Anda di halaman 1dari 3

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit

dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut


antara lain KTI:

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan
lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat
sukar ditemukan.

2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap
ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan
mirip penyakit lain.

3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-
laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.

4. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering
terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah.

5. Skabies pada orang tua. Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies
mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit
mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke
”senile pruritus”, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya.
6. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi
yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,
lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda
dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat
defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah

7. Skabies pada penderita HIV/AIDS. Bentuk yang sering dijumpai adalah


skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi klinisnya
yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami keterlambatan dalam
diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya.

8. Skabies di daerah kulit kepala. Hal ini sangat jarang terjadi pada orang
dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu
terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada
bayi dan anak – anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan
dermatomiositis.

9. Skabies bullosa. Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-
anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada
orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan pemphigoid
bullosa.

akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar
penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.
Gejala klinis pada infeksi kulit akibat skabies disebabkan oleh respons alergi
tubuh terhadap tungau. Setelah tungau melakukan kopulasi (perkawinan) di atas kulit,
tungau jantan akan mati dan tungau betina akan menggali terowongan dalam stratum
korneum sambil meletakkan sebanyak 2 hingga 50 telur. Aktivitas S. scabiei di dalam
kulit akan menimbulkan rasa gatal yang umumnya mulai timbul 4-6 minggu setelah
infestasi pertama; bila terjadi re-infestasi tungau, gejala dapat muncul lebih cepat
dalam 2 hari. Rasa gatal biasa memburuk pada malam hari disebabkan aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas.

Apabila seseorang pernah terkena skabies, maka pada penularan yang kedua
telah terjadi sensitisasi gejalanya akan berubah menjadi: 1. Nodul 2. Besar 3. Teraba
keras 4. Khas pada daerah longgar atau lunak. Gejala ini sering dikelirukan dengan
urtika. KTI

Anda mungkin juga menyukai