Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan


Praktik kerja lapangan atau yang biasa disingkat PKL merupakan suatu
kegiatan pengalaman belajar bagi peserta didik di lahan praktik secara nyata.
Pendidikan sekolah menengah kejuruan dengan bidang studi kesehatan,
keahlian keperawatan bertujuan memenuhi kebutuhan tenaga asisten kesehatan
yang terampil. Pengalaman praktik kerja lapangan ini di harapkan membantu
peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dan diperoleh dari sekolah menengah kejuruan jurusan keperawatan.
Praktik kerja lapangan dipandang perlu. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara
teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas managerial siswa/i dalam mengamati permasalahan dan
persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya
(Depkes RI, 2004).

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Secara umum, praktik kerja lapangan bertujuan untuk memberi gambaran
kepada siswa/i pada saat bekerja, baik itu disuatu perusahaan ataupun disuatu
lembaga instansi. Sedangkan secara khususnya antara lain :
1. Dapat menambah dan mengembangkan potensi ilmu pengetahuan.
2. Melatih keterampilan yang dimiliki siswa/i sehingga dapat bekerja dengan
baik dan cekatan dalam melakukan sesuatu.
3. Mewujudkan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika yang
baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
4. Menambah kreatifitas siswa/i agar dapat mengembangkan bakat yang
terdapat dalam dirinya.
5. Memberikan motivasi sehingga siswa/i agar semangat dalam meraih cita-
cita mereka.

1
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Keperawatan
1. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, dengan
keterampilan pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan
zaman.
2. Mengasah keterampilan yang diberikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
3. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia
usaha serta industri yang profesional dan handal.
4. Membentuk pola pikir siswa/i agar terkonstruktif baik, serta memberikan
pengalaman dalam dunia industri maupun dunia kerja.
5. Menjalin kerja sama yang baik antar sekolah dan perusahaan terkait, baik
dalam dunia usaha maupun dunia industri.
6. Mengenalkan siswa/i pada pekerja lapangan di dunia industri dan usaha
sehingga pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang
sesungguhnya.
7. Menambah pengetahuan siswa/i tentang dunia kerja dan menambah
kreativitas siswa/i untuk mengembangkan bakat dan minat.
8. Melatih dan mengasah keterampilan siswa/i dalam dunia kerja.
9. Membentuk mental siswa/i dan memberikan motivasi agar serius dan
bersemangat dalam mencapai cita-cita.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk implementasi
secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara
langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
Disamping dunia usaha, Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat memberikan
keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri yaitu sekolah, karena keahlian yang
tidak diajarkan di sekolah bisa didapat di dunia usaha, sehingga dengan adanya
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat meningkatkan mutu dan relevensi
Pendidikan Menengah Atas yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu
sistem yang mantap antara dunia pendidikan dan dunia usaha.

B. Pengertian Praktik Kerja Lapangan Keperawatan


PKL keperawatan adalah salah satu bentuk implementasi secara sistematis
dan sinkron antara program pendidikan kesehatan di sekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja untuk mencapai
tingkat keahlian tertentu.
PKL adalah suatu proses untuk mengembangkan keterampilan siswa
dengan dunia kerja. Pendidikan ini adalah sistem terpadu siswa-siswi mengenal
lebih dekat dunia kerja dan segala aspek yang terkait didalamnya. Mampu
memahami tugas dan peran asisten perawat di rumah sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku didalam sistem PKL dan dapat mempunyai banyak
pengetahuan dari dunia kerja antara materi maupun teori dan praktik langsung
dilapangan kerja.
Disamping dunia usaha, Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat memberikan
keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri yaitu sekolah, karena keahlian yang
tidak diajarkan disekolah bisa didapat dunia usaha, sehingga dengan adanya

3
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat meningkatkan mutu dan relevensi
Pendidikan Menengah Atas yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu
sistem mantap antara dunia pendidikan dan dunia usaha.

C. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)


Kebutuhan dasar manusia (KDM) merupakan sesuatu yang dibutuhkan
oleh manusia untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan individu yang
menstimulasi respon untuk mempertahankan integritas (keutuhan) hidup.
Kebutuhan dasar manusia menurut beberapa tokoh ahli yaitu:
1. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow
Ada 5 kebutuhan dasar yang dimiliki dan harus dipenuhi oleh manusia,
diantaranya :

a. Kebutuhan fisiologis (pshysiologic needs)


Sesuai dengan namanya kebutuhan fisiologis ini berhubungan
dengan fisik dan body manusia. Hal inilah yang menjadikan kebutuhan
ini yang paling penting, manusia bisa menjadi hilang fungsi ketika
kebutuhan fisiknya tidak terpenuhi dengan baik. Seperti kebutuhan akan
cairan, nutrisi, oksigenisasi, eliminasi, istirahat, temperature, tempat
tinggal, sex, dan juga kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and
Security Needs).

4
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan dibagi menjadi dua,
yakni keselamatan fisik dan keselamatan fisiologis. Keselamatan fisik ini
melibatkan situasi dimana mengurangi atau mengeluarkan ancaman yang
ada dalam tubuh atau kehidupan kita. Ancaman tersebut meliputi
penyakit, kecelakaan, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.
Sedangkan keselamatan fisiologis memiliki hubungan dengan keadaan
psikis seseorang. Keadaan psikis tidak kalah pentingnya dengan keadaan
fisik, jika psikis kita merasa terkena ancaman maka aktivitas sehari-hari
akan terganggu.

b. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki (Love and Belonging Needs)


Pada umumnya manusia ingin mendapatkan sebuah pengakuan dari
orang lain dan ingin diterima oleh semua pihak, baik teman, keluarga,
maupun tetangga. Selain itu rasa cinta dan memiliki juga diharapkan oleh
semua manusia. Perlu anda ketahui bahwasannya manusia bisa
memenuhi kebutuhan ini dengan bentuk mencari cinta dan rasa memiliki
ataupun menyebar atau membagi cinta setelah kebutuhan akan
keselamatan dan keamanan mereka terpenuhi.

c. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization)


Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang berada di tingkat paling
tinggi. Tidak mudah untuk mengaktualisasikan diri, karena untuk
mencapai tingkat tersebut manusia harus mampu memiliki kinerja yang
bagus dan memiliki kepribadian multi dimensi yang matang agar bisa
menyelesaikan sebuah problematika dalam hidupnya. Dengan
mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, kita perlu
memahami bahwa :
1. Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri
yang maksimal.
2. Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan
baik sampai kebutuhan di bawahnya terpenuhi.

5
3. Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada
akhirnya akan muncul sesuatu kondisi patologis.
4. Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap
kebutuhan tersebut dimodifikasi sesuai dengan budaya masing.
5. Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas.
6. Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa
kebutuhan sifatnya dapat ditunda.
7. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidak
seimbangan homeostasis. Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan
penyakit.
8. Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak
memenuhinya. Ini disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari
faktor eksternal dan internal.
9. Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat
berespon melalui berbagai cara.
10. Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang
tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan


dasar di bawahnya harus terpenuhi dulu. Artinya, terdapat sesuatu
jenjang kebutuhan yang “lebih penting” yang harus dipenuhi sebelum
kebutuhan yang lain dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis
seseorang seperti makan, cairan, istirahat, dan lain sebagainya belum
terpenuhi, tidak mungkin baginya untuk memenuhi kebutuhan harga diri
atau aktualisasi diri dengan mengabaikan kebutuhan yang pertama.

2. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Virginia Henderson


Teori keperawatan Virginia Handerson (Hammer dan Henderson, 1955)
mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964)
mendefinisikan keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan
yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki konstribusi
terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan

6
mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan,
dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara
membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson,
memberikan kerangka kerja dalam melakukan Asuhan Keperawatan
(Henderson, 1966) :
a. Bernapas secara normal.
b. Makan dan minum cukup.
c. Eliminasi.
d. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki.
e. Istirahat dan tidur.
f. Memilih cara berpakaian dan melepas pakaian.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal.
h. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapih.
i. Menghindari bahaya dari lingkungan.
j. Berkomunikasi dengan orang lain.
k. Beribadah menurut keyakinan.
l. Bekerja yang menjanjikan prestasi.
m. Bermain dan berpatisipasi dalam bentuk rekreasi.
n. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu
pada perkembangan dan kesehatan normal.

3. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Watson


Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988)
berupaya untuk mendefinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang
berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan (Watson 1979;
marrinerTomey, 1994). Tindakan keperawatan mengacu langsung pada
pemahaman hubungan antara sehat, sakit, dan perilaku manusia.
Keperawatan memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan
serta pencegahan terjadinya penyakit. Model Watson meliputi proses asuhan
keperawatan, pemberian bantuan bagi klien dalam mencapai atau

7
mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian yang damai. Intervensi
keperawatan berkaitan dengan proses keperawatan manusia.
Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami perilaku
dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual ataupun yang
potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana merespon terhadap orang lain
dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus
pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat memberikan
kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan keluarganya. Asuhan
keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh
perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien (Watson,
1987).

4. Kebutuhan Dasar Manusia menurut King


Manusia merupakan individu reaktifan yang dapat bereaksi terhadap
situasi, orang dan objek tertentu. Sebagai makhluk yang berorientasi pada
waktu, manusia tidak terlepas dari kejadian masa lalu dan masa sekarang
yang akan berpengaruh terhadap masa depannya. Sebagai makhluk sosial,
manusia hidup bersama orang lain dan berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Kebutuhan akan informasi Kesehatan.
b. Kebutuhan akan pencegahan penyakit.
c. Kebutuhan akan perawatan ketika sakit.

5. Kebutuhan Dasar Manussia menurut Martha E. Rogers


Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
mempengaruhi satu sama lain. Dalam proses kehidupannya, manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikannya masing-masing. Dengan
kata lain, setiap individu berbeda satu dengan yang lain. Konsep Martha E.
Rogers ini di kenal dengan konsep manusia sebagai unit.

8
6. Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Jhonson
Jhonson mengungkap pandangannya dengan menggunakan pendekatan
sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu dipandang sebagai sistem
perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik
dalam lingkungan internal maupun eksternal. Individu juga memiliki
keinginan untuk mengatur dan menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh
yang timbul.

7. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Sister Calista Roy


Menurut Roy, manusia sebagai individu dapat meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah
perilaku maladaptif. Sebagai makhluk biopsikososial, manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk mencapai keseimbangan atau
homeostasis, manusia harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Adaptasi tersebut dilakukan dengan stimulasi fokal, stimulasi
konstektual dan stimulasi residual. Dalam proses penyesuaian diri, individu
harus meningkatkan energinya agar mampu mencapai tujuan berupa
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta keunggulan. Dengan
demikian, individu memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif.
Karenanya, Roy secara ringkas berpendapat bahwa individu sebagai
makhluk biopsikososio-spiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh,
memiliki mekanisme untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan lingkungan
tersebut.

9
D. Pengertian KDTK Pada Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
KDTK atau Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan merupakan
tindakan keterampilan yang mendasar untuk memenuhi Kebutuhan Dasar
Manusia yang harus dimiliki oleh Asisten Keperawatan untuk memenuhi
Kebutuhan Dasar Manusia pada pasien/klien. Tindakan tersebut seperti
keterampilan dalam berkomunikasi atau melakukan observasi masalah pasien,
melakukan perawatan, memberikan PENKES kepada pasien yang berkaitan
dengan masalah yang dialami pasien dan turut serta dalam pemeliharaan status
kesehatan pasien serta perawatan penyembuhan pasien.
Kegiatan belajar praktik di laboratorium tindakan keperawatan dasar
merupakan praktik keterampilan tindakan keperawatan untuk mencapai
kompetensi keterampilan mata pelajaran kebutuhan dasar manusia I, II, III
yang diaplikasikan dalam Keterampilan Kebutuhan Dasar Manusia (KKDM)
atau Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan (KDTK).
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan
dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada 3 sistem yaitu:
Personal, interpersonal, dan sosial. Kesimpulannya bahwa kebutuhan dasar
manusia adalah kebutuhan dasar yang diperlukan untuk mempertahankan
kehidupannya baik kebutuhan maupun psikisnya.
Pengertian teori keperawatan. Teori adalah hubungan beberapa konsep
atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang memberikan suatu pandangan
sistematis terhadap gejala atau fenomena dengan menentuan hubungan spesifik
antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan,
meramalkan atau mengendalikan. Pengertian harga diri secara bahasa adalah
kehormatan diri, orang yang mengalami hubungan yang positif, serta penelitian
yang bagus terhadap diri nya (self concept).

10
E. Pengertian Pelayanan Tindakan Keperawatan pada Pasien Rawat Inap
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

2. Analisa Data (Masalah Keperawatan)


Pengelompokan data adalah mengelompokan data-data klien atau
keadaan, tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kreteria permasalahannya.
Setelah data dikelompokan maka perawat dapat mengindentifikasi
masalah klien dan merumuskannya, pengelompokan data dapat disusun
berdasarkan “pola respon manusia (taksomi NANDSA)” dan atau “pola
fungsi kesehatan (Gordon, 1982)” penggolongan Masalah Keperawatan.

3. Perencanaan Tindakan Keperawatan


Perencanaan merupakan bagian dari fase perorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pendoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan klien. Suatu perencanaan yang tertulis dengan baik
akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan karana
perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam
asuhan keperawatan klien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang mengambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1995 dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,

11
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul di kemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan
kongnitif (intelektual), kemampuan atau hubungan interpersonal, dan
keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan,
dan kegiatan komunikasi (Kozier et al, 1995)

5. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana, tindakan dan
pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Perawat memonitor keadaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan.

F. Pengertian Diagnosa Typhoid Pada Kasus Pelayanan Tindakan


Keperawatan
1. Pengertian Thypoid
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella
typhi. Penyakit infeksi ini umumnya menular melalui makanan atau
minuman yang tercemar feses atau urine penderita. Jika tidak ditangani
secara tepat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat
fatal.
Demam Thypoid atau tipes banyak terjadi di negara-negara Asia,
termasuk Indonesia. Di Indonesia, demam tifoid tergolong penyakit
endemik. Diperkirakan 500 dari tiap 100.000 penduduk Indonesia
terserang demam tifoid setiap tahunnya.
Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri Salmonella, demam tifoid
berbeda dengan infeksi Salmonella (salmonelosis). Salmonelosis
disebabkan oleh bakteri Salmonella, sedangkan demam tifoid

12
disebabkan oleh salah satu jenis bakteri Salmonella, yaitu Salmonella
typhi. Demam tifoid atau tipes juga berbeda dengan tifus atau typhus.
Tifus disebabkan oleh bakteri Rickettsia dan Orientia.
2. Etiologi Thypoid
Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Bakteri ini dapat masuk dan berkembang di dalam usus setelah
seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
tinja atau urine penderita demam tifoid. Salmonella typhi juga dapat
menular dari penderita yang sudah tidak bergejala, tetapi masih
membawa bakteri tersebut. Hal ini terjadi karena penyembuhan belum
dilakukan secara total sehingga Salmonella typhi masih tersisa di dalam
usus dan dapat menular ke orang lain.
3. Faktor risiko Thypoid
Meski demam tifoid lebih sering menyerang anak-anak, ada
sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang demam tifoid, yaitu:
Mengunjungi atau bekerja di daerah yang tinggi kasus demam tifoid.
a. Melakukan kontak langsung dengan penderita demam
tifoid
b. Tinggal di lingkungan yang kotor dan bersanitasi buruk
c. Bekerja sebagai tenaga kesehatan yang menangani
penderita demam tifoid
d. Mengonsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang tidak
dicucI bersih
e. Menggunakan toilet yang sama dengan penderita dan tidak
mencuci tangan setelahnya
f. Mengonsumsi makanan laut dari air yang terkontaminasi
bakteri
g. Melakukan seks melalui mulut (oral sex) dengan penderita
demam tifoid

13
4. Patofisiologi Thyphoid
Berawal dari kuman masuk melalui mulut sebagian kuman akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel endoteleal, hati, limpa, dan
organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-
sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah
dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman
masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus, dan
kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks
player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus
yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan
perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar
mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksil, sedangkan kelainan pada saluran disebabkan oleh
kelainan pada usus halus
5. Tanda dan Gejala Thypoid
Gejala demam tifoid muncul 7–14 hari setelah seseorang
terinfeksi bakteri Salmonella typhi. Seberapa lama gejala berlangsung
tergantung pada perkembangan penyakit. Penderita demam tifoid dapat
mengalami gejala awal berupa:
a. Demam yang meningkat secara bertahap hingga mencapai 39–
40°C
b. Sakit kepala
c. Nyeri otot
d. Lelah dan lemas
e. Keringat berlebih

14
f. Batuk kering
g. Hilang nafsu makan
h. Berat badan menurun
i. Sakit perut
j. Sembelit
k. Ruam kemerahan di kulit
l. Pembengkakan di perut
m. Jika penyakit memburuk, demam tifoid dapat menimbulkan
gejala lanjutan, seperti:
1) Linglung atau mengigau
2) Halusinasi
3) Diare
4) Menggigil
5) Tubuh terasa sangat Lelah
6) Sulit berkonsentrasi
7) BAB berdarah
6. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium pada Thypoid
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah
pemeriksaan lanjutan, yaitu:
a. Tes darah, urin, dan tinja, untuk mendeteksi keberadaan bakteri
Salmonella typhi Aspirasi sumsum tulang, untuk lebih
memastikan keberadaan bakteri Salmonella typhi dari hasites
darah, urin, dan tinja, tetapi tes ini jarang dilakukan
b. Tes Widal, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi
c. Tes TUBEX TF, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi dengan sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan tes Widal
Perlu diketahui bahwa di daerah endemik demam tifoid, seperti
Indonesia, hampir semua penduduknya pernah terpapar bakteri
Salmonella typhi. Hal ini membuat tubuh secara alamiah

15
membentuk antibodi terhadap bakteri tersebut.
Mengingat tes Widal bekerja dengan mendeteksi antibodi terhadap
bakteri Salmonella typhi, tes ini dapat memberikan hasil positif
meskipun pasien tidak menderita demam tifoid. Oleh karena itu, dalam
menentukan hasil tes, dokter akan lebih berhati-hati agar mendapatkan
diagnosis yang akurat.
7. Pengobatan Thypoid
Pengobatan Thypoid dilakukan tergantung pada tingkat
keparahannya. Jika demam tifoid terdeteksi lebih awal dan hanya
menimbulkan gejala ringan, pasien dapat melakukan perawatan mandiri
di rumah. Umumnya, dokter akan memberikan beberapa obat-obatan
tipes berikut:
a. Antibiotik, seperti ciprofloxacin, ceftriaxone, dan azithromycin,
untuk mengatasi infeksi bakteri, yang harus diminum selama
2−3 minggu
b. Obat penurun demam, seperti paracetamol

Sayangnya, banyak bakteri Salmonella typhi yang telah


resisten terhadap antibiotik chloramphenicol, ampicillin, dan co-
trimoxazole. Oleh karena itu, obat antibiotik harus diresepkan oleh
dokter dan diminum oleh pasien hingga tuntas, serta dievaluasi oleh
dokter.

Sementara itu, pada kasus dengan gejala berat, pasien


perlu dirawat di rumah sakit. Dokter akan memberikan antibiotik
melalui suntikan dan cairan infus untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan operasi, terutama bila
pasien mengalami perdarahan atau robekan di saluran pencernaan.

Selama masa pengobatan, pasien juga dianjurkan untuk melakukan


beberapa hal di bawah ini guna mempercepat proses penyembuhan:

a. Tidak melakukan aktivitas yang berat


b. Beristirahat yang cukup

16
c. Makassn dengan porsi yang kecil, tetapi sering
d. Mengonsumsi makanan yang lunak dan tidak pedas bila tidak
bisa mengonsumsi makanan padat
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin
f. Minum air putih yang cukup
8. Komplikasi Demam Tifoid
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, demam
tifoid dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Beberapa komplikasi
yang paling sering terjadi adalah:
a. Perdarahan di saluran pencernaan sehingga memerlukan
transfusi darah
b. Robekan di saluran pencernaan, yang dapat berkembang
menjadi peritonitis dan berakibat fatal.Peradangan di otot
jantung (miokarditis)
c. Infeksi kandung kemih
d. Gagal ginjal
e. Peradangan di lapisan bagian dalam jantung (endokarditis)
f. Meningitis
g. Infeksi pembuluh darah
h. Pneumonia
i. Pankreatitis
9. Pencegahan Thypoid
Salah satu upaya untuk mencegah demam tifoid adalah
dengan mendapatkan vaksin tifoid. Vaksin ini terdapat dalam program
imunisasi yang dianjurkan pemerintah. Meski umumnya diberikan
kepada anak usia 2–12 tahun, vaksin tifoid juga dapat diberikan kepada
orang dewasa yang berisiko terserang demam tifoid.
Selain dengan vaksin, ada beberapa upaya pencegahan
lainnya yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Menghindari konsumsi buah dan sayuran mentah yang tidak

17
dicuci dengan air bersih
c. Memastikan air yang akan diminum telah direbus hingga
matang
d. Menghindari konsumsi makanan mentah atau belum matang
sempurna
e. Membatasi konsumsi jajanan dan minuman yang dijual
di pinggir jalan
G. Pengertian Diagnosa Diabetes Melitus Pada Kasus Pelayanan Tindakan
Keperawatan
1. DIABETES MELITUS
a. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
b. Etiologi Diabetes Melitus
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes tipe 1
dan tipe 2. Berikut adalah penjelasannya:
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
secara keliru menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas
yang memproduksi insulin. Hal ini menyebabkan kadar glukosa
darah meningkat sehingga memicu kerusakan pada organ-organ
tubuh.
Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun.
Penyebab diabetes tipe 1 masih belum diketahui secara pasti.

18
Namun, ada dugaan penyakit ini terkait dengan faktor genetik dan
faktor lingkungan.
2) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling
banyak terjadi, yakni sekitar 90–95%. Diabetes tipe 2 terjadi
ketika sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin
sehingga insulin yang dihasilkan tidak bisa digunakan dengan
baik. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah resistensi insulin.
Selain kedua jenis diabetes tersebut, ada jenis diabetes
yang biasa terjadi pada ibu hamil, yakni diabetes gestasional.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh perubahan hormon pada masa
kehamilan, tetapi biasanya gula darah penderita akan kembali
normal setelah masa persalinan.
2. Faktor Risiko Diabetes Melitus
Seseorang akan lebih berisiko terkena diabetes tipe 1 jika memiliki faktor
risiko berikut:
a. Berusia 4–7 tahun atau 10–14 tahun
b. Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1
c. Menderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
d. Menderita penyakit autoimun, seperti penyakit Grave,
penyakit Hashimoto, dan penyakit Addison
e. Mengalami cedera pada pankreas akibat infeksi, tumor,
cedera, kecelakaan, atau efek samping setelah operasi
besar
Sementara itu, diabetes tipe 2 lebih berisiko terjadi pada
seseorang dengan faktor-faktor- berikut:
a. Berusia lebih dari 45 tahun
b. Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2
c. Jarang beraktivitas fisik atau berolahraga
d. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
e. Menderita prediabetes

19
f. Menderita kolesterol tinggi
g. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)

Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat
lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki
riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah
mengalami diabetes tipe 2.

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Patofisiologi diabetes mellitus yaitu jumlah glukosa
yang di ambil dan dilepaskan oleh hati dan digunakan oleh jaringan-
jaringan perifer bergantung pada keseimbangan fisiologis beberapa
hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan
hormon yang menurunkan glukosa darah, di bentuk sel-sel beta di
pulau langerhans pankreas. Hormon yang meningkatkan kadar
glukosa darah antara lain: glukagon yang disekresi oleh korteks
adrenal dan growth hormon membentuk suatu perlawanan
mekanisme regulator yang mencegah timbulnya penyakit akibat
pengaruh insulin (Price & Wilson, 2016).
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin dan gangguan sekresi insulin yaitu
retensi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Retensi insulin pada diabetes tipe II disertai
penurunan reaksi intra sel sehingga insulin pada diabetes tipe II
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi diabetes tipe II (ADA, 2018).
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan
sel β pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral

20
dari diabetes mellitus tipe 2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan
sel β terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang diperkirakan
sebelumnya. Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan
lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin),
sel α pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorbsi
glukosa) dan otak (resistensi insulin), semuanya ikut berperan dalam
menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada diabetes
mellitus tipe II (Perkeni, 2021)
Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta
kegagalan sel beta pankreas untuk sekresi insulin merupakan
kelainan dasar yang terjadi pada penyakit DM tipe II. Selain otot,
liver dan sel beta pankreas, terdapat peran organ-organ lain yang
berkontribusi terhadap terjadinya gangguan toleransi glukosa pada
DM tipe II. Organ-organ tersebut dan perannya adalah jaringan
lemak dengan perannya meningkatkan lipolisis, gastrointestinal
dengan defisiensi incretin, sel alpha pankreas dengan terjadinya
hiperglukagonemia, ginjal dengan meningkatnya absorpsi glukosa,
dan peran otak dengan terjadinya resistensi insulin. Keseluruhan
gangguan terkait kelainan peran organ tersebut mengakibatkan
kelainan metabolik yang terjadi pada pasien Diabetes Mellitus tipe II
(Aini, 2017).
4. Gejala Diabetes
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam
beberapa minggu atau bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada
diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa
mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena
gejalanya cenderung tidak spesifik.
Beberapa ciri-ciri penyakit gula atau diabetes tipe 1 dan tipe 2
meliputi:
a. Sering merasa haus atau sangat lapar
b. Sering buang air kecil, terutama pada malam hari

21
c. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
d. Penurunan massa otot
e. Pandangan kabur
f. Urine mengandung keton
g. Tubuh mudah lelah dan lemas
h. Luka menjadi lebih sulit sembuh
i. Mudah mengalami infeksi, seperti di gusi, kulit, vagina, atau
saluran kemih

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang juga bisa dialami penderita
diabetes, antara lain:

a. Mulut kering
b. Gatal-gatal di kulit atau timbul prurigo
c. Disfungsi ereksi atau impotensi
d. Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki
e. Hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa
jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan
f. Bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan,
(akantosis nigrikans) yang menjadi tanda resistensi insulin

Sementara itu, ada juga beberapa orang yang mengalami


prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah berada di atas
rentang normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai
diabetes. Meski demikian, seorang penderita prediabetes juga dapat
menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.

5. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnosa DM adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa darah ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.

22
c. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan
klasik.
d. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). Catatan untuk diagnosa berdasarkan HbA1c,
tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP,
sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi (Perkeni,
2021).
6. Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tergantung pada jenis diabetes yang
dialami oleh pasien. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan
diabetes yang dapat dilakukan:
a. Obat-obatan
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin
untuk mengatur gula darah sehari-hari. Beberapa pasien diabetes
tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk
mengatur gula darah.
Insulin tambahan biasanya akan diberikan melalui suntikan, bukan
dalam bentuk obat oral. Dokter akan mengatur jenis dan dosis
insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter akan
merekomendasikan prosedur transplantasi pankreas untuk
mengganti pankreas yang rusak. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil
menjalani transplantasi tersebut tidak memerlukan lagi terapi
insulin, tetapi harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-
obatan, salah satunya adalah metformin. Metformin berfungsi
menurunkan produksi glukosa dari hati dan membantu tubuh dalam
mengolah insulin secara efektif.
Dokter juga dapat memberikan suplemen atau vitamin guna
mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes

23
yang sering mengalami gejala kesemutan akan diberikan vitamin
neurotropik.
Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan
B12. Vitamin-vitamin ini bermanfaat untuk menjaga fungsi dan
struktur saraf tepi. Hal ini sangat penting untuk pasien diabetes tipe
2 agar terhindar dari komplikasi neuropati diabetik yang cukup
sering terjadi.
7. Komplikasi Diabetes
Diabetes menimbulkan berbagai komplikasi, baik yang terjadi
mendadak (akut) maupun dalam jangka panjang (kronis). Komplikasi
akut yang dapat terjadi pada penderita diabetes adalah ketoasidosis
diabetik dan hyperosmolar hyperglycemic syndrome (HHS).
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2
adalah:
a. Stroke
b. Penyakit jantung
c. Gagal ginjal kronis
d. Neuropati diabetic
e. Gangguan penglihatan
f. Katarak
g. Depresi
h. Demensia
i. Gangguan pendengaran
j. Frozen shoulder
k. Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
l. Kerusakan kulit atau gangrene akibat infeksi bakteri dan jamur,
termasuk bakteri pemakan daging

Diabetes akibat kehamilan juga dapat menimbulkan komplikasi pada


ibu hamil dan bayi, contohnya adalah preeklamsia. Sementara itu,
beberapa komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:

24
• Keguguran
• Kelahiran premature
• Kelebihan berat badan saat lahir
• Gula darah rendah (hipoglikemia)
• Penyakit kuning
• Peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 setelah dewasa
8. Pencegahan Diabetes
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum
diketahui. Sementara itu, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat
dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk mencegah diabetes di antaranya:
a. Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat
b. Rutin berolahraga dan melakukan aktivitas Fisik
c. Menjaga berat badan ideal
d. Beristirahat dan tidur yang cukup
e. Berhenti merokok
f. Menghindari konsumsi minuman beralkohol
g. Mengelola stres dengan baik
h. Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya
sekali dalam 1 tahun
H. Pengertian Rumah Sakit Sebagai Institusi Pemberi Layanan Kesehatan
1. Pengertian

Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization),


definisi rumah sakit adalah integral dari satu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(Komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (Preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat peneliti
medik.

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah

25
sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.

Menurut American Hospital Association (1974) dalam Azrul


Azwar (1996), rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri
dari tenaga medis profesional yang terorganisir serta sana kedokteran
yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1988 disebutkan bahwa Rumah
Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan
tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaran pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan


sesuai standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggara pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

26
dalam rangka pengingkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan.
e. Kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan dalam
bidang kesehatan.

3. Klasifikasi Rumah Sakit


Klasifikasi rumah sakit menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun
2020Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyebutkan
klasifikasi rumah sakit ada 2 yaitu:
a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit
Umum diklasifikasikan menjadi :
1) Rumah Sakit Umum Kelas A
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
4) Rumah Sakit Umum Kelas D

b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan


pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya, Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi :
1) Rumah Sakit Khusus Kelas A
2) Rumah Sakit Khusus Kelas B
3) Rumah Sakit Khusus Kelas C

4. Kewajiban Rumah Sakit

27
Rumah sakit mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan
menurut Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban
Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien memutuskan bahwa “Setiap
Rumah Sakit mempunyai kewajiban :Membuat, melaksanakan, dan
menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai
acuan dalam melayani pasien dan menyelenggarakan rekam medis”.

5. Rekam Medis
A. Pengertian Rekam Medis
Pengertian rekam medis menurut Permenkes No 269 Tahun 2008
Tentang Rekam Medis Pasal 1 dinyatakan bahwa “Rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien”.

B. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis


Pelaksanaan rekam medis mempunyai tujuan dan kegunaan
menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI Revisi II Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyelenggaran dan Prosedur Rekam Medis di
Indonesia menyatakan bahwa :
1. Tujuan
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tanpa didukung suatu system pengelolaan rekam medis
yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah
sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2. Kegunaan Rekam Medis

28
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
1. Aspek Administrasi
Berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wawenang dan tanggung jawab
sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan
tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/peawatn yang diberikan kepada seorang pasien dan
dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu
pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen resiko klinis
serta keamanan dan keselamatan pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan
sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-
tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama
menjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan
sistem teknologi komputer di dalam proses penyelenggaraan
rekam medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada
setiap instasi pelayanan kesehatan.

5. Aspek Penelitian

29
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena
isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan
sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan kesehatan.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan rumah sakit.

C. Penyelenggaraan Berkas Rekam Medis


Penyelenggaraan rekam medis menurut Nuraini, N(2015)
menyatakan bahwa :
Penyelenggaraan Rekam Medis pada suatu sarana pelayanan
kesehatan merupakan salah satu indikator mutu layanan di institusi
tersebut. Berdasarkan data pada Rekam Medis tersebut akan dapat
dinilai apakah pelayanan yang yang diberikan sudah cukup baik
mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai standar atau tidak,
penyelenggaraan rekam medis, meliputi:
1. Penerimaan pasien
2. Pencatatan
3. Pengelolaan rekam medis
4. Penyimpanan kembali rekam medis
5. Pengambilan kembali rekam medis

30
Karakteristik Petugas Rekam Medis
Petugas rekam medis mempunyai karakteristik yang harus dipenuhi
menurut Permenkes Nomor 55 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis menyatakan bahwa :
“Perekam Medis adalah seorang yang telah lulus pendidikan Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan. Berdasarkan pendidikan Perekam Medis
dikualifikasikan sebagai berikut:
1. Standar kelulusan Diploma tiga sebagai Ahli Madya Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan
2. Standar kelulusan Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan
3. Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan; dan
4. Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan

D. Penyimpanan Berkas Rekam Medis


Penyimpanan BRM menurut Kusnadi, D.(2018) menyatakan
bahwa “Sistem penyimpanan dokumen rekam medis memberikan
ketersediaan data tentang segala pelayanan yang telah diberikan
kepada pasien.Oleh karena itu penyimpanan dokumen rekam medis
harus dikelola dengan baik untuk dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada pasien”.

E. Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis


Penyimpanan BRM mempunyai sistem menurut Depkes RI Revisi
II Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaran dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia ada 2 cara penyimpanan
berkas rekam medis yaitu :
1. Sentralisasi

31
Sentralisasi ini diartikan penyimpanan rekam medis seorang pasien
dalam satu kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik maupun
catatan-catatan selama seorang pasien dirawat.
2. Desentralisasi
Desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis polik klinik
dengan rekam medis penderita di rawat dengan kata lain berkas
rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan tempat
penyimpanan yang terpisah.

F. Sistem Penjajaran Rekam Medis


Penyimpanan BRM juga didukung dengan sistem penjajaran
menurut Depkes RI Revisi II Tahun 2006 Sistem penyimpanan rekam
medis berdasarkan nomor, yang sering dipratekkan yaitu:
1. Sistem Angka Langsung
Penyimpanan dengan sistem nomor langsung (Straight Numerical
Filling) adalah penyimpanan rekam medis dalam rak
penyimpanan secara beturut sesuai dengan urutan nomornya.
Misalnya keempat rekam medis berikut ini akan disimpan
berurutan dalam satu rak yaitu : 465023, 465024, 465025,465026.
2. Sistem Angka Akhir
Penyimpanan dengan sistem angka akhir lazim disebut (Terminal
Digit Filling System). Disini digunakan nomor dengan 6 angka,
yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri
dari 2 angka tengah. Angka pertama adalah kelompok 2 angka
yang terletak paling kanan, angka kedua adalah kelompok 2 angka
yang terletak ditengah, dan angka ketiga adalah kelompok 2 angka
yang terletak paling kiri.
3. Sistem Angka Tengah
Istilah yang dipakai adalah penyimpanan dengan sistem angka
tengah (Middle digit Fiiling System). Disini penyimpanan rekam
medis diurut dengan pasangan angka-angka sama halnya dengan

32
sistem angka akhir, namun angka pertama,angka kedua, angka
ketiga berbeda letaknya dengan sistem angka akhir. Dalam hal ini
angka yang terletak ditengah menjadi angka pertama, pasangan
angka paling kiri menjadi angka kedua dan pasngan angka paling
kanan menjadi angka ketiga.

G. Fisik Penyimpanan Berkas Rekam Medis


Penyimpanan BRM mempunyai fisik yang harus sesuai standart
menurut Depkes RI Revisi II Tahun 2006 Tentang Pedoman
Penyelenggaran Rekam Medis Rumah Sakit menyebutkan bahwa:
“Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan
suhu dan pemeliharaan ruangan. Faktor keselamatan kerja petugas
penting untuk dijadikan perhatian dalam di ruang penyimpanan
rekam medis sehingga dapat membantu memelihara dan mendorong
semangat kerja serta dapat meningkatkan produktivitas petugas yang
bekerja di bagian bidang ruang penyimpanan.
Alat penyimpanan rekam medis yang umum dipakai :
1. Rak terbuka (open self file unit)
2. Lemari lima laci (five-drawer file cabinet)
3. Roll O‟Pack (terdiri dari rak file statis dan dinamis)”

33
BAB III
PENULISAN LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.S
KASUS I

A. Biodata
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Tanggal lahir : 08 Oktober 1971
Alamat : Jl. Menteng Blok 20 No. 33 RT3/5
Menteng Bogor
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 18 Juli 2023 pukul 21.06 WIB
Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2023 pukul 08.30 WIB
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk RS : Pasien mengatakan demam
menggigigil sudah 3 hari, mual,
lemas, dan nyeri pada ulu hati
2. Diagnosa medis : Typhoid
3. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
C. Kebutuhan Dasar
1. Sirkulasi
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 37,8° C
Respirasi : 20x/menit

34
Nadi : 120x/menit
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Turgor Kulit : Kurang Elastis
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik

2. Kebutuhan Nutrisi
Makan : 3x ½ porsi/hari
Gangguan Intake Makan : Ada, karena pasien mual
Nafsu Makan : Berkurang, karena pasien mual
Diet Makan : Makanan tinggi kalori dan protein

3. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Minum : 700 ml/hari
Gangguan Intake Minum : Ada, karena pasien mual
Tanda Dehidrasi : Ada, muka pucat dan bibir kering

4. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan BAB : 1-2x/hari, konsistensi padat
Kebiasaan BAK : 3x/hari, warna urine kuning pekat

5. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat


Aktivitas Sehari hari : Ibu RT
Olahraga : Tidak Pernah
Gangguan Pergerakan : Tidak Ada
Kebiasaan Istirahat : Tidur Siang Pukul 12.00–13.00 WIB
Kebiasaan Tidur : Tidur Malam Pukul 00.00-06.00 WIB
Gangguan Tidur : Tidak Ada

35
6. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Ada Rasa Nyeri Atau Sakit : Ada, Nyeri uluhati
Skala Nyeri : 3/10
Resiko jatuh : Tidak Ada
Resiko infeksi : Tidak Ada

7. Kebutuhan Emosional
Ada Rasa Cemas : Tidak Ada
Perasaan Tidak Berharga : Tidak Ada
Ada Perasaan gelisah : Tidak Ada

8. Kebutuhan Penyuluhan
Membutuhkan penjelasan tentang perawatan : Iya
Kurang pengetahuan tentang pencegahan
penyakit, minum obat, perawatan luka control : Iya

9. Kebutuhan Komunikasi
Gangguan yang menghambat komunikasi : Tidak Ada
Pengguaan Bahasa komunikasi : Bahasa Indonesia

D. PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN


Pengelompokan Data
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan demam menggigil
sejak 3 hari yang lalu, mual, lemas, dan
nyeri ulu hati
2. Data Objektif
Kesadaran : Compos Metis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 MmHg

36
Suhu : 37.8° C
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 120x/menit
Akral : Hangat
Sianosi : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Skala Nyeri : 3/10
Makan : 3x1 porsi/hari
Minum : 700ml/hari
Pemeriksaan H2TL
Hemoglobin : 13,5 g/dl
Hematokrit : 41.4 %
Trombosit : 219/ μL
Leukosit : 15.86/ μL
Pemeriksaan Widal
Thypi O : Negtif
Thypi H : 1/160
Parathypi AH : Negatif
E. Masalah Analisa Data
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake kurang adekuat
3. Kurangnya nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake kurang adekuat
4. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Fisik
F. Perencanaan / Intruksi kerja
1. Observasi TTV, kesadaran dan keadaan umum pasien
2. Beri pasien kompres hangat

37
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi pasien
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
5. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering
6. Anjurkan pasien makan dalam keadaan hangat
7. Kaji skala nyeri
8. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan terapi infus
10. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan H2TL
dan pemeriksaan Widal

G. Tindakan keperawatan / Implementasi Keperawatan


1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta keadaan umum pasien
Hasil :
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/70 MmHg
Suhu : 37,6° C
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 81x/menit
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Skala Nyeri : 3/10
2. Memberikan pasien kompres hangat
Hasil : Demam pasien menurun menjadi 37,6°c
3. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi pasien
Hasil : Kulit kurang elastis dan bibir tampak kering
4. Menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih
Hasil : Pasien minum sebanyak 1000ml/hari

38
5. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit
Hasil : Pasien makan sebanyak 3/1 porsi/hari
6. Menganjurkan pasien makan dalam keadaan hangat
Hasil : Keluarga pasien mengatakan pasien masih terlihat mual
7. Mengkaji skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 2/10
8. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri
Hasil : Pasien merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang
9. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan terapi
infus
Hasil :
Pasien terpasang cairan infus RL/ 20tpm
Levofloxacin 1x500 mg/IV
Ranitidine 2x1 mg/IV
Ondansetron 2x8 mg/IV
Paracetamol 3x1 gr/IV
10. Berkolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan
H2TL dan pemeriksaan Widal
Hasil :
Pemeriksaan H2TL
Hemoglogin : 13.5 g/dl
Hematokrit : 41.4 %
Trombosit : 219/ μL
Leukosit : 15.86/ μL
Pemeriksaan Widal
Thypi O : Negatif
Thypi H : 1/160
Parathypi AH : Negatif

39
H. Evaluasi di tulis sesuai catatan perkembangan kondisi kesehatan
pasien yaitu SOAPIE

No Catatan Perkembangan Kesehatan (SOAPIE) Tanggal dan


Jam
1. S : pasien mengatakan masih mual, lemas, dan nyeri perut 19/07/23
bagian ulu hati Pukul 08.30 WIB

O:
- Pasien tampak masih mual saat makan dan minum
- Pasien terlihat lemas dan hanya terbaring dikasur
- Pasien tampak menahan nyeri dengan memegang
perut bagian bawah
- Kulit pasien tampak pucat
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/70 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 37.6°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x ½ porsi/hari
Minum : 800ml/hari
Mengkaji Respon Nyeri
P : Terlalu banyak beraktivitas
Q : Seperti ditusuk-tusuk

40
R : Perut bagian bawah
S : 2/10
T : Hilang timbul
Terpasang RL 30tpm

A:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan
intake kurang adekuat.
3. Kurangnya nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake kurang adekuat
4. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan
proses penyakit.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
P:
1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan umum
pasien
2. Beri pasien kompres hangat
3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang menyerap
keringat
4. Libatkan keluarga pasien dalam pemberian cairan
5. Kaji tanda-tanda dehidrasi pasien
6. Anjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
7. Anjurkan pasien makan dalam keadaan hangat
8. Anjurkan pasien minum air hangat
9. Kaji skala nyeri
10. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat
nyeri

41
11. Observasi tetesan cairan infus
12. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan
infus

I:
1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta keadaan
umum pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Respirasi : 21x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 37,0°c
2. Memberi pasien kompres hangat
Hasil : demam pasien menurun menjadi 37°c
3. Menganjurkan pasien memakai pakaian yang
menyerap keringet
Hasil : Keringat yang keluar tidak menyerap
Kembali ke tubuh pasien
4. Melibatkan keluarga pasien dalam pemberian
cairan
Hasil : pasien minum sebanyak 1500ml/hari
5. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi pasien
Hasil : kulit kurang elastis
6. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
Hasil : pasien makan sebanyak 3x ¼ porsi/hari
7. Menganjurkan pasien makan dalam keadaan hangat
Hasil : Pasien masih sedikit mual

42
8. Menganjurkan pasien minum air hangat
Hasil : Mual pasien berkurang saat minum air
hangat
9. Mengkaji skala nyeri
Hasil ; 2/10
10. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
saat nyeri
Hasil : pasien merasa lebih nyaman dan nyeri
berkurang
11. Mengobservasi tetesan infus
Hasil : tetesan infus lancar RL 30tpm
12. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
obat dan terapi infus
Hasil :
Levofloxacin 1x500 mg/IV
Ranitidine 2x1 mg/IV
Ondansetron 2x8 mg/IV
Paracetamol 3x1 gr/IV

E : Masalah Teratasi Sebagian

2. S : Pasien mengatakan masih mual, lemas, dan nyeri perut 20/07/23


bagian ulu hati Pukul 09.00 WIB

O:
- Pasien tampak masih mual saat minum
- Pasien tampak masih lemas saat bergerak
- Wajah pasien tampak menahan nyeri pada bagian
perut
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang

43
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Respirasi : 19x/menit
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,60c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x 1/2 Porsi/hari
Minum : 1200ml/hari
Mengkaji Respon Nyeri
P : Saat bergerak melakukan aktivitas
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 2/10
T : Hilang timbul
Terpasang RL 30tpm

A:
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan intake
kurang adekuat
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Fisik
3. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan proses
penyakit

P:
1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan umum
pasien
2. Libatkan keluarga pasien dalam pemberian cairan

44
3. Anjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
4. Kaji skala nyeri
5. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat
nyeri
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
dan infus

I:
1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta keadaan umum
pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 100/80 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
2. Melibatkan keluarga pasien dalam pemberian cairan
Hasil : pasien minum sebanyak 1900ml/hari
3. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
Hasil : pasien makan sebanyak 3x1 porsi/hari
4. Mengkaji skala nyeri
Hasil ; 2/10

45
5. Menganjurkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat
nyeri
Hasil : pasien merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
obat dan terapi infus
Hasil :
Levofloxacin 1x500 mg/IV
Ranitidine 2x1 mg/IV
Ondansetron 2x8 mg/IV
Paracetamol 2x1 gr/IV

E : Masalah Teratasi Sebagian

3. S : pasien mengatakan sedikit pusing tetapi sudah tidak 21/07/23


mual dan nyeri berkurang Pukul 10.30 WIB

O:
- Pasien tampak sudah tidak mual saat makan dan
minum
- Pasien tampak bisa bergerak tetapi sedikit pusing
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 91x/menit
Suhu : 36,30c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis

46
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x1 Porsi/hari
Minum : 1900ml/hari
Terpasang RL 30tpm

A:
1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan
proses penyakit

P:
1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan umum
pasien
2. Kaji skala nyeri
3. Observasi tetesan infus
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
dan infus

I:
1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta keadaan
umum pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,4°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada

47
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
2. Mengkaji skala nyeri
Hasil : 0/10
3. Mengobservasi tetesan infus
Hasil : Infus pasien sudah di AFF
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemeberian obat
dan infus
Hasil : pasien rencana pulang

E : Masalah Teratasi, pasien sudah di izinkan pulang


dengan obat lanjut

48
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.C
KASUS II

A. Biodata
Nama : Ny. C
Umur : 63 tahun
Tanggal lahir : 10 Desember 1959
Alamat : KP. Kelapa 7 RT 1/1 Sukadamai Dramaga
Bogor
Pendidikan : Belum Tahu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Janda
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 September 2023 pukul 06.50 WIB
Tanggal pengkajian : 18 September 2023 pukul 10.00 WIB

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk RS : Pasien mengatakan pusing, nyeri
ulu hati, mual dan demam naik
turun selama 1 minggu
2. Diagnosa medis : Diabetes Melitus
3. Penyakit yang pernah dialami : Diabetes

C. Kebutuhan Dasar
1. Sirkulasi
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Suhu : 37.7° C
Respirasi : 20x/menit

49
Nadi : 97x/menit
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Turgor Kulit : Kurang Elastis
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik

2. Kebutuhan Nutrisi
Makan : 3x ½ porsi/hari
Gangguan Intake Makan : Ada, karena pasien mual
Nafsu Makan : Berkurang, karena pasien mual
Diet Makan : Lunak Diabetes Melitus (LDM)

3. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Minum : 700 ml/hari
Gangguan Intake Minum : Ada, karena pasien mual
Tanda Dehidrasi : Ada, Muka sedikit pucat dan bibir kering

4. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan BAB : 1-2x/hari, konsistensi padat
Kebiasaan BAK : 3-5x/hari, warna urine kuning pekat

5. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat


Aktivitas Sehari hari : Mengurus Rumah Tangga
Olahraga : Tidak Pernah
Gangguan Pergerakan : Tidak Ada
Kebiasaan Istirahat : Tidur Siang Pukul 11.00–13.00 WIB
Kebiasaan Tidur : Tidur Malam Pukul 00.00-05.00 WIB
Gangguan Tidur : Ada, pasien susah tidur

50
6. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Ada Rasa Nyeri Atau Sakit : Ada, Nyeri uluhati
Skala Nyeri : 2/10
Resiko jatuh : Ada
Resiko infeksi : Tidak Ada

7. Kebutuhan Emosional
Ada Rasa Cemas : Tidak Ada
Perasaan Tidak Berharga : Tidak Ada
Ada Perasaan gelisah : Tidak Ada

8. Kebutuhan Penyuluhan
Membutuhkan penjelasan tentang perawatan : Iya
Kurang pengetahuan tentang pencegahan
penyakit, minum obat, perawatan luka control : Iya

9. Kebutuhan Komunikasi
Gangguan yang menghambat komunikasi : Tidak Ada
Pengguaan Bahasa komunikasi : Bahasa Indonesia

D. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien


1. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing, nyeri pada ulu hati,
mual dan demam naik turun selama 1 minggu
b. Data Objektif
Kesadaran : Compos Metis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Suhu : 37.7° C
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 97x/menit
Akral : Hangat

51
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Skala Nyeri : 2/10
Makan : 3x1porsi/hari
Minum : 700ml/hari
Pemeriksaan H2TL
Hemoglobin : 12,1 g/dl
Hematokrit : 36.0 %
Trombosit : 265 /μL
Leukosit : 9.36 /μL
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 233 mg/dl

E. Masalah Analisa Data


1. Kurangnya nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menggunakan glukosa
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake kurang adekuat
3. ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah tinggi
4. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh

F. Perencanaan / Intruksi kerja


1. Observasi TTV, kesadaran dan keadaan umum pasien
2. Kaji tanda-tanda dehidrasi pasien
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
4. Anjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
5. Anjurkan pasien makan dalam keadaan hangat

52
6. Anjurkan pasien untuk mengurangi makanan yang mengandung kadar
gula tinggi
7. Beri pasien kompres hangat
8. Kaji skala nyeri
9. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri
10. Kolaborasi dengan perawat dalam pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS)
11. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan terapi infus
12. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan H2TL

G. Tindakan keperawatan / Implementasi Keperawatan


1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta keadaan umum pasien
Hasil :
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Suhu : 37,5° C
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 87x/menit
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Skala Nyeri : 2/10
2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi pasien
Hasil : Kulit kurang elastis dan bibir tampak kering
3. Menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih
Hasil : Pasien minum sebanyak 1000 ml/hari
4. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
Hasil : pasien makan sebanyak 3x1 porsi/hari

53
5. Menganjurkan pasien makan dalam keadaan hangat
Hasil : Keluarga pasien mengatakan pasien masih terlihat mual
6. Menganjurkan pasien untuk mengurangi makanan yang mengandung
kadar gula tinggi
Hasil : Keluarga pasien mengatakan pasien mengkonsumsi
makanan cukup serat
7. Memberikan pasien kompres hangat
Hasil : Demam pasien menurun menjadi 36.5°c
8. Mengkaji skala nyeri
Hasil : 2/10
9. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri
Hasil : Pasien merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang
10. Berkolaborasi dengan perawat dalam pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS)
Hasil : 233 mg/dl
11. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan terapi
infus
Hasil :
Pasien terpasang cairan infus RL/ 20tpm
Omeprazole 1x40 mg/IV
Sucralfat 3x2tb/Oral
Paracetamol 3x500 mg/oral
Lantus 1x12/SC
Alprozolam 1x5 mg/IV
12. Berkolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan H2TL
Hasil :
Hemoglobin : 12,1 g/dl
Hematokrit : 36.0 %
Trombosit : 265 /μL
Leukosit : 9.36 /μL

54
H. Evaluasi di tulis sesuai catatan perkembangan kondisi kesehatan pasien
yaitu SOAPIE
No Catatan Perkembangan Kesehatan (SOAPIE) Tanggal dan
Waktu
1. S : pasien mengatakan masih mual, lemas, dan 18/09/23
Pukul 10.00 WIB
nyeri perut bagian ulu hati

O:
- Pasien tampak masih mual saat makan
- Pasien tampak lemas dan hanya berbaring
dikasur
- Pasien tampak menahan nyeri dan gelisah
Kesadaran. : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Respirasi : 21x/menit
Nadi : 65x/menit
Suhu : 36.4°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x ½ porsi/hari
Minum : 800ml/hari
Mengkaji Respon Nyeri
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Perut bagian bawah

55
S : 2/10
T : Hilang timbul
Terpasang RL 20tpm

A:
1. Kurangnya nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menggunakan glukosa
2. Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan intake kurang adekuat
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah
4. Gangguan nyaman nyeri berhubungan
dengan proses penyakit
5. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.

P:
1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan
umum pasien
2. Kaji tanda-tanda dehidrasi pasien
3. Libatkan keluarga pasien dalam pemberian
cairan
4. Anjurkan pasien makan dalam keadaan
hangat
5. Anjurkan pasien makan sedikit tetapi
sering
6. Kaji skala nyeri
7. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan
distraksi saat nyeri
8. Observasi tetesan cairan infus

56
9. Kolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat dan infus

I:
1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta
keadaan umum pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Respirasi : 21x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36.4°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi pasien
Hasil : kulit kurang elastis
3. Melibatkan keluarga pasien dalam
pemberian cairan
Hasil : pasien minum sebanyak
1000ml/hari
4. Menganjurkan pasien makan dalam
keadaan hangat
Hasil : pasien masih sedikit mual

57
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi
sering
Hasil : pasien makan sebanyak 3x ¼
porsi/hari
6. Mengkaji skala nyeri
Hasil ; 2/10
7. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan
distraksi saat nyeri
Hasil : pasien merasa lebih nyaman dan
nyeri berkurang
8. Mengobservasi tetesan infus
Hasil : tetesan infus lancar RL 20tpm
9. Berkolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Hasil : Cek GDS / 4 jam
06.00 : 86 mg/dl
10.00 : 101 mg/dl
14.00 : 166 mg/dl
18.00 : 243 mg/dl
24.00 : 146 mg/dl
10. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat dan infus
Hasil : Lantus 1x2ui /SC
Alprozolam 1x5mg /IV
Apidra /Kelipatan 5 mulai dari 200

E: Masalah Teratasi Sebagian

58
2. S : pasien mengatakan masih lemas, susah tidur 19/09/23
Pukul 09.00 WIB
dan nyeri bagian ulu hati

O:
- Pasien tampak masih lemas, hanya
berbaring dikasur
- Wajah pasien tampak meringis menahan
nyeri saat setelah bergerak
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Respirasi : 19x/menit
Nadi : 73x/menit
Suhu : 36,7°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x ½ porsi/hari
Minum : 1200ml/hari
Mengkaji Respon Nyeri
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti ditekan
R : Perut bagian bawah
S : 2/10
T : Hilang timbul
Terpasang Vemplon (+)

59
A:

1. Kurangnya nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menggunakan glukosa
2. Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan intake kurang adekuat.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah
4. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
5. Gangguan nyaman nyeri berhubungan
dengan proses penyakit
P:

1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan


umum pasien
2. Libatkan keluarga pasien dalam pemberian
cairan
3. Anjurkan pasien makan sedikit tetapi
sering
4. Kaji skala nyeri
5. Anjurkan pasien teknik relaksasi dan
distraksi saat nyeri
6. Kolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat

60
I:

1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta


keadaan umum pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
2. Melibatkan keluarga pasien dalam
pemberian cairan
Hasil : pasien minum sebanyak 1900ml/hari
3. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi
sering
Hasil : pasien makan sebanyak 3x1
porsi/hari
4. Mengkaji skala nyeri
Hasil ; 2/10
5. Menganjurkan pasien teknik relaksasi dan
distraksi saat nyeri
Hasil : pasien merasa lebih nyaman dan
nyeri berkurang

61
6. Berkolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Hasil : Cek GDS / 4 jam
06.00 : 347 mg/dl
10.00 : 345 mg/dl
14.00 : 150 mg/dl
18.00 : 137 mg/dl
7. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat
Hasil : Omeprazole 1x40mg /IV
Lantus 1/2ui /SC
Alprozolam 1x5mg /IV
Apidra /Kelipatan 5 mulai dari 200

E : Masalah Teratasi Sebagian

3. S : pasien mengatakan demam naik, pusing tetapi 20/09/23


Pukul 11.30 WIB
sudah tidak mual dan nyeri berkurang

O:
- Kulit pasien saat diraba terasa hangat
- Pasien tampak sudah tidak mual saat makan
Kesadaran. : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/70 MmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37,7°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada

62
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Makan : 3x1porsi/hari
Minum : 2000ml/hari
Terpasang Vemplon (+)

A:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan masuknya mikroorganisme ke
dalam tubuh
2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah

P:
1. Observasi TTV, kesadaran serta keadaan
umum pasien
2. Beri pasien kompres hangat
3. Kaji skala nyeri
4. Kolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat

I:
1. Mengobservasi TTV, kesadaran serta
keadaan umum pasien
Hasil:
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Respirasi : 20x/menit

63
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37.7°c
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : An Anemis
Sklera : An Ikterik
Terpasang Vemplon (+)
2. Memberi pasien kompres hangat
Hasil : demam pasien menurun menjadi
37°c
3. Mengkaji skala nyeri
Hasil : 1/10
4. Berkolaborasi dengan perawat dalam
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Hasil : Cek GDS / 4 jam
06.00 : 390 mg/dl
10.00 : 364 mg/dl
14.00 : 240 mg/dl
18.00 : 130 mg/dl
24.00 : 146 mg/dl
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat
Hasil : Lantus 1/2ui /SC
Apidra /kelipatan 5 mulai dari 200
Paracetamol 3x500mg /P.O

E : Masalah Teratasi Sebagian, pasien masih


dalam perawatan.

64
BAB IV

PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Pada tahun 1980, diatas tanah milik Pemerintah Daerah seluas 5 hektar
(50.000 m2) didaerah Cilendek Kelurahan Menteng Kecamatan Bogor Barat,
Didirikan tahap awal bangunan satu lantai seluas 990m2 yang direncanakan
sebagai Unit Gawat Darurat. Pihak Yayasan Karya Bhakti (YKB) yang bergerak
dalam bidang sosial dan perumahsakitan kerja sama dengan Pemda Kota Bogor
dalam rangka pengelolaan rumah sakit diawali dengan pemanfaatan gedung yang
telah dibangun sebagai Rumah Sakit Gawat Darurat.

Pada peresmian RSUD 7 Agustus 2014 lalu, Walikota Bogor, Bima Arya
berharap supaya di masa peralihan dari RS Karya Bakti menjadi RSUD,
pelayanan medis harus bisa tetap berjalan normal. Juga tidak ada pemutusan
hubungan kerja bagi seluruh pegawai, baik tenaga medis maupun tenaga non
medis.Sebuah harapan yang wajar, karena sulit dibayangkan apa yang akan terjadi
apabila rumah sakit itu tiba-tiba menghentikan sementara pelayanan medisnya.
Maklum, rumah sakit yang sebelumnya bernama RS Karya Bakti itu sudah sangat
akrab dan dibutuhkan oleh sebagian warga Kota Bogor dan
sekitarnya.“Alhamdulillah sejauh ini kedua harapan itu tercapai, pelayanana
berjalan normal dan pegawai masih lengkap” kata Ahmad Yani, Kabag Umum

61
dan Kepegawaian RSUD Kota Bogor. Pasien yang datang baik warga kota
maupun kabupaten masih tetap terlayani. Mulai dari pasien penderita penyakit
tergolong ringan sampai dengan penyakit yang tergolong berat. Seperti
diantaranya pasien penderita Gulian Barre Syndrome (GBS) yang butuh
penanganan intensif dan perawatan dalam kurun waktu cukup panjang. Begitupun
pasien peserta BPJS. Bahkan menurut Ahmad Yani, lebih dari 80% pasien yang
berobat jalan maupun yang rawat inap adalah peserta BPJS.

Sementara itu dari jumlah tenaga kerja yang tetap bertahan, belum ada satu
pun yang di-PHK. Saat ini jumlah tenaga kerja, baik tenaga medis maupun non
medis tercatat sebanyak 525 orang. “Sebagian besar mereka adalah non PNS,
karena PNS-nya hanya 18 orang,” papar Ahmad Yani, Kasi Pembinaan dan
Pengendalian Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bogor yang dipindah-
tugas ke RSUD.

Jadi inilah rumah sakit milik pemerintah daerah yang saat ini sebagian
besar pegawainya tergolong pegawai non PNS. Berbeda dengan kebanyakan
RSUD yang sudah beroperasi termasuk di wilayah sekitar Bogor, yang sebagian
besar pegawainya adalah PNS.

Masa transisi atau masa peralihan dari rumah sakit yang tadinya dikelola
dengan pengelolaan manajemen swasta menjadi RSUD, memang merupakan
masa yang relatif sulit dihadapi. Disatu sisi RSUD berkewajiban mengutamakan
pelayanan sosial kepada masyarakat, tetapi di sisi lain mereka harus bisa menggaji
pegawai dengan standar swasta. Kondisi itulah yang menarik untuk ditengok,
supaya semua pihak bisa lebih mengenal dan memahami apa sesungguhnya yang
terjadi di balik pelayanan medis RSUD. Sisi ini perlu diketahui dan dipahami,
supaya siapapun bisa juga memahami dan dapat bersikap bijak dalam memaklumi
apa yang ditetapkan dan dilakukan manajemen RSUD dalam memberikan
pelayanan medis.

Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi manajemen RSUD tergambar
dari apa yang disampaikan Ahmad Yani. “Pegawai di semua lini harus mengubah

62
paradigma, dari pegawai swasta murni menjadi pegawai sebuah RSUD yang
berkewajiban mengedepankan pelayanan sosial,” katanya. Sikap bertahan dan
pola pikir seorang pegawai yang tidak mau berubah, akan sangat menyulitkan
proses pemberian pelayanan kepada pasien.

Di masa transisi ini, manajemen RSUD juga menghadapi tuntutan untuk


segera menyusun standar pelayanan medis atau sejenis SOP. Mereka perlu
menyusun standar dalam melayani pasien. “Perlu dibuat standar tertentu bagi
suatu penyakit yang diderita pasien, obatnya apa, waktu perwatannya diperkirakan
berapa lama dan tindakan medis apa yang diperkirakan diperlukan oleh seorang
pasien. Itu semua harus dibakukan,” papar Ahmad Yani.

Kemudian juga harus ada penyesuaian antara tarif pelayanan medis yang
ditetapkan RSUD dengan tarif yang ditetapkan dalam BPJS. Saat ini masih ada
kesenjangan cukup lebar antara tarif yang diberlakukan di RSUD dengan tarif
BPJS yang mengacu pada tarif Indonesian Case Based Groups (INA CBGs).

Kalau tarif tidak disesuaikan, tentunya RSUD harus bisa nombok atau
mensubsidi setiap biaya yang dibutuhkan oleh seorang pasien. Sebab klaim yang
diajukan ke pengelola BPJS lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan bagi
seorang pasien. Dengan kesenjangan tarif yang masih cukup lebar, maka tentu
saja subsidi yang perlu dikeluarkan bagi setiap pasien sangat besar. Apalagi
dengan kenyataan, lebih dari 80% pasien yang datang, merupakan peserta BPJS.

Sementara itu, subsidi APBD bagi operasional RSUD tampaknya juga


masih harus ditambah. Sebagai contoh, subsidi untuk biaya pembelian obat
setahun relatif sangat jauh dari jumlah yang dibutuhkan per bulan. Ini merupakan
pekerjaaan rumah tersendiri bagi Pemerintah dan DPRD Kota Bogor untuk
merumuskan subsidi yang proporsional yang perlu diberikan pada RSUD. “Soal
tarif sebetulnya hanya salah satu aspek yang perlu kami benahi, dan masih banyak
aspek lainnya yang harus mendapat perhatian, seperti halnya perawatan sarana
dan prasarana yang ada,” lanjut Gunadi Kabag Keuangan RSUD Kota Bogor.

63
Itulah sebabnya, manajemen RSUD saat ini sedang berancang-ancang untuk
menyusun Rencana Induk Pengembangan Rumah Sakit untuk 20 tahun kedepan.

Rencana induk inilah yang akan dipergunakan untuk mengembangkan


RSUD Kota Bogor sebagai sebuah lembaga pelayanan kesehatan yang dikelola
secara swasta tetapi memikul tanggungjawab sekaligus sebagai lembaga
pelayanan sosial. Kedua sisi inilah yang harus bisa diseimbangkan dan saat ini di
masa transisi, rupanya RSUD Kota Bogor tengah mencari dimana titik
keseimbangan itu berada.(Humas)

B. Visi Misi RSUD Kota Bogor


1. VISI: Mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Ramah Keluarga
2. MISI : Mewujudkan Kota Bogor yang SEHAT
C. Fasilitas RSUD kota bogor
a) Bangunan Dan Prasarana
1. Rawat Inap
a. Fasilitas Rawat Inap VIP : Jasmin VIP

Dahlia VIP

Catleya VIP
b. Fasilitas Rawat Inap Kelas l : Lavender I
Jasmin I
Vanda I
Situ Gede l
Flamboyan
Pafio
Tulip l
c. Fasilitas Rawat Inap Kelas ll : Lavender
Jasmin ll
Anyelir ll
Situ Gede ll
Tulip ll

64
d. Fasilitas Rawat Inap Kelas lll : Sempur
Lawang Gintung
Batu Tulis
Situ Gede lll
Tulip lll

b) Bangunan Intalasi Penunjang


1. Poliklinik
a. Poliklnik Penyakit Dalam
b. Poliklinik Kesehatan Anak
c. Poliklnik Bedah Umum
d. Poliknlik Kebidanan dan Kandungan
e. Poliknlik Penyakit Syaraf
f. Poliknlik THT Dan KL
g. Poliknlik Penyakit Paru
h. Poliknlik Penyakit Jantung Dan Pembuuh Darah
i. Poliknlik Sub Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah Intervensi
j. Poliknlik Penyakit Kulit Dan Kelamin
k. Poliknlik Rehabilitasi Medik
l. Poliknlik Penyakit Mata
m. Poliknlik Gigi Spesialis Bedah Mulut
n. Poliknlik Penyakit Gigi Spesialis Periodontia
o. Poliknlik Bedah Orthopendic
p. Poliknlik Sub Spesialis Orthopendic Spine
q. Poliknlik Bedah Plastik
r. Poliknlik Kesehatan Jiwa
s. Poliknlik Bedah Syaraf
t. Poliknlik Psikologi
u. Poliknlik Paru
v. Poliknlik HIV
w. Medical Chek Up

65
x. Klinik Deteksi Dini Kanker Payudara
y. Poliknlik Akupuntur
z. Poliknlik Gigi Dan Mulut
aa. Poliknlik Urologi
bb. Poliklinik DOTS
cc. Poliknlik Konservasi Gigi
2. Laboratorium
a. Patologi Anatomi
b. Patologi Anak
c. Bank Darah
3. Endoskopi, Bronkhospi, Laparoskopi
4. Hemodialisa, Cathlab
5. Fisioterapi
6. ICU / ICCU / NICU / PICU
7. Radiologi
a. MSCT-SCAN 128 Slice
b. Mammografi
c. USG 4D
8. Sub Spesialis
a. Jantung Intervensi
b. Neuro Intervensi
c. Bedah Onkologi
d. Jantung Anak
9. Dapur Gizi
10. CSSD
11. Kamar Jenazah
12. Binatu

66
D. Program Pelayanan Rumah Sakit
a. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Administrasi Rawat Inap
b. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Endoscopy
c. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Eswl
d. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Igd Bpjs
e. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Kemoterapi
f. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Laboratorium
g. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Medical Check Up (Mcu)
h. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Pendaftaran Perjanjian
i. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Poliklinik Via Sms
j. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Radiologi
k. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Rawat Jalan Bpjs
l. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Rawat Jalan Non Bpjs
m. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ultrasonograpy
n. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Hemodialisa Rawat Inap
o. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Hemodialisa Rawat Jalan
p. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Igd Non Bpjs
q. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Instalasi Rawat Inap
r. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Instalasi Rawat Intensif
s. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Operasi Elektif
t. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ponek Bpjs
u. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ponek Non Bpjs
v. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ambulance
w. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Cathlab
x. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Kasir
y. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Rujukan Pasien
z. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Transit Jenazah
aa. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ambulance Antar
bb. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Ambulance Rujuk
cc. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Bedah Sentral
dd. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Kasir Rawat Jalan

67
ee. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Kasir Rawat Inap
ff. Standar Pelayanan Rsud Kota Bogor Pengaduan Masyarakat

E. HASIL KEGIATAN PKL


1. Target kompetensi yang harus dicapai selama PKL terdiri dari :
a. Berkomunikasi dengan santun (memperkenalkan sebagai siswa yang
melaksanakan PKL)
b. Melakukan pengkajian (anamnesa, menanyakan keluhan pasien)
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital: mengukur tekanan darah, suhu, nadi
dan pernafasan
d. Komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga pasien
e. Bed making/mempersiapkan tempat tidur
1) Tanpa pasien diatasnya.
2) Dengan pasien diatasnya
f. Membantu pemberian obat
g. Membantu pemberian cairan dan nutrisi
1) Membantu memberi makan/minum per oral.
2) Membantu memberi nutrisi via NGT. 3.Mengganti cairan infus.
h. Tindakan Personal Hygiene
1) Oral hygiene
2) Vulva dan Penis Hygiene
3) Memandikan
i. Membantu eliminasi BAB dan BAK
j. Memberi kompres hangat dan dingin
k. Tindakan pencegahan infeksi.
1) Cuci tangan yang baik dan benar.
2) Dekontaminasi
3) Menggunakan APD.
4) Steriliasi/DTT.
l. Membantu mobilisasi,pengaturan posisi,ambulasi.
m. Membantu program pelayanan kesehatan di PKM/RS/PANTI

68
2. Target kompetensi yang dapat tercapai selama PKL
a. Berkomunikasi dengan santun
b. Melakukan pengkajian (anamnesa,menanyakan keluhan
pasien).
c. pemeriksaan tanda-tanda vital :
• Mengukur Tekanan Darah, Suhu, Nadi, dan
Pernafasan
d. komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga pasien
e. Bed making / mempersiapkan tempat tidur :
1) Tanpa pasien diatasnya
2) Dengan pasien diatasnya
f. Tindakan personal hygiene :
1) Oral hygiene
2) Vulva dan Penis Hygiene
3) Memandikan
g. Membantu pemberian obat baik Injeksi maupun Oral
h. Membantu pemberian cairan dan nutrisi
1) Membantu pemberian makan/minum per oral dan
NGT
2) Mengganti cairan infus
i. Tindakan pencegahan infeksi
1) Cuci tangan yang baik dan benar
2) Menggunakan APD
3) Mendekontaminasi alat seperti GV set, OH set,
Hecting set
4) Melakukan sterilisasi DTT
5) Menggunakan alat steril dengan suhu tinggi seperti
Autoclave
j. Memberi kompres hangat dan dingin
k. Membantu mobilasi pengaturan posisi, ambulasi seperti :

69
• mengantar pasien ke kamar mandi, memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda
l. Membantu eliminasi BAB dan BAK
m. Membantu program pelayanan RSUD Kota Bogor

F. Pengalaman dan kendala selama PKL

1. Pengalaman selama PKL


a. Saya mendapatkan pengalaman bagaimana cara hidup sehat serta
pencegahan penyakit
b. Saya mendapatkan pengalaman bagaimana memberikan pelayanan
kepada pasien
c. Saya mendapatkan pengalaman cara pemberian obat yang benar
per oral dan intravena yaitu, benar pasien,benar dosis,benar alur
pemberian,benar waktu pemberian,dan benar pendekotaminasian.
d. Saya mendapatkan pengalaman cara mengoplos obat dengan benar.
e. Saya mendapatkan pengalaman cara mengambil darah.
f. Saya mendapatkan pengalaman cara menginfus yang benar
g. Saya mendapat pengalaman cara mengganti perban luka yang
benar
h. Saya mendapat pengalaman cara aff infus
i. Saya mendapat pengalaman cara memberikan obat pada pasien
j. Saya mendapat pengalaman menyuntikan obat melalui infus
k. Saya mendapat pengalaman cara sterilisasi alat
l. Saya mendapat pengalaman mengganti cairan infus
m. Saya mendapat pengalaman membuat kassa steril

2. Kendala selama PKL


a. Kami mengamati ada beberapa prosedur tindakan keperawatan
yang tidak sesuai dengan teori yang di berikan di sekolah.
b. Jarak dari rumah ke tempat PKL cukup jauh

70
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Praktek kerja lapangan menghasilkan pengalaman yang sangat berharga
bagi kami sebagai siswa, karena melalui target unit kompetensi yang harus
di capai kami mencoba menerapkan teori yang didapat di sekolah secara
nyata langsung kepada pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan.
2. Pengalaman dalam praktek kerja lapangan menjadikan inspirasi dan
semangat serta mendorong kami sebagai siswa untuk lebih giat belajar
mencapai target unit kompetensi baik belajar dalam ilmu pengetahuan
maupun belajar keterampilan dalam pelayanan keperawatan.
3. PKL menjadikan kami belajar berkomunikasi dengan pasien, keluarga
pasien, dengan atasan, dan dengan seluruh petugas klinik dan menjadikan
kami percaya diri sehingga mendorong kami ingin lebih banyak mendapat
ilmu pengetahuan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan.

B. Saran
1. Untuk Sekolah Sebagai Institusi Pendidikan :
a. Sebelum kami diberangkatkan ke lahan PKL kami mendapatkan bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai unit kompetensi yang harus di
capai
b. Bimbingan dan supervisi dan Guru Produktif selama kami PKL sangat
kami perlukan, sehingga kami merasa diperlihatkan baik oleh pihak
sekolah, karena dengan supervisi dari pihak sekolah akan terjadi
komunikasi, koordinasi antar pembimbing lahan dan pihak sekolah.

2. Untuk Lahan PKL :


SOP pelayanan di lahan PKL mohon di sosialisasikan dan disampaikan
kepada kami sehingga dengan adanya SOP, kami akan bekerja membantu
pelayanan sesuai standar operasional prosedur.

71
DAFTAR PUSTAKA

Pelatihan Kerja Lapangan


https://id.wikipedia.org/wiki/
Pengertian Praktek Kerja Lapangan
http://pkllove.blogspot.com/
Kebutuhan Dasar Manusia
http://dosenekonomi.com
Materi Penyakit Thypoid
http://repository.poltekkes
https://www.alodokter.com/demam-tifoid
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1884/perawatan-penyakit-thypoid
Materi Penyakit Diabetes Melitus
http://eprints.poltekkesjogja
https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes
https://upk.kemkes.go.id/new/mengenal-gejala-diabetes-melitus
Sejarah RSUD Kota Bogor, Fasilitas, dan Program Pengalaman
https://data.kotabogor.go.id/organisasi/81

https://rsudkotabogor.co.id/

72

Anda mungkin juga menyukai