Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PROFESI HUKUM

Tugas Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu: Dr. RINI FIDIYANI, S. H., M. Hum.

DISUSUN OLEH:

Nama:

NIM:

Rombel:

No. Presensi:

Semester Gasal Tahun Ajaran 2021/2022

Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang


1. Aristoteles berpendapat dalam ajaran etikanya, kebahagiaan adalah tujuan hidup, dan
bahwa usaha mencapai kebahagiaan, bila dipahami dengan tepat, akan menghasilkan
perilaku yang bijak.1 Dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan.
Manusia mencari sesuatu yang baik baginya tetapi ada bannyak macam aktivitas
manusia yang terarah pada macam-macam tujuan tersebut. Dan menurut aristoteles
tujuan yang tertinggi ialah kebahagiaan (eudaimonia). Dasar pemikiran etika Aristoteles
dapat dikatakan berawal dari konsepnya tentang tujuan.
Dari konsep inilah ia mulai mengadakan eksplorasi pemikirannya tentang etika. Uang
misalnya bukan dicari demi dirinya sendiri melainkan karena uang merupakan sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih jauh, misalnya untuk membiayai pendidikan. Orang
yang sudah bahagia tidak memerlukan apa-apa lagi pada satu sisi, dan pada sisi lain
tidak masuk akal jika ia masih ingin mencari sesuatu yang lain. Hidup manusia akan
semakin bermutu manakala semakin dapat mencapai apa yang menjadi tujuan
hidupnya. Dengan mencapai tujuan hidup, manusia akan mencapai dirinya secara
penuh, sehingga mencapai mutu yang terbuka bagi dirinya.
Kemudian berikut ini adalah alasan teori etika eudaimonisme versi Aristoteles
memandang kecukupan materi sekedar alat bukan tujuan akhir:
a. Manusia memiliki tujuan utama dalam hidupnya, namun tujuan tersebut dicapai
tidak seara langsung malainkan bertahap. Sebagai contoh manusia memiliki tujuan
utama untuk memperoleh kebahagiaan dengan membeli rumah, namun dalam
memperoleh tujuan tersebut diperlukan materi. Oleh karena itu langkah awal atau
tujuan awal adalah mencari materi. Kemudian barulah mater itersebut diperlukan
untuk membeli rumah, namun jangan mengkaburkan tujuan utama yakni
kebahagiaan dengan rumah yang juga materi. Tujuan utama yang menjadi focus
adalah perasaan bahagia setelah terapai membeli rumah, bukan rumah itu ssendiri.
b. Manusia perlu mengembangkan dirinya sesuai kodratnya. Dalam pengembangan
diri ini manusia tentu tetap membutuhkan materi sebagai indicator perkembangan.
Dengan begitu akan terlihat perkembangan yang terjadi. Seperti contoh kita akan
memperoleh tujuan utama yakni membuka usaha, tentu pekembangan usaha kita
dilihat dari profit yang didapatkan. Profit ini adalah termasuk materi. Namun materi
disini digunakan sebaga indicator dalam perkembangan manusia, bukan semata-
1
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani. (Jakarta: Tintamas. 1986) h. 133
mata tujuan utama. Dengan begitu manusia akan mengukur bagaimana
perkembangan usaha yang telah berjalan.
c. Manusia pada dasarnya ingin bahagia dan menuju kebaikan. Kebahagiaan menurut
Aristoteles adalah tindakan jiwa yang selaras dengan keutamaan sempurna. Artinya
kita merasa bahagia ketika kita mencapai nikmat (prestasi), melalui sebuah proses
yang menjadikan kita untuk menerima sesuatu dengan mengembangkan dirinya,
sehingga membuat nyata pada diri kita sendiri
d. Maeri dapat menghantarkan manusia pada tujuannya. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa materi memang membantu kita untuk merasa bahagia, contohnya tujuan
utama kita adalah emmbeli makanan namun kita tidak memiliki uang makan
kebahagiaan tersebut tetaplah tidak dapat dicapai.
e. Dalam mencapai tujuan hidup, yang terpenting adalah nilai, yaitu nilai demi dirinya
sendiri. Apabila kebahagiaan merupakan tujuan akhir hidup manusia, itu berarti
bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri, bukan demi
suatu nilai lebih tinggi lainnya. Kebahagiaan adalah yang baik pada dirinya sendiri 2
2. Etika pribadi yang bersumber dari pendidikan keluarga, lingkungan dan sekolah
merupakan sumber dasar etika yang sangat penting dan menentukan kualitas integritas
personal seseorang. Pribadi demikian ini akan tetap berperilaku baik meskipun tidak
ada orang lain atau berada dalam sistem yang buruk. Oleh sebab itu menanamkan nilai-
nilai agama, moral dan etika semenjak dini (semenjak dalam kandungan), dalam
keluarga, dalam masyarakat dan lembaga pendidikan melalui pengajaran dan contoh-
contoh ucapan dan perilaku yang baik, merupakan landasan dasar bagi bangunan
3
peribadi beretika atau berintegritas. Etika Profesi atau ahlaq profesi adalah
pandangan, sikap dan perilaku etis pribadi dan profesi sebagai bagian integral dari sikap
hidup dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi dan sebagai pengemban profesi.
Menurut pendapat Liliana Tedjosaputra, etika profesi adalah keseluruhan tuntutan
moral yang terkena pada pelaksanaan suatu profesi, sehingga etika profesi
memperhatikan masalah ideal dan praktek-praktek yang berkembang karena adanya
tanggung jawab dan hak-hak istimewa yang melekat pada profesi tersebut, yang
merupakan ekspresi dari usah untuk menjelaskan keadaan yang belum jelas dan masih
2
Book I, Chapter 4 dalam Aristotle. Nicomachean Ethic, translated and edited by Roger Crisp. (UK: Cambridge
university press. 2018) h. 5-6
3
Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. 2019. Etika & Kode Etik Profesi HUkum. FH UII Press : Yogyakarta
samar-samar dan merupakan penerapan nilai-nilai moral yang umum dalam bidang
khusus yang lebih dikonkretkan lagi dalam Kode Etik. Kode etik seyogyanya harus selalu
diterapkan dalam profesi yang diemban oleh seseorang agar profesi yang diemban
tersebut tetap trjaga nama baiknya, begitu pula dengan organisasi profesinya. Namun
kini penerapan etika profesi mengalami pasang-surut dalam pelaksanaan kinerja
terhadap public, alasanannya yakni:
a. Kondisi masing-masing individu dalam mengemban profesi. Dalam melaksanakan
profesi tentu individu pengemban profesi sering dihadapkan pada situasi yang amat
sulit,atau bahkan mendesak sehingga mau tidak mau pengemban profesi harus
menempuh jalan keluar yang mana tidak sesuai dengan etika profesi.
b. Adanya celah dan kurangnya pengawasan dari organisasi profesi. Organisasi profesi
mungkin perlu meningkatkan pengawasan atau memberlakuakn pengecekan
berkala atau pelaporan rutin kepada anggota organisasi profesi agar para
pengemban profesi tetap patuh pada etika profesi.
c. Kurangnya kesadaran pengemban profesi dan sikap pengemban prfesi yang
cenderung menyepelekan etika profesi. Kesadaran moral adalah kesadaran manusia
tentang dirinya sendiri yang diperhadapkan dengan sesuatu yang baik dan yang
buruk. Faktor Penentu Moralitas, pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia itu
baik, namun sejalan dengan waktu manusia mulai mengalami pasang surut dalam
kehidupannya.4
d. Kurangnya soisalisasi etika profesi. Sosialisasi dan pengajaran etika profesi secara
kontinyu akan menjaga dan mengembangkan kepekaan hati nurani sehingga
penaatan terhadap etika profesi juga dapat terus dijaga dan ditingkatkan. Secara
empirik masih banyak penyandang profesi kurang atau tidak memahami etika
profesi secara tepat. Kepada kelompok ini perlu diajarkan mengenai sifat hakekat
dari etika profesi agar mereka mengetahui dan menyadari pentingnya etika profesi.
Meningkatnya pemahaman dan kesadaran terhadap etika profesi akan mencegah
atau mengurangi pelanggaran etika profesi sekaligus dapat menjaga penegakan
etika profesi.5

4
Susnaningsih Mu’at; Desrir Miftah & Andi Irfan. 2018. SUATU TINJAUAN ETIKA: TANGGUNG JAWAB
PROFESIONAL AKUNTAN PENDIDIK. KONFERENSI NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Jurusan
Akuntansi FEB Universitas Brawijaya & IAI KAPd
5
https://dewanpers.or.id/kontak/faq/start/150 diakses pada tanggal 14 Desember 2021
e. Adanya konflik kepentingan. Pentingnya faktor ini dikarenakan didalam pekerjaan
seringkali menimbulkan pertentangan antara moralitas pribadi dan moralitas
perusahaan. Menurut Fleddermann, etika profesi sering melibatkan pilihan-pilihan
pada tingkat organisasi daripada tingkat pribadi.6 Konflik kepentingan sendiri
dipahami sebagai kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan
terhadap seseorang atau suatu profesi.7

DAFTAR PUSTAKA

Agus Hariyanto. 2019. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP RENDAHNYA PENERAPAN KODE
ETIK PROFESI INSINYUR PADA PEMBANGUNAN RUANG POLIKLINIK RSUD dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Jurusan Managemen Infratruktur, Universitas Muhammadiyah
Surakarta

6
Fleddermann, Charles B., 2018. Etika Enjiniring. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
7
Agus Hariyanto. 2019. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP RENDAHNYA PENERAPAN KODE
ETIK PROFESI INSINYUR PADA PEMBANGUNAN RUANG POLIKLINIK RSUD dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Jurusan Managemen Infratruktur, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Book I, Chapter 4 dalam Aristotle. Nicomachean Ethic, translated and edited by Roger Crisp. (UK: Cambridge
university press. 2018) h. 5-6
Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. 2019. Etika & Kode Etik Profesi HUkum. FH UII Press : Yogyakarta
Fleddermann, Charles B., 2018. Etika Enjiniring. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
https://dewanpers.or.id/kontak/faq/start/150 diakses pada tanggal 14 Desember 2021
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani. (Jakarta: Tintamas. 1986) h. 133
Susnaningsih Mu’at; Desrir Miftah & Andi Irfan. 2018. SUATU TINJAUAN ETIKA: TANGGUNG JAWAB
PROFESIONAL AKUNTAN PENDIDIK. KONFERENSI NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Jurusan
Akuntansi FEB Universitas Brawijaya & IAI KAPd

Anda mungkin juga menyukai