Anda di halaman 1dari 26

KEEFEKTIFITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK


MENINGKATKAN SIKAP KOOPERATIF PADA SISWA SMA

oleh
Akhyana Arham

2100001118

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah


metodologi penelitian kuantitatif

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2023/2024

1
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN ........................................................................................................2
A. Latar Belakang .....................................................................................................2
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................5
D. Rumusan Masalah ................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian..................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................6
BAB II ..........................................................................................................................7
LANDASAN TEORI....................................................................................................7
A. Deskripsi Teoritik ..............................................................................................7
1. Layanan Bimbingan Kelompok .....................................................................7
2. Teknik Assertive Training............................................................................11
3. Sikap Kooperatif...........................................................................................13
C. Kerangka Berpikir ...........................................................................................18
D. Hipotesis Penelitian .........................................................................................19
BAB III .......................................................................................................................20
METODE PENELITIAN ...........................................................................................20
A. Jenis Penelitian ................................................................................................20
B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................21
D. Variabel Penelitian...........................................................................................21
G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data..........................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan

pendidikan seseorang akan mendapatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan

kepribadian untuk mengembangkan potensi diri mereka sehingga bisa berkontribusi

pada kemajuan bangsa. Sekolah juga berfungsi sebagai tempat atau lingkungan

sosial diman remaja berinteraksi dengan teman, guru dan orang lain. Diharapkan

siswa bisa bekerjasama dengan orang lain untuk membentuk interaksi yang baik.

Pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam mengembangkan kemampuan dan

membentuk pribadi siswa yang berkualitas dan berprestasi tinggi, tugas utama

sekolah adalah mempersiapkan siswa supaya dapat mencapai hasil kemampuan

terbaik mereka. Siswa yang telah mencapai kemampuannya yang baik akan

ditunjukkan melalui hasil belajar mereka. Untuk mendapatkan hasil belajar yang

baik, siswa harus memiliki kemampuan asertif dan kooperatif, salah satu

keterampilan yang dibutuhkan dalam kelas atau aktifitas belajar berkelompok, agar

mereka dapat mencapai hasil belajar terbaik.

Pengalaman dan cara pandang yang sempit dapat menghilangkan hambatan

mental dengan sikap kerjasama atau kooperatif. Kelompok kecil dapat bekerja sama

untuk menjadi lebih mandiri, tanggung jawab, percaya terhadap orang lain,

mengeluarkan pendapat dan membuat keputusan yang bijak. Kerjasama adalah

kegiatan berkelompok yang terjadi antara makhluk hidup yang kita kenal (Lewis

Thomas dan Elaine B Johnson 2014). Kerjasama juga dikenal sebagai beljar bersama

atau berkelompok dimana orang orang bekerja sama dan bergantung satu sama lain

untuk menjapai sustu tujuan.

3
Namun kenyataannya saat ini adalah kerjasama siswa yang belum

teroptimalkan, berdasarkan pengamatan (observasi) yang dilakukan peneliti di SMA

Muhammadiyah 1 Sleman terdapat beberapa masalah terkait sikap kooperatif ini

seperti (1) kerjasama antar siswa yang sudah mulai luntur, (2) siswa yang sibuk

dengan diri sendiri dan gadget tanpa mempedulikan temannya yang membutuhkan

bantuan, (3) banyaknya siswa yang tidak menghargai temannya saat menyampaikan

pendapat. Masalah tersebut muncul karna diri sendiiri atau pun dari luar. Dalam

situasi ini konselor atau guru di sekolah diharapkan memberikan bantuan layanan

bimbingan kelompok.

Untuk meningkatkan kerjasama antar siswa, layanan bimbingan kelompok

digunakan untuk membantu siswa baik individu maupun kelompok memecahkan

masalah mereka. Layanan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuak

kepada individu atau kelompok yang mencakup informasi, pengerahan,

pengembangan diri, dan penyebaran dan menerimaan pendapat orang lain untuk

meningkatkan potensi diri. Bimbingan kelompok dilakukan dalam empat tahap:

tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Menurut

Bahri (2020), Guru bimbingan memiliki akses terhadap berbagai layanan konseling

untuk mendukung pembelajaran siswa. Ada beberapa layanan yang tersedia bagi

siswa, semuanya bertujuan membantu mereka dalam berbagai aspek perjalanan

pendidikan mereka.

Siswa akan dibantu dalam memecahkan masalah pribadinya dengan

bimbingan kelompok, yang akan membantu mereka berkembang dengan lebih baik.

Bimbingan kelompok adalah jenis layanan yang melibatkan berbagai metode atau

pendekatan untuk mencapai tujuan pelaksanaan layanan. Teknik pelatihan assertif

adalah salah satu teknik penting dalam menerapkan layanan bimbingan kelompok

4
yang sesuai untuk masalah ini. Menurut Willis (2019, p.72) berpendapat bahwa

pelatihan asertif adalah suatu teknik yang dikhususkan untuk menolong individu

yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan isi perasaannya. Menurut Corey

Assertive training bisa ditetapkan terutama pada situasi interpersonal dimana

individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau

menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar.

Teknik pelatihan asertif adalah terapi perilaku yang bertujuan untuk

membantu orang menjdi lebih mandiri dan lebih kuat. Tujuannya adalah untuk

mengajarkan orang-orang bagaimana cara untuk mengidentifikasi dan bertindak

sesuai kebutuhan, hasrat, dan pendapat mereka sambil tetap menghargai orang lain.

Teknik asertif ini juga merupakan keterampilan dan sikap yang dapat

mengembangkan atau melatih kemampuan seseorang untuk menyampaikan

pendapat, pikiran, perasaan, keinginan, dan kebutuhannya dengan percaya diri serta

dapat berhubungan baik dan menghargai orang lain. Dengan demikian, teknik asertif

ini bisa digunakan sebagai pendekatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

sikap kooperatif siswa yang belumteroptimalkan.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah masalah internal yang

bertujuan untuk mengidentifikasi siswa dengan sikap kooperatif yang rendah.

Masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Ditemukan siswa yang sikap kooperatif nya belum teroptimalkan

2. Ditemukan siswa yang sibuk sendiri tanpa menghargai orang lain, tidak

mengahargai pendapat atau masukan orang lain

5
3. Belum adanya bukti kuat mengenai keefektifan teknik assertive training

dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap kooperatif

siswa.

4. Sikap kooperatif atau kerjasama dapat ditingkatkan melalui pemberian

layanan BK, seperti layanan bimbingan kelompok.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai topik dan permasalahan

yang dihadapi, maka pembatasan masalah penelitian ini adalah “Efektivitas Teknik

Assertive Training dalam Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap

Kooperatif atau Kerjasama Siswa SMA”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah,

dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah layanan bimbingan

kelompok teknik assertive training efektif untuk meningkatkan sikap kooperatif?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui

keefektifan teknik assertive training dalam bimbingan kelompok untuk siswa sekolah

menengah, denga fokus khusus pada dampaknya terhadap peningkatan sikap

kooperatif.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

6
1. Manfaat secara teoritis

Menambah wawasan teori yang ada sehingga dapat mengembangkan disiplin

ilmu bimbingan dan konseling.. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya,

khususnya terkait layanan bimbingan kelompok teknik assertive training untuk

meningkatkan sikap kooperatif. Hasil penelitian akan memberikan informasi tentang

keefektifan layanan bimbingan kelompok teknik assertive training untuk

mningkatkan sikap kooperatif dan referensi untuk melakukan layanan bimbingan dan

konseling yang tepat.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan sikap kooperatif dan bisa lebih aktif lagi dalam mengikuti

kegiatan layanan bimbingan kelompok

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan guru BK mampu merencanakan

dan melaksanakan layanan bimbingan kelompok teknik assertive training untuk

meningkatkan sikap kooperatif serta dapat menjadi bahan masukan bagi guru BK

yang akan melakukan layanan konseling terhadap siswa yang kurang aktif atau

memiliki sikap kooperatif yang rendah.

c. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam pelaksanaan

layanan bimbingan kelompok dengan teknik assertive untuk meningkatkan sikap

kooperatif siswa. Dan penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dalam usaha

penyusunan dan melaksanakan layanan bimbingan kelompok teknik assertive untuk

7
meningkatkan sikap kooperatif

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik

1. Layanan Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana

pimpinan kelompok akan menyediakan informasi atau tema dan

mengarahkan diskusi agar anggota kelompok jadi lebih aktif dan bisa saling

membantu anggota kelompok lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

Prayitno (2008: 307) mengemukakan bahwa Bimbingan Kelompok adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan

Dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling

berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, dan memberi saran,

apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang

bersangkutan sendiri dan bukan pesereta lainnya. Hartinah (2009:14),

menyatakan bahwa “bimbingan kelompok dilakukan dengan memanfaatkan

suasana kelompok tertentu. Semua anggota kelompok mencurahkan

potensinya dan menjadikan kelompok sebagai pisau pemberdayaan layanan

bimbingan kelompok pada siswa”.

Hartinah (2009:14), menyatakan bahwa “bimbingan kelompok

dilakukan dengan memanfaatkan suasana kelompok tertentu. Semua anggota

kelompok mencurahkan potensinya dan menjadikan kelompok sebagai pisau

pemberdayaan layanan bimbingan kelompok pada siswa”. Berdasarkan

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok


8
adalah suatu bentuk layanan yang dilakukan berkelompok dan ketua

kelompok akan menyediakan informasi atau tema serta mengarahkan anggota

kelompoknya untuk lebih aktif dalam kegiatan ini sehingga bisa mencapai

tujuan yang direncanakan secara maksimal.

b. Tujuam Layanan Bimbingan Kelompok

Tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu agar individu mampu

mengembangkan kemampuan bersosialisasi, kemampuan komunikasi,

mendorong pengembangan pikiran, persepsi, dan wawasan individu tersebut.

Kemudian ada tujuan khusus layanan bimbingan kelompok antara lain:

1) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-

temannya.

2) Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok

3) Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman

dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya.

4) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.

5) Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.

6) Melatih siswa memperoleh keterampilan social.

7) Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya

dengan orang lain.

c. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok

1. Tahap pembentukan

Tahap ini adalah tahap perkenalan, pada tahap ini para anggota

kelompok saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan

serta harapan yang ingin dicapai. Kemudian memberikan penjelasan

tentang bimbingan kelompok agar anggota kelompok mengerti arti

9
bimbingan kelompok, aturan-aturan serta asas-asas yang terdapat

dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, sehingga jika anggota

kelompok tersebut mengalami masalah mereka akan mengerti dan

paham bagaimana cara menyelesaikannya.

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini konselor memberikan penjelasan mengenai

kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap berikutnya,

menanyakan atau mengamati apakah anggota kelompok siap

melanjutkan kegiatan ke tahap berikutnya, membahas suasana yang

terjadi, dan meningkatkan kemampuan keikutsertaan atau keaktifan

anggota.

3. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan, pada tahap ini

pemimpin kelompok harus bisa mengatur proses kagiatan dengan

sabar,aktif dan tidak terlalu banyak bicara serta selalu mendorong

anggota dengan penuh rasa empati. Pada tahap ini anggota kelompok

secara bebas mengemukakan masalah atau topik yang di bahas, dan

membahasnya secara mendalam agar dapat terungkap masalah atau

topik yang dirasakan, dipikirkan atau pun dialami oleh anggota

kelompok.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fokus utamanya adalah hasil

yang telas dicapai setelah melakukan bimbingan kelompok. Pada

tahap ini pemimpin memberitahukan bahwa kegiatan akan segera

diakhiri, kemudian anggota kelompok mengemukakan kesan dan

10
pesan serta hasil dari kegiatan, lalu membahas kegiatan lanjutan.

d. Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa fungsi.

Menurut Gadza, fungsi layanan Bimbingan kelompok adalah

pengembangan, pencegahan dan pengentasan.

1. Pengembangan. Layanan bimbingan kelompok

berfungsi untuk mengembangkan keseluruhan potensi siswa

terutama keterampilan sosialisasi dan komunikasi. Anggota

kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan,

pandangan ataupun pendapat terhadap permasalahan yang dibahas,

dengan demikian anggota kelompok bisa belajar dan memperlancar

komunikasi agar menjadi efektif.

2. Pencegahan. Melalui layanan bimbingan kelompok

dimaksudkan untuk mencegah timbulnya permasalahan pada

anggota kelompok. Pembahasan mengenai permasalahan hingga

didapati penyelesaian dari masalah akan memberikan pengalaman

kepada anggota kelompok dalam bertindak khususnya berkaitan

dengan bidang permasalahan yang dibahas.

3. Pengentasan. Sesuai dengan tujuan layanan bimbingan

kelompok yakni untuk mengentaskan permasalahan. Semua bentuk

tindakan dalam kelompok akan bermuara pada penyelesaian suatu

permasalahan denganmemanfaatkan dinamika kelompok

2. Teknik Assertive Training

a. Pengertian Assertive Training

11
Asertivitas merupakan suatu kemampuan individu dalam

mengkomunikasikan suatu yang diinginkan dan dipikirkan dengan

menjaga perasaan dan hak orang lain tanpa menyinggung perasaan

orang lain. Menurut Alberti dan Emmons asertivitas merupakan

pernyataan diri yang positif, dengan tetap menghargai orang lain

tanpa menyinggung perasaan orang lain, sehingga akan

meningkatkan kualitas hidup individu dan hubungan yang baik

dengan orang lain. Dalam hal ini seorang individu dituntut untuk

jujur terhadap apa yang dirasakannya, tanpa ada maksud

memanfaatkan ataupun merugikan orang lain. Assertive training

merupakan latihan yang digunakan untuk melatih individu yang

mengalami kesulitan dalam menyatakan dirinya untuk melakukan

tindakan adalah benar dan layak.

Tujuannya adalah dapat membantu individu dalam

menyampaikan perasaannya baik itu instruksi, arahan, serta praktek

sikap asertif dalam situasi yang lebih spesifik, kemudian hal tersebut

dilakukan secara konsisten sehingga individu akan mampu

melakukannya pada situasi yang lebih umum. Dengan adanya

pelatihan asertif akan membantu individu dalam menyatakan atau

mengungkapkan perasaan dengan lebih berani dan bebas.

a. Langkah-Langkah Teknik Assertive Training

Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam assertive

training, yaitu:

1) Konselor dan konseli merancang dan menentukan

situasi dimana konseli merasa kesulitan dalam menyampaikan

12
perilaku asertif Situasi yang digambarkan harus jelas dan detil,

sehingga konseli dapat menggambarkan dan menerangkan seperti

apa yang dihadapinya dalam kenyataan.

2) Konselor dan konseli melakukan peran masing-masing

pada adegan role playing. konselor memberikan masukan dan

dorongan kepada konseli kususnya pada ekspresi wajah, sikap

tubuh, nada suara, kontak mata, dan sebagainya. Dalam tahap ini

modeling juga diberikan.

3) Selanjutnya konseli mencoba mempraktikan perilaku

yang sudah dilatih pada situasi kehidupan sehari-hari. Yang harus

dilakukan konselor adalah memberikan pekerjaan rumah kepada

konseli sebagai target perilaku yang hendak dicapai.

4) Diskusi kembali terkait hasil yang dicapai klien

dilakukan saat pertemuan selanjutnya

b. Tujuan Teknik Assertive

Assertive training bertujuan untuk melatih individu agar

mampu berperilaku asertif dalam berhubungan dengan lingkungan

sekitarnya serta mengatasi kecemasan yang dialami oleh individu

dan meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap dirinya

sendiri serta lingkungannya sehingga mampu meningkatkan

kehidupan pribadi dan sosialnya. Menurut Zastrow assertive training

dirancang untuk memberikan bimbingan pada individu agar mampu

mengungkapkan, merasa, dan bertindak pada asumsi bahwa setiap

individu memiliki hak untuk mengekspresikan perasannya secara

bebas dan menjadi dirinya sendiri.

13
Dalam pemberian assertive training ini diharapkan dapat

meningkatkan perilaku yang efektif pada individu agar tercapai

kualitas hidup yang lebih baik, serta dapat meningkatkan

kemampuan diri individu dalam menyampaikan dan

mengekspresikan dirinya dengan baik dalam berbagai situasi dengan

tetap menjaga perasaan dan kesalahpahaman dari pihak lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik

assertive training adalah untuk membantu individu yang mengalami

kesulitan dalam berperilaku asertif atau tegas terhadap dirinya serta

membantu individu untuk menjadi lebih terbuka dan tidak canggung

dalam mengemukakan perasaan dan pendapatnya sehingga individu

tersebut merasa memilki hak dalam dirinya.

3. Sikap Kooperatif

a. Pengertian Sikap Kooperatif

Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaanya

kepada orang lain (melalui perilaku), Inge (2007:51). sikap

merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar

kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilakud

dalam secara tertentu yang dipilihnya.

Kooperatif atau kerjasama merupakan sifat sosial, bagian

dari kehidupan masyarakat yang tidak dapat dielakkan oleh manusia

dalam kegidupan sehari-hari. Kerjasama adalah berkerja sama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Kerjasama adalah

pengelompokkan yang terjadi diantara makhluk-makhluk hidup yang

14
kita kenal, Lewis Thomas dan Elaine B. Johson (2004:164).

Kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok)

dimana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan

untuk mencapai suatu hasil mufakat

Kerjasama adalah suatau kegiatan dalam berkelompok untuk

mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama,

dalam kerjasama ini biasanya terjadi interaksi antar anggota

kelompok dan mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai

bersama-sama. Kerjasama merupakan pekerjaan yang dilakukan

oleh suatu kelompok sehingga terjalin hubungan erat antar tugas

anggota kelompoknya, Purwadarminta (2007:12).

Berdasarkan pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

kooperatif atau kerjasama adalah sebuah interaksi atau hubungan

antar anggota kelompok baik siswa dengan siswa, siswa dengan

guru untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama.

a. Tujuan Sikap Kooperatif

Tujuan kerjasama ada beberapa hal dijelaskan sebagai

berikut.

1) Untuk mengembangkan berpikir kritis dalam

menyelesaikan masalah.

2) Mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan

komunikasi.

3) Menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan

siswa.

15
4) Untuk dapat memahami dan menghargai satu sama lain

antar teman

b. Manfaat Sikap Kooperatif

Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh ddengan

menerapkan sikap kooperatif, yaitu:

1) Menghargai Setiap Individu

Dengan adanya sikap kooperatif, setiap individu akan

memahami kemampuan orang lain dalam kelompok. Hal ini

membuat setiap individu memiliki kesempatan yang sama ketika

sedang melakukan diskusi kelompok.

2) Setiap Individu Aktif dalam Memecahkan

Permasalahan

Setiap individu bisa lebih aktif dalam memecahkan masalah.

Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kesempatan yang sama

dalam mengutarakan pikiran. Dengan berbagai pemikiran, masalah

yang ada cepat teratasi.

3) Menumbuhakan Kerja dalam Tim

Menerapkan sikap kooperatif dalam sebuah tim atau

kelompok akan menumbuhkan kerja tim yang akan saling berbagi

keterampilan, pengalaman, dan lainnya. Sikap kooperatif perlu

diterapkan utamanya di rumah, sekolah, atau tempat kerja.

4) Ikatan Hubungan dan Kegembiraan

16
Ketika sikap kooperatif terjalin dengan orang lain, maka

hubungan antara pihak-pihak terkait akan terjadi ikatan positif.

Manfaat akhir dari sikap ini adalah rasa gembira. Sebaliknya, sifat

tidak kooperatif justru menimbulkan persaingan.

5) Keterbukaan dan Kepercayaan

Persaingan biasanya membuat seseorang tertutup dan tidak

saling mempercayai. Untuk itu, sikap kooperatif diperlukan untuk

menciptakan hubungan terbuka dan saling percaya.

6) Harga Diri dan Kekuatan Pribadi

Sikap kooperatif juga berkaitan dengan sikap diri yang lebih

besar, meliputi kedewasaan emosional dan identitas pribadi yang

kuat. Sikap ini membuat seseorang memiliki harga diri yang lebih

tinggi dan memberikan kekuatan diri yang lebih besar.

7) Kesejahteraan Bersama

Dalam hal ini sikap kooperatif bertujuan mencapai

kesejahteraan bersama. Untuk mencapai suatu kesejahteraan

bersama, akan lebih mudah tercapai jika dilakukan bersama-sama.

c. Faktor yang Memepengaruhi Sikap Kooperatif

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

kooperatif, yang di ungkapkan Mutiah (2010:11) sebagai berikut :

1. Hal timbal balik

Timbal balik disini dimaksudkan bahwa satu sama lain harus

saling memotivasi untuk melaksanakan tugas, untuk mencapai


17
tujuan yang sama dan untuk mendapatkan prestasi bersama, jadi

antar individu dalam kelompok harus bisa dan paham dalam

menyelesaikan tugas.

2. Orientasi individu

Masing-masing harus mengenali dan mengetahui

kemampuan/bakat masing-masing yang dimilikinya agar

mempermudah dalam menyelesaikan tugas dan permasalahan dalam

kelompok.

3. Komunikasi

Komunikasi yang baik antar individu dalam kelompok

adalah kunci utama dalam menyelesaikan tugas, anak dapat saling

bertukar pikiran untuk mengungkapkan ide dan mengungkapkan

ketika ada masalah dalam menyelesaikan tugas kelompok. Dari

ketiga faktor yang mempengaruhi sikap kooperatif tersebut

menjelaskan bahwa timbal balik, orientasi individu dan komunikasi

penting untuk mencapai tujuan dan pembelajaran.

B. Kajian Penelitian Relavan

Terdapat beberapa penelitian yang membahas penggunaan teknik

sosiodrama sebagai layanan bimbingan dan konseling untuk menimgkatkan

kepercayaan diri seorang siswa sebagai berikut :

1. Mhd Hudzaifah Ibu dalam jurnal penelitian yang berjudul “Keefektifan

Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Assertive Training untuk

Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Dharmapancasila

Medan Tahun Ajaran 2020/2021. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai

18
thitung sebesar 1,903 dan menghasilkan nilai ttabel sebesar 1,812. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 1,903 lebih besar dari nilai ttabel

sebesar 1,812. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penggunaan teknik

assertive training dalam layanan bimbingan kelompok efektif meningkatkan

sikap kooperatif siswa kelas VIII di SMP Dharmapancasila Medan Tahun

Ajaran 2020/2021

C. Kerangka Berpikir

Sikap Kooperatif
Layanan Bimbingan
Siswa Rendah (belum
Kelompok
optimal)

Meningkatkan Sikap Penerapan Teknik


Kooperatif Siswa Assertive Training

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dijelaskan bahwa siswa yang memiliki

sikap kooperatif (kerjasama) rendah dan belum teroptimalkan daat ditingkatkan


19
melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training. Layanan

bimbingan kelompok teknik assertive training ini serangkaian latihan dmana

konselor membantu konseli untuk mengatasi kesulitan yang dialami agar lebih

mampu bersikap koopeeratif, lebih tegas pada diri dan lebih berani mengemukakan

pendapat, perasaan dan pikirannya. Sehingga dengan layanan bimbingan kelompok

teknik assertive training ini dapat meningkatkan sikap kooperatif pada siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka dapat diajukan hipotesisnya sebaagai

berikut.

Ha: Layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik assertive training efektif untuk

meningkatkan sikap kooperatif siswa.

Ho: Layanan Bimbingan Kelompok denga teknik assertive training tidak efektif

untuk meningkatkan sikap kooperatif siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

20
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, khususnya menggunakan metode pra-eksperimental yang

dikenal dengan one-group pretest-posttest design. Desain ini melibatkan pelaksanaan

tes awal sebelum memberikan perlakuan apa pun, sehingga memungkinkan

pemahaman yang lebih tepat tentang hasil yang diperoleh setelah perlakuan

diberikan. Dengan membandingkan hasil pasca pengobatan dengan data pretest,

peneliti dapat menilai dampak sebenarnya dari pengobatan tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA

Muhammadiyah 1 Sleman. Sekolah ini terletak di jl. Magelang Km 13 Sleman,

Triharjo, Kec Sleman Kab Sleman, D.I Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2023 di semester ganjil tahun ajaran

2023/2024 sesuai data yang diperlukan peneliti. Penelitian menyesuaikan dengan

kondisi dan keadaan situasi sekolah, agar penelitian ini dapat berjalan secara fektif

sehingga menghasilkan keakuratan data yang bak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA

Muhammadiyah 1 Sleman kelas VII, VIII,dan IX sebanyak 40 orang. Kemudian

sampel yang diambil menggunakan purposive sampling, dimana terdapat 15 siswa

yang masih memiliki sikap kooperatif rendah atau belum teroptimalkan. Dan

nantinya akan dibagi menjadi dua kelompok untuk melaksanakan treatment yaitu

21
layanan bimbingan kelompok.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Teknik Assertive Training

Teknik Assertive Training adalah teknik bimbingan kelompok yang melibatkan

pemanfaatan metode bermain peran untuk mengeksplorasi dan mengatasi masalah

sosial, serta mendorong pengembangan keterampilan interpersonal yang efektif.

2. Variabel Terikat : Sikap Kooperatif siswa

Salah satu cara untuk menilai tingkat sikap kooperatif siswa adalah melalui

penggunaan angket sikap kerjasama. Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan berbeda

yang bertujuan untuk mengukur berbagai aspek kerjasama, sikap saling menghargai,

dan kemampuan memecahkan masalah.

E. Definisi Operasional

1. Teknik Assertive Training

Asertivitas merupakan suatu kemampuan individu dalam mengkomunikasikan

suatu yang diinginkan dan dipikirkan dengan menjaga perasaan dan hak orang lain

tanpa menyinggung perasaan orang lain. Teknik Assertive training adalah latihan

yang digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan dalam menyatakan

dirinya untuk melakukan/ tindakan adalah benar dan layak.

Tujuannya adalah dapat membantu individu dalam menyampaikan perasaannya

yang berisikan instruksi, arahan, serta praktek sikap asertif dalam situasi yang lebih

spesifik, kemudian hal tersebut dilakukan secara konsisten sehingga individu akan

mampu melakukannya pada situasi yang lebih umum. Dengan adanya pelatihan

asertif akan membantu individu dalam menyatakan ataupun mengungkapkan

22
perasaan, pemikiran „dengan bebas, dan asertifitas individu akan meningkat.

2. Sikap kooperatif siswa

Sikap kooperatif atau kerjasama adalah sebuah interaksi atau hubungan antar

anggota kelompok baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru untuk mencapai

suatu tujuan yang diinginkan bersama. Kerjasama juga merupakan suatu kegiatan

dalam berkelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara

bersama-sama, dalam kerjasama ini biasanya terjadi interaksi antar anggota

kelompok dan mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai bersama-sama

F. Teknik Pengumpulan dan Analisi Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik tes sebagai metode utama pengumpulan data.

Dalam konteks ini, tes mengacu pada metodologi atau instrumen tertentu yang

digunakan untuk mengukur tingkat keahlian atau kemahiran seseorang dalam bidang

tertentu.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan pemanfaatan

angket tes sikap kooperatif dengan model skala. Skala ini digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau kelompok. Tes ini jugadigunakan untuk

mengetahui tingkat kooperatif yang ditunjukkan siswa sebelum dan sesudah

mengikuti sesi bimbingan kelompok yang menggunakan teknik assertive training.

2. Instrumen Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data yang

dikenal sebagai angket atau kuisioner sikap kooperatif, yang berfungsi sebagai alat

berharga untuk menilai dan mengukur tingkat sikap kerjasama seseorang. Kuesioner

23
ini dirancang khusus untuk mengukur dan mengevaluasi seberapa besar rasa

menghargai dan kerjasama sesorang. Penelitian ini menggunakan kuesioner

kerjasama (kooperatif) yang terdiri dari 20 item pernyataan yang mengevaluasi

berbagai dimensi kerjasama, sikap menghargai, ketegasan diri dan keberanian

sesorang.

Kuesioner sikap kooperatif dilakukan pengujian untuk menilai

validitasnya melalui penerapan teknik validitas isi. Validitas isi mengacu pada

tingkat kesesuaian antara isi kuesioner dan konsep spesifik yang ingin diukur.

Kuesioner sikap kooperatif diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik

reliabilitas alpha Cronbach yang biasa digunakan untuk menilai konsistensi internal

suatu alat ukur. Teknik ini membantu menentukan sejauh mana item-item dalam

kuesioner mengukur konstruk dasar yang sama secara akurat dan konsisten. Dengan

menggunakan analisis reliabilitas alpha Cronbach, peneliti dapat mengevaluasi

reliabilitas dan ketergantungan kuesioner sikap kooperatif sebagai instrumen yang

valid untuk mengukur tingkat sikap koopertif atau kerjasama seseorang.

3. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, khususnya eksperimen

kuantitatif. Eksperimen kuantitatif melibatkan analisis data dalam bentuk numerik,

yang biasa disebut analisis statistik. Dalam penelitian ini data akan dianalisis dengan

menggunakan metode statistik, khususnya tes instrumen angket sikap kooperatif.

Instrumen angket sikap kooperatif pada awalnya akan diberikan kepada kelompok

kecil untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya melalui uji validitas dan

reliabilitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Yunia Rahmawati. (2020). EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING


DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SELF
ESTEEM SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TAMBANG

C.A Kearneydan dan W.K Silverman. (2020). Bimbingan Kelompok

Nadialista Kurniawan, R. A. (2021). Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Assertive


Training untuk Peningkatan Sikap Kooperatif Siswa Kelas VIII SMP Dharmapancasila
Medan Tahun Ajaran 2020/2021

(Tanjungpura, 2023)Tanjungpura, U. (2023). Volume 12 Nomor 2 Tahun 2023 Halaman 779-786


EEFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING. 12,
779–786. https://doi.org/10.26418/jppk.v12i2.63496

(Simbolon, 2020)Simbolon, J. (2020). Penerapan Metode Layanan Bimbingan Kelompok Untuk


Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. Jurnal Teknologi Pendidikan (JTP), 13(1), 77.
https://doi.org/10.24114/jtp.v13i1.18002

(Anonim, 2010)Anonim. (2010). Pembaelajaran Kooperatif. Sugiyanto, 37, 9–49.


http://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab 2 - 08108241038.pdf

Azmi, W., & Nurjannah, N. (2022). Teknik Assertive Training Dalam Pendekatan Behavioristik
Dan Aplikasinya Konseling Kelompok: Sebuah Tinjauan Konseptual [Assertive Training
Techniques in Behavioristic Approaches and Its Applications Group Counseling: a
Conceptual Review]. Journal of Contemporary Islamic Counselling, 2(2), 101–112.
https://doi.org/10.59027/jcic.v2i2.155

Faradita, R. M., Elita, Y., & Sinthia, R. (2018). Pengaruh Konseling Kelompok Dengan Teknik
Assertive Training Terhadap Kemampuan Asertivitas Siswa Smpn Kota Bengkulu.
Consilia : Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling, 1(2), 49–57.
https://doi.org/10.33369/consilia.1.2.49-57

Yelvita, F. S. (2022). Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan


Kemampuan Kerjasama dalam Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bambel Kutacane
Tahun Pelajaran 2021/2022

Riansyah, H., & Wulandari, W. (2017). Layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan
interaksi sosial siswa. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(1), 47.
https://doi.org/10.26539/1110
Ermanto, P. (2020). Model pembelajaran kooperatif sebagai upaya penerapan layanan bimbingan

25
konseling belajar siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wongsorejo.
TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 3(3), 114–119.
https://doi.org/10.26539/teraputik.33278

26

Anda mungkin juga menyukai