Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENERAPAN BUDAYA KAIZEN PADA PERUSAHAAN JOINT

VENTURE ASAL JEPANG DI INDONESIA


(Studi pada PT. X)
Novaldi Nur Rochman Putra
Mochammad Al Musadieq
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: novaldinur94@gmail.com

ABSTRACT

PT X is a joint venture of several Corporation that established in 1994 and based in Surabaya, East Java,
Indonesia. In 2014, PT X ownership was transferred from MHI to MHPS, LTD. PT X engaged reparation and
fabrication services for gas and steam turbine. In their activity, PT X implementing kaizen as the company
culture wich has been covering the entire company line. The objective of this study aim for the implementation
process of kaizen in PT X. This study also aim the adaptation done by PT X related to implementation of
kaizen concepts , kaizen systems, and gemba kaizen. The method used in this research is a descriptive study
with a qualitative approach. The data was collected by triangulate interview on three key informan, by
observation, and documentation. These data are analyzed by data reducing, serving, and
summarizing/verifying.

Keywords: Organization Culture, Kaizen Activity, Gemba Kaizen, International Business.

АBSTRАK

PT X merupakan perusahaan joint venture antara beberapa perusahaan yang didirikan pada 1994 dan
beroperasi di kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Pada 2014 kepemilikan PT X beralih pada MHPS, LTD
(MHPS). PT X bergerak dalam bidang jasa reparasi dan fabrikasi untuk produk Steam dan Gas Turbine
sebagai alat pembangkit listrik. Dalam kegiatannya PT X menerapkan budaya kaizen sebagai budaya
perusahaan yang mencakup seluruh lini kegiatan yang ada di perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan proses penerapan budaya kaizen di PT X. Penelitian ini juga menggambarkan adaptasi yang
dilakukan PT X terkait penerapan konsep utama kaizen, sistem utama kaizen, dan gemba kaizen. Metode
penelitian yang dilakukan dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan triangulasi
yang dilakukan kepada tiga key informan, observasi langsung, dan dokumentasi. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi dan
analisis data.

Kаtа Kunci: Budaya Organisasi, Kaizen Activity, Gemba Kaizen, Bisnis Internasional

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 95


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDАHULUАN untuk peningkatan proses perbaikan. Siklus
Setiap perusahaan sangat bergantung pada tersebut dapat disebut sebagai siklus peningkatan
efektivitas interaksi dengan lingkungannya untuk (Imai, 1986: Smadi, 2009). Pengenalan konsep
tetap mempertahankan eksistensinya. utama kaizen, serta sistem utama kaizen dapat
Ketergantungan ini termasuk dalam hubungan diterapkan dalam pengimplementasian budaya
antara budaya organisasi dan nilai dari budaya kaizen pada perusahaan. Itu mengapa pemahaman
tersebut. Namun, budaya organisasi tetap tentang konsep dan sistem utama kaizen
bergantung pada lingkungannya dan kekuatan merupakan hal yang esensial bagi perusahaan.
interaktif yang mengelilinginya. Budaya organisasi Tujuan dari kaizen antara lain adalah untuk
membentuk praktik manajemen yang berbeda pada meningkatkan tiga parameter: kualitas, biaya, dan
perusahaan yang berbeda-beda pula (Fatehi, 1996: penyerahan atau dapat disebut QCD (quality, cost,
Kanungo, 2006). delivery) (Karas dkk., 2016: Imai, 1997). Hal ini
Sejak Masaaki Imai memperkenalkan berarti bahwa kaizen berfokus dalam peningkatan
istilah budaya kaizen pada bukunya KAIZEN – The kualitas dari barang ataupun jasa, serta berjuang
Key to Japan’s Competitive Success (1986), istilah untuk mengurangi biaya pada setiap tahapan
ini digunakan dengan bebas dan menjadi koneksi organisasi bisnis agar dapat mempersingkat waktu
pada praktik manajemen Jepang serta menjadi kerja. Tujuan dari budaya kaizen mencerminkan
kunci nyata dari kesuksesan perusahaan- bahwa perbaikan berkelanjutan harus memiliki
perusahaan Jepang diseluruh dunia. Istilah 改善 tujuan akhir dalam penerapannya.
(kaizen) sendiri terdiri dari dua kata dalam Kanji Pada intinya dapat disimpulkan dari
Jepang (Ideograms): 改 (kai) yang berarti penjelasan umum diatas bahwa budaya kaizen
mereformasi, merubah, memodifikasi, memeriksa, merupakan perubahan yang lebih baik
dan menguji: serta 善 (zen) yang berarti berbudi (Macpherson, 2015:3). Itu mengapa kaizen dapat
luhur dan kebaikan (Imai, 1986: Macpherson, digunakan dalam berbagai bidang dan lini industri
2015). bagi perusahaan yang mengaplikasikannya. Karena
Kaizen juga dapat berarti sebagai fokus utama dari kaizen adalah kontribusi masing-
perubahan yang lebih baik dalam mengejar masing individu dalam perusahaan untuk membuat
kesempurnaan dalam pekerjaan (Dyer, 2016:19). perubahan berkelanjutan, kaizen juga turut
Konsep ini menjadikan banyak perhatian pada mengatur serta meningkatkan kualitas individu di
kaizen yang dianggap sebagai kunci daya saing dalam perusahaan.
perusahaan Jepang pada tiga dekade terakhir Pengelolahan manajemen sumber daya
diabad dua puluh. Dalam kurun 20 tahun terakhir, manusia dengan cara kaizen ini membentuk
beberapa perusahaan telah mengaplikasikan disiplin baru dalam perubahan yang lebih baik.
konsep tersebut melalui partisipasi karyawan Asumsi utama kaizen adalah untuk mendorong
dalam skema perbaikan saran, sementara yang lain karyawan agar dapat terus memperbaiki tempat
menggunakannya sebagai sekelompok strategi dan kerja / workplace (Gemba). Hal tersebut
alat untuk mengurangi pemborosan (Imai, 1986: berkontribusi pada kemandirian dan kontrol diri
Suarez-Barraza et al, 2011). yang besar yang dapat diraih oleh karyawan. Tugas
Perusahaan asal Jepang mulai menerapkan utama karyawan dalam gemba adalah untuk
kaizen pada akhir abad ke-20. Sejak saat itu, memelihara dan memperbaiki atau meningkatkan
beberapa perusahaan barat seperti Catterpillar standar dalam mencapai kualitas, biaya, dan
(Illinois, USA), Harley Davidson (Wisconsin, penyerahan (QCD) yang memadahi (Imai,
USA), Husqvarna (Jönköping, Sweden) dan GDM 1997:13).
Group & Q-West (Wanganui, New Zealand), Faktor sumber daya manusia merupakan
menggunakan kaizen untuk meningkatkan teknik faktor yang penting dalam keberlangsungan
produksi, operasi sistematis, dan mencari perusahaan. Itu mengapa peran manajemen sumber
kontribusi lebih dari para karyawan (Macpherson, daya manusia dalam penerapan budaya kaizen
2015:3). Strategi kaizen utamanya bergantung pada memiliki pengaruh. Manajemen sumber daya
usaha manusia untuk meningkatkan hasil, dan hal manusia merupakan suatu perencanaan,
tersebut memperlukan peningkatan proses. pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan,
Pendekatan berorientasi pada proses dan pengawasan terhadap pengadaan,
disebut sebagai siklus “plan-do-check-act” pengembangan, pemberian balas jasa,
(PDCA) dan SDCA “standardize-do-check-act” pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahaan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 96


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan Kesuksesan PT X selama eksistensinya
organisasi (Mangkunegara, 2001:2) dalam memenuhi kebutuhan mesin turbin
Sumber daya manusia saat ini merupakan pembangkit listrik dilebih dari satu dekade berkat
aset berharga yang dapat diperoleh dan budaya kaizen yang diterapkan oleh perusahaan
dikembangkan oleh perusahaan. Karena manusia induknya merupakan hal yang sangat menarik
menjadi kunci utama dalam kesuksesan kaizen, untuk dibahas. Walaupun berada dalam regional
maka perusahaan-perusahaan Jepang yang sama yaitu Asia, menurut Hofstede dalam
memfokuskan pada perbaikan berkelanjutan pada dimensi budaya yang disusunnya, Indonesia dan
segi proses perkembangan sumber daya manusia Jepang memiliki perspektif budaya yang sangat
ini. Dengan demikian diharapkan sumber daya berbeda antara satu dengan lainnya (Peng,
manusia dapat termotivasi dengan baik untuk 2009:104-105).
meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, sumber
daya manusia menjadi asset yang sangat krusial KАJIАN PUSTАKА
dalam pertumbuhan perusahaan agar dapat Budaya Perusahaan
mepertahankan standar kualitas perusahaan. Kusdi dalam bukunya Budaya Organisasi
Keuntungan pengimplementasian budaya (2011:81) mendefinisikan budaya organisasi
kaizen terletak pada kondisi perekonomian Negara sebagai “pola-pola perilaku, sikap, nilai-nilai, dan
tempat pengimplementasiannya yang memiliki asumsi-asumsi yang dimiliki oleh para anggota
tingkat pertumbuhan ekonomi rendah atau sebuah organisasi disosialisasikan kepada anggota
tergolong dalam negara maju (Imai, 1986:24). baru, dan sedikit-banyak bersifat stabil terhadap
Akan tetapi, penelitian yang dikemukakan oleh waktu”. Pemahaman Kusdi terhadap budaya
Fatimah (2016), Jimantoro (2016), Matchikita, organisasi memberikan gambaran bahwa budaya
dkk. (2015), Vento, dkk. (2017), serta Suarez- organisasi memiliki makna yang amat luas dalam
Barraza dan Ramish-Pujol (2009) mengindikasikan produktivitas juga eksistensi organisasi.
bahwa praktik kaizen telah dilaksanakan Budaya organisasi memiliki dua atribut
diberbagai negara berkembang diseluruh dunia. utama, yaitu intensitas dan integrasi. Intensitas
Beberapa tantangan dapat dijumpai dalam budaya adalah tingkat dimana anggota dari suatu
pengimplementasian budaya kaizen adalah pada unit menerima norma, nilai atau jenis budaya lain
negara berkembang seperti Indonesia, yang pernah yang terkait dengan unit tersebut. Karyawan dalam
menjadi Negara jajahan Jepang walaupun memiliki budaya intensif cenderung menunjukkan perilaku
latar belakang budaya yang berbeda. yang konsisten, dengan kata lain bertindak dengan
Indonesia dalam kancah persaingan global cara yang sama dari waktu ke waktu. Integrasi
menempati urutan ke-41 atau terendah dari negara- budaya adalah dimana unit di seluruh organisasi
negara yang pernah menjadi Negara jajahan Jepang membagikan budaya yang sama. Organisasi
seperti, China (28), Korea Selatan (26), dan Taiwan dengan budaya dominan yang meluas ini dapat
(14) (Schwab, 2016:xiii). Salah satu faktor utama dikendalikan secara hierarki dan berorientasi
indeks persaingan global adalah tingkat kualitas terhadap kekuasaan, seperti unit militer dan
sumber daya manusia di Indonesia yang berbeda memiliki budaya yang sangat terintegrasi
bila dibandingkan dengan Negara bekas jajahan (Wheelan dan Hunger , 2012:149).
Jepang lainnya. Penerapan budaya kaizen di
indonesia tentu menjadi fenomena yang layak Budaya Kaizen
untuk diteliti karena dimungkinkan muncul Dalam sejarahnya, ide dari kaizen atau
tantangan ataupun adaptasi yang ditemui dalam continuous improvement (CI) pertama kali
penerapannya, mengingat bahwa budaya Jepang dikembangkan di Amerika Serikat dan ditransfer
masih diterapkan di Indonesia hingga saat ini. ke Jepang setelah Perang Dunia Kedua berakhir
PT X merupakan perusahaan joint venture (Schroeder dan Robinson, 1991; Huntzinger,
asal Jepang yang beroperasi di wilayah Indonesia 2002). Setelah itu kaizen diadaptasikan dan
khususnya di Kota Surabaya. PT X merupakan dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan
perusahaan bentukan dari joint-venture antara PT manufaktur Jepang yang berdasarkan hal tersebut
P, M, LTD., dan M Corporation asal Jepang. PT X menghasilkan nama kaizen. Terdapat dua alasan
beroperasi di wilayah Surabaya dalam utama mengapa program CI berkembang dengan
melaksanakan kegiatan usahanya, serta pesat di Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia
menerapkan budaya kaizen sebagai budaya Kedua (Kenney dan Florida, 1993: Yokozawa dan
perusahaannya. Steenhuis, 2013).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 97


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Alasan pertama adalah bahwa Jepang kaizen berdampak positif tidak hanya bagi seluruh
menghadapi kekurangan sumber daya yang sangat karyawan melainkan keseluruhan proses yang
serius, sehingga mereka harus menemukan cara terjadi di dalam perusahaan.
berbiaya rendah untuk meningkatkan produktivitas Semua individu di dalam perusahaan harus
dan mengurangi biaya. Kedua, Training Within bekerja sama dalam mematuhi tiga aturan dasar
Industry (TWI) telah diperkenalkan kepada penerapan kaizen di tempat kerja, yaitu:
industri Jepang oleh occupatioal forcess Amerika 1) Penataan.
Serikat. Hal tersebut memberikan dampak yang 2) Penghapusan muda (pemborosan).
sangat besar dalam pelatihan tenaga kerja Jepang Standarisasi (Imai, 1997:17-20).
dan manajer dalam metode analisa dan
menanamkan pondasi yang kuat untuk CI MЕTODOLOGI PЕNЕLITIАN
(Huntzinger, 2002: Yokozawa dan Steenhuis, Pеnеlitiаn ini mеrupаkаn pеnеlitiаn
2013). Beberapa penelitian terdahulu dеskriptif dеngаn pеndеkаtаn kuаlitаtif. Penelitian
mengindikasikan bahwa Kaizen membantu industri ini dilakukan di PT X yang terletak di Kawasan PT
manufaktur Jepang untuk memperoleh keunggulan P, Jl. Hangtuah 295-297 Kota Surabaya, Provinsi
kompetitif yang signifikan (Bessant, 1991: Imai, Jawa Timur. Adapun focus penelitian sebagai
1986: Oliver dan Wilkinson, 1992: Yokozawa dan berikut:
Steenhuis, 2013). 1. Proses penerapan budaya kaizen pada
Imai (2014:5) menjelaskan definisi budaya perusahaan.
kaizen secara khusus dalam lingkup bisnis bahwa Peneliti berfokus pada data historis penerapan
“Kaizen berarti penyempurnaan budaya kaizen yang ada di perusahaan melalui
berkesinambungan yang melibatkan setiap orang hasil wawancara
baik manajer maupun karyawan”. Filasat kaizen ini 2. Adaptasi budaya kaizen pada perusahaan.
berasumsi pada penyempurnaan pekerjaan disetiap Peneliti berfokus pada adaptasi yang dilakukan
saat. Dengan terus melakukan penyempurnaan, perusahaan dalam menerapkan komponen
setiap individu didalam perusahaan juga budaya kaizen
berkontribusi terhadap perbaikan dan
perkembangan perusahaan di masa yang akan Teknik Pengumpulan Data
datang. Tеknik pеngumpulаn dаtа yаng digunаkаn
Macpherson, dkk. (2015:8) menjelaskan olеh pеnеliti аntаrа lаin: wawancara, dokumentasi,
pandangannya terhadap definisi Kaizen yaitu observasi, dan triangulasi. Аdаpun instrumеnt
“…denotes management’s engagement of the pеnеlitiаn yаng digunаkаn iаlаh: pedoman
organisation in the pursuit of business excellence wawancara, peneliti, buku catatan dan alat
through the interplay of the enterprise-side pursuit perekam.
of profit and competition, and employee-side skills,
creativity, confidence and pride”. Dalam HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
penjelasan tersebut, kaizen memperlihatkan Budaya Kaizen di Perusahaan
keterlibatan manajemen organisasi dalam mengejar Proses Penerapan Budaya Kaizen
keunggulan bisnis melalui sisi internal organisasi. Sangat penting membedakan antara
Dengan demikian, kaizen tidak hanya menjadi cara penerapan budaya kaizen dan transfer budaya
memperoleh penyempurnaan berkesinambungan, kaizen. Penerapan mengacu pada proses perubahan
namun juga sebagai alat agar perusahaan dapat yang mengacu pada aksi, reaksi, dan interaksi dari
mengejar keunggulan dibandingkan perusahaan berbagai kepentingan untuk menggerakkan
lain. perusahaan dari posisinya sekarang menuju kondisi
Dalam mempertahankan penggunaan kaizen, yang lebih maju (Pettigrew, 1987: Yokozawa,
Neese (2007) dalam Smadi (2009:204) 2013). Dari hasil penelitian yang dilakukan,
menyatakan bahwa “Maintained that Kaizen didapati bahwa budaya kaizen pertama kali
helped improve work process and implement lean diterapkan oleh perusahaan berdasarkan
manufacturing throughout the supply chain”. Dari simposium yang dilakukan oleh induk PT X yaitu
pernyataan tersebut Neese membuktikan bahwa Mitsubishi Heavy Industry yang diberi nama F-
mempertahankan penggunaan kaizen didapati Kaku dengan fungsi yang sama seperti kaizen dan
meningkatkan proses kerja dan berfokus pada 5’s. Pada saat terjadi pergantian
mengimplementasikan lean secara menyeluruh kepemilikan perusahaan pada 2014, kaizen activity
kedalam supply chain. Dalam implementasinya, mulai diperkenalkan oleh perusahaan dan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 98


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
diterapkan secara menyeluruh dengan berbagai yang dikeluarkan dengan tetap meningkatkan
kegiatan yang diadakan oleh perusahaan. kualitas.
Brunet dan New (2003) dalam penelitiannya Pak Hermanto selaku leader menyatakan
yang berjudul Kaizen in Japan: an Empirical terdapat beberapa tujuan dalam penerapan budaya
Study, menjelaskan bahwa budaya kaizen di dalam kaizen, antara lain; meningkatkan produktivitas,
organisasi dapat beradaptasi dari waktu ke waktu, menampung ide-ide karyawan dan kreativitas, serta
dan mencerminkan perubahan dari kondisi mencari solusi alternatif dari masalah yang sulit
lingkungan organisasi. Dari hasil penelitian pada dihadapi. Menurut Pak Akhmad bahwa tujuan
para key informan, mengindikasikan bahwa budaya penerapan budaya kaizen adalah untuk
kaizen yang semula diterapkan oleh perusahaan meningkatkan produktivitas, mengefisienkan
lambat laun beradaptasi dikarenakan berbagai penggunaan material, dan waktu pekerjaan.
kegiatan perbaikan berkelanjutan, yang justru
membentuk budaya kaizen yang lebih adaptif Adaptasi Budaya Kaizen Pada Perusahaan
terhadap lingkungan PT X. Konsep Utama Kaizen
Dalam sejarahnya, ide dari kaizen atau
Manfaat Budaya Kaizen Terhadap Perusahaan continuous improvement (CI) pertama kali
Manfaat budaya kaizen terhadap perusahaan dikembangkan di Amerika Serikat dan ditransfer
menurut Yokozawa dan Steenhuis (2013) dalam ke Jepang setelah Perang Dunia Kedua berakhir
penelitiannya menyayatakan “These benefits are (Schroeder dan Robinson, 1991; Huntzinger,
reported along both social and technical 2002). Setelah itu kaizen diadaptasikan dan
dimensions of organisations and include cost dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan
reduction, productivity improvement, reduction in manufaktur Jepang yang berdasarkan hal tersebut
defect, and improvement in employee’s morale and menghasilkan nama kaizen. Terdapat dua alasan
motivation”. Dari yang dilakukan, menurut Pak utama mengapa program CI berkembang dengan
Yudy produktivitas dinyatakan meningkat saat pesat di Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia
budaya kaizen mulai ditetapkan sebagai budaya Kedua (Kenney dan Florida, 1993: Yokozawa dan
perusahaan. Kegiatan yang dilaksanakan Steenhuis, 2013).
perusahaan terkait kompetisi untuk kaizen menjadi Alasan pertama adalah bahwa Jepang
motivasi dan meningkatkan kualitas dari pekerjaan menghadapi kekurangan sumber daya yang sangat
para karyawan. serius, sehingga mereka harus menemukan cara
Berdasarkan pernyataan Pak Akhmad selaku berbiaya rendah untuk meningkatkan produktivitas
pelaksana pekerjaan, manfaat terkait peningkatan dan mengurangi biaya. Kedua, Training Within
produktivitas ini memang nyata dialami oleh Industry (TWI) telah diperkenalkan kepada
perusahaan, dimana kapabilitas pekerjaan industri Jepang oleh occupatioal forcess Amerika
mengalami peningkatan berdasarkan budaya Serikat. Hal tersebut memberikan dampak yang
kaizen yang diterapkan oleh perusahaan. Dari sangat besar dalam pelatihan tenaga kerja Jepang
meningkatnya produktivitas, Pak Akhmad juga dan manajer dalam metode analisa dan
dapat memprediksi pekerjaan tepat waktu, dan menanamkan pondasi yang kuat untuk CI
dapat merencanakan penggunaan consumable. (Huntzinger, 2002: Yokozawa dan Steenhuis,
2013). Beberapa penelitian terdahulu
Tujuan Perusahaan Menerapkan Budaya mengindikasikan bahwa Kaizen membantu industri
Kaizen manufaktur Jepang untuk memperoleh keunggulan
Imai dalam bukunya Gemba Kaizen kompetitif yang signifikan (Bessant, 1991: Imai,
(1997:10) menjelaskan bahwa tujuan dari budaya 1986: Oliver dan Wilkinson, 1992: Yokozawa dan
kaizen adalah “kualitas, biaya, dan penyerahan Steenhuis, 2013).
(quality, cost, delivery)-QCD”. Dari penelitian Secara umum Imai (1986) dalam Smadi
yang dilakukan, ditemukan interpretasi secara (2009:203) mendefinisikan kaizen sebagai “the
praktis terhadap tujuan penerapan budaya kaizen di process of continuous improvement in any arena of
perusahaan. Pak Yudy selaku asisten manajer life, personal, social, home, or work”. Kaizen
produksi menyatakan bahwa biaya merupakan sebagai budaya yang melekat pada pola hidup
faktor terpenting dalam tujuan kaizen di masyarakat jepang mempengaruhi pola perilaku
perusahaan, karena dengan mengefisienkan biaya secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan
yang ada, perusahaan pasti juga mengurangi waktu bahwa budaya kaizen menjadi pedoman dalam

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 99


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
setiap perilaku individu dalam peningkatan manajer yang berorientasi pada proses akan tertarik
berkelanjutan. dengan:
Imai (2014:5) juga menjelaskan definisi a) Disiplin.
budaya kaizen secara khusus dalam lingkup bisnis b) Manajemen waktu.
bahwa “Kaizen berarti penyempurnaan c) Pengembangan keterampilan.
berkesinambungan yang melibatkan setiap orang d) Moril.
baik manajer maupun karyawan”. Filasat kaizen ini e) Komunikasi.
berasumsi pada penyempurnaan pekerjaan disetiap Berdasarkan hasil penelitian, sebagai
saat. Dengan terus melakukan penyempurnaan, asisten manajer produksi, Pak Yudy berperan
setiap individu didalam perusahaan juga sebagai manajer yang berorientasi pada proses
berkontribusi terhadap perbaikan dan seperti yang dijelaskan oleh Imai. Hal tersebut
perkembangan perusahaan di masa yang akan terindikasi dalam perilaku Pak Yudy dalam
datang. mendisplinkan karyawan terkait penerapan budaya
kaizen. Manajemen waktu yang baik tercermin
Kaizen dan Manajemen dalam pernyataan Pak Yudy dalam meningkatkan
Imai (2014:191) menjelaskan tugas produktivitas dengan mempercepat waktu kerja.
manajemen dalam kaizen dapat dibagi menjadi dua Moril dan komunikasi yang baik merupakan
bidang: (1) “manajemen perawatan” aktivitas pondasi awal dalam peningkatan proses yang
bisnis yang sedang berlangsung untuk memperoleh dilakukan oleh Pak Yudy selaku asisten manajer
hasil dan keuntungan dan (2) “manajemen kaizen” produksi.
untuk menyempurnakan proses dan sistem. Dari
hasil penelitian didapati bahwa karyawan di PT X Siklus PDCA/SDCA
memberikan kontribusi berupa saran terkait standar Imai (1997:05) dalam bukunya Gemba
dalam proses kerja berdasarkan efisiensi agar dapat Kaizen menyatakan “SDCA merupakan
memangkas waktu kerja dengan alat yang standarisasi guna mencapai kestabilan proses,
diciptakan oleh karyawan sendiri untuk sedangkan PDCA menerapkan perubahan guna
mempermudah proses kerja. PT X juga meningkatkannya. SDCA berkaitan dengan fungsi
memberikan kegiatan kompetisi yang di dalamnya pemeliharaan, sedangkan PDCA merujuk pada
terdapat pelatihan mengenai budaya kaizen. perbaikan; dua hal inilah yang menjadi tanggung
jawab utama manajemen”. Dari penelitian yang
Proses Versus Hasil dilakukan, manajemen menerapkan siklus
Menurut Lyu (1996) dalam Smadi PDCA/SDCA secara utuh dimulai dari proses
(2009:208) “Kaizen strategy helped the company pertama dalam alur produksi hingga pada proses
increase productivity due to improvement in work terakhir yaitu pengiriman. Atasan pun menuntut
process”. Dari hasil penelitian didapati bahwa bawahannya agar terus melakukan PDCA/SDCA
karyawan di PT X dituntut untuk terus dalam setiap kegiatannya.
mengefisienkan waktu kerja, dimana karyawan
berkontribusi secara langsung terhadap proses dan Mengutamakan Kualitas
prioritas pekerjaan. Keterlibatan karyawan dalam Imai (1997:5) menyatakan bahwa dalam
perbaikan proses produksi dalam perusahaan, QCD, kualitas merupakan prioritas utama pada
membentuk sikap efisien yang tercermin pada key perusahaan, dan menjadikannya keunggulan dalam
infroman 3, dimana beliau secara langsung bersaing. Manajer sering kali tergoda untuk
mengevaluasi proses kerja dan melakukan membuat kompromi berkenaan dengan persyaratan
pemangkasan proses untuk mempersingkat waktu penyerahan atau pemotongan biaya. Dalam hal ini,
produksi. manajer mengambil resiko mengorbankan tidak
Dari hasil interpretasi data di atas, dapat hanya kualitas, akan tetapi kehidupan bisnisnya.
disimpulkan bahwa perspektif organisasi pada Dari penelitian yang dilakukan, Pak Yudy selaku
budaya kaizen telah mencerminkan pada asisten manajer lebih mengutamakan segi waktu,
orientasinya terhadap proses. Hal tersebut dan menurut pernyataan beliau cost atau biaya akan
tercermin dalam kegiatan perusahaan dalam mengikuti apabila waktu kerja dapat terpangkas.
mengikutsertakan karyawan sebagai kontributor Karena kaizen menekankan inspeksi dalam setiap
dalam peningkatan proses produksi yang ada di proses pekerjaan, Pak Yudy yakin bahwa kualitas
perusahaan. Imai (2014:33) menjelaskan bahwa dapat terus terjaga. Pak Akhmad selaku pelaksana

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 100


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pekerjaan menyatakan bahwa masih terdapat menjadi tanggung jawab QA/QC (quality
perilaku yang menghambat kualitas pekerjaan. assurance/quality control). Pak Akhmad selaku
pelaksana pekerjaan tidak mengetahui mengenai
Berbicara Dengan Data TQC/TQM tersebut.
Kaizen merupakan proses pemecahan
masalah, dimana agar dapat menemukan solusi dari Sistem Produksi Just-In-Time
masalah tersebut adalah dengan menemukan Sistem produksi tepat waktu, atau biasa
permasalahan berdasarkan data yang relevan untuk disebut just-in-time (JIT) merupakan sistem
ditelaah secara rasional. Mengumpulkan, pengendalian persediaan (Schonberger, 1986:13).
memastikan, dan menelaah data bagi perbaikan Menurut Imai (2014:134), pemborosan yang terjadi
adalah tujuan utama dalam pemecahan masalah di dalam proses produksi dalam kategori sebagai
kaizen (Imai, 1997: Imai, 2001). Dari penelitian berikut:
yang dilakukan, didapati bahwa para key informan (1) Produksi berlebihan.
mengandalkan data sebagai acuan dalam mengkaji (2) Pemborosan waktu pada mesin.
dan mengevaluasi terhambatnya proses pekerjaan, (3) Pemborosan yang terjadi dalam transportasi
berdasarkan tenaga kerja, mesin, maupun material unit.
dalam melaksanakan perbaikan. (4) Pemborosan dalam proses.
(5) Pemborosan dalam pengambilan persediaan.
Proses Berikut Adalah Konsumen (6) Pemborosan dalam gerakan.
Imai dalam bukunya Gemba Kaizen (1997:6) (7) Pemborosan dalam bentuk unit yang cacat.
menjelaskan bahwa:
“Semua pekerjaan pada dasarnya terselenggara Dari penelitian yang dilakukan, didapati
melalui serangkaian proses, dan masing-masing bahwa perusahaan induk memantau setiap proses
proses memiliki pemasok maupun konsumen. pekerjaan dan menerapkan standar pekerjaan. Hal
Suatu material atau butiran informasi disediakan tersebut memberikan tantangan pada karyawan
oleh proses A (pemasok) kemudian dikerjakan dan agar dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
diberi nilai tambah di proses B untuk selanjutnya tanpa adanya pemborosan.
diserahkan ke proses C (konsumen). Proses berikut
harus selalu diperlakukan sebagai konsumen. Total Productive Maintenance
Aksioma ini, proses berikut adalah konsumen, Menurut Imai (1997:8) “TPM berfokus pada
merujuk pada dua macam konsumen: konsumen peningkatan kualitas peralatan. TPM bertujuan
internal (proses yang masih berada dalam untuk memaksimalkan efisiensi peralatan melalui
perusahaan yang sama) dan pelanggan eksternal sistem terpadu untuk memelihara preventif
(yang berada di pasar).” (penjagaan) guna memperpanjang usia hidup
peralatan”. Dari penelitian yang dilakukan,
Dari penelitian yang dilakukan, didapati didapati bahwa perusahaan menerapkan secara
bahwa manajemen menjamin kualitas yang optimal utuh sistem total productive maintenance (TPM)
dari setiap proses sesuai dengan kontrak perjanjian tersebut. Pak Yudy menyatakan bahwa divisi
yang dilaksanakan dengan konsumen. Untuk maintenance dan improvement secara langsung
lingkup kegiatan Pak Hermanto dan Pak Akhmad bertanggung jawab terhadap TPM. Akan tetapi
sebagai leader dan pelaksana langsung pekerjaan, leader dan pelaksana pekerjaan bertanggung jawab
menyatakan bahwa fokus mereka ada pada langsung terhadap segala peralatan yang
konsumen internal, yaitu serangkaian proses yang dipergunakan dalam prosesnya serta kontribusi
ada didalam perusahaan. dalam perbaikannya.

Sistem Utama Kaizen Penjabaran Kebijakan Perusahaan


TQC/TQM Manajemen harus menetapkan sasaran yang
Dalam TQC/TQM perhatian utama jelas bagi perusahaan guna memandu setiap
perusahaan adalah mutu karyawannya. Perusahaan individu serta memastikan bahwa semua model
yang telah berhasil meningkatkan mutu kepemimpinan dan kegiatan kaizen diarahkan guna
karyawannya sudah setengah jalan dalam mencapai tujuan tersebut. Penerapan kaizen dan
menghasilkan produk yang bermutu. Dari pelaksanaannya memang memperlukan
penelitian yang dilakukan, didapati bahwa pemantauan yang lebih ketat dan terperinci (Imai,
TQC/TQM dilaksanakan pada bagian quality dan 1997:8). Dari penelitian yang dilakukan, didapati

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 101


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
bahwa perusahaan menerapkan kegiatan SGA Berdasarkan hasil observasi peneliti,
(small group activity) sebagai sarana penjabaran kegiatan SGA dikompetisikan setiap tahunnya baik
kebijakan perusahaan terkait kaizen. Terdapat secara internal perusahaan maupun global dengan
divisi management representative yang perusahaan afiliasi yang tersebar di berbagai
bertanggungjawab secara penuh terkait penjabaran negara, dan dipantau secara langsung oleh
kebiatan kaizen yang ada di perusahaan. Management Representative yang bertugas
Imai (2014:219) “kebijakan menguraikan mengawal progres kegiatan SGA para karyawan
tentang target atau orientasi jangka menengah dengan syarat, setiap kelompok tidak boleh
sampai jangka panjang”. Imai (1997:9) juga membahas tema yang telah dibahas sebelumnya,
menjelaskan bahwa “kaizen tanpa target seperti dan anggota dari kelompok terus diacak setiap
suatu perjalanan tanpa tujuan. Kaizen sangat efektif tahunnya. Kegiatan SGA dilaksanakan diluar jam
ketika setiap orang bekerja untuk mencapai target, kerja aktif. Hal tersebut mendorong loyalitas
dan manajemen harus menentukan target”. Dari karyawan dalam menyelesaikan tugas SGA-nya
penelitian yang dilakukan. Didapati bahwa tujuan diluar aktivitas jam kerja.
awal penerapan budaya kaizen dijabarkan secara
langsung oleh manajer untuk memberikan solusi Gemba Kaizen
terkait pekerjaan yang efektif dan efisien serta Standarisasi
target masing-masing pekerja dalam Imai (1997:54) menjelaskan bahwa
menyelesaikan pekerjaannya.. standarisasi adalah bagian yang tak terpisahkan
dari jaminan kualitas, dan tanpa standar tak
Sistem Saran mungkin dibangun suatu sistem yang terpercaya.
Menurut Imai (1997:9) “manajer Jepang Dari penelitian yang dilakukan, dapat dipaparkan
memandang peran utama dari sistem saran sebagai bahwa PT X tidak menerapkan istilah gemba
sarana menumbuhkan minat terhadap kaizen, yaitu kaizen akan tetapi menerapkan sistem standarisasi
dengan memberdayakan karyawan mereka dalam yang ketat terkait prosedur yang dilaksanakan di
mengajukan saran, betapapun kecil arti saran tempat kerja. Untuk standarisasi yang ada di
tersebut”. Dari penelitian yang dilakukan, didapati perusahaan ditetapkan oleh induk perusahaan
bahwa perusahaan pernah menggunakan sistem secara langsung yaitu MHPS (Mitsubishi Hitachi
saran berupa kotak saran yang disediakan untuk Power Systems), akan tetapi tetap membuka
menginformasikan perbaikan ataupun pengaduan kontribusi karyawan dalam standar yang ada.
kendala pekerjaan. Karena tidak optimalnya
penggunaan kotak saran, perusahaan menerapkan 5’S (seiri, seiton, seito, seiketsu, shitsuke)
sistem saran secara lisan dengan melapor kepada Dari penelitian yang dilakukan, dapat
atasan langsung. Selain itu, perusahaan juga dipaparkan bahwa PT X menerapkan sistem 5’S
memfasilitasi saran dari karyawan dalam kegiatan sejak 2009 saat perusahaan masih menerapkan F-
briefing harian yang dilaksanakan di perusahaan. Kaku, dimana selanjutnya dijabarkan menjadi lebih
luas pada 2014 saat kaizen activity diperkenalkan
Kegiatan Kelompok Kecil sebagai budaya baru perusahaan untuk
Imai (2014:147) menjelaskan bahwa menyempurnakan F-Kaku. Kegiatan 5’S di dalam
aktivitas kelompok kecil dapat didefinisikan perusahaan merupakan aktivitas harian bagi
sebagai kelompok sukarela kecil yang tidak resmi, seluruh karyawan PT X. Perusahaan melakukan
disusun di dalam perusahaan untuk melaksanakan kegiatan briefing IHSE (improvemnet health and
tugas khusus di bengkel. Kelompok kecil ini safety environment) sebagai sarana dalam
awalnya dibentuk untuk merangsang peningkatan kesadaran karyawan terkait 5’S.
perkembangan silang di antara anggotanya. Dari
penelitian yang dilakukan, didapati bahwa PT X Penghapusan Muda (Pemborosan)
menerapkan sistem SGA (small group activity) Imai (1997:72) menjabarkan 7 jenis
untuk membangun keterlibatan karyawan terhadap pemborosan di gemba, yaitu:
kontribusinya kepada perusahaan. Kegiatan SGA (1)Pemborosan produksi berlebih.
tersebut dikompetisikan setiap tahunnya dengan (2)Pemborosan persediaan.
pemantauan secara langsung dari management (3)Pemborosan pengerjaan ulang karena gagal.
representative terhadap progres kegiatan SGA para (4)Pemborosan gerak kerja.
karyawan. (5)Pemborosan pemrosesan.
(6)Pemborosan waktu tunggu/penundaan.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 102


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
(7)Pemborosan trasnportatif. yang datang, menghilangkan persediaan
penyangga, mengurangi biaya pembelian,
Dari penelitian yang dilakukan, dapat memperbaiki penanganan bahan baku,
dipaparkan bahwa perusahaan melakukan tercapainya persediaan dalam jumlah kecil dan
penghapusan pemborosan, akan tetapi menekan mendapatkan pemasok yang dapat dipercaya.
penghapusan pemborosan pada pemborosan Kartu kanban sendiri sangat bermanfaat sebagai
pemprosesan. Kegiatan kaizen diperusahaan informasi lanjutan dari masing-masing lini
menuntut keturut sertaan seluruh karyawan dalam pekerjaan terkait informasi proses kerja dan
penghapusan pemborosan, membuat munculnya ketersediaan persediaan.
ide-ide terkait pengefisienan penggunaan 2. Perusahaan dapat menetapkan tujuan jangka
consumable dan evaluasi persediaan berdasarkan pendek dan tujuan jangka panjang untuk
proyeksi pekerjaan diperiode berikutnya. memberikan target dan mendorong karyawan
agar dapat memenuhi target tersebut. Karena
KЕSIMPULАN DАN SАRАN apabila hanya perbaikan berkelanjutan yang
Kеsimpulаn dituntut, dampaknya terhadap karyawan akan
1. Penerapan budaya kaizen di perusahaan diawali terbatas. Manajemen dapat menetapkan sasaran
dengan proses adopsi F-Kaku sebagai budaya yang jelas bagi perusahaan guna memandu
perusahaan induk yang diterapkan oleh PT X setiap individu serta memastikan bahwa semua
pada 2009. Penerapan F-Kaku pada PT X juga model kepemimpinan dan kegiatan kaizen
menjadi pengayaan terhadap pembentukan pola diartikan guna mencapai tujuan tersebut.
pikir karyawan terkait kaizen. Penerapan Dengan demikian, akan terwujud budaya kaizen
budaya kaizen ini meningkatkan laju yang tidak hanya adaptif terhadap lingkungan
produktivitas dan peningkatan terhadap gemba perusahaan, tapi juga mendorong karyawan
yang dirasakan manfaatnya oleh seluruh lini lebih baik lagi.
perusahaan. Pada 2014 kaizen activity
diperkenalkan sebagai budaya perusahaan DАFTАR PUSTАKА
secara utuh. Penerapan kaizen activity tersebut Bessant, J. 1991. Managing Advance
mendorong aspirasi karyawan dalam Manufacturing Technology: The Challenge
meningkatkan kinerjanya dan kontribusinya of the Fifth Wave. Oxford: NCC-Blackwellh
terhadap perbaikan perusahaan.
2. Perusahaan mengadopsi seluruh komponen Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metode Penelitian
budaya kaizen yang telah ditetapkan oleh Dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT.
perusahaan induk. Adaptasi budaya terjadi saat Rineka Cipta
kontribusi karyawan mulai membentuk budaya
kerja kaizen yang lebih adaptif terhadap Fatimah, Nur. 2016. Analisis Tingkat Kesiapan
pembaruan yang terjadi diperusahaan. Penerapan Budaya Kaizen Pada PT.
Kontribusi karyawan dalam perbaikan Indobatt Industri Permai. Surabaya: Institut
berkelanjutan benar meningkatkan kualitas, Teknologi Sepuluh Nopember
mengurangi biaya, dan mempersingkat waktu
penyerahan. Perbaikan berkelanjutan Hill, Charles W. L. 2008. Global Business Today.
berdasarkan kontribusi karyawan membentuk Ed. 5. New York : McGraw-Hill Companies,
budaya kaizen yang dapat terus beradaptasi dan Inc
berkembang lebih baik lagi.
Imai, Masaaki. 1986. Kaizen – The Key to Japan’s
Sаrаn Competitive Success. New York: Random
1. Manajemen dapat menerapkan istilah kanban House
atau dapat disebut kartu persediaan yang secara
personal ditulis oleh pelaksana pekerjaan. Imai, Masaaki. 1997. Gemba Kaizen: Pendekatan
Tujuan dari penerapan kartu kanban ini adalah Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada
menghasilkan produksi yang baik sejak awal Manajemen. Dialihbahasakan oleh Kristianto
yaitu pantang menerima, pantang memproses, Jahja. Jakarta: PPM
dan pantang menyerahkan produk cacat dengan
bekerjasama dengan pemasok mengenai Imai, Masaaki. 2001. Gemba Kaizen: a
persediaan yaitu mengurangi jumlah barang Commonsense, Low-Cost approach to

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 103


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
management International Edition. India: excellence. Journal of Business Strategy,
McGraw-Hill Book Co. 36(5), 3-9
Imai, Masaaki. 2014. Kaizen Kunci Sukses Jepang Pettigrew, A.M. 1987. Context and action in the
Dalam Persaingan. Dialihbahasakan oleh transformation of the firm. Journal of
Dra. Mariani Gandamihardja. Jakarta: PPM management studies, Vol. 24, No. 6, 649-670
Kenney, M., Florida, R.L. 1993. Beyond Mass Suarez-Barraza, M. F., Ramis-Pujol, J. R.,
Production: The Japanese System and its Kerbache, Laoucine. 2011. Thought on
Transfer to the US. New York: Oxford kaizen and its evolution: three different
University Press perspectives and guiding principle.
International Journal of Six Sigma, Vol. 2
Kusdi. 2011. Budaya Organisasi: Teori,
No. 4, 288-308
Penelitian, dan Praltik. Jakarta: Salemba
Empat Suarez-Barraza, M. F., Ramis-Pujol, J. R. 2010.
Implementation of lean-kaizen in the human
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2013.
resource service process. Journal of
Manajemen Sumber Daya Perusahaan.
Manufacturing Technology Management,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Vol. 21 No. 3, 388-410
Schonberger, Richard J. 1986. Teknik-Teknik
Manufaktur Jepang. Jakarta: Erlangga Smadi, Ami A. 2009. Kaizen strategy and the drive
for competitiveness: challenges and
Wheelen, Thomas L., Hunger, J, David. 2012.
opportunities. An International Busniess
Strategic Management and Business Policy.
Journal, Vol. 19, No. 3, 203-211
Ed. 13. Amerika Serikat: Pearson Education,
Inc. Schroeder, D., Robinson, A. 1991. America’s most
successful export to japan: cotinuous
Jurnal:
improvement programs. Sloan Management
Huntzinger, J. 2002. The roots of lean – training Review, Vol. 19, No. 11, 1203-1222
within industry: the origin of japanese
Vento, Midiala S., Alcaraz, Jorge L.G., Macias,
management and kaizen. Target, Vol. 18, No.
Alde M.M., Loya, Valeria M. 2016. The
01, 6-9
impact of managerial commitment and
Jimantoro, Ronny. 2016. Analisis penerapan kaizen benefits on companies. Journal of
budaya kerja kaizen pada PT. Istana Mobil Manufacturing Technology Management,
Surabaya Indah. Agora, Vol. 4 No. 2, 127- Vol. 27, No. 5, 692-712
132
Yokozawa. Kodo., Steenhuis, Harm-Jan. 2013.
Kanungo, R. P. 2006. Cross culture and business The influence of national level factors on
practice: are they conterminous or cross- international kaizen transfer. Journal of
verging. Cross culture management: an Manufacturing Technology Management,
international journal, Vol. 13 No. 1, 23-31 Vol. 24, No. 7, 1051-1075
Karas, Elsbieta., Smietanski, Roman., Cilan, Artikel:
Teodor F. 2016. Employee assessment of Dyer, Ron. 2016. Kaizen. Amerika Serikat:
kaizen implementation in industrial Thomson Reuters (Tax & Accounting) Inc.
enterprise – result of empirical research. Acta
Technica Corviniensis – Bulletin of
Enggineering, Vol. 9, No. 4, 95-100
Macpherson, W. G., Lockhart, J. C., Kavan, H., &
Iaquinto, A. L. 2015. Kaizen: a Japanese
philosophy and system for business

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 1 April 2018| 104


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai