Anda di halaman 1dari 21

1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Umum ………………………………………………..…………………………...…
2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………..………………
3. Dasar ……………………………………..………………………………..............
4. Ruang Lingkup ………………………………………..…………………………...
5. Tata Urut ………………………………………..…………………………............

BAB II KETENTUAN UMUM ……………………..…………………...................................


1. Istilah/Definisi ..............................................................................................
..
BAB III STANDAR PELAYANAN ……………………..…………………...........................
1. Standar Pelayanan JKK.......………………………………..……………...........
a. Pelayanan Perawatan Dasar Kecelakaan Kerja Tingkat Pertama..........

b. Pelayanan Perawatan Dasar Kecelakaan Kerja Tingkat Lanjutan.........

c. Rawat Inap .............................................................................................

d. Perawatan Intensif/Khusus ……………………..………………….............

e. Pelayanan Khusus ……………………..………………….........................

f. Penunjang Diagnostik ……………………..…………………...................

g. Emergensi (Gawat Darurat) ……………………..…………………..........

h. Pembiayaan …………………………………………………………………

BAB IV TATA CARA………………………………..…………………..................................

1. Prosedur Kepesertaan ………………………………………..………………....


2. Prosedur Pelayanan ………………………………………..…………………....
3. Prosedur Pengajuan Surat Jaminan Perawatan Kecelakaan Kerja..............
4. Prosedur Klaim dan Pembayaran ………………………………………..…....
a. Prosedur Klaim dari Fasilitas Kesehatan .................................................
b. Prosedur Klaim Perorangan (reimbursement) .........................................
c. Batas Plafond Biaya Pelayanan Penunjang dan lain-lain .......................
5. Prosedur Penyampaian dan Penanganan Keluhan …………………………
6. Prosedur Kelebihan Biaya Pelayanan Kesehatan ........................................
7. Hal-hal yang Tidak Dijamin Dalam Program JKK .........................................
2

BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN………………..……………...........................................


1. Liaison Officer (LO) ………………..……………..................................................
BAB VI PENUTUP ………………..…………….................................................................
BAB VII LAMPIRAN ………………………………………..………………………….............
1. Formulir
2. Formulir
3. Formulir
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3

TATA CARA PELAKSANAAN PERAWATAN KECELAKAAN KERJA BAGI PRAJURIT


TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1. UMUM

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) khususnya Perawatan bagi Prajurit Tentara
Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pegawai
Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004
Nomor 150, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). Serta
dalam peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2015
tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
dilaksanakan oleh PT ASABRI (Persero) sebagai Badan Penyelenggara melalui sistem
dan prosedur tertentu.

Program JKK merupakan perlindungan atas risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja
selama masa dinas, khusus Penyakit Akibat Kerja (PAK) sesuai Keputusan Presiden
No. 22 Tahun 1993. Sehingga dalam penyelenggaraanya diatur sedemikian rupa agar
tercipta suatu pelayanan perawatan akibat kecelakaan kerja yang efektif, efisien,
menyeluruh dan terstruktur untuk itu diterapkan beberapa cakupan pelayanan
perawatan JKK yang meliputi:

a. Pemeriksaan dasar dan penunjang;


b. Perawatan dasar tingkat pertama dan lanjutan;
c. Rawat inap kelas I Rumah Sakit pemerintah, Rumah Sakit daerah, atau Rumah Sakit
swasta yang setara;
d. Perawatan intensif;
e. Penunjang diagnostik;
f. Pengobatan;
g. Pelayanan khusus;
h. Alat kesehatan dan implant;
i. Jasa dokter dan / atau medis;
4

j. Operasi;
k. Transfusi darah; dan
l. Rehabilitasi medik.
Sebagai sarana untuk menunjang pelayanan perawatan JKK seperti tersebut di atas,
maka diperlukan adanya pencatatan dan pelaporan untuk dapat mengevaluasi program.
Pelaksanaan pelayanan program perawatan JKK harus memiliki standar dan
keseragaman dalam pemberian pelayanan. Untuk itu dirasakan perlu adanya buku
petunjuk untuk memudahkan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaannya.

Dengan sistem maupun prosedur yang diatur dan diterapkan dalam program
keperawatan JKK ini diharapkan dapat terselenggara pelayanan perawatan JKK yang
efektif, efisien dengan cakupan jaminan yang komprehensif bagi peserta ASABRI
sehingga tercapai pelayanan yang berdaya guna dan tepat guna.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Kegiatan Program Pelayanan Keperawatan JKK mempunyai tujuan antara lain:

a. Membantu Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik


Indonesia dan Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengalami kecelakaan kerja selama
masa dinas.
b. Mengembangkan dan meningkatkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
khususnya terkait keperawatan.
c. Memberikan informasi tentang cakupan pelayanan, mekanisme prosedur pelayanan,
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pelayanan program keperawatan JKK.

3. DASAR

a. Peraturan Pemerintah 102 tahun 2015 tanggal 22 Desember 2015 tentang Asuransi
Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Dan Pegawai Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Kementerian
Pertahanan Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.02/2015 tanggal 30 Desember 2015


tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana iuran
Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi Prajurit Tentara Nasional
Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Dan Pegawai Aparatur
Sipil Negara Di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
5

4. RUANG LINGKUP

5. TATA URUT

Petunjuk Pelaksanaan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:

a. BAB I Pendahuluan
b. BAB II Ketentuan Umum
c. BAB III Standar Pelayanan
d. BAB IV Tata Cara
e. BAB V Ketentuan Lain-lain
f. BAB VI Penutup
g. BAB VII Lampiran
6

BAB II

KETENTUAN UMUM

1. Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara


Republik Indonesia, dan Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Asuransi Sosial adalah asuransi yang bersifat wajib untuk memberikan perlindungan
atas risiko sosial ekonomi yang dialami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai Aparatur Sipil Negara di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan/atau anggota keluarganya.

2. Prajurit adalah anggota Tentara Nasional Indonesia.

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Anggota Polri
adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

5. Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disingkat PNS Kemhan
adalah PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan.

6. Pegawai Negeri Sipil Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
PNS Polri adalah PNS di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

7. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.

8. Tabungan Hari Tua yang selanjutnya disingkat THT adalah tabungan yang bersumber
dari iuran peserta dan iuran pemerintah beserta pengembangannya yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai
pada saat yang bersangkutan berhenti baik karena mencapai usia pensiun maupun
bukan karena mencapai usia pensiun.

9. Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah perlindungan atas
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja selama masa dinas.

10. Jaminan Kematian yang selanjutnya disingkat JKm adalah perlindungan atas risiko
kematian bukan akibat kecelakaan kerja dan bukan karena dinas khusus.

11. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta dan/atau Pemberi
Kerja.

12. Penghasilan adalah penerimaan setiap bulan yang meliputi gaji pokok, tunjangan
istri/suami, dan tunjangan anak.
7

13. Tewas adalah:

a. Prajurit dan PNS Kemhan yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugas
berdasarkan perintah dinas bukan sebagai akibat tindakan langsung lawan; atau

b. Anggota Polri dan PNS Polri yang meninggal dunia dalam menjalankan tugas
kepolisian atau dalam keadaan lain yang berhubungan langsung dengan dinas.

14. Meninggal Dunia Biasa adalah meninggal dunia karena sebab tertentu yang bukan
karena sedang menjalankan tugas atau karena hubungan dengan pelaksanaan dinas.

15. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya anggota badan, atau hilangnya fungsi
tubuh baik jasmani dan/atau rohani, yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

16. Cacat Tingkat III adalah cacat jasmani dan/atau rohani yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak mampu sama sekali untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan
apapun, sehingga menjadi beban orang lain.

17. Cacat Tingkat II adalah cacat jasmani dan/atau rohani yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak mampu lagi melaksanakan tugas dengan baik namun masih dapat
berkarya di luar jajaran TNI, Polri, atau PNS Kemhan dan PNS Polri.

18. Cacat Tingkat I adalah cacat jasmani dan/atau rohani yang tidak mengakibatkan yang
bersangkutan terganggu dalam melaksanakan tugas di jajaran TNI, Polri, atau PNS
Kemhan dan PNS Polri.

19. Pejabat yang Berwajib adalah pejabat yang karena tugas dan/atau jabatannya
berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku antara lain membuat dan menandatangani surat keterangan, surat
pernyataan, berita acara, dan surat-surat lain yang serupa dengan itu.
Pejabat yang berwajib terdiri dari:
a. Komandan/Kepala Kesatuan TNI;
b. Kepala Satuan Kerja Polri;
c. Kepala Satuan Kerja PNS Kemhan; dan
d. Kepala Satuan Kerja PNS Polri.

20. Pemberi Kerja adalah Pemerintah yang mempekerjakan peserta.

21. Pengelola Program adalah badan hukum yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
ini untuk mengelola Asuransi Sosial bagi peserta.

22. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


pertahanan.

23. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah
pimpinan
8

24. Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi
kepolisian.

25. Panglima adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia.

26. Peserta aktif adalah Anggota TNI, Anggota Polri, PNS Kemhan, Calon PNS Kemhan,
PNS Polri , Calon PNS Polri, PPPK Kemhan, PPPK Polri yang masih menjalani masa
dinas.

27. Kartu Anggota TNI adalah

28. Kartu Anggota Polri adalah

29. Kartu Anggota PNS Kemhan adalah

30. Kartu Anggota PNS Polri adalah

31. Kartu Tanda Peserta ASABRI (KTPA) adalah kartu yang diterbitkan PT ASABRI
(Persero) yang berfungsi sebagai tanda bukti kepesertaan Peserta ASABRI.

32. Rekening adalah

33. Surat Laporan Kejadian Kecelakaan Kerja adalah surat pernyataan atau surat
keterangan yang dibuat oleh Komandan Satuan (yang berisi status anggota, kronologis
kejadian/berita acara, dll)

34. Surat keterangan rawat pasien adalah

35. Fasilitas Kesehatan atau Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.

36. Fasilitas Kesehatan Tingkat I (PPK I) adalah fasiliatas kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum dan meliputi palayanan rawat
jalan tingkat pertama dan atau pelayanan rawat inap tingkat pertama.

37. Fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan (PPK II dan III) adalah fasiliatas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik (PPK II) atau
sub spesialistik (PPK III) yang meliputi pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, rawat
inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

38. Perawatan JKK adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta aktif yang
mengalami kecelakaan dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja atau sebaliknya,
9

kecelakaan di tempat kerja di luar tugas latihan dan operasi, dan/atau penyakit yang
timbul akibat kerja.

39. Surat Jaminan Perawatan JKK adalah

40. Rumah Sakit adalah

41. Tagihan Rumah Sakit adalah


42. Tagihan Reimburse adalah

43. Rumah Sakit Pemerintah adalah

44. Rumah Sakit Pemerintah Daerah adalah

45. Rumah Sakit Swasta yang setara adalah

46. Pemeriksaan dasar adalah

47. Pemeriksaan penunjang adalah

48. Perawatan dasar tingkat pertama adalah Semua jenis pelayanan kecelakaan kerja
perorangan yang dilaksanakan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I (Faskes Tk I).

49. Perawatan tingkat lanjutan adalah Semua jenis pelayanan kesehatan kecelakaan
kerja perorangan yang merupakan rujukan/lanjutan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat
II (Faskes Tk. II).

50. Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan kecelakaan kerja di Rumah Sakit dimana
penderita menginap sedikitnya satu hari dan/atau berdasarkan rujukan dari Faskes
Tk. I atau dokter spesialis Rumah Sakit yang ditunjuk kecuali kategori kasus
emergency medis.

51. Rawat inap kelas I adalah

52. Rawat Jalan tingkat pertama adalah pelayananan kesehatan perorangan yang bersifat
umum yang dilaksanakan pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk
keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

53. Rawat Jalan tingkat lanjutan adalah pelayananan kesehatan perorangan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik dan dilaksanakan pada pemberi pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan sebagai rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama,
untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya
termasuk konsultasi psikologi tanpa menginap di ruang perawatan

54. Rawat inap tingkat pertama adalah pelayananan kesehatan perorangan yang bersifat
umum yang dilaksanakan pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk
10

keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya


dimana peserta atau anggota keluarganya dirawat inap di ruangperawatan paling
singkat 1 (satu) hari.

55. Rawat inap tingkat lanjutan adalah pelayananan kesehatan perorangan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan,
dan/atau pelayanan medis lainnya termasuk konsultasi psikologi, yang dilaksanakan
pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dimana peserta atau anggota
keluarganya dirawat inap di ruang perawatan paling singkat 1 (satu) hari.

56. Perawatan intensif adalah perawatan kasus kecelakaan kerja yang memerlukan
ruangan perawatan, tindakan, obat-obatan dan tenaga yang khusus sesuai dengan
kebutuhan pasien atas dasar indikasi medis.

57. Penunjang diagnostik adalah pemeriksaan dalam rangka menegakkan diagnosa yang
dipandang perlu oleh pelaksana pelayanan kesehatan lanjutan dan dilaksanakan di
bagian diagnostik Rumah Sakit, sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.

58. Pengobatan adalah pemberian tindakan atau terapi sesuai dengan indikasi medis kasus
Kecelakaan Kerja.

59. Pelayanan khusus adalah perawatan kasus kecelakaan kerja yang memerlukan
pemberian alat-alat organ tubuh sehingga dapat berfungsi seperti semula.

60. Emergensi (gawat darurat) adalah suatu keadaan yang memerlukan tindakan atau
pertolongan segera dan dapat berakibat fatal.

61. Alat kesehatan adalah

62. Implant adalah

63. Jasa dokter dan/atau medis adalah;

64. Operasi adalah

65. Transfusi darah adalah

66. Rehabilitasi medik adalah


67. NRP (Nomor Registrasi Pokok) adalah nomor identitas keanggotaan Prajurit
TNI/Anggota POLRI.
68. NIP (Nomor Induk Pegawai) adalah nomor identitas keanggotaan PNS Kemhan/ PNS
POLRI.
69. Klaim adalah
70. Kuitansi / bukti pembayaran adalah formulir baku yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit
sebagai bukti sah telah dibayarkannya biaya perawatan pasien.
11

71. Identitas Diri adalah kartu tanda bukti identitas diri yang sah dan digunakan sebagai
persyaratan pengajuan dan pembayaran klaim Manfaat Asuransi yaitu Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Surat Izin Mengemudi (SIM) atau Paspor yang masih berlaku dan
dilengkapi dengan tanda tangan atau cap jempol tangan kiri.
72. Hari dan Jam Kerja adalah
73. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang timbul akibat dari kegiatan kerja yang
dibuktikan oleh hasil pemeriksaan medis.
74. Pelayanan kesehatan kuratif adalah
75. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah
76. Biaya pengangkutan adalah (terkait pertanggungjawaban)

BAB III
STANDAR PELAYANAN
12

1. STANDAR PELAYANAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA

a. PELAYANAN PERAWATAN DASAR KECELAKAAN KERJA TINGKAT PERTAMA

1) Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat I (PPK I) meliputi:


a) Konseling Kasus Kecelakaan Kerja, pemeriksaan dan pengobatan oleh
dokter umum/dokter gigi.
b) Tindakan medis sesuai dengan indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
c) Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi medis kasus kecelakaan
kerja.
d) Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana sesuai dengan indikasi medis
kasus kecelakaan kerja.

2) Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat I (PPK I) terdiri dari:


a) Puskesmas
b) Klinik
c) Praktek Dokter

b. PELAYANAN PERAWATAN DASAR KECELAKAAN KERJA TINGKAT LANJUTAN

1) Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjutan (PPK II dan PPK III) meliputi :
a) Pemerikasaan dan pengobatan oleh Dokter Spesialis
b) Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi medis kasus kecelakaan
kerja.
c) Tindakan medis sesuai dengan indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
d) Pemeriksaan penunjang diagnostik sesuai dengan indikasi medis kasus
kecelakaan kerja.

2) Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjutan (PPK II dan PPK III) terdiri
dari:
a) Rumah Sakit Pemerintah
b) Rumah Sakit Pemerintah Daerah
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI / Polri

c. RAWAT INAP
1) Pelayanan Rawat Inap meliputi :
a) Menginap dengan indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
b) Ruang perawatan kelas I di Rumah Sakit pemerintah, Rumah Sakit
pemerintah daerah atau Rumah Sakit swasta yang setara.
c) Visit/konsul dokter ahli sekurangnya 1x sehari, sesuai indikasi medis kasus
kecelakaan kerja.
d) Tindakan medis sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
e) Obat dan alat kesehatan sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
13

f) Penunjang diagnostik (laboratorium, radiologi, pemeriksaan khusus, patologi


anatomi) sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
g) Operasi atau pembedahan sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.

2) Pelaksana Pelayanan Rawat Inap terdiri dari :


a) Rumah Sakit Pemerintah
b) Rumah Sakit Pemerintah Daerah
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI / Polri/ Kemhan.
e) Unit penunjang diagnostik pada Rumah Sakit yang ditunjuk.
f) Instalasi Farmasi Rumah Sakit pada Rumah Sakit yang ditunjuk.

d. PERAWATAN INTENSIF
1) Pelayanan perawatan intensif yang diberikan antara lain :
a) ICU (Intensive Care Unit)
b) Unit perawatan luka bakar
c) Dan perawatan intensif lainnya sesuai indikasi medis kecelakaan kerja.

2) Pelaksana Pelayanan Perawatan Intensif terdiri dari :


a) Rumah Sakit Pemerintah
b) Rumah Sakit Pemerintah Daerah
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI / Polri/ Kemhan
e) Unit penunjang diagnostik
f) Instalasi Farmasi/apotek Rumah Sakit

e. PELAYANAN KHUSUS
1) Pelayanan Khusus yang diberikan meliputi :
a) Biaya rehabilitasi berupa penggantian meliputi :
(1) Pembelian alat bantu (orthese) dan/atau alat pengganti (prothese)
paling banyak sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Biaya rehabilitasi medik paling banyak sebesar Rp. 2.600.000,- (dua
juta enam ratus ribu rupiah)
b) Biaya penggantian gigi tiruan paling banyak sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga
juta rupiah) untuk setiap kasus.

2) Pelaksana pelayanan Pelayanan Khusus terdiri dari:


a) Rumah Sakit Pemerintah
b) Rumah Sakit Pemerintah Daerah
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI/ Polri/ Kemhan

f. PENUNJANG DIAGNOSTIK
1) Pelayanan penunjang diagnostik antara lain :
a) Pemeriksaan Laboratorium.
14

b) Pemeriksaan Radiologi.
c) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik lanjutan lainnya antara lain : Patologi
Anatomi, Mikrobiologi, Pemeriksaan Khusus (USG, CT Scanning,
Endoscopy, MRI).
d) Dan penunjang diagnostik lainnya sesuai indikasi medis kecelakaan kerja.

2) Pelaksana pelayanan Penunjang Diagnostik terdiri dari :


a) Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat (RSUP)
b) Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah (RSUD)
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI / Polri/ Kemhan.

g. EMERGENSI ( GAWAT DARURAT )


1) Pelayanan emergensi diberikan sesuai indikasi medis kasus kecelakaan kerja.
2) Pelaksana Pelayanan Emergensi (Gawat Darurat) terdiri dari :
a) Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat (RSUP)
b) Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah (RSUD)
c) Rumah Sakit Swasta yang setara/ Fasilitas perawatan kesehatan terdekat.
d) Rumah Sakit TNI / Polri/ Kemhan.

h. PEMBIAYAAN
1) Perawatan kecelakaan kerja diberikan sampai dengan peserta sembuh sesuai
dengan indikasi medis.
2) Besaran biaya jaminan perawatan kecelakaan kerja tahap pertama sebesar
Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per kasus kejadian.
3) Apabila pembiayaan perawatan melebihi besaran biaya sebagaimana tersebut
dalam poin 2), (kasus katastropik) akan di tetapkan berdasarkan hasil rapat
panitia penentu kebijakan untuk didukung penambahan biaya dan jaminannya.

BAB IV
TATA CARA
15

1. PROSEDUR KEPESERTAAN
Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, kepesertaannya bersifat wajib.
Kepesertaan Program JKK terhitung mulai tanggal pengangkatan dan gajinya
dibayarkan serta berakhir saat peserta diberhentikan dan/atau meninggal dunia.
PT ASABRI (Persero) mengelola program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) bagi
Prajurit TNI/POLRI/PNS Kemhan/PNS POLRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 102 tahun 2015.
Peserta program JKK terdiri atas:
a. Prajurit;
b. Anggota POLRI;
c. PNS Kemhan;
d. Calon PNS Kemhan;
e. PNS POLRI; dan
f. Calon PNS POLRI.

Peserta yang tidak dijamin dalam program JKK adalah :


a. Prajurit siswa Tentara Nasional Indonesia;
b. Peserta didik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
c. Peserta Pensiunan.

2. PROSEDUR PELAYANAN
a. Prosedur administrasi pelayanan perawatan Kecelakaan Kerja melalui Rumah Sakit:
1) Kepesertaan
a) Peserta aktif memiliki KTPA; atau
b) Peserta aktif memiliki Kartu Tanda Prajurit TNI, Kartu Tanda Anggota Polri,
PNS Kemhan/Polri, dan calon PNS Kemhan/Polri; atau
c) Identitas Diri.

2) Pejabat yang Berwajib berkewajiban:


a) Mengeluarkan Surat pernyataan Peserta Aktif
b) Mengeluarkan Surat Laporan Kejadian/ Surat keterangan kecelakaan kerja.
c) Menyerahkan Asli Surat pernyataan Peserta Aktif sebagaimana disebutkan
pada Poin 2.a) di atas kepada Rumah Sakit.
d) Menyerahkan Tembusan Surat pernyataan Peserta Aktif dan Surat Laporan
Kejadian Kecelakaan Kerja sebagaimana disebutkan pada Poin 2.a) dan
2.b) kepada PT ASABRI (Persero) melalui faximile di nomor (021) xxx atau
e-mail xxx. (form terlampir) paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
e) Memastikan bahwa anggotanya telah memiliki KTPA (Kartu Tanda Peserta
ASABRI /KTA (Kartu Tanda Anggota).
16

3) Rumah Sakit berkewajiban :


a) Menerima pasien peserta aktif dengan kasus Kecelakaan Kerja,
b) Berkoordinasi dengan Pejabat yang Berwajib,
c) Mengirimkan surat keterangan medis yang menyatakan diagnosa penyakit
kasus Kecelakaan Kerja ke PT ASABRI (Persero) melalui faximile di nomor
(021) xxx atau e-mail xxx.
d) Melakukan konfirmasi kepada Kantor Pusat PT ASABRI (Persero) melalui
Call Center Divisi Pelayanan .. .??
e) Mengajukan klaim penggantian biaya perawatan kepada PT ASABRI
(Persero)

4) PT ASABRI (Persero) berkewajiban:


a) Mendata jumlah peserta aktif dan memberikan KTPA kepada seluruh
peserta aktif;
b) Menerima Surat pernyataan Peserta Aktif, dan laporan Kejadian Kecelakaan
Kerja dari Pejabat yang Berwajib;
c) Menerima surat keterangan medis yang menyatakan diagnosa penyakit
kasus Kecelakaan Kerja;
d) Melakukan verifikasi kelayakan medis kasus Kecelakaan Kerja;
e) Mengeluarkan Surat Jaminan Perawatan Kecelakaan Kerja kepada Rumah
Sakit tempat pasien dirawat;
f) Melakukan verifikasi administrasi persyaratan berkas tagihan;
g) Melakukan verifikasi substansi nilai penggantian tagihan klaim;
h) Membayarkan tagihan klaim kasus Kecelakaan Kerja.

b. Prosedur administrasi pelayanan perawatan Kecelakaan Kerja melalui Perorangan:


1) Kepesertaan.
a) Peserta aktif memiliki KTPA atau
b) Peserta aktif memiliki Kartu Tanda Prajurit TNI, Kartu Tanda Anggota Polri,
PNS Kemhan/Polri, dan calon PNS Kemhan/Polri;
c) Identitas Diri;
d) Melampirkan surat keterangan medis yang menyatakan diagnosa penyakit
kasus Kecelakaan Kerja dan/atau berkas pendukung lainnya,
e) Mengajukan klaim penggantian biaya perawatan kepada PT ASABRI
(Persero) dengan lampiran :
(1) Surat pernyataan Peserta Aktif dari Pejabat yang Berwajib,
(2) Surat Laporan Kejadian/ Surat keterangan kecelakaan kerja dari
Dansatker.
f) Fotokopi Buku Rekening a.n. Pasien Peserta Aktif.

2) Pejabat yang Berwajib mengeluarkan:


a) Surat pernyataan Peserta Aktif, (form terlampir)
b) Surat Laporan Kejadian/ Surat keterangan kecelakaan kerja, (form terlampir)
c) Asli Surat pernyataan Peserta Aktif sebagaimana disebutkan pada Poin 2.a)
di atas diserahkan kepada Rumah Sakit.
d) Tembusan Surat pernyataan Peserta Aktif dan Surat Laporan Kejadian/
Surat keterangan kecelakaan kerja dari Dansatker sebagaimana disebutkan
17

pada Poin 2.a) dan 2.b) dikirimkan kepada PT ASABRI (Persero) melalui
faximile di nomor (021) xxx atau e-mail xxx. (form terlampir) paling lambat
dalam waktu 2 x 24 jam.

3) PT ASABRI (Persero) berkewajiban:


a) Menerima Surat pernyataan Peserta Aktif, dan laporan Kejadian Kecelakaan
Kerja dari Pejabat yang Berwajib;
b) Menerima surat keterangan medis yang menyatakan diagnosa penyakit
kasus Kecelakaan Kerja dari Rumah Sakit;
c) Melakukan verifikasi kelayakan medis kasus Kecelakaan Kerja;
d) Melakukan verifikasi administrasi persyaratan berkas tagihan;
e) Melakukan verifikasi substansi nilai penggantian tagihan klaim;
f) Membayarkan tagihan klaim kasus Kecelakaan Kerja kepada Peserta.

c. Prosedur administrasi pelayanan pengangkutan pasien kecelakaan kerja.

1) Administrasi biaya pengangkutan terdiri dari :


a) Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengevakuasi
pasien dari tempat kecelakaan kerja ke Faskes atau proses pengangkutan
pasien ke Faskes yang lebih lengkap jika diperlukan sesuai dengan indikasi
medis.
b) Kuitansi biaya pengangkutan dapat diproses untuk mendapatkan
penggantian dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. PROSEDUR PENGAJUAN SURAT JAMINAN PERAWATAN KECELAKAAN KERJA

a. Pejabat yang Berwajib mengeluarkan Laporan Kejadian/Surat Keterangan


Kecelakaan Kerja yang di dalamnya terdapat pernyataan bahwa yang bersangkutan
adalah Peserta Aktif, dan menyerahkan kepada PT ASABRI (Persero) dan Rumah
Sakit.

b. Rumah Sakit mengeluarkan surat keterangan medis kasus Kecelakaan Kerja.

c. Surat Pernyataan dan surat keterangan medis sebagaimana disebutkan pada poin
3.a dan 3.b harus disampaikan ke PT ASABRI (Persero) paling lambat 2 x 24 jam.

d. PT ASABRI (Persero) melakukan :

1) Verifikasi kepesertaan;
2) Verifikasi kelayakan medis kasus Kecelakaan Kerja pasien;
3) Menerbitkan Surat Jaminan Perawatan Kecelakaan Kerja; dan
4) Mengirimkan Surat Jaminan Perawatan ke Rumah Sakit.

4. PROSEDUR KLAIM DAN PEMBAYARAN

a. Prosedur klaim dari Fasilitas Kesehatan


18

1) Berkas tagihan/klaim dari Fasilitas Kesehatan disampaikan ke PT ASABRI


(Persero) disertai bukti-bukti yang diperlukan, paling lambat setiap tanggal 3
(tiga) bulan berikutnya.

2) Berkas klaim antara lain :

a) Asli kuitansi biaya perawatan JKK;

b) Rincian biaya perawatan dan berkas pendukung medis;

c) Laporan kejadian kecelakaan kerja dari Pejabat yang Berwajib;

d) Surat keterangan Dokter mengenai kasus kecelakaan kerja;

e) Resume medis;

f) Berkas atau pendukung lain jika dibutuhkan oleh PT ASABRI (Persero)


untuk proses verifikasi klaim, contoh : foto rontgen setelah tindakan/operasi
pemasangan orthese/ prothese; dan

g) Mencantumkan nomor rekening Bank a.n. Faskes.

3) Berdasarkan ketentuan yang berlaku, pihak PT ASABRI (Persero) melakukan


pemeriksaan berkas (verifikasi administrasi, verifikasi medis, verifikasi substansi)
untuk dilihat kelayakan pembayarannya.

4) Biaya pelayanan kesehatan ditagihkan dari Faskes ke PT ASABRI (Persero)


dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Membuat rekapitulasi tagihan biaya klaim kesehatan JKK;

b) Melengkapi rekapitulasi tagihan dengan berkas persyaratan klaim;

c) Mencantumkan nomor rekening Bank Faskes; dan

d) PT ASABRI (Persero) melakukan pembayaran tagihan melalui transfer ke


nomor rekening Bank Faskes.

5) Pembayaran tagihan klaim kasus kecelakaan kerja dilunasi oleh ASABRI paling
lambat 30 hari kerja.

b. Prosedur klaim perorangan (reimbursement)

1) Berkas tagihan/klaim dari Perorangan disampaikan ke PT ASABRI (Pesero)


disertai bukti-bukti yang diperlukan, setelah asli kuitansi diterima Pasien. Dengan
melampirkan bukti laporan kejadian kecelakaan kerja dan berkas pendukung
lainnya.

2) Berdasarkan ketentuan yang berlaku, pihak PT ASABRI (Persero) melakukan


pemeriksaan berkas untuk dilihat kelayakan pembayarannya, meliputi :
19

a) Verifikasi kepesertaan;

b) Verifikasi administrasi;

c) Verifikasi medis; dan

d) Verifikasi substansi.

3) Melampirkan fotokopi buku rekening (yang jelas terbaca) a.n. Peserta Aktif.

4) PT ASABRI (Persero) melakukan pembayaran tagihan melalui transfer ke nomor


rekening Bank Peserta.

c. Batasan Plafond Biaya Pelayanan Penunjang dan lain-lain.

1) Biaya pengangkutan pasien kecelakaan kerja maksimal Rp.2.000.000,- (dua juta


rupiah).
2) Biaya pembelian alat bantu (orthese) dan/atau alat pengganti (prothese) paling
banyak sebesar Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah);
3) Biaya rehabilitasi medik paling banyak sebesar Rp.2.600.000,00 (dua juta enam
ratus ribu rupiah).
4) Biaya penggantian gigi tiruan paling banyak sebesar Rp.3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) untuk setiap kasus.

d. Batasan Waktu Pembayaran....

5. PROSEDUR PENYAMPAIAN DAN PENANGANAN KELUHAN

Penyampaian dan penanganan keluhan dikelola oleh Bidang Kontak Layanan.??

6. PROSEDUR KELEBIHAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN


20

Pembayaran kelebihan biaya pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh peserta sendiri
pada keadaan sebagai berikut:

a. Perawatan di Rumah Sakit untuk kasus Kecelakaan Kerja


Bila peserta program JKK ASABRI dirawat pada fasilitas yang lebih tinggi dari
peraturan yang berlaku pada Rumah Sakit yang ditunjuk, maka semua selisih biaya
ditanggung oleh peserta program JKK ASABRI dan dibayarkan langsung pada loket
pembayaran saat akan meninggalkan Rumah Sakit.

b. Pada Pelayanan Khusus


Bila peserta memerlukan gigi palsu, orthese/prothese, dll akibat kecelakaan kerja
diatas standar program JKK ASABRI, maka selisih biayanya dibayarkan langsung
oleh peserta pada fasilitas kesehatan dimana yang bersangkutan mendapatkan
pelayanan.

Apabila dalam memperoleh pelayanan kesehatan peserta program JKK ASABRI sudah
mengikuti ketentuan yang berlaku ternyata masih harus mengeluarkan biaya, maka
untuk kejelasannya dapat menanyakan ke Rumah Sakit atau Kontak Layanan PT
ASABRI (Persero).

7. HAL-HAL YANG TIDAK DIJAMIN DALAM PROGRAM JKK

a. Peserta JKK yang tidak mentaati ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pengelola
Program.
b. General Check Up/Check Up/Regular Check Up (termasuk pap smear)
c. Akibat bencana alam, peperangan dan lain-lain.
d. Akibat tugas latihan dan tugas operasi.
e. Akibat tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh peserta.
f. Penyakit komplikasi di luar kasus penyakit akibat kecelakaan kerja.
g. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di luar negeri.
h. Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol/ narkotik dan obat-obat
terlarang.
i. Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX akibat
perbuatan dan perilaku sendiri.
j. Cedera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan bunuh diri.
k. Kelainan congenital/herediter/bawaan yang memerlukan pengobatan seumur
hidup, seperti : debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia.
l. Penyakit Kanker.
m. Pengobatan alternatif.
n. Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit akibat kecelakaan
kerja.
o. Semua obat kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang bukan
indikasi medis.
p. Semua obat berupa makanan seperti susu dan sebagainya.
q. Semua obat gosok seperti kayu putih dan sejenisnya.
r. Obat - obatan untuk kesuburan.
21

s. Obat - obatan kanker.


t. Pengajuan pembayaran klaim manfaat program JKK berupa perawatan oleh
peserta atau ahli waris kepada Pengelola Program dilakukan paling lambat 2 (dua)
tahun sejak tanggal terjadinya kecelakaan.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Liaison officer

BAB VI
PENUTUP

BAB VII
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai