Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Batderu Syamsi

20221770114

TEORI SOSIAL BELAJAR ALBERT BANDURA

Asumsi mendasar dari teori belajar sosial Bandura adalah bahwan manusia
cukup fleksibel dan mampu mempelajari banyak sikap, keterampilan, dan
perilaku. Manusia dapat belajar dari pengalamannya sendiri seara langsung tetapi
sebagian besar dari apa yang manusia pelajari didapatkan melalui pengamatan
terhadap orang lain. Bandura berpandangan bahwa observasi memungkinkan
individu untuk belajar tanpa melakukan perilaku apa pun. Dalam teori ini,
individu belajar melalui pengamatan terhadap perilaku individu lain. Bandura
percaya bahwa belajar melalui pengamatan (observational learning) lebih efisien
daripada belajar melalui pengalaman sendiri.
Inti dari observational learning adalah modelling. Modelling melibatkan
proses kognitif dan bukan sekedar peniruan. Hal tersebut lebih dari mencocokkan
tindakan dengan yang lain tetapi melibatkan representasi imformasi secara
simbolis dan memyimpannya untuk digunakan di waktu yang akan datang.
Beberapa faktor menentukan apakah individu akan belajar dari suatu model.
Pertama, karakteristik model merupakan hal yang penting. Individu cenderung
mencontoh orang dengan berstatus tinggi, berkompeten, berkuasa, dll. Kedua,
karakteristik pengamat berpengaruh terhadap kemungkinan modelling. Pemula
cenderung melakukan modelling dibandingkan dengan seorang yang sudah ahli.
Ketiga, konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan mungkin memiliki efek
terhadap pengamat. Melihat orang orang terkejut setelah menyentu kabel listrik
memberikan pelajaran berharga bagi pengamat.
Bandura menyatakan empat proses yang mengatur observational learning
yakni 1) attention, sebelum meneladani seseorang individu harus memperhatikan
oran tersebut; 2) representation, aagar observasi mengarah pada pola respon baru,
pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis dalam memori; 3)
behavioral production, setelah dua langkah di atas individu menghasilkan perilaku
tersebut; dan 4) motivation, motivasi mempengaruhi keefektivan modelling.
Bandura percaya bahwa perilaku baru didapatkan selain melalui observational
learning juga didapatkan dari enactive learning. Enactive learning atau
pembelajaran aktif memungkinkan individu mendapatkan pola perilaku baru
melalui pengalaman langsung dengan memikirikan dan mengevaluasi hasil dari
perilaku mereka.
Bandura dalam teorinya menjelaskan fungsi pdikologis dengan istilah Triadic
Reciprocal Causation. Istilah tersebut menyatakan bahwa tindaka manusia
merupakan hasil dari interaksi dari tiga variabel yakni lingkungan, perilaku dan
orang.

Perilaku

Orang Lingkungan

Sebagai contoh, seorang anak memohon kepada ayahnya untuk memberikan


brownies lagi. Dalam teori Bandura, ayah tersebut dapat mempertimbangkan
akibat dari memberinya brownies atau mengabaikan perilaku anaknya. Dia
mungkin berpikir “jika aku beri brownies lagi, dia akan berhenti menangis
sementara waktu tetapi di lain waktu dia akan berhenti menangis hingga aku
menyerah kepadanya. Oleh karena itu ku tidak akan memberinya brownies lagi”.
Oleh karena itu, sang ayah memiliki efek baik terhadap lingkungan (anak) dan
perilakunya sendiri (menolak permintaan anaknya). Selanjutnya perilaku anak
(lingkungan ayah) membantu membentuk kognisi dan perilaku sang ayah. Jika
sang anak berhenti meminta, dia mungkin memiliki pemikiran yang lain. Sebagai
contoh, dia mungkin mengevaluasi perilakunya dengan berpikir “saya ayah yang
baik karena saya melakukan hal yang benar”. Perubahan lingkungan
memungkinkan sang ayah untuk mengejar perilaku yang berbeda. Jadi
perilakunya selanjutnya ditentukan dari interaksi timbal balik dari lingkungan,
kognisi, dan perilakunya.
1. Permintaan sang anak mempengaruhi perilaku dan pemikiran sang ayah.
(L -> P) & (L -> O)
2. Perilaku ayah membantu membentuk perilaku anak di mana perilaku anak
merupakan lingkungan bagi ayah serta mempengaruhi pemikirannya. (P ->
L) & (P -> O)
3. Pemikiran sang ayah menentukan perilakunya (O -> P)

Teori belajar sosial memiliki pandangan agenik tentang kepribadian yang


berarti manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan kehidupannya
sendiri. Bandura menytakan empat fitur inti dari agensi manusia yakni
intentionality, forethought, self-reactiveness, dan, self-reflectiveness.
Intensionalitas mengacu pada tindakan yang dilakukan seseorang dengan sengaja.
Hal tersebut mencakup perencanaan dan juga melibatkan tindakan. Manusia
mempunyai pemikiria ke depan (forethought) untuk menetapkan tujuan, untuk
mengantisipasi hasil dari tindakan mereka, dan untuk memilih perilaku yang akan
memnghasilkan hasil yanh diinginkan dan mana yang dihindari. Selain
merencanakannya, manusia mampu melakukan reaktivitas diri (self-reactiveness)
dalam proses memotivasi dan mengatur dirinya sendiri. Terakhir, manusia
memiliki reflektivitas diri (self-reflectiveneness). Manusia dapat memikirkan dan
mengevaluasi motivasi, nilai-nilai, tujuan hidup mereka, dan kecukupan
pemikiran mereka sendiri.
Bnadura menyatakan tiga faktor internal dalam regulasi diri yakni self-
bservation, judgemental process, dan self-reaction. Dalam regulasi diri, kita harus
bisa memonitor kinerja kita sendiri (self-observtion) meskipun perhatian yang kita
berikan tidak perlu lengkap dan akurat. Observassi diri saja tidak cukup untuk
mengatur perilaku. Kita juga harus mengevaluasi kinerja kit. Hal tersebut kita
sebut sebagai judgemental process yang membantu kita mengatur perilaku melalui
proses mediasi kognitif. Terakhir adalah self-reaction. Manusia merespon secara
positif atau negative terhadap perilaku mereka tergantung pada bagaimana
perilaku ini memenuhi stanndar mereka.

Anda mungkin juga menyukai