Anda di halaman 1dari 4

Menyemai Moderasi Beragama dari Masjid

Allah berfirman dalam Surat Ibrahim, ayat 7:

‫َلِٕى ْن َش َك ْر ُتْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕى ْن َكَف ْر ُتْم ِاَّن َعَذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد‬
Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Selain bersyukur, mari kita tingkatkan pula kecintaan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad saw melalui shalawat. Jangankan kita manusia biasa yang merupakan seorang
makhluk, Allah sebagai sang khalik seluruh jagad ini dan para malaikat-Nya pun bershalawat
kepada Nabi Muhammad. Shalawat dari Allah merupakan rahmat dan shalawat malaikat adalah
memohonkan ampunan, dan shalawat dari orang-orang mukmin merupakan doa agar diberi
rahmat.
‫ِاَّن الّٰل َه َو َم ٰۤلِٕىَك َتهٗ ُيَص ُّلْو َن َعَلى الَّنِبِّۗي ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َعَلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َتْس ِلْيًم ا‬

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-
orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.” (QS: AL-Ahzab: 56)
Selanjutnya, penting bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita
kepada Allah swt. Ketakwaan adalah benteng yang akan melindungi kita dari godaan dan
kesesatan dunia. Ketakwaan merupakan barometer kualitas diri kita di hadapan Allah swt serta
akan menentukan posisi kita di sisi-Nya. Allah berfirman dalam Surat al-Hujurat ayat 13:
‫ِع ّٰل ِه‬ ‫ِا‬
‫َّن َاْك َر َم ُك ْم ْنَد ال َاْتٰق ىُك ْم‬
Artinya, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa”
Hadirin yang dirahmati Allah, Hari ini, kita berkumpul di dalam rumah Allah yang mulia
ini, masjid yang merupakan pusat spiritualitas, pengetahuan, dan peradaban umat Islam. Sebagai
negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, masjid banyak tersebar di berbagai penjuru
Nusantara ini. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Masjid (Simas) Kementerian Agama
Tahun 2023, saat ini sudah ada 299.644 Masjid yang terdaftar dalam aplikasi tersebut dengan
berbagai tipenya mulai Masjid Negara, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami,
Masjid Bersejarah, dan Masjid di Tempat Publik. Banyaknya masjid ini menjadi potensi untuk
memberikan pencerahan kepada umat Islam dalam memahami dan mengaplikasikan prinsip
beragama secara moderat atau moderasi beragama.
Moderasi beragama merupakan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu prinsip
keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Islam mengajarkan kita untuk menjalani hidup
dengan penuh kesederhanaan, menghindari ekstremisme, serta menjaga keseimbangan antara
hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Hal ini sudah diperintahkan Allah swt yang termaktub
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 143:
ۗ‫َو َك ٰذ ِلَك َجَعْلٰن ُك ْم ُاَّمًة َّو َس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َه َد ۤاَء َعَلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّر ُسْو ُل َعَلْيُك ْم َش ِه ْيًد ا‬

Artinya, “Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu.”
Dalam Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, yang dimaksud dengan umat pertengahan
ini adalah umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap,
maupun perilaku. Hal ini selaras dengan sikap moderat di mana kita tidak boleh berlebih-lebihan
dalam beragama yang menghantarkan pada sikap ekstrem. Prinsip inilah yang saat ini terus
disemai di negara kita untuk mewujudkan kehidupan yang damai dengan mengedepankan
persatuan dan kesatuan di tengah kebhinekaan. Dan masjid, sebagai tempat ibadah dan juga
pengajaran, memiliki peran penting dalam menyemai dan memperkuat prinsip moderasi ini.
Untuk menyemai dan memperkuat moderasi beragama, masjid sebagai pusat pendidikan
agama harus dimaksimalkan perannya untuk mengajarkan ajaran Islam serta nilai-nilai rahmatan
lil alamin secara komprehensif. Bukan hanya tentang aspek ritual semata, tetapi juga tentang
etika, moralitas, dan akhlak jamaah. Pesan-pesan ini harus disampaikan dengan cara yang
bijaksana dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga umat tidak terjebak
dalam pemahaman sempit atau ekstrem. Ketakmiran masjid dalam hal ini, harus benar-benar
mampu mengambil kebijakan yang membawa kemaslahatan bagi jamaah dengan selektif
memilih nara sumber, khatib, penceramah, ustadz, dan pengisi materi kajian di masjid yang
berwawasan moderat untuk merawat pemahaman jamaah. Pihak-pihak yang memberi ceramah di
masjid harus berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua lapisan jamaah,
menghindari retorika yang memprovokasi konflik atau memperkuat pemahaman sempit. Pihak-
pihak yang mengisi kajian di masjid harus memberi pemahaman pada jamaah bahwa beragama
itu mudah dan penuh riang gembira dan tidak menjadikan beragama yang memberatkan dan
penuh dengan ketakutan. Rasulullah bersabda:
‫ َفَس ِّد ُدوا َو َقاِر ُبوا َو َأْبِش ُر وا‬، ‫ َو َلْن ُيَش اَّد الِّديَن َأَح ٌد ِإَّال َغَلَبُه‬، ‫ِإَّن الِّديَن ُيْسٌر‬

Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan
seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar
gembira! (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).
Pesan yang disampaikan oleh mereka yang memiliki peran pendidikan jamaah juga
sebaiknya mengedepankan kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang, sejalan dengan ajaran Islam
yang rahmatan lil alamin.
‫ِم‬ ‫ِا‬
‫َو َم ٓا َاْرَس ْلٰن َك اَّل َر ْح َم ًة ِّلْلٰعَل ْيَن‬
Artinya, “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi
seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107)
Kemudian wujud nyata dari moderasi beragama di masjid adalah dengan memaksimalkan
masjid dalam menyediakan program-program sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Dari
program kesehatan, pendidikan, hingga bantuan sosial, masjid dapat menjadi wadah bagi umat
untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang harmonis dan adil. Ini adalah bentuk
nyata dari moderasi dalam tindakan. Masjid, sebagai tempat ibadah dan pusat spiritualitas,
seharusnya tetap menjadi tempat untuk menebar cahaya rahmat dan harmoni, bukan tempat
pertentangan terlebih terkait politik praktis dan juga politik identitas. Agitasi politik praktis dan
politik identitas adalah dua hal yang dapat dengan mudah mengganggu stabilitas sosial dan
menyebabkan perpecahan pada jamaah masjid dan masyarakat.
Ketika masjid digunakan sebagai wadah untuk mempromosikan agenda politik tertentu atau
untuk memperkuat perpecahan berdasarkan faktor identitas, maka spirit moderasi dan persatuan
yang diajarkan oleh agama Islam akan terancam. Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga
persatuan dan kesatuan umat, tanpa memandang perbedaan latar belakang, ras, atau suku. Islam
mendorong kita untuk berpolitik dengan cara yang adil dan bertanggung jawab, demi
kemaslahatan bersama dan keadilan melalui politik kebangsaan. Masjid harus tetap menjadi
tempat yang netral, yang mengutamakan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah, Marilah kita berkomitmen untuk menjaga
masjid sebagai tempat yang mendidik umat dalam semangat persatuan, moderasi, dan
kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai