TUGAS MERINGKAS
PERTEMUAN 2
TEORI KEPEMIMPINAN
1. Penelitian Tentang Kepemimpinan
Tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada teori sifat. Teori
kepemimpinan sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik atau intelektual
yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berclasarkan teori ini kepemimpinan
itu dibawa sejak Jahir atau merupakan bakat bawaan.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an berkembangkan toeri kepemimpinan tingkah laku.
Teori kepemimpinan tingkah laku yang mengusulkan bahwa tingkah laku tertentu membedakan
antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan,
maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif kita bisa mendesain sebuah program khusus.
Selanjutnya antara tahun 1960-an hingga tahun 1970-an berkembang kajian-kajian
kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan. Teori kemungkinan atau situasional
mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah laku seorang pemimpin, namun efektivitas
kepemimpinan dipengaruh oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu memerlukan gaya
kepemimpinan tertentu, demikian pula pacla situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan
yang lain.
Teori kepemimpinan mutakhir berkembang antara tahun 1970-an hingga tahun 2000-an.
Teori yang berkembang selanjutnya tidak didasarkan pada sifat, tingkat laku atau situasi tertentu
melainkan didasarkan pada kemampuan lebih pada seorang pemimpin dibandingkan dengan
yang lain.
16. Visioner
Etos kerja adalah sebuah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan
sesuatu hal dengan tekad untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik. Berdasarkan KBBI,
etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok. Dalam dunia kerja sikap ini sangat penting karena mencerminkan kualitas diri dari
seseorang.
Orang yang memiliki etos kerja biasanya akan lebih dihargai karena bertanggung jawab dalam
setiap pekerjaan yang dilakukannya. Di samping itu, tekad dan dedikasi terhadap pekerjaan yang
dilakukan, membuat mereka mendapatkan nilai lebih dari yang lain. Sehingga meningkatkan
kemungkinan dalam kesuksesan karir.
2. Motivasi Kerja
Motivasi kerja merupakan suatu dorongan secara psikologis kepada seseorang yang
menentukan arah dari perilaku (direction of behavior) dalam organisasi, tingkat usaha (level of
effort) dan tingkat kegigihan atau ketahanan di dalam menghadapi suatu halangan atau masalah
(level of persistence). Motivasi kerja adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang
untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
telah diberikan kepadanya.
PERTEMUAN 6
1. Karier Kerja
Moekijat (1990) menyatakan karir adalah kemajuan seseorang dalam suatu lapangan
pekerjaan yang diperolehnya selama ia bekerja atau perkembangan kemajuan seseorang dalam
suatu lapangan pekerjaan selama masa aktif dalam hidupnya.
Handoko (1998) menyatakan, dalam literatur ilmu pengetahuan ada tiga macam
pengertian dalam istilah karir yaitu :
a. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan-
jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau lokasi-lokasi yang lebih baik atau menyilang
hirarki hubungan kerja selama kehidupan seseorang.
c. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang dipegangnya
selama kehidupan kerjanya.
Natsir (1983) mengatakan pekeijaan yang bersifat karir mempunyai empat ciri khusus
yaitu :
a. Adanya pendidikan khusus. Karir yang dijalani seseorang harus ditunjang oleh
pendidikan yang telah ia peroleh.
d. Bersifat full lime, pekerjaan tersebut berjangka waktu panjang, oleh karena itu
diharapkan adanya peningkatan jabatan.
2. Profesionalisme
3. Keselamatan Kerja
K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu upaya kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi dari pengusaha dan karyawan dalam perusahaan untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam
rangka meningkatkan produktivitas. Melalui Pelaksanaan K3 ini diharapkan tercipta tempat
kerja yang aman, sehat yang mencakup pada pribadi para karyawan, pelanggan dan pengunjung
dari suatu lokasi kerja sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja serta
penyakit akibat kerja.
PERTEMUAN 8
1. Menjalin Kerjasama
Kerjasama dapat diartikan sebagai suatu bentuk usaha bersama antara individu ataupun
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama sendiri dapat terjalin ketika terdapat dua
individu yang sedang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, dan memiliki kesadaran
untuk bekerjasama dan mencapai tujuan tersebut.
Kerjasama merupakan sebuah interaksi yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Kerjasama sendiri akan dapat tercipta dengan sempurna apabila dua individu akan saling
bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi kerjasama sendiri juga dapat
diartikan sebagai bentuk interaksi sosial dengan sifat asosiatif yang akan terjadi ketika ada
sebuah kelompok masyarakat yang memiliki pandangan bersama dan tujuan untuk
mewujudkannya bersama.
Keputusan yang diambil berdasarkan naluri dan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
2. Mempertimbangkan Alternatif
Stres adalah Suatu tekanan atau perasaan yang menekan di dalam diri seseorang yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan.
Munandar (2008) mengatakan bahwa stres kerja adalah hasil dari kurang atau tidak
adanya kecocokan antara seseorang (dalam kepribadian, bakat, dan kecakapannya) dengan
lingkungannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi berbagai
tuntutan dalam hidupnya. Menurut handoko (2008) stres kerja merupakan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan yang dialami seseorang ketika bekerja yang disebabkan oleh suatu kondisi
ketegangan yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang.
Jangan sampai kemarahan ini menyebar di kantor dan diperlihatkan pada rekan
atau atasan. Bila dirimu tak bisa menstabilkan emosi dengan baik, tandanya bahwa
dirimu sedang dilanda stress.
3. Tumpukan Pekerjaan
Datangnya tugas-tugas baru di saat tugas lainnya belum rampung, kerap kali
membuat para karyawan kewalahan. Bila terjadi berkelanjutan, maka beban atau
tumpukan pekerjaan ini barang pasti dapat memicu stres.
Faktor pemicu stres saat bekerja juga bisa karena hal yang terbilang sepele ini.
Sebab, hal kecil inilah yang bisa merusak mood, bahkan memicu stres.
5. Masalah Personal
Ingat, enggak selamanya stres bersumber dari pekerjaan di kantor. Faktor pemicu
stres saat bekerja juga bisa karena faktor eksternal yang memicu gangguan pikiran.
Masalah personal, seperti dengan keluarga, teman, ataupun pasangan, dapat memberikan
tekanan-tekanan pada pikiran, sehingga membuat produktivitas jadi terhambat.
6. Lingkungan Pekerjaan
Kadang kala atasan atau rekan kerja yang tak mendukung atau kompetisi internal
bisa membuat lingkungan kerja jadi tak nyaman. Sebab, adanya tekanan yang tidak sesuai
dengan kapasitas dari karyawan, memang terbukti dapat menimbulkan stres di kantor.
Datang lebih awal. Kepadatan lalu lintas pastinya membuat pikiran kita jadi semrawut.
Ujung-ujungnya tentu dapat memicu stres. Nah, untuk menghindari hal ini sebenarnya
mudah saja. Kita bisa berangkat lebih awal agar tidak terjebak kemacetan.
Prioritaskan tugas. Misalnya, mulai mengerjakan tugas dari yang terpenting. Dengan
begitu, kita dapat fokus pada suatu tugas dan manajemen waktu jadi lebih baik.
Istirahat. Saat pekerjaan semakin membuat kewalahan, cobalah ambil langkah untuk
menjauh dari meja kerja.
Rutin berolahraga. Salah satu cara terampuh untuk mengurangi stres adalah dengan
berolahraga. Olahraga dapat meningkatkan konsentrasi dan kognitif otak. Selain itu, aktif
secara fisik juga amat efektif untuk mengurangi kelelahan.