BAB II
kewajiban kepada orang-perorangan atau pihak tertentu yang dapat berwujud dalam
Arti perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih
hubungan tersebut diatur, diakui serta dilindungi oleh hukum, sehingga akan
mempunyai akibat hukum pula. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengertian
dimana perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu
45
Pasal 1234 Kitab Undang Undang Hukum Perdata
27
hal yang konkrit atau suatu peristiwa. Karena perikatan tidak dapat dilihat, tapi hanya
dapat di bayangkan saja, sedangkan perjanjian dapat dilihat, dibaca ataupun dapat
1. Perjanjian
2. Undang-undang, yang dapat dibedakan menjadi :
a. Undang-undang semata
b. Undang-undang karena perbuatan manusia yang :
1. Halal
2. Perbuatan melawan hukum
3. Jurisprudensi
4. Hukum tertulis dan tidak tertulis
46
R. Subekti, Op. Cit, hal. 3
47
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), hal. 6
48
Ibid
adanya sumber lain yang melahirkan perikatan yaitu karena undang-undang. Hal
kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi tuntutan hak pada
satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu menuntut sesuatu hal atau prestasi dari pihak yang
lain, dan pihak yang lain itu berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.50
Perikatan paling banyak dilahirkan dari suatu peristiwa di mana dua orang
atau pihak saling menjanjikan sesuatu. Peristiwa itu paling tepat dinamakan
perjanjian, yaitu peristiwa yang berupa suatu rangkaian janji-janji. Dapat dikonstantir
Perikatan dapat timbul dari adanya suatu perjanjian. Perjanjian adalah suatu
peristiwa di mana seseorang berjanji dan mengikatkan dirinya kepada seorang yang
lain atau peristiwa dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
49
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 6
50
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), hal.1
51
Mashudi dan Chaidir Ali, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata,
(Bandung: Mandar Maju, 2001), hal. 19
Pada umumnya dalam suatu perjanjian adalah timbal balik antara pihak yang
satu dengan pihak yang lain. Artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari
Hal-hal mengenai perjanjian pada umumnya diatur dalam Buku III Bab II
KUHPerdata yaitu mengenai perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian. Adapun
pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu : “suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata itu tidak lengkap dan terlalu luas.
antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang
dikehendaki oleh Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sebenarnya adalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang
bersifat personal.
4. Tanpa menyebut tujuan
Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian,
sehingga pihak-pihak yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.
sebagai berikut, bahwa yang disebut “perjanjian adalah suatu persetujuan di mana dua
orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam
lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga sangat luas
sebagai berikut :
KUHPerdata.54
satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
53
Ibid, hal. 78
54
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hal. 49
perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa
hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dimana suatu pihak lain
Mertokusumo, “perjanjian adalah hubungan hukum antara dua belah pihak atau lebih
adalah hubungan hukum berdasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak, mengenai
harta benda yang menimbulkan hak dan kewajiban yang harus disetujui oleh kedua
membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat yang terjadi di
kesulitan bila memiliki struktur manajemen yang tidak efisien akibatnya resiko usaha
55
Subekti, Op. Cit, hal. 1
56
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur, 1993), hal. 9
57
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Perjanjian Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Liberty), hal. 96
strategi baru dengan konsentrasi pada inti bisnis, mengidentifikasikan proses yang
penting dan memutuskan hal-hal yang perlu diserahkan kepada perusahaan lain.58 Hal
ini merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya perusahaan penyedia jasa, seperti
perusahaan yang tidak ingin mengelola satpam sendiri melainkan pengelolaan satpam
kerjasama dengan PT. GBN adalah dengan mengikatkan dirinya pada perjanjian
outsourcing sehingga ada keterkaitan pembahasan mengenai tenaga kerja security dan
hubungan tenaga kerja security dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja.
58
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
hal. 186
59
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 217
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja yang dibuat secara
tertulis”. Dalam prakteknya, ketentuan tentang penyediaan jasa pekerja yang diatur
dalam peraturan di atas akhirnya memunculkan pula istilah outsourcing, (dalam hal
ini maksudnya menggunakan sumber daya manusia dari pihak di luar perusahaan).
dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing)
dengan tujuan untuk membagi resiko usaha dalam berbagai masalah, termasuk
diatur mengenai masalah tersebut, dengan istilah pemborongan pekerjaan, yaitu Pasal
perjanjian, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan,
dibicarakan oleh pelaku produksi barang maupun jasa dan oleh pemerhati, karena
(labour cost) dengan perlindungan dan syarat kerja yang diberikan jauh di bawah dari
60
Ibid, hal. 225
tidak jarang diikuti dengan tindakan mogok kerja, sehingga maksud diadakannya
outsourcing seperti apa yang disebutkan di atas menjadi tidak tercapai, oleh karena
Hubungan kemitraan antara buruh dan pengusaha ini akan terganggu jika salah
satu pihak memaksakan kehendak kepada pihak lainnya sehingga pemenuhan kebutuhan
atau kepentingan salah satu pihak dirugikan. Untuk mengarahkan atau mengembalikan
hubungan kerjasama antara buruh dan pengusaha dalam kegiatan usaha tersebut, hukum
perburuhan sebagai pedoman tingkah laku para pelaku dalam proses produksi,
antara tenaga kerja/buruh dan majikan merupakan fenomena yang bersifat global, oleh
karena itu hal tersebut juga dapat dijumpai di Indonesia khususnya dalam permasalahan
penerapan sistem outsourcing. Posisi tawar tenaga kerja/buruh yang jauh lebih lemah
persyaratan yang diminta oleh si majikan, meskipun hal tersebut sangat merugikan
dirinya. Dengan menyadari hal tersebut keikutsertaan pemerintah untuk turut campur
61
Muzni Tambusai, Kontroversi Outsourcing, Antara Efisiensi dan Kepentingan Pekerja,
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/2/26/e3.htm, Diakses Tanggal 27 Oktober 2016.
62
Aloysius Uwiyono, Hak Mogok di Indonesia, Cetakan I, (Jakarta: UI Press, 2001), hal.
221
Berdasarkan hal di atas, maka sangat perlu kiranya bagi setiap perusahaan, untuk
mempunyai suatu hubungan kerja yang baik yaitu antara perusahaan, dalam hal ini adalah
majikan dengan para tenaga kerja, sehingga salah satu pihak tidak akan ada yang merasa
dirugikan.
Menurut Imam Soepomo, “hubungan kerja adalah suatu hubungan antara seorang
buruh dengan seorang majikan. Hubungan kerja menunjukkan kedudukan kedua pihak
terhadap buruh”.63 Kemudian dijelaskan pula bahwa hubungan kerja terjadi setelah
adanya perjanjian kerja antara tenaga kerja/buruh dan majikan, yaitu suatu perjanjian
dimana pihak kesatu, tenaga kerja/buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan
menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk
memperkerjakan tenaga kerja/buruh itu dengan membayar upah. Pada pihak lainnya
mengandung arti bahwa pihak tenaga kerja/buruh dalam melakukan pekerjaan ini
saja bekal ilmu yang lebih untuk dapat bersaing menempati bidang kerjaan yang
sesuai dengan ilmu serta keterampilannya itu. Karena pada saat ini tingkat tenaga
kerja di Indonesia semakin tinggi dengan dapat dilihat dari begitu tingginya angka
memilih para tenaga kerjanya tentu saja akan melakukan suatu proses penyaringan
63
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan, 2001),
hal.1
64
Ibid
dalam pemilihan tenaga kerja yang akan digunakannya. Proses tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan ada pula yang melalui suatu lembaga atau
pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Selain itu bagian pekerjaan yang dapat
penerima sekurangnya sama dengan yang ada diperusahaan pemberi kerja, serta
Istilah yang dipakai adalah perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa
jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Dari perumusan Pasal 64 tersebut di
65
Pasal 64, 65, dan 66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan
66
Aloysius Uwiyono, Op.cit.,
Pasal 65. Pengaturan perjanjian pemborongan pekerjaan dalam Pasal 65 ini terdapat
kejanggalan. Hal ini tercermin dalam Pasal 65 (2b) yang menentukan bahwa
dalam ayat (1) harus memenuhi syarat bahwa pekerjaan itu harus dilakukan dengan
perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan.67 Perusahaan penyedia
jasa pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan
Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat
67
Ibid.,
68
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm.226.
1. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerjaan buruh dari perusahaan
penyedia jasa.
2. Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana maksud huruf
a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa sehingga
perlindungan, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan
yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
otonomie.69
yaitu “Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak di
kenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam
pihak lain terlebih dahulu akan mengadakan suatu perjanjian kerja, baik dalam bentuk
yang sederhana dalam bentuk lisan ataupun dibuat secara formal dalam bentuk
tertulis. Semua upaya tersebut dibuat untuk maksud perlindungan dan kepastian hak
dan kewajiban masing-masing pihak. Hubungan kerja sebagai realisasi dari perjanjian
69
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005) hal. 9
keamanan yang bertujuan memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan serta
kewajiban para pihak yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Juga mengatur
berapa kebutuhan jumlah personil satuan pengamanan (satpam) yang dibutuhkan oleh
perusahaan pengguna jasa untuk mengamankan wilayah kerja dan asset perusahaan
pengguna jasa tersebut. Perjanjian kerjasama jasa pengamanan mengikat kedua belah
pihak yang sepakat melakukan pekerjaan dan apabila salah satu pihak tidak
Pengaturan hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja. Suatu kontrak kerja dibuat dalam bahasa Indonesia
dan dalam hal kontrak kerja dengan pihak asing, maka dibuat dalam bahasa Indonesia
70
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bagian Pertama Hubungan Kerja, PPAKRI, (Jakarta:
Bhayangkara, 1986), hal. 9
persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Subekti
persetujuan yang tertulis. Perjanjian merupakan hal yang mendasar dari dibuatnya
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
orang”.71
hukum dari kedua belah pihak. Kontrak haruslah dipatuhi oleh kedua belah pihak
baik sebagai pedoman pelaksanaan, serta alat pengawasan maupun pemenuhan hak
serta kewajiban para pihak. Hal ini berarti pula bahwa sesuatu yang diluar kontrak,
misalnya suatu resiko yang harus ditanggung oleh salah satu pihak dalam
melaksanakan pekerjaan yang disepakati, tidaklah serta merta dapat menjadi dasar
suatu klaim.72
KUHPerdata maka kontrak menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu kontrak lisan dan tertulis. Kontrak lisan adalah kontrak atau perjanjian yang
71
Subekti, Op.Cit, hal. 86
72
I wayan Jawat , Loc. Cit
dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak. Dengan
Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk
tulisan. Kontrak ini dibagi menjadi beberapa macam, yaitu dalam bentuk akta
dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat
dan ditandatangani oleh para pihak, sedangkan akta otentik merupakan akta yang
perjanjian tertulis yang dibuat dibawah tangan. Perjanjian tertulis yang dibuat
dibawah tangan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk
tulisan yang disepakati oleh dua pihak yang sepakat untuk saling mengikatkan dirinya
dalam perjanjian tersebut. Perjanjian dibawah tangan memiliki ciri khas sebagai
berikut :75
Pada dasarnya isi dan bentuk standar perjanjian yang dibuat dalam melakukan
kegiatan perjanjian kerjasama jasa pengamanan adalah kebebasan para pihak untuk
73
Salim H.S (4), Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 28
74
Ibid, hal. 29
75
http://irmadevita.com/2012/perbedaan-akta-otentik-dengan-surat-di-bawah-tangan/ di akses
pada hari selasa, 21 Juni 2016
membuatnya yang berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak. Hal ini diatur dalam
Buku III KUHPerdata mengenai hukum perjanjian yang menganut asas kebebasan
perjanjian yang berisi apa saja. Asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan yang berlaku, asas kebebasan berkontrak itu berpangkal pada adanya
Nusantara dan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah berbentuk perjanjian
tertulis yang mana perjanjian itu dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak yang
terlibat di dalamnya yang awalnya sesuai dengan penerapan asas konsensualisme dan
asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian. Dimana keinginan para pihak yaitu PT.
GBN dan PT. IIKI dituangkan dalam perjanjian tersebut dan tidak ada pihak yang
perjanjian otentik ataupun perjanjian baku yang ditetapkan oleh salah satu pihak
Karbonik Indonesia yang merupakan salah satu klien yang menggunakan jasa dari
PT. Garda Bhakti Nusantara bahwa: “Perjanjian antara PT. Garda Bhakti Nusantara
76
Salim H.S (3), Op.Cit, Hal. 9
tangan. Dimana ada beberapa permintaan dari pihak PT. Ikaindo Industri Karbonik
Indonesia yang harus dipenuhi oleh PT. Garda Bhakti Nusantara dan harus di
Selain memiliki perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan
perusahaan pengguna jasa, PT. GBN juga mengikat tenaga kerja (tenaga
(PKWT).
(membuat perjanjian). Kecuali orang yang belum dewasa, dibawah pengampuan, dan
orang-orang tertentu yang dilarang dalam undang-undang. Hal ini diatur dalam Pasal
1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian yang salah satunya
kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak
dan kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut sebagai
debitur sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban tersebut adalah
kreditur.
77
Wawancara dengan Bapak Hartono, HR & GA PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia,
hari Selasa, 14 Juni 2016
Selain orang-perorangan, para pihak dalam perjanjian bisa juga terdiri dari
badan hukum. Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum yang dapat menjadi
salah satu pihak atau kedua pihak dalam perjanjian. Kedua-duanya merupakan subyek
hukum, yaitu pihak-pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum dan pihak-pihak
yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh
suatu badan hukum akan mengikat badan hukum tersebut sebagai sebuah entitas legal
(legal entity). Meskipun perbuatan hukum itu diwakili oleh pemimpinnya (Direktur
dalam Perseroan Terbatas), namun perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan
hukum itu secara perorangan, melainkan mewakili perusahaan sebagai legal entity.78
kerugian bagi pihak yang lain, maka pihak yang dirugikan itu dapat menuntut
a. Orang
Dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak atau subyek di dalam
hukum. Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai
dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan
(seperti misalnya dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam kandungan,
asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.
b. Badan Hukum
Di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan juga
memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia.
badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan
78
Rido, R. Ali, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni , 2001), hal. 54
79
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003) hal. 19-21
sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya,
dapat digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.
Dalam hukum perdata telah lama diakui bahwa suatu badan hukum (sebagai
suatu subyek hukum mandiri; persona standi in judicio) dapat melakukan perbuatan
kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi perbuatan
hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Mengingat wujudnya
adalah badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum
pengamanan antara PT. GBN sebagai penyedia jasa pengamanan dengan perusahaan
a. Pihak Pertama
Badan hukum baik perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) atau
perusahaan swasta.
b. Pihak Kedua
PT. Garda Bhakti Nusantara, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
instansi-instansi yang dapat bekerja sama dengannya. Tidak hanya perusahaan swasta
yang bergerak di berbagai bidang pekerjaan ada juga perusahaan badan usaha milik
negara (BUMN) yang memakai jasa pengamanan dari PT. GBN lebih kurang ada 50
(lima puluh) perusahaan baik itu perusahaan swasta yang bergerak di berbagai bidang
pekerjaan dan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang menggunakan
rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu
Nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima
oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu
pekerjaan.
Pada perjanjian kerjasama antara PT. GBN sebagai perusahaan penyedia jasa
keamanan dan PT. IIKI sebagai perusahaan pengguna jasa mengatur mengenai :
a. Uraian para pihak, menjelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan
para pihak dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk
dan atas nama perusahaan tersebut sesuai akta pendirian perusahaan
80
Hasil penelitian pada PT. Garda Bhakti Nusantara, tanggal 20 Oktober 2016
81
I Wayan Jawat, Op. Cit, hal.2
Perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan PT. IIKI
mengatur mengenai uraian para pihak, nama perusahaan, siapa yang mewakili dari
perusahaan tersebut, apa bidang pekerjaan perusahaan tersebut dan dimana alamat
yang bekerjasama, apakah akan dikirim via email atau ke alamat perusahaan.
Perjanjian kerjasama jasa pengamanan ini juga mengatur mengenai jangka waktu
pelaksanaan dari perjanjian, nilai kontrak yang telah disepakati antara para pihak,
Selain hal diatas, perjanjian kerjasama jasa pengamanan antara PT. GBN dan
PT. IIKI ini juga mengatur mengenai cara pembayaran yang disepakati para pihak,
apakah ditransfer atau berbentuk giro, kemudian mengatur juga mengenai addendum,
wanprestasi dan force majeure diatur jelas dalam perjanjian kerjasama jasa
pengamanan.
perjanjian dengan sempurna dan secara sukarela. Namun adakalanya salah satu pihak
dalam perjanjian mengingkari terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati
bersama tersebut. Terhadap keingkaran dari salah satu pihak memberi hak pada pihak
lain untuk memaksakan pelaksanaan prestasi kepada debitur. Tentunya tidak dengan
cara main hakim sendiri (eagen richting). Umumnya pemaksaan prestasi harus
para pihak untuk menentukan periode pemenuhan prestasi dan kontraprestasi atas
kewajiban dan hak yang timbul dalam suatu perjanjian. Para pihak tentunya sudah
dapat berakhir karena jangka waktu yang diatur dalam perjanjian telah berakhir/lewat
dapat berakhir apabila jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian telah lewat
waktu. Namun, dalam hal sebagian kualifikasi tentang hapusnya suatu perikatan
terpenuhi, tidak serta merta mengakhiri perjanjian dimaksud. Hal ini dikarenakan
menimbulkan hak baginya untuk menuntut suatu hal dari pihak lain dan pihak lainnya
82
Salim H.S (4), Op. Cit, hal. 175
83
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1977) hal. 107
selaku perusahaan penyedia jasa pengamanan dengan PT. Ikaindo Industri Karbonik
a. Para Pihak sepakat bahwa jangka waktu Perjanjian ini adalah untuk masa 12
(dua belas) bulan.
b. Jika Pihak Pertama akan memperpanjang waktu Perjanjian, maka Pihak
Pertama yang mengajukan perpanjangan dan memberitahukan maksudnya
tersebut secara tertulis kepada Pihak Kedua yaitu 1 (satu) bulan sebelum
jangka waktu Perjanjian berakhir. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan
dalam kurun waktu yang telah disepakati bersama, maka dengan sendirinya
perjanjian kerjasama diperpanjang dengan durasi yang sama.
c. Dalam hal Para Pihak akan menghentikan jangka waktu Perjanjian, maka
pihak yang mengajukan penghentian akan memberitahukan maksudnya
tersebut secara tertulis kepada pihak yang lain yaitu 1 (satu) bulan sebelum
jangka waktu Perjanjian berakhir.
84
Subekti, Op. Cit, hal. 2
mengakhiri perjanjian yang dibuat dengan seketika apabila pihak PT. Garda Bhakti
yang telah ditentukan dalam perjanjian tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut dapat
diakhiri apabila pihak PT. IIKI melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah
ditentukan dalam perjanjian yang telah dibuat dan disepakati. Sampai saat ini PT. GBN
yang telah diperjanjikan oleh para pihak yang membuat perjanjian, agar perjanjian itu
dapat mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa adanya pelaksanaan
Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam suatu perjanjian itu disebut dengan
prestasi. Prestasi adalah segala sesuatu hak yang wajib dipenuhi atau dilaksanakan
oleh seorang debitur dalam suatu perjanjian. Menurut Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata,
85
P.N.H Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999),
hal. 337
semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Jadi, pelaksanaan perjanjian
hal-hal yang tegas dinyatakan dalam perjanjian saja, tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-
antara PT. GBN sebagai penyedia jasa satuan pengamanan dan PT. IIKI sebagai
pengguna jasa dimana PT. GBN menyediakan tenaga kerja satuan pengamanan sesuai
yang dibutuhkan oleh PT. IIKI untuk menjaga keamanan dan asset perusahaan di
Tanggung jawab mengenai upah, pemberian jaminan sosial atau asuransi dan
sanksi berada pada PT. GBN selaku penyedia jasa satuan pengamanan namun
tenaga kerja satuan pengamanan ditempatkan atau bekerja dalam hal ini adalah PT.
kewajibannya dan menerima hak sesuai yang diatur dalam perjanjian kerjasama.
Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya maka akan dikenakan sanksi.
Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. GBN dan PT. IIKI ini
sampai sekarang belum ditemui kendala berarti yang sampai mengganggu kemitraan
antara kedua perusahaan. Namun terlepas dari itu, kendala-kendala kecil tetap ada
yang umumnya berkaitan dengan proses pelaksanaan kerja oleh tenaga kerja yang
ditempatkan pada unit kerja PT. IIKI seperti terlambat masuk kerja, pertengkaran
1. Ruang lingkup perjanjian ini adalah penyediaan jasa pengamanan oleh Pihak
Kedua yang teknis pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian ini.
2. Kegiatan operasional dari tenaga security dalam melaksanakan jasa
pengamanan, disesuaikan dengan standar operasional prosedur Pihak Pertama
yang disetujui Pihak Kedua.
Isi dari Pasal diatas tertuang dalam perjanjian kerjasama antara PT. GBN dan
PT. IIKI, dimana ruang lingkup pelaksanaan perjanjian kerjasama ini adalah
penyediaan jasa pengamanan oleh Pihak Kedua (PT. GBN) untuk ditempatkan atau
yang akan dilakukan oleh tenaga pengamanan akan mengikuti standar operasional
prosedur dari Pihak Pertama (PT. IIKI) selaku pengguna jasa pengamanan.
86
Wawancara dengan Bapak Hartono, HR & GA PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia,
Hari Selasa, 14 Juni 2016
Dalam ketentuan umum ini diatur juga mengenai pelaksanaan kerja oleh
kedua belah pihak antara lain mengenai Pihak Kedua (PT. GBN) yang wajib
menyediakan dan menempatkan tenaga pengamanan sesuai dengan jadwal dan lokasi
penempatan (PT. IIKI). Kemudian mengenai Pihak Pertama (PT. IIKI) yang
1. Tenaga Security mengalami sakit yang harus istirahat total berdasarkan surat
ketetapan dari Dokter.
2. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan kriminal.
3. Tenaga Security terbukti melakukan tindakan asusila.
4. Tenaga Security tidak cakap dalam melaksanakan tugas, dibuktikan dengan
evaluasi penilaian kinerja yang dilakukan dan disetujui oleh Para Pihak.