Anda di halaman 1dari 2

Membumikan Toleransi Umat Beragama di Indonesia

Sebagaimana kita ketahui, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, memiliki
beraneka ragam etnis, budaya bahkan kepercayaan yang beragam. Untuk menjaganya tetap
tentram, aman dan nyaman, perlu usaha dari semua pihak untuk saling bekerja sama satu sama
lain. Di antara usaha yang dapat dilakukan untuk menjaganya ialah dengan mempraktikkan
moderasi beragama dan selalu mengedepankan toleransi terutama antarpemeluk agama.
Allah Dalam memahami pentingnya bersikap toleran terhadap umat beragama lain, Allah
menjelaskan dalam Al-Qur’an melalui beberapa ayat yang menunjukkan bahwa bersikap toleran
merupakan keniscayaan untuk bisa bermasyarakat dan bergaul dengan umat agama lain. Allah
memberikan penjelasan kepada Nabi Muhammad saw bahwa tidak semua umat manusia yang
diajak beriman mau mengikutinya. Hal tersebut sudah menjadi ketentuan yang digariskan oleh
Allah dan tidak bisa diganggu gugat. Agama dan keyakinan tidak bisa dipaksakan kepada setiap
manusia.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yunus ayat 40:
ࣖ ‫َو ِم ْنُه ْم َّم ْن ُّيْؤ ِم ُن ِبهٖ َو ِم ْنُه ْم َّم ْن اَّل ُيْؤ ِم ُن ِبهٖۗ َو َر ُّبَك َاْع َلُم ِباْلُم ْف ِس ِد ْيَن‬

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat tersebut selain memberikan penjelasan mengenai “ketentuan Allah” terhadap
keberagaman keyakinan agama manusia, juga tak lain merupakan penghibur bagi Nabi saw, serta
pengingat bahwa tugasnya hanyalah mengajak umat manusia, sedangkan memberi hidayah ialah
bagian Allah swt. Dalam ayat lain, surat Yunus ayat 99 Allah swt berfirman:
‫ِم ِن‬ ‫ِم ۗا‬ ‫ِف‬
‫َو َلْو َش ۤاَء َر ُّبَك ٰاَلَمَن َمْن ى اَاْلْر ِض ُك ُّلُه ْم َج ْيًع َاَفَاْنَت ُتْك ِر ُه الَّناَس َح ّٰت ى َيُك ْو ُنْو ا ُمْؤ ْيَن‬
Artinya: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya.
Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang
beriman?”
Ayat tersebut secara tidak langsung menjelaskan kepada kita pentingnya bersikap toleran
terhadap umat agama lain. Semuanya telah digariskan oleh Allah, tidak boleh ada paksaan dalam
beragama. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni

1
saat menafsiri ayat di atas: “Jika Allah menghendaki maka seluruh umat manusia bisa saja
beriman, akan tetapi Allah tidak menghendaki hal tersebut karena hikmah yang terkandung di
dalamnya. Allah menginginkan keimanan secara sukarela dari hambanya, bukan keimanan yang
timbul dari paksaan. Apakah engkau wahai Muhammad akan memaksa mereka untuk beriman
dan masuk ke dalam agamamu?”
Allah swt berfirman dalam surat Hud ayat 118:
‫َو َلْو َش ۤا َء َر ُّبَك َلَجَعَل الَّناَس ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َّو اَل َيَزاُلْو َن ُم ْخ َتِلِفْيَۙن‬
Artinya: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih (pendapat)”.
Pada ayat di atas Allah secara jelas memberi ketetapan keberagaman keyakinan kepada umat
manusia. Hidayah adalah hak prerogratif Allah sebagai Tuhan sekalian alam, bukan hak manusia
untuk ikut campur di dalamnya. Apalagi memaksa umat agama lain untuk masuk ke dalam
Islam. Dari pemahaman tersebut seharusnya umat Islam sadar bahwa jika memang
keberagaman sudah digariskan, maka seyogianya umat Islam bersikap toleran terhadap
keyakinan agama lain.

Anda mungkin juga menyukai