Anda di halaman 1dari 2

Persyaratan Peserta Lelang berdasarkan Jenis

Pengadaan Barang/Jasa

Dalam merencanakan suatu pengadaan barang/jasa, pertama-tama panitia lelang


sebaiknya harus menentukan dengan jelas apakah pengadaan ini termasuk pengadaan
barang atau jasa atau jasa lainnya. Hal ini sebaiknya harus berbunyi dengan jelas dalam
pengumuman dan dokumen pengadaan, karena hal ini terkait dengan dasar peraturan
(selain keppres 80/2003 dan perubahannya) yang digunakan dalam pengadaan sehingga
akan mempengaruhi persyaratan peserta/penyedia jasa yang dapat mengikuti pengadaan
yang akan dilaksanakan.

Secara umum penjelasan jenis pengadaan barang/jasa atau jasa lainnya adalah sebagai
berikut;

1. Pengadaan Barang; Apabila pengadaan yang akan dilakukan adalah pengadaan


barang, maka persyaratan yang diperlukan peserta/penyedia barang untuk mengikuti
pengadaan selain persyaratan standar kualifikasi adalah memiliki SIUP yang sesuai
dengan bidang yang dibutuhkan. Bidang layanan dalam SIUP dapat menyesuaikan
dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005 yang terdiri
dari 18 kategori sektor usaha.

2. Pengadaan Jasa; Dalam pengadaan jasa inilah sering terjadi kerancuan terutama
dalam penentuan apakah pengadaan yang akan dilaksanakan adalah pengadaan jasa
konstruksi atau non konstruksi. Sebelum pengadaan jasa dilaksanakan sebaiknya
panitia sudah menentukan dengan jelas apakah pengadaan ini termasuk pengadaan
jasa konstruksi atau non konstruksi, karena hal ini akan terkait dengan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh peserta lelang.

Untuk pengadaan jasa non konstruksi maka acuan yang digunakan adalah aturan yang
dikeluarkan oleh kadin, sehingga bidang dan sub bidang dalam SBU yang menjadi
persyaratan klasifikasi peserta lelang mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh
kadin. Sebagai contoh: klasifikasi jasa konsultansi non-konstruksi

Untuk pengadaan jasa konstruksi, terdapat dua pembagian besar yaitu jasa konsultansi
konstruksi dan jasa pelaksana konstruksi. Pengadaan jasa konstruksi pada dasar
menginduk kepada UU jasa konstruksi (UU 18/1999) dan (apabila diperlukan) peraturan
menteri PU (Permen PU 43/2007) dan peraturan LPJK (perlem 11.a dan 12.a th. 2006).
Sehingga SBU yang dipersyaratkan dalam pengadaan jasa konstruksi (konsultansi atau
pelaksana) akan berbeda dengan pengadaan jasa non konstruksi, begitu pula persyaratan
lainnya yang mungkin dipersyaratkan dalam pengadaan, seperti tenaga ahli (TA); TA
dalam pengadaan konstruksi apabila berdasar pada permen pu, maka harus memiliki
SKA/SKT yang dikeluarkan oleh LPJK. Sedangkan dalam non konstruksi belum
jelas/ada aturan yang mengharuskan tenaga ahlinya harus bersertifikat, meskipun sudah
banyak badan akreditasi yang menyediakannya.

Demikian mudah-mudahan berguna

Anda mungkin juga menyukai