sarat batal dapat terjadi pada perikatan bersyarat, yaitu perikatan
yang lahirnya maupun berakhirnya didasarkan pada suatu peristiwa yang
belum atau tentu terjadi.
4) Lewat waktu (daluwarsa). Lewat waktu atau daluwarsa menurut Pasal
1946 KUHPerdata adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dibebaskan dari suatu perikatan. Lewat waktu untuk memperoleh hak
milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa acquisitive, sedangkan
daluwarsa untuk dibebaskan dari perikatan disebut daluwarsa extinctif.

Untuk jangka waktu perjanjian kerjasama antara PT Garda Bhakti Nusantara

selaku perusahaan penyedia jasa pengamanan dengan PT. Ikaindo Industri Karbonik

Indonesia selaku perusahaan pengguna jasa pengamanan, sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 15 Perjanjian Kerjasama Jasa Pengamanan yaitu:

a. Para Pihak sepakat bahwa jangka waktu Perjanjian ini adalah untuk masa 12
(dua belas) bulan.
b. Jika Pihak Pertama akan memperpanjang waktu Perjanjian, maka Pihak
Pertama yang mengajukan perpanjangan dan memberitahukan maksudnya
tersebut secara tertulis kepada Pihak Kedua yaitu 1 (satu) bulan sebelum
jangka waktu Perjanjian berakhir. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan
dalam kurun waktu yang telah disepakati bersama, maka dengan sendirinya
perjanjian kerjasama diperpanjang dengan durasi yang sama.
c. Dalam hal Para Pihak akan menghentikan jangka waktu Perjanjian, maka
pihak yang mengajukan penghentian akan memberitahukan maksudnya
tersebut secara tertulis kepada pihak yang lain yaitu 1 (satu) bulan sebelum
jangka waktu Perjanjian berakhir.

84
Subekti, Op. Cit, hal. 2

Universitas Sumatera Utara


52

Walaupun jangka waktu perjanjian kerjasama jasa pengamanan telah ditentukan

sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan PT. IIKI dapat sewaktu-waktu

mengakhiri perjanjian yang dibuat dengan seketika apabila pihak PT. Garda Bhakti

Nusantara selaku perusahaan penyedia jasa pengamanan tidak memenuhi kewajibannya

yang telah ditentukan dalam perjanjian tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut dapat

diakhiri apabila pihak PT. IIKI melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah

ditentukan dalam perjanjian yang telah dibuat dan disepakati. Sampai saat ini PT. GBN

dan PT. IIKI telah bekerja sama selama 5 (lima) tahun.

C. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Jasa Pengamanan Antara PT. Garda


Bhakti Nusantara Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Pengamanan

Pelaksanaan perjanjian adalah realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban

yang telah diperjanjikan oleh para pihak yang membuat perjanjian, agar perjanjian itu

dapat mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa adanya pelaksanaan

dalam suatu perjanjian, yaitu :85

a. Perjanjian untuk memberikan sesuatu barang/benda (Pasal 1234


KUHPerdata). Dengan cara menyerahkan benda yang bersangkutan dan
merawatnya sampai pada saat penyerahan benda tersebut.
b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu (Pasal 1241 KUHPerdata)
c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu (Pasal 1242 KUHPerdata)

Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam suatu perjanjian itu disebut dengan

prestasi. Prestasi adalah segala sesuatu hak yang wajib dipenuhi atau dilaksanakan

oleh seorang debitur dalam suatu perjanjian. Menurut Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata,

85
P.N.H Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999),
hal. 337

Universitas Sumatera Utara


53

semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Jadi, pelaksanaan perjanjian

harus berjalan dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.

Manurut Pasal 1339 KUHPerdata, “perjanjian tidak hanya mengikat untuk

hal-hal yang tegas dinyatakan dalam perjanjian saja, tetapi juga untuk segala sesuatu

yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-

undang, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Pelaksanaan perjanjian penyediaan jasa satuan pengamanan dimulai setelah

ditandatanganinya surat perjanjian kerjasama (SPK) yang kemudian disusul dengan

pembuatan kontrak atau perjanjian kerjasama jasa pengamanan. Sesuai perjanjian

antara PT. GBN sebagai penyedia jasa satuan pengamanan dan PT. IIKI sebagai

pengguna jasa dimana PT. GBN menyediakan tenaga kerja satuan pengamanan sesuai

yang dibutuhkan oleh PT. IIKI untuk menjaga keamanan dan asset perusahaan di

wilayah kerja PT. IIKI.

Tanggung jawab mengenai upah, pemberian jaminan sosial atau asuransi dan

sanksi berada pada PT. GBN selaku penyedia jasa satuan pengamanan namun

pertanggungjawaban kerja sehari-hari tetap berada pada unit kerja/outlet dimana

tenaga kerja satuan pengamanan ditempatkan atau bekerja dalam hal ini adalah PT.

IIKI. Dalam pelaksanaan perjanjian kerja masing-masing pihak harus melaksanakan

kewajibannya dan menerima hak sesuai yang diatur dalam perjanjian kerjasama.

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya maka akan dikenakan sanksi.

Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. GBN dan PT. IIKI ini

sampai sekarang belum ditemui kendala berarti yang sampai mengganggu kemitraan

Universitas Sumatera Utara


54

antara kedua perusahaan. Namun terlepas dari itu, kendala-kendala kecil tetap ada

yang umumnya berkaitan dengan proses pelaksanaan kerja oleh tenaga kerja yang

ditempatkan pada unit kerja PT. IIKI seperti terlambat masuk kerja, pertengkaran

sesama rekan kerja dan lain sebagainya. 86

Pasal 2 Ruang Lingkup Perjanjian

1. Ruang lingkup perjanjian ini adalah penyediaan jasa pengamanan oleh Pihak
Kedua yang teknis pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian ini.
2. Kegiatan operasional dari tenaga security dalam melaksanakan jasa
pengamanan, disesuaikan dengan standar operasional prosedur Pihak Pertama
yang disetujui Pihak Kedua.

Isi dari Pasal diatas tertuang dalam perjanjian kerjasama antara PT. GBN dan

PT. IIKI, dimana ruang lingkup pelaksanaan perjanjian kerjasama ini adalah

penyediaan jasa pengamanan oleh Pihak Kedua (PT. GBN) untuk ditempatkan atau

ditugaskan di wilayah kerja Pihak Pertama (PT.IIKI), kegiatan pelaksanaan tugas

yang akan dilakukan oleh tenaga pengamanan akan mengikuti standar operasional

prosedur dari Pihak Pertama (PT. IIKI) selaku pengguna jasa pengamanan.

Pasal 3 Ketentuan Umum

1. Pihak Kedua wajib menyediakan dan menempatkan Tenaga Security sesuai


dengan jadwal dan lokasi penempatan yang ditentukan oleh Pihak Pertama dan
disetujui Pihak Kedua.
2. Pihak Pertama sewaktu-waktu dapat mengganti dan/atau menambah dan/atau
mengurangi Tenaga Security dengan pemberitahuan secara tertulis terlebih
dahulu kepada Pihak Kedua untuk memperoleh persetujuan Pihak Kedua, dan
apabila telah disetujui oleh Pihak Kedua maka Pihak Kedua wajib melakukan
penggantian dan/atau penambahan dan/atau pengurangan Tenaga Security sesuai

86
Wawancara dengan Bapak Hartono, HR & GA PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia,
Hari Selasa, 14 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


55

dengan permintaan Pihak Pertama selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari


kalender setelah Pihak Kedua menerima surat pemberitahuan dari Pihak Pertama.
3. Penggantian Tenaga Security yang bersifat tetap oleh Pihak Pertama dapat
dilakukan apabila :
a. Tenaga Security mengalami sakit yang harus istirahat total berdasarkan surat
ketetapan dari Dokter.
b. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan kriminal.
c. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan asusila.
d. Tenaga Security tidak cakap dalam melaksanakan tugas, dibuktikan dengan
evaluasi penilaian kinerja yang dilakukan dan disetujui oleh Para Pihak.
4. Pengurangan Tenaga Security yang bersifat tetap oleh Pihak Pertama dapat
dilakukan apabila Pihak Pertama dinyatakan mengalami force majeur oleh
instansi yang berwenang.
5. Penambahan dan/atau pengurangan Tenaga Security dapat dilakukan dengan
penyesuaian nilai kontrak yang disetujui Para Pihak dan dinyatakan dalam
Addendum. Addendum tersebut disetujui oleh Para Pihak minimal 7 hari kalendar
sebelum pelaksanaan.
6. Pihak Kedua wajib melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap kehadiran
Tenaga Security dalam melaksanakan Jasa Pengamanan.
7. Apabila terdapat Tenaga Security yang tidak hadir oleh alasan apapun dalam
melaksanakan Jasa Pengamanan pada jadwal dan lokasi penempatan yang telah
ditentukan oleh Pihak Pertama dan disetujui oleh Pihak Kedua maka Pihak
Kedua wajib memberikan Tenaga Security pengganti (back up sementara)
selambat-lambatnya 2 (dua) jam setelah waktu pelaksanaan pengamanan pada
hari dimana Tenaga Security tersebut tidak hadir.
8. Tenaga Security pengganti sebagaimana dimaksud ayat 2, 3 dan 7 pasal ini, wajib
disediakan Pihak Kedua dengan ketentuan minimal Tenaga Security pengganti
tersebut memiliki standar persyaratan yang sama dengan Tenaga Security yang
telah di persyaratkan oleh Pihak Pertama.

Dalam ketentuan umum ini diatur juga mengenai pelaksanaan kerja oleh

kedua belah pihak antara lain mengenai Pihak Kedua (PT. GBN) yang wajib

menyediakan dan menempatkan tenaga pengamanan sesuai dengan jadwal dan lokasi

penempatan (PT. IIKI). Kemudian mengenai Pihak Pertama (PT. IIKI) yang

sewaktu-waktu dapat mengganti/menambah/mengurangi tenaga pengamanan tetapi

dengan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Pihak Kedua.

Universitas Sumatera Utara


56

Penggantian/penambahan/pengurangan oleh Pihak Pertama dapat dilakukan apabila

tenaga pengamanan itu melakukan :

1. Tenaga Security mengalami sakit yang harus istirahat total berdasarkan surat
ketetapan dari Dokter.
2. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan kriminal.
3. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan asusila.
4. Tenaga Security tidak cakap dalam melaksanakan tugas, dibuktikan dengan
evaluasi penilaian kinerja yang dilakukan dan disetujui oleh Para Pihak.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai