Anda di halaman 1dari 26

REKAP TANYA JAWAB KELOMPOK 2

Anggota kelompok

1. Mochammad Rendi Faris Asvahani (1860402231033)


2. Achmad Fatichul Ichsan (1860402231034)

1. Pertanyaan Sof Meta Kia Pemula (1860402231021)


Apakah ada risiko yang terkait dengan investasi dalam mudharabah perbankan syariah? Jika
ada, apa saja?
Jawaban
 Melayani Dwi Ayu Afianty (1860402231011)
Investasi dalam mudharabah perbankan syariah memiliki risiko seperti investasi pada
umumnya. Beberapa risiko yang terkait dengan mudharabah perbankan syariah meliputi:
Risiko Bisnis: Kinerja bisnis perusahaan yang menjadi mitra dalam mudharabah dapat
mempengaruhi hasil investasi.
Risiko Pengelolaan: Kualitas manajemen perusahaan mitra dalam mengelola dana dapat
berdampak pada hasil investasi.
Risiko Likuiditas: Ada risiko ketidakmampuan untuk mencairkan investasi dengan cepat,
terutama jika dana diinvestasikan dalam proyek jangka panjang.
Risiko Keuangan: Fluktuasi pasar, perubahan kebijakan, dan kondisi ekonomi bisa
berdampak pada hasil investasi.
Risiko Hukum: Perubahan peraturan atau hukum yang berkaitan dengan perbankan
syariah dapat mempengaruhi investasi dalam mudharabah
Penting untuk melakukan riset yang cermat dan memahami karakteristik investasi
mudharabah serta risiko yang terkait sebelum melakukan investasi.
 Kelompok 2
Jawaban
Ya, ada risiko yang terkait dengan investasi dalam mudharabah perbankan syariah,
meskipun prinsip-prinsip yang mendasarinya berbeda dengan investasi konvensional.
Beberapa risiko yang mungkin terkait dengan mudharabah perbankan syariah meliputi:
a. Risiko Usaha (Business Risk): Mudharabah melibatkan pembagian keuntungan dan
kerugian antara pihak yang berinvestasi (shahibul maal) dan pihak yang mengelola usaha
(mudharib). Risiko usaha mencakup kemungkinan kerugian yang timbul dari operasi
bisnis yang tidak berhasil atau kondisi pasar yang buruk.
b. Risiko Manajemen (Management Risk): Risiko ini terkait dengan kemampuan dan
keahlian manajemen dalam mengelola investasi secara efektif. Kinerja manajemen dapat
mempengaruhi hasil investasi dan pembagian keuntungan antara pihak-pihak yang
terlibat.
c. Risiko Kredit (Credit Risk): Meskipun mudharabah tidak melibatkan pinjaman seperti
dalam sistem konvensional, risiko kredit tetap ada karena mudharabah melibatkan pihak
yang menginvestasikan modal (shahibul maal) dan pihak yang mengelola usaha
(mudharib). Ada risiko default jika pihak mudharib tidak mampu memenuhi
kewajibannya.
d. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk): Ini merujuk pada kemampuan bank untuk
mengonversi investasi mudharabah menjadi uang tunai dengan cepat jika diperlukan.
Risiko likuiditas mungkin muncul jika bank menghadapi kesulitan dalam menjual atau
menutup investasi mudharabah untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak.
e. Risiko Hukum dan Kepatuhan (Legal and Compliance Risk): Risiko ini terkait dengan
perubahan peraturan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dalam praktik
perbankan mudharabah. Pelanggaran terhadap aturan syariah atau peraturan hukum dapat
menyebabkan konsekuensi hukum dan reputasi yang serius bagi bank.
f. Risiko Moral (Moral Hazard): Risiko ini timbul ketika pihak mudharib kurang
bertanggung jawab karena mereka tidak memiliki kepentingan langsung dalam modal
yang diinvestasikan. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku kurang hati-hati atau risiko
yang lebih tinggi yang diambil oleh pihak mudharib.
Penting untuk diingat bahwa setiap jenis investasi, termasuk dalam mudharabah
perbankan syariah, melibatkan risiko tertentu. Investor perlu memahami risiko-risiko ini
dan melakukan evaluasi yang cermat sebelum membuat keputusan investasi.
 Nehayatul Fitriya (1860402231035)
Ada, Investasi dalam Mudharabah perbankan syariah memiliki resiko:
1.Konflik kepentingan
2.resiko keamanan
3.resiko nilai tukar
4.resiko kredit
 Faza Rima Choiriyah (1860402231030)
Ya, ada beberapa risiko yang terkait dengan investasi dalam mudharabah perbankan
syariah, seperti:
1. Risiko Usaha: Kegagalan usaha yang dijalankan oleh pihak yang mengelola modal
dapat menyebabkan kerugian bagi pihak yang menyediakan modal.
2. Risiko Kredit: Risiko bahwa pihak yang mengelola usaha tidak dapat mengembalikan
modal dan keuntungan kepada pihak yang menyediakan modal sesuai dengan
kesepakatan.
3. Risiko Pasar: Fluktuasi pasar dan perubahan kondisi ekonomi yang tidak terduga dapat
mempengaruhi kinerja investasi dan hasil yang diperoleh.
4. Risiko Likuiditas: Keterbatasan likuiditas dalam investasi dapat menyulitkan pihak
yang menyediakan modal untuk menarik kembali investasinya jika diperlukan.
5. Risiko Hukum dan Syariah: Risiko bahwa investasi tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah atau terdapat pelanggaran terhadap hukum yang berlaku.
6. Risiko Manajemen: Kegagalan manajemen dalam mengelola investasi secara efektif
dapat mengakibatkan kerugian bagi kedua pihak yang terlibat.
7. Risiko Reputasi: Adanya risiko bahwa kegagalan atau skandal dalam investasi
mudharabah dapat merusak reputasi institusi perbankan syariah dan mempengaruhi
kepercayaan masyarakat.
8. Risiko Moral: Risiko bahwa salah satu pihak memanfaatkan situasi untuk keuntungan
pribadi tanpa memperhatikan kepentingan bersama.

2. Pertanyaan Jwala Kartika Julla ( 1860402231002 )


Bagaimana manfaat dan resiko yang berhubungan dengan Mudharabah perbankan?
Jawaban
 Aulia Rahman Fuadi (1860402231004)
Izin menjawab
Beberapa manfaat dan risiko yang terkait dengan Mudharabah perbankan:
Manfaat:
- Bagi hasil yang adil:Keuntungan dibagi antara pemilik modal dan pengelola modal sesuai
dengan kesepakatan awal.
- Diversifikasi investasi: Mudharabah memungkinkan pemilik modal untuk berinvestasi
dalam berbagai proyek atau bisnis.
- Mendorong kemitraan: Memungkinkan pengusaha dan investor untuk bekerja sama dalam
proyek yang saling menguntungkan.
- Pembagian risiko: Risiko dalam Mudharabah dibagi antara kedua belah pihak sesuai dengan
proporsi modal yang mereka investasikan.
Risiko:
- Kesulitan menilai kinerja:Pemilik modal mungkin sulit menilai kinerja pengelola modal
karena kurangnya transparansi atau informasi yang disediakan.
- Risiko bisnis: Kinerja bisnis yang buruk atau kegagalan proyek dapat mengakibatkan
kerugian bagi kedua belah pihak.
- Kesulitan dalam pengelolaan risiko: Pengelola modal mungkin tidak memiliki kemampuan
atau pengetahuan yang cukup untuk mengelola risiko dengan baik.
-Konflik kepentingan:Terjadi potensi konflik kepentingan antara pemilik modal dan
pengelola modal, terutama jika tujuan dan strategi investasi tidak sejalan.
 Mashlahatul Hidayah (1860402231012)
Izin menjawab
Manfaat: Mudharabah dalam perbankan adalah menawarkan alternatif perbankan
konvensional berbasis bunga, mengedepankan nilai-nilai etika dan moral dalam transaksi
keuangan.
Resiko :Mudharabah melibatkan risiko operasional yang berkaitan dengan pengelolaan dana,
seperti penipuan, penggelapan, dan salah urus.

 Kelompok 2
menjawab
Berikut adalah manfaat dan risiko yang terkait dengan mudharabah perbankan:

Manfaat Mudharabah Perbankan:


1. Bagi Pemilik Modal (Shahibul Maal):
- Bagi Hasil: Pemilik modal berpotensi mendapatkan keuntungan yang berasal dari hasil
usaha.
- Diversifikasi Portofolio: Memungkinkan pemilik modal untuk mendiversifikasi
portofolio investasi mereka dengan berpartisipasi dalam berbagai proyek atau usaha.
- Pembiayaan Sesuai Prinsip Syariah: Memungkinkan pemilik modal untuk berinvestasi
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah tanpa melibatkan riba atau bunga.
2. Bagi Pengelola Usaha (Mudharib):
- Akses Modal:* Mudharabah memberikan akses kepada pengelola usaha untuk
mendapatkan modal tanpa harus membayar bunga.
- Pendanaan Sesuai Syariah: Sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang melarang riba,
mudharabah memberikan alternatif pembiayaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Risiko Mudharabah Perbankan:


1. Risiko Usaha (Business Risk):
- Risiko kerugian akibat kinerja usaha yang buruk atau kondisi pasar yang tidak
menguntungkan.
2. Risiko Kredit (Credit Risk):
- Risiko gagal bayar dari pihak mudharib yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik
modal.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk):
- Risiko kesulitan mengambil kembali modal investasi karena keterbatasan likuiditas.
4. Risiko Moral (Moral Hazard):
- Risiko perilaku kurang hati-hati atau risiko yang lebih tinggi yang diambil oleh pihak
mudharib karena mereka tidak memiliki kepentingan langsung dalam modal yang
diinvestasikan.
5. Risiko Hukum dan Kepatuhan (Legal and Compliance Risk):
- Risiko pelanggaran terhadap aturan syariah atau peraturan hukum yang dapat
menyebabkan konsekuensi hukum dan reputasi yang serius bagi bank atau lembaga
keuangan.
Penting untuk diingat bahwa baik pemilik modal maupun pengelola usaha perlu memahami
manfaat dan risiko yang terkait dengan mudharabah perbankan sebelum melakukan transaksi
atau investasi. Selain itu, transparansi, kepatuhan hukum, dan pengelolaan risiko yang efektif
merupakan faktor penting untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat dari
model pembiayaan ini.

3. Pertanyaan Siti Muyassaroh (1860402231020)


Bagaimana hukum syariah mengatur tentang penggunaan dana mudharabah untuk investasi ?
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Dalam hukum syariah, penggunaan dana mudharabah untuk investasi diatur dengan prinsip
bahwa nasabah (investor) menyediakan modal dan bank (pengelola) bertanggung jawab
untuk mengelola dana tersebut dalam usaha yang halal. Hasil dari investasi kemudian dibagi
sesuai dengan kesepakatan bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya antara nasabah dan
bank.
4. Pertanyaan Siska Ananda Natasa (1860402231019)
Bagaimana mekanisme mudharabah dalam perbankan syariah?
Jawaban
 Wanda Kusuma Wardani(1860402231001)
menjawab
Mekanisme mudharabah dalam perbankan syariah melibatkan dua pihak, yaitu pemilik modal
(shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Pemilik modal memberikan modal kepada
pengelola dana, yang kemudian mengelola usaha dengan modal tersebut. Hasil keuntungan
yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan 80%
bagi pengelola dana (mudharib). Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya)
dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besarkecilnya
perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi
 Nehayatul Fitriya (1860401231035)
Mekanisme mudharabah dalam perbankan syariah melibatkan dua pihak utama: shahib maal
(pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana). Langkah-langkah utama dalam mekanisme
mudharabah:
1.pembiayaan awal
2.perjanjian
3.pengelolaan dana
4.bagi hasil
5.akhir periode
6.penutupan
7.transparansi dan akuntabilitas
8.prinsip syariah
5. Pertanyaan Aulia Rahman Fuadi (1860402231004)
Apa perbedaan antara akad tabarru' dan akad tijarah dalam konteks keuangan Islam, dan
bagaimana keduanya dapat diterapkan dalam praktik ekonomi syariah?
Jawaban
 Kelompok 2
menjawab
Perbedaan antara akad tabarru' dan akad tijarah dalam konteks keuangan Islam terletak pada
sifat dan tujuan dari masing-masing akad tersebut:
1. Akad Tabarru':
- Definisi: Akad tabarru' adalah perjanjian yang melibatkan pemberian atau sumbangan dari
satu pihak kepada pihak lain tanpa mengharapkan imbalan yang spesifik dalam bentuk
keuntungan materi.
- Tujuan: Tujuan utama dari akad tabarru' adalah berbagi risiko dan memperoleh manfaat
spiritual atau kemanfaatan sosial tanpa motif komersial.
- Contoh Penerapan: Contoh akad tabarru' adalah polis asuransi syariah, di mana peserta
membayar premi untuk mendapatkan perlindungan dari risiko tertentu seperti kematian atau
sakit, namun tidak ada jaminan imbalan materi yang pasti. Premi yang dibayarkan oleh
peserta digunakan untuk membayar klaim atas kerugian yang dialami oleh peserta lain dalam
skema asuransi.
2. Akad Tijarah:
- Definisi: Akad tijarah adalah perjanjian yang melibatkan pertukaran barang atau jasa
antara dua pihak dengan tujuan memperoleh keuntungan materi.
- Tujuan: Tujuan utama dari akad tijarah adalah untuk mendapatkan keuntungan materi atau
finansial melalui transaksi jual beli atau penyediaan jasa.
- Contoh Penerapan: Contoh akad tijarah adalah transaksi jual beli dalam ekonomi syariah,
di mana barang atau jasa ditukar dengan imbalan yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Contoh lainnya adalah akad murabahah, di mana penjual membeli barang atas permintaan
pembeli dan kemudian menjualnya kembali dengan harga yang telah disepakati sebelumnya
yang mencakup keuntungan.
Dalam praktik ekonomi syariah, kedua akad tersebut dapat diterapkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan keuangan dan sosial masyarakat Muslim. Akad tabarru' dapat digunakan
untuk memberikan perlindungan dan manfaat sosial kepada individu atau kelompok yang
membutuhkan, sementara akad tijarah dapat digunakan untuk melakukan transaksi bisnis
yang sah dan menghasilkan keuntungan materi bagi pelaku ekonomi syariah. Penting untuk
memahami prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang terkait dengan masing-masing akad agar
dapat diterapkan secara benar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Pertanyaan Hanifah Dwi Kusumaningrum (1860402231029)
Bagaimana Mudharabah dapat mendukung pembiayaan proyek-proyek ekonomi dan
pengembangan usaha?
Jawaban
Kelompok 2
Menjawab
Pembiayaan mudharabah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pelaku usaha, seperti
UMKM, dengan membantu meningkatkan ekosistem berwirausaha, memberdayakan usaha
mikro dan menengah, menyediakan dana guna peningkatan usaha masyarakat, meningkatkan
produktivitas dan lapangan kerja, dan menyediakan pendistribusian penghasilan yang adil
dan stabilitas ekonomi yang bagus.

7. Pertanyaan Annisa' 'aidhotul a. (1860402231028)


Bagaimana perbankan syariah memastikan adanya keadilan dalam pembagian keuntungan
dan kerugian antara nasabah dan bank dalam Mudharabah?
Jawaban
Kelompok 2
Menjawab
Perbankan syariah memastikan keadilan dalam pembagian keuntungan dan kerugian dengan
menerapkan berbagi keuntungan dan kerugian, yang berarti keuntungan dan kerugian dibagi
antara bank dan nasabahnya

Dalam pembiayaan mudharabah, keuntungan dan kerugian dibagi antara bank dan
nasabahnya, yang berarti nasabah tidak bertanggung jawab atas kerugian

8. Pertanyaan Sawwaz Dliyaul Haq (1860402231047)


Apakah dalam akad Mudharabah ada dampak negatifnya atau positifnya?

Jawaban
 Annisa' Aidhotul (186040223028)
Izin menjawab:
Ada beberapa dampak yaitu :
Dampak positif:
1. Bagi pihak bank, Mudharabah dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan melalui
pembagian keuntungan dengan nasabah.
2. Mudharabah dapat mendorong pengembangan ekonomi, karena bank memberikan dana
kepada pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka.
3. Mudharabah dapat menjadi sarana bagi nasabah untuk memperoleh pembiayaan tanpa
harus membayar bunga, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Dampak negatif:
1. Risiko default dari pihak nasabah merupakan salah satu dampak negatif dalam
Mudharabah. Jika usaha yang didanai mengalami kerugian atau gagal, nasabah dapat
kehilangan modalnya dan bank tidak akan mendapatkan keuntungan.
2. Terdapat risiko moral hazard, di mana nasabah mungkin tidak memiliki insentif yang kuat
untuk mengelola usaha dengan baik karena mereka tidak menanggung risiko kerugian
sepenuhnya.
3. Terdapat risiko informasi asimetris, di mana bank mungkin tidak memiliki informasi yang
cukup tentang usaha yang didanai oleh nasabah sehingga sulit untuk memantau dan
mengelola risiko dengan baik.
 Wanda Kusuma Wardani (1860402231001)
Izin menjawab
Ada, yaitu
1. Risiko yang ada dalam investasi mudharabah, seperti risiko bahwa pembiayaan yang telah
diberikan tidak akan dikembalikan atau tidak akan mendapatkan bagi hasil yang diharapkan.
2. Mudharabah memungkinkan pemilik dana untuk mengambil bagi hasil yang lebih besar
jika usaha yang dijalankan oleh mudharib berhasil
9. Pertanyaan Moch Mukmin Fauzi (1860402231007)
Apa tanggung jawab dan peran masing-masing pihak dalam kontrak Mudharabah, yaitu bank
dan pemilik modal?
Jawaban
 Sawwaz Dliyaul Haq 1860402231047
Dalam akad mudharabah, kedua belah pihak memiliki tanggung jawabnya masing-masing.
Shahibul mal sebagai pihak yang memiliki modal bertanggung jawab atas risiko yang akan
terjadi, sedangkan mudharib sebagai pihak yang mengelola modal bertanggung jawab atas
pelaksanaan pengelolaan modal tersebut.
10. Pertanyaan Hanifah Dwi Kusumaningrum (1860402231029)
Apa risiko-risiko yang terkait dengan Mudharabah dan bagaimana mengelolanya dalam
konteks keuangan syariah?
11. Pertanyaan Hanifah Dwi Kusumaningrum (1860402231029)
Bagaimana Mudharabah berbeda dari akad-akad keuangan konvensional, seperti pinjaman
dengan bunga?
12. Jwala Kartika Julla ( 1860402231002 )
Jelaskan contoh nyata dalam melaksanakan prinsip kerja Mudharabah
Jawaban
 Wanda Kusuma Wardani 1860402231033
Izin menjawab
Salah satu contoh nyata dalam melaksanakan prinsip kerja Mudharabah adalah ketika seorang
investor menyetor modalnya ke bank untuk dijalankan dalam skema Mudharabah. Bank
sebagai pengelola modal akan menggunakan dana tersebut untuk berbagai investasi yang
halal dan menguntungkan. Keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut akan dibagi
antara investor (pemilik modal) dan bank (pengelola modal) sesuai dengan kesepakatan awal.
Misalnya, seorang investor menyetor modal sebesar Rp 100 juta ke bank untuk diinvestasikan
melalui akad Mudharabah. Bank sebagai mudharib menggunakan dana tersebut untuk
berbagai proyek yang menghasilkan keuntungan. Setelah periode tertentu, total keuntungan
yang diperoleh adalah Rp 30 juta. Berdasarkan kesepakatan awal nisbah bagi hasil 70:30,
maka investor akan menerima Rp 21 juta (70% dari keuntungan) dan bank akan menerima Rp
9 juta (30% dari keuntungan).
13. Pertanyaan Jihan Wulandari ( 1860402231016 )
Dalam perbankan syariah bagaimana proses penyelesaian akad mudharabah jika terjadi
masalah atau kerugian?
14. Jihan Wulandari ( 1860402231016 )
Apa perbedaan antara mudharabah dan musyarakah dalam perbankan syariah?
15. Nehayatul Fitriya (1860402231035)
Bagaimana jika terjadi kerugian dalam Mudharabah dan siapa yang akan menanggungnya?
16. Pertanyaan Mochammad Rifki Maulana (1860402231010)
bagaimana jika si pemilik modal meninggal dunia di tengah proses akad Mudharabah?
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Jika pemilik modal meninggal dunia di tengah proses akad Mudharabah, maka harta yang
dimilikinya akan menjadi bagian dari warisannya. Waris kemudian akan memutuskan apakah
akan melanjutkan atau mengakhiri akad Mudharabah tersebut sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disepakati sebelumnya atau mengikuti hukum waris yang berlaku.
17. Pertanyaan Siti Muyassaroh (1860402231020)
Bagaimana contoh kasus kegagalan mudharabah di perbankan syariah dan bagaimana
penyelesaiannya?
Jawaban
 (Adinda Nur Fitriani 1860402231026)
Izin Menjawab
Beberapa contoh penyebab kegagalan mudharabah di perbankan syariah antara lain:
1. Kurangnya pengelolaan usaha yang baik dan efisien oleh mudharib sehingga
mengakibatkan kerugian.
2. Ketidaksesuaian antara rencana usaha dan kenyataan di lapangan.
3. Faktor eksternal seperti perubahan pasar atau kondisi ekonomi yang tidak terduga.
4. Kurangnya transparansi dan komunikasi antara pemilik modal dan pengelola modal.
Untuk penyelesaiannya, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan
1. Evaluasi Usaha: Melakukan evaluasi terhadap usaha yang didanai dengan mudharabah
untuk mengetahui penyebab kegagalan dan mencari solusi yang tepat.
2. Renegosiasi Kesepakatan: Pihak pemilik modal dan pengelola modal dapat melakukan
renegosiasi terhadap kesepakatan awal untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
3. Pembagian Kerugian: Sesuai dengan prinsip mudharabah, kerugian dalam usaha bersama
harus dibagi antara pemilik modal dan pengelola modal sesuai dengan kesepakatan awal.
4. Pembinaan dan Pendampingan: Memberikan pembinaan dan pendampingan kepada
pengelola modal untuk meningkatkan keterampilan manajerial dan pengelolaan usaha.
5. Penyelesaian Secara Musyawarah: Jika terjadi perselisihan antara pemilik modal dan
pengelola modal, penyelesaiannya dapat dilakukan melalui musyawarah dan mediasi untuk
mencapai kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak.
18. Faza Rima Choiriyah (1860402231030)
Apakah ada batasan atau pembatasan dalam akad mudharabah terkait dengan jenis usaha atau
sektor yang dapat dilakukan?
19. Moch Mukmin Fauzi (1860402231007)
Bagaimana risiko diidentifikasi, dikelola, dan dibagikan dalam Mudharabah?
20. Rifadina nur azizah (1860402231025)
Bagaimana mekanisme bagi hasil dalam Mudharabah?
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Mekanisme bagi hasil dalam Mudharabah didasarkan pada kesepakatan awal antara pihak
pemilik modal dan pengelola usaha. Setelah usaha berjalan dan menghasilkan keuntungan,
keuntungan tersebut akan dibagi sesuai dengan persentase yang telah disepakati sebelumnya
antara kedua pihak. Bagi hasil bisa berbeda-beda tergantung pada perjanjian, namun
umumnya pemilik modal mendapatkan sebagian keuntungan (misalnya 70%) dan pengelola
usaha mendapatkan sisanya (misalnya 30%).
 Annisa Aidhotul (1860402231028)
Izin menjawab :
Berikut adalah mekanisme umum bagi hasil dalam Mudharabah:
1. Kesepakatan Pembagian Keuntungan
2. Modal Awal
3. Pengelolaan Usaha
4. Pembagian Keuntungan
5. Pembagian Kerugian
21. Pertanyaan Wanda Kusuma Wardani (1860402231001)
apa saja dokumen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan akad mudharabah di perbankan
syariah?
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Dokumen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan akad mudharabah di perbankan syariah
antara lain:
1. Perjanjian akad mudharabah yang mencantumkan detail persetujuan dan syarat-syarat
akad.
2. Identitas pihak-pihak yang terlibat, seperti KTP atau identitas lainnya.
3. Rencana usaha atau proposal bisnis yang akan dibiayai dengan dana mudharabah.
4. Dokumen-dokumen pendukung lainnya sesuai kebutuhan, seperti rekening bank dan surat-
surat legalitas usaha.
 Nikmah Harissatur (1860402231032)
Dokumen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan akad mudharabah di perbankan syariah
dapat bervariasi tergantung pada kebijakan bank dan jenis usaha yang akan didanai.
1. Perjanjian Mudharabah: Dokumen ini berisi detail tentang persetujuan antara Shahibul Mal
dan Mudharib, termasuk pembagian keuntungan, tanggung jawab, dan kewajiban masing-
masing pihak.
2. Profil Usaha/Mudharib:Dokumen ini berisi informasi tentang profil bisnis atau individu
yang akan menjalankan usaha, termasuk pengalaman, kualifikasi, dan rencana usaha.
3. Profil Shahibul Mal: Dokumen ini berisi informasi tentang profil investor atau pemilik
modal, termasuk sumber dana dan kemampuan untuk berinvestasi.
4. Rencana Bisnis: Dokumen ini menjelaskan rencana operasional dan keuangan bisnis yang
akan didanai melalui akad mudharabah, termasuk proyeksi pendapatan, biaya, dan strategi
pengelolaan risiko.
5. Laporan Keuangan: Dokumen ini mencakup laporan keuangan terbaru dari Mudharib atau
bisnis yang akan didanai, seperti laporan laba rugi, neraca, dan arus kas.
6. Dokumen Legalitas: Dokumen ini bisa mencakup izin usaha, sertifikat kepemilikan, dan
dokumen-dokumen lain yang menegaskan legalitas bisnis dan kepemilikan.
7. Dokumen Jaminan (Opsional):Terkadang, bank syariah dapat meminta jaminan dalam
bentuk agunan atau surat jaminan lainnya sebagai perlindungan terhadap risiko default atau
kerugian.
8. Dokumen Identitas Dokumen identifikasi pribadi dari pihak-pihak yang terlibat, seperti
KTP atau paspor.
22. Nikmah Harissatur Robbiyah (1860402231032)
Bagaimana mekanisme kerja mudharabah dalam perbankan syariah?
23. Mochammad Rifki Maulana (1860402231010)
apakah boleh akad Mudharabah memakai jaminan?
 Wanda Kusuma Wardani 1860402231001
Izin menjawab
Dalam akad Mudharabah, penggunaan jaminan tidak umum atau dianjurkan. Ulama klasik
berpendapat bahwa lembaga jaminan dalam transaksi Mudharabah tidak diperlukan karena
transaksi ini didasarkan pada sikap saling membutuhkan antara pihak-pihak yang terlibat.
Transaksi Mudharabah didasarkan pada kepercayaan dan kerjasama antara pemilik modal
(shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), sehingga penggunaan jaminan tidak
seharusnya menjadi bagian dari akad ini. Dalam prinsip Mudharabah, kepercayaan dan
kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu,
penggunaan jaminan dalam akad Mudharabah tidak dianjurkan karena dapat merusak prinsip
saling membutuhkan dan kepercayaan yang menjadi dasar dari transaksi ini.
24. Pertanyaan Adinda Nur Fitriani (1860402231026)
Bagaimana cara menghitung bagi hasil dalam mudharabah?
Jawaban
 rifadina nur azizah (1860402231025 )
izin menjawab
Dalam mudharabah, bagi hasil dihitung berdasarkan kesepakatan antara pihak yang
memberikan modal (shahibul maal) dan pihak yang mengelola modal (mudharib). Biasanya,
pembagian hasil dilakukan berdasarkan persentase yang telah disepakati sebelumnya.
Misalnya, jika shahibul maal menyediakan 70% modal dan mudharib menyediakan 30%
modal, maka keuntungan akan dibagi sesuai dengan proporsi tersebut.
25. Mashlahatul Hidayah (1860402231012)
Bagaimana mekanisme kerja mudharabah di perbankan syariah
26. Siti Muyassaroh (1869402231020)
Bagaimana proses akuntansi untuk transaksi mudharabah di perbankan syariah?
27. Siska Ananda Natasa (1860402231019)
Bagaimana proses penyelesaian akhir dari transaksi mudharabah jika terjadi kerugian?
28. Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
apa ada hukum khusus di indonesia tentang mudharabah selain dari al quran?
Jawaban
 Kafin As’adul Mubarok (1860402231013)
Di Indonesia, hukum tentang mudharabah juga diperinci dalam berbagai peraturan
perundang-undangan selain dari Al-Quran. Salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatur prinsip-prinsip dasar dan praktik
perbankan syariah, termasuk prinsip mudharabah. Selain itu, terdapat juga peraturan-
peraturan turunan dan panduan dari otoritas yang berwenang seperti Bank Indonesia yang
mengatur lebih lanjut mengenai praktik mudharabah di Indonesia.
29. Moch Mukmin Fauzi (1860402231007)
Bagaimana bank-bank syariah mengelola konflik kepentingan dalam pelaksanaan
Mudharabah?
30. Nabila Kamila Navia (1860402231023)
Sebutkan peran masing-masing pihak dalam akad mudharabah.
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Dalam akad mudharabah, peran masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Pihak pemilik modal (shahib al-mal): Menyediakan modal untuk diinvestasikan dalam
usaha.
2. Pihak pengelola (mudharib): Bertanggung jawab atas pengelolaan modal dan usaha, serta
berusaha untuk mencapai keuntungan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
 Nikmah Harissatur (1860402231032)
Dalam akad mudharabah, terdapat dua pihak utama yang memiliki peran yang berbeda:
1. Shahibul Mal: Ini adalah pihak yang menyediakan modal atau modal untuk usaha. Dalam
konteks bisnis, ini bisa menjadi investor, pemilik modal, atau pihak yang memiliki dana
untuk diinvestasikan. Shahibul Mal memiliki hak atas bagian dari keuntungan yang
dihasilkan dari usaha tersebut, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Mereka juga
bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi, tetapi kerugian yang mereka
tanggung terbatas pada jumlah modal yang mereka investasikan.
2. Mudharib: Ini adalah pihak yang menggunakan modal yang disediakan oleh Shahibul Mal
untuk menjalankan usaha atau proyek. Mudharib dapat menjadi pengelola, pengusaha, atau
individu yang menyediakan tenaga kerja, keahlian, atau upaya untuk menghasilkan
keuntungan dari usaha tersebut. Mudharib bertanggung jawab atas pengelolaan usaha sehari-
hari dan berusaha untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal dari modal yang mereka
terima. Mereka juga berpotensi untuk menerima bagian yang lebih besar dari keuntungan,
sesuai dengan kesepakatan awal, sebagai imbalan atas usaha dan keterampilan yang mereka
sumbangkan.
31. Pertanyaan Rismaida Choiriatus Zahro (1860402231005)
Apa saja Keuntungan Mudharabah?
Jawaban
 Johan Prasetyo (1860402231014)
Izin menjawab
Para pihak dalam mudharabah akan mendapatkan bagian dari keuntungan sesuai dengan
kesepakatan awal. Hal ini memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk meraih
profit tanpa harus menanggung seluruh risiko secara individu.
32. Siska Ananda Natasa (1860402231019)
Bagaimana mudharabah dapat menjadi instrumen yang mendukung pengembangan usaha dan
ekonomi berbasis syariah?
Jawaban
 Adinda Nur Fitriani (1860402231026)
Izin menjawab
1. Pemberian Modal: Dalam mudharabah, pemilik modal (shahibul maal) memberikan modal
kepada pengelola modal (mudharib) untuk digunakan dalam kegiatan usaha. Hal ini dapat
membantu pengusaha yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya.
2. Pembagian Risiko: Dalam mudharabah, risiko usaha dibagi antara pemilik modal dan
pengelola modal sesuai dengan kesepakatan awal. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko
yang harus ditanggung oleh salah satu pihak secara penuh, sehingga mendorong
pengembangan usaha tanpa beban risiko yang terlalu besar.
3. Peningkatan Akses Modal: Dengan adanya mudharabah, pengusaha yang memiliki ide
bisnis yang bagus tetapi terbatas dalam hal modal dapat memperoleh akses modal dari
pemilik modal. Hal ini dapat membantu meningkatkan akses modal bagi pengusaha kecil dan
menengah untuk mengembangkan usahanya.
4. Pembagian Keuntungan: Dalam mudharabah, keuntungan dari usaha bersama dibagi
berdasarkan kesepakatan sebelumnya antara pemilik modal dan pengelola modal. Hal ini
dapat memberikan insentif bagi kedua belah pihak untuk bekerja sama secara optimal dalam
mengembangkan usaha.
5. Penerapan Prinsip Syariah: Mudharabah merupakan akad yang sesuai dengan prinsip
syariah Islam, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan dengan menggunakan akad
mudharabah akan terhindar dari transaksi ribawi dan sesuai dengan prinsip keadilan dan
keberkahan.
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Mudharabah dapat menjadi instrumen yang mendukung pengembangan usaha dan ekonomi
berbasis syariah dengan cara memberikan akses modal bagi pelaku usaha yang
membutuhkan, serta mendorong kemitraan antara pemilik modal dan pengelola usaha untuk
menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan adil sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
33. Pertanyaan Johan Prasetyo (1860402231014)
Bagaimana bank syariah menjamin keamanan dan keberlangsungan investasi dana
mudarabah?
Jawaban
 Nurun Nilna Muna (1860402231003)
Izin menjawab
Bank syariah memastikan keamanan dan keberlangsungan investasi dana dalam akad
Mudharabah melalui beberapa cara, di antaranya:
a. pemilihan usaha yang potensial
b. Penilaian resiko
c. Pengelolaan resiko
d. Transparansi
34. Pertanyaan Nurun Nilna Muna (1860402231003)
Dalam akad tabarru' bagaimana lembaga perbanka syariah mengambil keuntungan bila mana
syariah yang di anut tidak mencari keuntungan?
Jawaban
 Faza Rima Choiriyah (1860402231030)
Dalam akad tabarru', lembaga perbankan syariah mengambil keuntungan melalui sistem bagi
hasil. Prinsip ini memungkinkan bank syariah untuk mendapatkan keuntungan tanpa
melibatkan praktik riba yang diharamkan dalam Islam. Bank syariah menggunakan akad
mudharabah sebagai salah satu jenis akad yang umum digunakan dalam pembiayaan
perbankan syariah. Dalam mudharabah, bank sebagai pemilik dana dan nasabah sebagai
pengelola dana berbagi keuntungan dan risiko sesuai dengan nisbah yang disepakati
sebelumnya
Keuntungan bank syariah berasal dari investasi yang dilakukan dan dibagi dengan nasabah
berdasarkan kesepakatan awal. Besarnya keuntungan bank tergantung pada efektivitas
operasional bank dan kinerja riil usaha yang dijalankan. Bank syariah juga mengambil
keuntungan lebih besar pada produk pembiayaan dengan risiko tinggi
Dengan prinsip bagi hasil, bank syariah tidak hanya mendapatkan keuntungan tetapi juga
turut menanggung risiko bersama nasabah. Pembagian keuntungan antara bank dan nasabah
ditentukan sejak awal melalui persentase nisbah yang telah disepakati. Akad mudharabah
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan dana dan memungkinkan bank untuk
memperoleh laba wajar sesuai dengan prinsip syariah.
35. Pertanyaan Nikmah Harissatur Robbiyah (1860402231032)
Apa resiko yang ditanggung bank dalam mudharabah?
 RIFADINA NUR AZIZAH 1860402231025
MENJAWAB
Dalam mudharabah, bank bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), sehingga resiko
yang ditanggung bank meliputi:
1. Risiko kerugian modal: Jika usaha yang didanai mengalami kerugian, bank akan
kehilangan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.
2. Risiko operasional: Bank bertanggung jawab atas manajemen dan operasional usaha,
sehingga harus menanggung risiko terkait dengan pelaksanaan dan efisiensi operasional.
3. Risiko likuiditas: Bank mungkin mengalami kesulitan mendapatkan kembali modalnya
secara cepat jika diperlukan, terutama jika investasi tidak likuid.
4. Risiko reputasi: Kerugian atau kegagalan dalam usaha yang didanai dapat merusak reputasi
bank di mata masyarakat atau pelanggan.
 Siti Muyassaroh (186040231020)
Dalam perjanjian mudharabah, bank (sebagai rabbul mal atau pemilik modal) menanggung
beberapa risiko tertentu, yang antara lain meliputi:
1. Risiko Kerugian Modal: Jika usaha yang dibiayai mengalami kerugian, bank sebagai
pemilik modal akan menanggung kerugian tersebut sesuai dengan proporsi pembiayaannya.
Dalam prinsip mudharabah, hanya pemilik modal yang menanggung risiko kerugian
finansial, sedangkan pengelola (mudharib) kehilangan upaya dan waktunya.
2. Risiko Penyalahgunaan Dana: Ada risiko bahwa dana yang diserahkan kepada pengelola
(mudharib) dapat disalahgunakan atau tidak digunakan sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui.
3. Risiko Kinerja: Risiko terkait dengan kinerja pengelola (mudharib) dalam menjalankan
usaha. Kinerja yang buruk dapat mengakibatkan kerugian bagi bank sebagai pemilik modal.
4. Risiko Likuiditas: Bank mungkin menghadapi risiko likuiditas jika pengembalian investasi
dari mudharabah tidak sesuai dengan jadwal atau dana tidak dapat dikembalikan tepat waktu
sesuai dengan kebutuhan likuiditas bank.
5. Risiko Pasar: Fluktuasi pasar dan perubahan kondisi ekonomi dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha yang dibiayai mudharabah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
pengembalian investasi bank.
6. Risiko Pematuha: Ada risiko bahwa produk atau aktivitas pembiayaan mudharabah tidak
sepenuhnya mematuhi prinsip syariah, yang dapat menyebabkan sanksi atau kerugian
reputasi bagi bank.
Bank melakukan berbagai upaya untuk mengelola dan memitigasi risiko-risiko ini, seperti
melakukan due diligence yang menyeluruh sebelum menyetujui pembiayaan, memantau
aktivitas usaha yang dibiayai secara berkala, dan memastikan kesesuaian praktik usaha
dengan prinsip syariah.
36. Pertanyaan rifadina nur azizah (1860402231025)
Bagaimana proses penyelesaian kontrak Mudharabah jika terjadi perselisihan?
Jawaban
 Siti Muyassaroh (1860402231020)
Dalam kontrak mudharabah, perselisihan dapat terjadi antara pemilik modal (rabbul mal) dan
pengelola (mudharib) terkait dengan pembagian keuntungan, pengelolaan dana, atau masalah
lainnya. Proses penyelesaian kontrak mudharabah jika terjadi perselisihan biasanya meliputi
langkah-langkah berikut:
1. Negosiasi Langsung: Langkah pertama yang disarankan dalam menyelesaikan perselisihan
adalah melalui negosiasi langsung antara kedua belah pihak. Kedua pihak mencoba
menemukan solusi yang saling menguntungkan melalui diskusi dan kompromi.
2. Mediasi: Jika negosiasi langsung tidak menghasilkan kesepakatan, kedua pihak dapat
beralih ke mediasi. Mediator, yang merupakan pihak ketiga netral, akan membantu kedua
belah pihak mencapai kesepakatan. Mediator tidak membuat keputusan, tetapi membantu
komunikasi antara kedua pihak untuk menemukan solusi.
3. Arbitrase: Jika mediasi tidak berhasil, kedua pihak dapat sepakat untuk menggunakan
arbitrase, di mana satu atau lebih arbitrator (yang dipilih oleh kedua belah pihak atau
diangkat oleh lembaga arbitrase) akan membuat keputusan mengenai perselisihan. Keputusan
arbitrator biasanya final dan mengikat kedua belah pihak.
4. Pengadilan Syariah: Jika semua cara di atas tidak berhasil, atau jika salah satu pihak
memilih untuk tidak menggunakan jalur alternatif penyelesaian sengketa, maka perselisihan
dapat dibawa ke pengadilan syariah. Pengadilan akan membuat keputusan berdasarkan
prinsip syariah dan hukum yang berlaku.
Selama proses penyelesaian perselisihan, sangat penting bagi kedua belah pihak untuk
mempertahankan komunikasi yang baik dan berusaha menemukan solusi yang adil dan
berbasis prinsip syariah. Penting juga untuk merujuk pada ketentuan dalam akad mudharabah
yang telah disepakati sejak awal, yang seringkali mencakup klausa tentang cara penyelesaian
sengketa.
37. Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
apa mudharabah bisa dicurangi?
Jawaban
 Kafin As’adul Mubarok (1860402231013)
Seperti halnya dengan jenis transaksi keuangan lainnya, praktik mudharabah juga memiliki
potensi untuk dicurangi jika tidak dijalankan dengan integritas yang tinggi dan pengawasan
yang ketat. Beberapa contoh penipuan dalam mudharabah mungkin termasuk penyampaian
informasi palsu tentang hasil usaha atau penggunaan dana secara tidak sesuai dengan
kesepakatan. Namun, dengan penerapan kontrol internal yang ketat dan pengawasan yang
baik, risiko penipuan dalam mudharabah dapat diminimalkan.
 Helena Reka Yulianda (1860402231017)
Izin menjawab
Ya, mudharabah bisa dicurangi. contoh kecurangan yang bisa terjadi dalam mudharabah:
1. Penyelewengan dana:
Pengelola dana menggunakan dana mudharabah untuk kepentingan pribadi, bukan untuk
usaha yang disepakati.
Pengelola dana membuat laporan keuangan palsu untuk menyembunyikan keuntungan atau
kerugian.
2. Penyalahgunaan dana:
Pengelola dana menggunakan dana mudharabah untuk investasi yang tidak disepakati.
Pengelola dana memberikan pinjaman kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pemilik dana.
3. Ketidakjujuran dalam pembagian keuntungan:
Pengelola dana tidak membagi keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
Pengelola dana menyembunyikan sebagian keuntungan.
4. Kelalaian:
Pengelola dana tidak mengelola dana dengan hati-hati dan menyebabkan kerugian.
Pengelola dana tidak melakukan due diligence terhadap usaha yang akan dibiayai.
38. Pertanyaan Cheril Hidayati Nurmala (1860402231024)
Bagaimana kesesuaian antara PSAK 105 tahun 2007 dengan fatwa DSN MUI mengenai
Mudharabah?
Jawaban
 Della kusuma wardani (1860402231008)
Izin menjawab
PSAK 105 tahun 2007 mengenai akuntansi mudharabah dan sukuk mudharabah merupakan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
Indonesia. Di sisi lain, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI (Majelis Ulama
Indonesia) mengenai mudharabah mencakup panduan syariah untuk transaksi tersebut.
Kesesuaian antara PSAK 105 dan fatwa DSN MUI pada dasarnya menunjukkan sejalan atau
tidaknya implementasi praktik akuntansi dengan prinsip-prinsip syariah. PSAK 105
dirancang untuk memastikan bahwa penyajian laporan keuangan mencerminkan transaksi
mudharabah sesuai dengan standar akuntansi yang diakui. Sementara itu, fatwa DSN MUI
memberikan panduan syariah yang harus diikuti dalam praktik pelaksanaan mudharabah.
Kesesuaian ini penting agar pelaporan keuangan mencerminkan transparansi dan kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah. Pengusaha dan entitas keuangan yang terlibat dalam
mudharabah diharapkan untuk memahami dan menerapkan kedua kerangka kerja tersebut
agar sesuai dengan aturan akuntansi konvensional dan syariah.
 Siti aulia (1860402231009)
Izin menjawab
Kesesuaian antara PSAK 105 dan fatwa DSN MUI mengenai mudharabah dapat bervariasi,
tergantung pada interpretasi dan implementasi masing-masing pihak. PSAK 105 didasarkan
pada prinsip-prinsip akuntansi keuangan yang umum diterima, sedangkan fatwa DSN MUI
didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam.Penting untuk mencatat bahwa PSAK 105 dan
fatwa DSN MUI dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
perusahaan atau lembaga keuangan yang menerapkan mudharabah sebagai bagian dari
kegiatan mereka harus selalu memperbarui pengetahuan dan kepatuhan mereka terhadap
perubahan dalam peraturan dan panduan yang berlaku.
39. Pertanyaan Nabila Kamila Navia (1860402231023)
Bagaimana pembagian keuntungan dalam akad mudharabah di perbankan syariah?
Jawaban
 Della kusuma wardani (1860402231008)
Izin menjawab
Dalam akad mudharabah di perbankan syariah, pembagian keuntungan dilakukan
berdasarkan kesepakatan awal antara pihak yang menyertakan modal (shahibul maal) dan
pihak yang mengelola modal (mudharib). Prinsip-prinsip pembagian keuntungan dalam
mudharabah melibatkan beberapa aspek:
1. Kesepakatan Awal: Kedua belah pihak sepakat pada persentase pembagian keuntungan
yang akan diterapkan. Kesepakatan ini dapat bersifat tetap atau dapat berubah sepanjang
waktu berdasarkan perjanjian.
2. Proporsi Modal: Pembagian keuntungan didasarkan pada proporsi modal yang disertakan
oleh masing-masing pihak. Pihak yang menyertakan modal akan mendapatkan bagian dari
keuntungan sesuai dengan besar modal yang mereka kontribusikan.
3. Kesetaraan Risiko: Jika terjadi kerugian, risiko tersebut juga dibagi sesuai dengan
kesepakatan proporsi modal awal. Ini menunjukkan adanya kesetaraan dalam pembagian
keuntungan dan kerugian.
4. Adil dan Transparan: Pembagian keuntungan harus dilakukan secara adil dan transparan.
Informasi mengenai hasil usaha dan keuntungan harus tersedia untuk semua pihak yang
terlibat.
Dengan demikian, pembagian keuntungan dalam mudharabah mencerminkan keterlibatan
aktif pihak yang mengelola modal dan kesetaraan risiko antara kedua belah pihak sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
40. Pertanyaan Nabila Kamila Navia (1860402231023)
Berikan contoh penerapan akad mudharabah dalam kehidupan sehari-hari.
Jawaban
 Nikmah Harissatur (1860402231032)
Usaha warung makan, seorang investor menyediakan modal untuk membuka warung makan,
sedangkan seorang koki atau pengelula restoran beratnggung jawab atas operasional sehari
hari. Kemudian keuntungan nya dibagi sesuai kesepakatan awal antara kedua belah pihak
 Cheril Hidayati Nurmala (1860402231024)
Contoh penerapan Mudharabah dalam kehidupan:
Seseorang menyediakan modal untuk membuka usaha bersama dengan seorang mitra yang
memiliki keahlian dalam bidang tertentu, seperti restoran, toko, atau usaha lainnya.
Keuntungan dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan awal, di mana si
pemilik modal (shahib al-mal) berperan sebagai investor dan mitra (mudharib) bertanggung
jawab atas manajemen dan operasional sehari-hari.
41. Pertanyaan Nabila Kamila Navia (1860402231023)
Bagaimana proses penyelesaian mudarabah jika terjadi kerugian?
Jawaban
 Adinda Nur Fitriani (1860402231026 )
Izin Menjawab
Proses penyelesaian mudharabah jika terjadi kerugian biasanya melibatkan beberapa langkah
sebagai berikut:
1. Pembagian Kerugian: Sesuai dengan prinsip mudharabah, kerugian dalam usaha bersama
harus dibagi antara pemilik modal dan pengelola modal sesuai dengan kesepakatan awal.
Pembagian kerugian ini dilakukan berdasarkan persentase keuntungan yang telah disepakati
sebelumnya. Misalnya, jika dalam kesepakatan awal disebutkan bahwa pemilik modal
mendapatkan 70% dari keuntungan dan pengelola modal mendapatkan 30%, maka
pembagian kerugian juga dilakukan berdasarkan proporsi tersebut.
2. Evaluasi Usaha: Dilakukan evaluasi terhadap usaha yang mengalami kerugian untuk
mengetahui penyebabnya. Evaluasi ini dapat melibatkan pihak internal maupun pihak
eksternal yang ahli dalam bidang usaha tersebut.
3. Renegosiasi Kesepakatan: Jika kerugian yang terjadi signifikan dan memerlukan
penyesuaian terhadap kesepakatan awal, pemilik modal dan pengelola modal dapat
melakukan renegosiasi untuk menyesuaikan pembagian keuntungan di masa depan.
4. Pendampingan dan Pembinaan: Memberikan pendampingan dan pembinaan kepada
pengelola modal untuk meningkatkan keterampilan manajerial dan strategi usaha agar dapat
mengurangi risiko kerugian di masa depan.
5. Pemecahan Sengketa: Jika terjadi perselisihan antara pemilik modal dan pengelola modal
terkait dengan penyelesaian kerugian, penyelesaiannya dapat dilakukan melalui musyawarah,
mediasi, atau arbitrase sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
42. Pertanyaan Siti aulia (1860402231009)
Apa saja prinsip-prinsip mudhorobah?
Jawaban
 Aulia Rahman Fuadi (1860402231004)
Izin menjawab
Prinsip-prinsip utama Mudharabah adalah sebagai berikut:
- Kepemilikan Modal: Ada dua pihak dalam Mudharabah, yaitu pemilik modal (rab ul mal)
dan pengelola modal (mudharib). Pemilik modal menyediakan modal, sementara pengelola
modal menyediakan keterampilan atau usaha untuk mengelola modal tersebut.
- Bagi Hasil: Keuntungan dari usaha bersama dibagi antara pemilik modal dan pengelola
modal sesuai dengan kesepakatan awal. Pembagian keuntungan harus adil dan sesuai dengan
proporsi modal yang diberikan oleh masing-masing pihak.
- Risiko dan Kerugian: Risiko dalam Mudharabah dibagi antara kedua belah pihak sesuai
dengan proporsi modal yang mereka investasikan. Jika usaha mengalami kerugian, pemilik
modal akan menanggung kerugian sesuai dengan proporsi modalnya.
- Transparansi dan Keterbukaan: Terdapat keharusan untuk transparansi dan keterbukaan
dalam semua transaksi dan kegiatan yang terkait dengan Mudharabah.
 Johan Prasetyo (1860402231014)
1. Kesepakatan antara kedua belah pihak: Mudharabah harus didasari oleh kesepakatan antara
pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola modal (mudharib) mengenai pembagian
keuntungan dan kerugian.
2. Modal yang jelas: Pemilik modal harus menyediakan modal yang jelas dan mudharib harus
memberikan kontribusi dalam bentuk pengelolaan dan keahlian bisnis.
3. Pembagian keuntungan dan kerugian: Keuntungan dari usaha mudharabah harus dibagi
sesuai dengan kesepakatan awal antara kedua belah pihak. Begitu juga dengan kerugian,
harus ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
43. Pertanyaan Maulana fauzy anwar (1860402231006)
Tindakan apa yang dilakukan jika si pemilik modal meninggal dunia ditengah proses akad
mudharabah berlangsung?
Jawaban
 Della kusuma wardani (1860402231008)
Izin menjawab
Jika pemilik modal dalam akad mudharabah meninggal dunia, maka akad mudharabah
tersebut batal. Modal serta keuntungan yang ada akan diberikan kepada ahli waris dari
pemilik modal tersebut. Hal ini karena akad mudharabah didasarkan pada kerjasama,
kepercayaan, dan saling menguntungkan antara pemilik modal dan pebisnis.
Namun, penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan penasihat hukum atau keuangan yang
berpengalaman dalam hukum syariah untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rinci dan
sesuai dengan situasi
 Nurun Nilna Muna (1860402231003)
Izin menjawab
Jika pemilik modal dalam akad Mudharabah meninggal dunia, beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh bank syariah adalah sebagai berikut:
1. melanjutkan akad dengan ahli waris
2. Penyelesaian akad
3. Pembagian hasil sisa usaha
4. Pembayaran kompensasi
44. Pertanyaan Della kusuma wardani (1860402231008)
Bagaimana jika nasabah murobah tidak mampu melunasi kewajibannya
Jawaban
 Annisa Eka Ramadhani (1860402231027)
menjawab
Bank dan nasabah dapat bernegosiasi untuk mengubah ketentuan pembayaran atau jadwal
pembayaran agar lebih sesuai dengan kemampuan keuangan nasabah.
 Nabila Kamila Navia (1860402231023)
menjawab
Jika seorang nasabah murobah tidak mampu melunasi kewajibannya, solusi yang mungkin
termasuk restrukturisasi pembayaran, perpanjangan jangka waktu, atau negosiasi pembayaran
yang lebih fleksibel. Solusi alternatif meliputi penjualan kembali aset dengan harga yang
wajar atau pembagian kerugian yang adil antara kedua belah pihak.
 Annisa Eka Ramadhani (1860402231027)
izin menjawab
Dengan cara Penyelesaian akad: Bank dan ahli waris si pemilik modal mungkin akan
memutuskan untuk menyelesaikan akad mudharabah yang sedang berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. Ini bisa meliputi pembagian laba atau kerugian
sesuai dengan kesepakatan awal.
45. Pertanyaan Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
bila sudah terjadi akad mudharabah apa boleh dibatalkan di tengah jalan?
Jawaban
 Cheril Hidayati Nurmala (1860402231024)
Dalam Islam, akad adalah perjanjian yang diikat oleh kedua belah pihak secara sukarela dan
disepakati dengan jelas. Dalam akad mudharabah, bank dan mitra usaha (mudharib) sepakat
untuk berbagi keuntungan dari suatu proyek dengan bank menyediakan modal dan mudharib
menyediakan kerja dan keahlian. Pembatalan akad mudharabah di tengah jalan tidak
dianjurkan karena bertentangan dengan prinsip keadilan dan kepastian hukum.
Namun, terdapat beberapa situasi di mana pembatalan akad mudharabah dapat
dipertimbangkan, antara lain:
1. Kesepakatan Bersama: Jika kedua belah pihak sepakat untuk membatalkan akad karena
alasan tertentu yang disepakati bersama.
2. Keharusan Hukum: Jika terjadi pelanggaran serius terhadap syarat-syarat akad atau adanya
keadaan darurat yang mengharuskan pembatalan untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
3. Kehendak Kedua Belah Pihak: Jika kedua belah pihak setuju untuk mengakhiri kerjasama
mereka dalam mudharabah karena alasan-alasan tertentu yang diakui oleh hukum Islam.

Pembatalan akad mudharabah harus dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak dan
sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang berlaku, serta memperhatikan hak dan kewajiban
masing-masing pihak dalam mengakhiri kerjasama mereka.
46. Pertanyaan Mellyana Dwi Ayu Afianty (1860402231011)
Apa peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam mudharabah perbankan?
Jawaban
 Fajar Dzikri Ardiansyah (1860402231022)
Dalam mudharabah perbankan, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1. Pihak pemilik modal (shahib al-mal): Menyediakan modal untuk diinvestasikan dalam
usaha dan berisiko atas kerugian modal.
2. Pihak pengelola (mudharib): Bertanggung jawab atas pengelolaan modal dan usaha, serta
berusaha untuk mencapai keuntungan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
 Nurun Nilna Muna (1860402231003)
Izin menjawab
Dalam akad Mudharabah dalam perbankan syariah, terdapat dua pihak utama yang terlibat,
yaitu:
1. Shahib al-Maal (Pemilik Modal):
- peran:Pemilik modal menyediakan modal awal yang digunakan untuk investasi atau usaha
tertentu.
- tanggung Jawab:
- Menyediakan modal awal sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.
- Menanggung kerugian atas modal yang disediakan, kecuali jika kerugian disebabkan
oleh kelalaian atau pelanggaran hukum dari pihak pengelola dana.
- Menerima pembagian keuntungan sesuai dengan persentase yang telah disepakati
sebelumnya.

2. Mudharib (Pengelola Dana):


- Peran:
Pengelola dana bertanggung jawab atas pengelolaan dan operasional usaha atau investasi
yang didanai menggunakan modal pemilik.
- Tanggung Jawab:
- Mengelola dana atau modal dengan penuh kehati-hatian dan memperoleh manfaat yang
maksimal.
- Menjalankan usaha atau investasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan kesepakatan
yang telah ditetapkan.
- Bertanggung jawab atas segala keputusan yang diambil dalam pengelolaan usaha atau
investasi, termasuk keputusan investasi, pengeluaran modal, dan strategi operasional.
- Membagi keuntungan sesuai dengan persentase yang telah disepakati, setelah memotong
bagian dari keuntungan sebagai imbalan atas pengelolaan dan operasional yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai