Anda di halaman 1dari 11

Resume

1.3 Gerak Melengkung


Gerak melengkung adalah gerakan suatu partikel dengan lintasan membentuk
garis lengkung. Gerak melengkung terdiri dari 2 macam, yaitu Gerak Parabola dan
Gerak Melingkar.
1.3.1 Gerak Parabola
Gerak parabola adalah gerakan suatu partikel yang berbentuk parabola. Contoh
gerakan parabola adalah gerakan anak panah, gerakan peluru yang membentuk sudut
tertentuk terhadap arah horizontal ataupun vertikal, dan gerakan bola yang ditendang.

Gambar 1.3.1.1 Gerak Bola Yang Ditendang


Besaran fisika yang mempengaruhi gerak parabola meliputi kecepatan, waktu,
percepatan gravitasi, dan sudut elevasi. Pada gerak parabola terdapat percepatan
gravitasi yang arahnya vertikal ke bawah.
Gambar 1.3.1.2 Gerak Parabola Pada Peluru
Pada gambar 1.3.1 ditunjukkan pada saat peluru ditembakkan menghasilkan dua
komponen kecepatan, yaitu kecepatan arah horizontal dan arah vertikal, yang dapat
dituliskan dalam persamaan berikut.
V 0 x =V 0 cos α

V 0 y =V 0 sin α
Pada gerak parabola komponen kecepatan arah horizontal akan selalu sama
selama peluru bergerak. Namun, arah komponen kecepatan vertikal selalu berubah-
ubah. Dari titik awal ke titik puncak lintasan, komponen kecepatan vertikal akan makin
kecil. Kemudian dari titik puncak lintasan ke titik akhir lintasan, komponen kecepatan
arah vertikal akan membesar.
Jika kita ambil arah ke kanan sejajar dengan sumbu x positif dan arah ke atas
sejajar dengan sumbu y positif maka komponen kecepatan gerak peluru dalam arah
sumbu x (horizontal) dan sumbu y (vertikal) adalah
V x =V 0 cos α
2 2
V y =V 0 sin α−¿ atau v y =v 0 y −2 g ( y− y 0 )
Dengan demikian, vektor kecepatan gerak peluru tiap saat adalah

⃗v =i^ v x + ^j v y =i^ v 0 cos α + ^j(v ¿ ¿ 0sin α−¿)¿

Kecepaatan ke arah subu x selalu konstan v x =v 0 x =konstan, dan resultan


kecepatan diperoleh

v=√ V 2x +V 2y
Yang membentuk sudut

θ=tan
−1
( )
vy
vx

Lintasan gerak peluru membentuk lintasan parabola dengan persamaan posisi


peluru saat ditentukan oleh koordinat x dan y adalah sebagai berikut
x=x 0 + v 0 x t=x 0 + v 0 cos α t
Dan
1 2
y= y 0+ v 0 y t− g t
2
1 2
y= y 0+ v 0 y sin α t− g t
2
Nilai t dieliminasi dan disubtitusikan, dengan x 0=0 dan y 0=0 sehingga diperoleh
x
x=v 0 cos α t → t=
v 0 cos α

( ) ( )
2
x 1 x
y=v 0 sin α − g
v 0 cos α 2 v 0 cos α

Atau

y= ( tan α ) x−
( 1 g
2 v 20 cos2 α
x
2
)
Persamaan diatas terlihat membentuk persamaany¿ a x 2 +bx , yang merupakan
persamaan parabola, sehingga dapat dihitung jarak terjauh peluru jatuh dan tinggi
maksimum atau y max dengan nilai y B =0 , sehingga diperoleh :

tan
2

( )
1 g 2 g 2 v0
0=( tan α ) x− R atau R= 2 = sin α cos α
2 v 20 cos 2 α 2
2 v 0 cos α g
2
v0
R=¿ sin 2 α
g
Dari persamaan diatas terlihat nilai R akan maksimum apabila nilai
° °
sin ( 2 α )=1 atau 2 α =90 sehingga α=45 . Sedangkan untuk mendapatkan titik
maksimum, maka kecepatan peluru dalam arah y = 0, sehingga diperoleh :

{
v 0 y v 0 sin α v y =v 0 y −¿
t= =
g g v y =0

Dari persamaan diatas, diperoleh :

( ) ( )
2
v 0 sin α 1 v 0 sin α
y max =v 0 sin α t− g
g 2 g
2 2
v 0 sin α
y max =
2g
Berdasarkan persamaan diatas, titik maksimum diperoleh saat nilai
2 °
sin α =1 atau α=90 .

1.3.2 Gerak Melingkar


Gerak melingkar adalah gerakan suatu partikel dengan lintasan membentuk
lingkaran Gerak melingkar terdiri dari 2 macam, yaitu Gerak Melingkar Beraturan dan
Gerak Melingkar Dipercepat (Tak Beraturan).
1.3.2.1 Gerak Melingkar Beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan
melingkar dengan kecepatan atau kelajuan yang tetap dan memiliki percepatan
sentripetal yang berarah ke pusat lingkaran. Contoh dari gerak melingkar beraturan
adalah gerak pada jarum jam dan gerak pada roda sepeda.

Gambar 1.3.2.1.2 Gerak Putaran Jarum Jam


Besaran pada gerak melingkar beraturan meliputi kecepatan tangensial,
percepatan tangensial, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal.

Gambar 1.3.2.1.2 Gerak Melingkar Beraturan


Dari gambar 1.3.2.1.2 terlihat gerak melingkar dengan jari-jari R dari P ke P`.
Dari gambar diatas terdapat perubahan kecepatan ⃗ ∆ v=⃗v −⃗ v . Jika θ≪, maka PP`
dianggap sebagai busurnya, sehingga dapat ditulis PP` = v ∆t .

Dari gambar 1.3.2.1.2 terlihat bahwa OPP` sebangun dengan P`BA, sehingga
dapat dibandingkan sebagai berikut
2
∆ v PP v ∆ t ∆ v v
= = → =
v R R ∆t R
Percepatan dari gerak melingkar dapat dicari menggunakan prinsip percepatan
2
∆v v
sesaat a= lim didapat besarnya a= . Arah ddari percepatan ini menuju ke pusat
∆ t →0 ∆t R
lingkaran atau biasa disebut dengan percepatan sentripetal. Hal ini menyatakan bahwa
a⃗ tegak lurus dengan ⃗v , arah ⃗v merupakan garis singgung lingkaran. Sehingga
percepatan sentripetal ditulis menggunakan persamaan berikut
2
a R =¿ v
R
Saat partikel bergerak, terdapat momen dimana partikel tersebut kembali ke
posisi semula. Hal itu dipengaruhi oleh kecepatan sudut ω dan percepatan sudut a
seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 1.3.2.1.2 Perubahan Sudut Pada Gerak Melingkar


Jika partikel bergerak pada lintasan seperti pada gambar diatas, maka sudut θ
akan berubah. Perubahan sudut tersebut menyebabkan perubahan kecepatan sudut
partikel yang dapat dituliskan melalui persamaan berikut

ω=
dt
Sehingga jika dihubungkan dengan gerak linear yang terjadi, maka
ds dθ
v= =R
dt dt
∆ v d θ rad
Dan kecepatan sudut ω=¿ lim =
∆ t →0 ∆ t dt s
Maka v=R ω

Hal tersebut berlaku juga untuk percepatan, yaitu

( R ω )2
aR= =R ω2
R
1.3.2.2 Gerak Melingkar Dipercepat
Gerak melingkar dipercepat adalah gerak melingkar yang memiliki percepatan
sentripetal yang tetap dan berarah ke pusat lingkaran, sehingga kecepatan sudut benda
pada gerak ini berubah-ubah. Gerak melingkar dipercepat dapat juga disebut sebagai
gerak melingkar berubah beraturan. Pada gerak ini, terdapat percepatan sentripetal dan
percepatan tangensial yang mempengaruhi gerakan benda.
Gambar 1.3.2.2.1 Gerak Komedi Putar
Contoh gerak melingkar dipercepat dalam kehidupan sehari-hari adalah gerakan
pada roda mesin pembajak sawah dan gerakan pada komedi putar. Besaran yang
terdapat pada gerak melingkar dipercepat meliputi kecepatan tangensial, perccepatan
tangensial, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal

Gambar 1.3.2.2.2 Gerak Melingkar Dipercepat


Pada gerak melingkar dipercepat arah besar kecepatannya berubah. Selain itu
dalam waktu ∆ t , partikel yang bergerak dari P ke P` dan kecepatan berubah dari ⃗v
menjadi ⃗v atau ⃗
∆ v=⃗v −⃗v . Jika ⃗
∆ v diuraikan menjadi komponen radial dan tangensial,
maka ⃗
∆ v=∆ ⃗v R−∆⃗v T . Perubahan kecepatan radial, seperti telah diturunkan sebelum ini
menghasilkan perccepatan radial sebesar
∆ v R v2
a R = lim =
∆t→0 ∆t R
Sedangkan percepatan tangensialnya adalah sebagai berikut
∆ vr d vr
a r= lim =
∆ t →0 ∆t R
Arah kecepatan benda yang bergerak melingkar selalu melingkar, sehingga
dapat ditulis
dv
a r=
dt
d ( R ω) dω
Dari v=R ω maka didapatkan percepatan tangensial a r= =R .
dt dt
∆ ω d ω rad
Jika percepatan sudut α = lim = maka a r=R α
∆ t →0 ∆t dt s 2
Maka resultan percepatan benda yang bergerak melingkar adalah
a⃗ =⃗
a R +⃗
aT


Atau besarnya percepatan benda tersebut adalah a= a2R +aT2

1.4 Gerak Relatif


Gerak relatif adalah pergerakan benda yang terpengaruh oleh titik acuannya.
Gerak relatif terjadi ketika suatu benda bergerak terhadap benda lainnya. Gerak relatif
dapat dicontohkan ketika suatu benda yang bergerak belum tentu dianggap bergerak
terhadap benda yang lainnya. Gerak relatif memiliki beberapa aspek, seperti kecepatan,
percepatan, dan sebagainya.

Gambar 1.4.1 Gerak Relatif Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Contoh gerak relatif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah
gerakan dua mobil yang bergerak pada jalan yang sama, gerakan manusia terhadap
jalan raya, gerakan kereta api terhadap lintasan, gerakan perahu di atas sungai, dan
masih banyak lagi. Besaran yang terdapat di gerak relatif meliputi perpindahan relatif,
kecepatan relative, dan percepatan relatif.
Gambar 1.4.2 Gerak Relatif
Pada gambar diatas terlihat O sebagai pusat system koordinat dan O` adalah
posisi pengamat yang bergerak. Sementara P merupakan objek yang diamati dan
dinyatakan oleh vektor posisi r⃗ , sehingga kecepaatannya terhadap O adalah

d r⃗
⃗v =
dt
Jika O` adalah posisi pengamat yang bergerak dinyatakan sebagai vektor ⃗
r,
maka kecepatannya terhadap O adalah
r⃗ =⃗
r + r⃗ PO

Sehingga kecepatan P relative terhadap O` v PO adalah

d ⃗v PO
⃗v PO =
dt
⃗v =⃗
v + ⃗v PO
Atau dapat ditulis
⃗v PO =⃗v −⃗
v
Dengan cara yang sama, percepatan P relatif terhadap O` adalah
a⃗ PO =⃗a−⃗
a

Dengan a⃗ adalah percepatan P relatif terhadap O, ⃗ a adalah percepatan O`


relative terhadap O. Hal ini menunjukkan bahwa bila O` bergerak dengan kecepatan
konstan, maka ⃗ a =0 , sehingga percepatan relative P terhadap O` adalah sama dengan
percepatan P terhadap O atau
a⃗ PO =⃗a

1.5 Hubungan Roda-Roda


Hubungan roda-roda merupakan keterkaitan antara dua atau lebih roda yang
berputar. Terdapat dua konsep yang mendasari hubungan roda-roda, yaitu hubungan
roda-roda sepusat, hubungan roda-roda yang bersinggungan dan hubungan roda-roda
yang dihubungkan dengann tali atau rantai.

1.5.1 Hubungan Roda-Roda Sepusat


Pada hubungan roda-roda sepusat, arah putaran roda A searah dengan arah
putaran roda B, dan kecepatan sudut roda A sama dengan kecepatan sudut roda B.
Contoh penerapannya adalah sistem gir kendaraan atau roda sepeda bagian belakang.

Gambar 1.5.1 Ilustrasi Roda Sepusat Paada Gir Ban Belakang Motor
Karena kecepatannya sama, maka dapat dituliskan persamaanya sebagai
berikut
ω A=ωB
Meskipun kecepatan sudut kedua roda sama, namun kedua roda memiliki jari-jari
yang berbeda. Sehingga dapat dituliskan persamannya sebagai berikut
ω A=ωB

v
ω A=
r
V A VB
=
RA RB
V A RA
=
V B RB

1.5.2 Hubungan Roda-Roda Yang Bersinggungan


Pada hubungan roda-roda bersinggungan, arah putaran roda A berlawanan
dengan arah putaran roda B, namun besar kecepatan linear keduanya sama. Contoh
penerapannya adalah roda-roda bersinggungan pada mesin jam.

Gambar 1.5.2 Ilustrasi Roda Yang Bersinggungan Pada Mesin Jam


Jadi, meskipun kedua roda memiliki arah kecepatan sudut yang berlawanan,
besar kecepatan linearnya tetap sama. Maka dapat dituliskan melalui persamaan
berikut.
V A =V B

V =ω . R
ω A . R A=ωB . R B

1.5.3 Hubungan Roda-Roda Yang Dihubungkan Dengan Tali Atau Rantai


Pada hubungan roda-roda yang dihubungkan dengan tali atau rantai arah
putaran roda A searah dengan arah putaran roda B, dan kecepatan linear roda A sama
dengan kecepatan linear roda B. Contoh penerapan hubungan roda-roda ini adalah
pada sistem katrol.
Gambar 1.5.3 Ilustrasi Roda-Roda Dengan Rantai
Jadi, kedua roda yang dihubungkan dengan rantai akan mempunyai arah dan
keccepatan linear yang sama. Dengan kata lain, bentuk persamaan awalnya bisa ditulis
seperti berikut.
V A =V B

V =ω . R
ω A . R A=ωB . R B

Anda mungkin juga menyukai