Debit (Q) di sini dipengaruhi oleh nilai kemiringan dasar paritan (S) dimana nilai tersebut dipengaruhi oleh
kecepatan aliran air (v) yang melewati paritan. Di lapangan sendiri bila kemiringan dasar paritan tersebut landai
maka kecepatan aliran akan lambat yang dapat menimbulkan banyak endapan di dasar paritan. Sedangkan bila
kemiringan dasar paritan tersebut terlalu miring maka kecepatan aliran akan menjadi cepat yang dapat
menimbulkan pengerosian pada dinding paritan karena paritan didesain dari tanah. Dengan demikian, maka
harus ditentukan terlebih dahulu nilai kecepatan aliran mana yang sesuai dengan debit pada paritan.
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Oleh karena itu untuk penentuan dimensi paritan dapat dihitung dengan persamaan Manning (Sulistyana, 2010).
Secara teoritis, dimensi paritan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Sehingga tidak bisa dilakukan sekali perhitungan untuk menghitung dimensi paritan karena harus
dilakukan simulasi perhitungan (try and error) terhadap kecepatan agar nilai debit rencana
pembuangan (Qr) dan debit yang bisa ditampung saluran (Qs) sama, sehingga didapat dimensi
paritan yang tepat
Beberapa parameter yang dibutuhkan dalam perhitungan dimensi paritan disesuaikan dengan
parameter yang telah dibuat oleh Chow, Ven. Te (1964) dalam bukunya Handbook of Applied
Hydrology). Berikut pada Tabel 1 adalah nilai kecepatan izin aliran pada berbagai jenis material, dan
pada Tabel 2 adalah nilai kemiringan dinding saluran menurut jenis bahannya.
Tabel 1 Koefisien Material dan Kecepatan Izin Aliran
Tabel 1 Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis
bahan
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Setelah parameter-parameter tersebut diketahui, selanjutnya lakukan perhitungan waktu konsentrasi (TC)
menggunakan persamaan The California Divisions of Highway Formula (Seyhan, 1997). Waktu konsentrasi
adalah waktu yang dibutuhkan oleh air untuk mengalir dari titik tertinggi menuju ke dalam paritan yang
direncanakan. Adapun persamaan yang digunakan adalah
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Selanjutnya nilai Intensitas curah hujan yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya digunakan untuk
menghitung debit rencana yang masuk ke dalam saluran. Untuk menghitung debit rencana maka dapat
menggunakan Persamaan Rasional.
Kemudian tentukan nilai jari-jari hidrolis (R). Jari-jari hidrolis adalah bagian dari pipa maupun penampang aliran
lain yang terkena air. Jadi, jika misalnya pipa hanya terisi setengah, maka radius hidrolisnya hanya setengah
dari jari-jarinya. Kalau pipa teraliri penuh, maka jari-jari hidrolisnya sama dengan jari-jarinya. Selanjutnya dalam
penentuan dimensi paritan maka perlu direncanakan kemiringan saluran dari paritan. Adapun persamaan
menghitung kemiringan saluran adalah :
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Setelah itu hitung nilai kekasaran Manning (n) pada saluran juga sama. Berikut adalah parameter kekasaran
Manning menurut Manning & Delp (1991) yang tercantum pada Tabel. Adapun untuk menghitung nilai n dengan
menjumlahkan semua parameter yang ada seperti berikut:
Tabel Parameter kekasaran Manning
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Selanjutnya tentukan kecepatan optimum aliran dalam paritan. Kecepatan optimum aliran dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Kemudian hitung nilai kedalaman basah (Y) pada saluran dengan menggunakan persamaan :
Untuk menghitung nilai kedalaman aliran (y) maka dapat menggunakan persamaan:
Setelah semua data tersebut didapat maka kita bisa mengetahu dimensi dari saluran yang akan dibuat. Adapun
untuk menghitung nilai-nilai tersebut dengan menggunakan persamaan Chow, Ven, Te (1964) sebagai berikut:
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
DISAIN SUMURAN UTAMA
(MAIN SUMP)
Prinsip Pemahaman Dewatering
Ada tiga aspek pemahaman yang
dibutuhkan dalam desain dan implementasi
Dewatering tambang, yaitu pemahaman
tentang:
• Hidrogeologi;
• Teknologi Dewatering;
• Kepekaan dan regulasi lingkungan.
Untuk sump, kita belum perlu melakukan
pemrosesan/penjernihan, sehingga titik berat
pemahamannya adalah mengenai Volume
Sump.
MAIN SUMP
Dua pendekatan utama untuk
dewatering tambang
Dua pendekatan utama untuk dewatering tambang:
1) Pemompaan:
a) Pemompaan dalam di dalam pit (Inpit) →baik airtanah maupun air
limpasan sudah masuk ke dalam pit atau
b) Saluran Pengelak (paritan perimeter) dan Pemompaan eksternal→
memompa airtanah melalui jaringan sumur di bench maupun di luar
pit (outpit);
2) Pencegahan: jika dilakukan pencegahan secara fisik
dengan cara memblokade aliran→ seperti membuat
dinding untuk memblock aliran airtanah, dilakukan grouting
dan pembekuan tanah buatan untuk mengurangi aliran
airtanah masuk ke dalam pit.
Main Sump
• Main Sump umumnya diletakkan di dasar pit;
• Transit sump, dibangun di jenjang tambang→
biasanya untuk pemompaan bertingkat (serial
pumping);
• Main sump digunakan untuk menampung seluruh:
(a) air limpasan (QAL) dan
(b) rembesan airtanah (QAT)serta
(c) material atau sedimen (QS) yang terbawa aliran
limpasan;
• Di main sump hanya menampung air (dan sedimen)
→ tidak ada proses penjernihan atau penetralan →
nanti dilakukan di settling pond.
Kapasitas Main Sump
• Dengan demikian pertimbangan utama dalam mendisain
main sump adalah kapasitas sump → seberapa banyak
volume air (dan sedimen yang terbawa) yang akan
tertampung dalam periode tertentu ( jam, hari, bulan, tahun,
dst);
• Sehingga perhitungan awal :
QT = (QAL + QAT ) → murni air saja
Menjadi:
Faktor P adalah perbandingan antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang
mendapat perlakuan konservasi tertentu.
Perhitungan volume sedimen
• Hitung volume sedimentasi yang terbawa aliran
permukaan → berasosiasi dng QAL
% Solids = {100*(A-B)
/ C}
Perhatikan:
• Air yang kita hitung dengan menggunakan persamaan RATIONAL
adalah air hujan (air jernih)!!!
Pertanyaan:
Berapa volume total (air + sedimen), jika TSS pada debit air limpasan
pada saluran 500m3/jam adalah 30%?
Upaya mengurangi Sedimentasi?
• Geo membrane / geotextile
Penempatan Pompa dan Pemompaan
• Pompa Slurry, didisain mampu 40-70% Solids (%
Volume);
• Beberapa pompa air merk tertentu memiliki
kemampuan menghisap padatan (TSS) ukuran lanau
max. 40% solids;
• Penempatan pompa akan mempengaruhi volume
padatan yang terhisap.
Kasus: PT Berau Coal Site Sambarata Mine Operation
Afia Risca Warna Putri (2015)
PT Berau Coal Site Sambarata Mine
Operation, 2015
Memasang geotextile pada saluran