Anda di halaman 1dari 193

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI


MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI


MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI Padang sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018

i
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih
Ummi Kota Padang Tahun 2018”. Shalawat beriring salam peneliti sampaikan
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian, Sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Anak M dan Anak W beserta keluarga partisipan yang telah bersedia
bekerja sama dalam penelitian
2. Ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, M. Kep selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Delima, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing II yang telah mengarahkan
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep selaku penguji I yang telah
bersedia menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam
membuat karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Hj. Tisnawati, S.St., M.Kes selaku penguji II yang telah bersedia
menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam membuat karya
tulis ilmiah ini.
6. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, MSi selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
7. Kepala Sekolah beserta staf SLB Kasih Ummi Kota Padang yang telah
mengizinkan dan membantu dalam penelitian

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
8. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
9. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan RI
Padang
10. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
11. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
12. Rekan- rekan seperjuangan Bp 2015 keperawatan, serta para sahabat dan
penyemangat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis menyelesaikan ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2018

Peneliti

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Habibi
Tempat/ Tanggal Lahir : Pariaman, 31 Oktober 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Zunumar
Ibu : Yarni
Alamat : Dusun Kajai, Desa koto Marapak, Kecamatan
Pariaman Timur, Kota Pariaman
Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Tahun
Tk Adzkia 2002-2003
SDN N0 24 Koto Marapak 2003-2009
MTsN Thawalib Padusunan 2009-2012
MAN 1 Koto Baru Padang Panjang 2012-2015
POLTEKKES KEMENKES RI 2015- 2018
PADANG

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

HABIBI

“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih


Ummi Kota Padang Tahun 2018“
Isi: xii + 118 halaman, 6 tabel, 8 lampiran

Abstrak
Anak dengan retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif & sosial. Anak
sering mengalami kebingungan, pendiam, penyendiri, hygiene kurang, kesulitan
komunikasi, lambat dalam bergerak sehari- hari. 53% anak berkebutuhan khusus
di Indonesia tergolong retardasi mental. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
asuhan keperawatan anak retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang.
Desain penelitian adalah Deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilakukan tanggal 28 Maret sampai 6 April 2018. Populasi penelitian 8 anak
dengan 2 orang sampel, menggunakan teknik purposive sampling. Instrument
pengumpulan data digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pengukuran, wawancara, dan
studi dokumentasi. Analisis penelitian adalah membandingkan hasil penelitian
dengan teori. Hasil penelitian kedua partisipan menunjukkan adanya tanda dan
gejala yang sama, perbedaan pada partisipan satu memiliki IQ 50 sedangkan
partisipan dua memiliki IQ 48. Diagnosa keperawatan risiko cidera, gangguan
tumbuh kembang, kesiapan peningkatan koping keluarga, gangguan komunikasi
verbal, defisit perawatan diri. Tindakan keperawatan: bimbingan antisipatif,
manajemen perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan perkembangan anak,
latihan kontrol impuls, pendidikan keluarga membesarkan anak, peningkatan
koping, peningkatan keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, latihan memori,
bantuan perawatan diri, manajemen lingkungan: keselamatan. Evaluasi
keperawatan kedua partisipan menunjukkan hasil yang sama. Disimpulkan bahwa
anak retardasi mental perlu diberikan terapi dan latihan secara mandiri terus
menerus, dengan dibutuhkannya peran keluarga dan lingkungan sekitar.
Disarankan kepada SLB agar menyediakan fasilitas bermain dan fasilitas
mencegah resiko cedera. Bagi keluarga agar memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak, dan kerjasama anggota keluarga serta menfasilitasi kegiatan
dan lingkungan sekitar, untuk peneliti agar memperhatikan aspek perkembangan
anak.

Kata Kunci (Key Word) : asuhan keperawatan, retardasi mental


Daftar Pustaka : 35 (2007-2018)

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
HALAMAN ORISINALITAS ...................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Konsep Dasar Retardasi Mental ........................................................... 7
1. Definisi Retardasi Mental .............................................................. 7
2. Penyebab Retardasi Mental............................................................ 7
3. Klasifikasi Retardasi Mental .......................................................... 9
4. Gejala Klinis .................................................................................. 13
5. Pemeriksaan Penunjang Retardasi Mental ..................................... 17
6. Patofisiologi Retardasi Mental ....................................................... 20
7. WOC Retardasi Mental .................................................................. 21
8. Komplikasi Retardasi Mental......................................................... 22
9. Penatalaksanaan Retardasi Mental ................................................. 22
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Retardasi Mental ......................... 24
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 24
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 28
3. Rencana Keperawatan .................................................................... 29
4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 72
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 72
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 73
A. Desain Penelitian ................................................................................. 73

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 73
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 73
D. Jenis-jenis Data .................................................................................... 74
E. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 74
F. Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 75
G. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 77
H. Prosedur Penelitian .............................................................................. 78
I. Rencana Analisis .................................................................................. 79
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS ......................................... 80

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 80


1. Pengkajian ....................................................................................... 80
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 83
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 85
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 87
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 93
B. Pembahasan Kasus ............................................................................... 95
1. Pengkajian ....................................................................................... 95
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 101
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 105
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 106
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 112
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 116

A. Kesimpulan .......................................................................................... 116


B. Saran .................................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ............................................................. 29

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................... 80

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................. 83

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................. 85

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan ............................................................ 87

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................... 93

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ganchart

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat

Lampiran 4. Lembar Konsul KTI Pembimbing I

Lampiran 5. Lembar Konsul KTI Pembimbing II

Lampiran 6. Informed Consent

Lampiran 7. Jadwal Kunjungan

Lampiran 8. Asuhan Keperawatan

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian
dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak
dengan disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh
yang dapat diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun
pendidikan dan sosial (Suryani dan Badi’ah).

Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan masalah yang


dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang tua, keluarga, guru
sekolah dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus. Masalah
pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain tunarungu,
tunagrahita (Retardasi mental), tunanetra, tunadaksa, autisme (Praptono,
2017).

Anak dengan masalah retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif


maupun sosial. Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang
muncul pada masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi
yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai
keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif:
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
keterampilan sosial, penggunaan sumber-sumber komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja
(Betz dan Sowden, 2009).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Berdasarkan data yang didapatkan dalam Journal of Maternal Child


Health (2017) Hampir 83 juta penduduk dunia diperkirakan mengalami
keterbelakangan mental (World Health Organization, 2013). Sekitar
seperempat dari kasus disebabkan oleh kelainan genetik dan 5% dari kasus
diwarisi dari orang tua. Sekitar 95 juta orang mengalami disabilitas di
tahun 2013 yang penyebabnya tidak diketahui (Global Burden of Disease
Study 2013 collaborators, 2015).

Berdasarkan data dari kemdikbud 2017, sebanyak 121.244 anak


merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK). Angka tersebut diantaranya
ada 64.403 anak kelompok tunagrahita atau retardasi mental.

Data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat (2017) didapatkan jumlah


anak berkebutuhan khusus mencapai 6.133 orang. Rinciannya, 124
tunanetra, 897 tunarungu, 3.437 tunagrahita, dan 195 tunadaksa. Selain itu,
128 tunalaras, 798 autis, 159 Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) , dan 395 orang kesulitan belajar. Data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 didapatkan Jumlah anak prasekolah
dengan kelainan tumbuh kembang sebanyak 787 orang anak di Provinsi
Sumatera Barat.

Dampak retardasi mental pada anak dapat dilihat dalam keterampilan


gerak dan fisik yang kurang sehat kesulitan dalam komunikasi
kemampuan menolong diri sendiri, bersosialisasi, berinteraksi dengan
teman, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, perawatan diri
kurangnya perasaan dirinya terhadap situasi dan keadaan disekelilingnya
untuk memenuhi kelemahan hal kemampuan motorik halusnya (Yuemi
dan Mundakir, 2015). Dampak retardasi mental terhadap reaksi orang tua
dalam penelitian Na’imah, dkk (2017) adalah perasaaan shock, mengalami
goncangan batin, terkejut dan kurang menerima keadaan anaknya. Orang
tua merasa khawatir tentang masa depan anak dan stigma yang melekat
pada anak. Berbagai masalah yang dialami orang tua yang memiliki anak
tunagrahita bisa menurunkan happiness dalam hidupnya. Keluarga yang

Poltekkes Kemenkes Padang


3

mempunyai anak dengan retardasi mental akan memberikan perlindungan


yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan kesempatan
yang terbatas untuk mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Semakin bertambahnya umur anak retardasi mental
maka para orangtua harus mengadakan penyesuaian terutama dalam
pemenuhan anak sehari- hari (Mutaqqin, 2008).

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak, salah satunya seperti yang


dicantumkan dalam undang- undang nomor 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas pasal 5 ayat 3 yang berbunyi “Anak penyandang
disabilitas memiliki hak: b. Mendapatkan perawatan dan pengasuhan
keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal” .
Berdasarkan pasal tersebut yang dimaksud dengan “keluarga pengganti”
adalah orang tua asuh, orang tua angkat, wali, dan/ atau lembaga yang
menjalankan peran dan tanggung jawab untuk memberikan perawatan dan
pengasuhan pada anak. Salah satunya terdapat peran perawat dalam
memberikan perawatan dan pengasuhan pada anak.

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional


dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012). Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan
khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Perawat memberi intervensi berdasarkan rencana asuhan keperawatan


untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan yang meningkatkan,
mempertahankan, mengembalikan kesejahteraan, mencegah penyakit, dan
memfasilitasi rehabilitasi (O’brien, dkk, 2014). Pendekatan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi yang dapat diberikan kepada anak
dengan retardasi mental dalam penelitian Parendrawati, dkk (2015) adalah

Poltekkes Kemenkes Padang


4

dengan terapi bermain, terapi ini dilakukan dengan cara memberikan


palajaran berhitung, sosiodrama ataupun bermain jual beli. Berdasarkan
penelitian Yuemi dan Mundakir (2015) intervensi keperawatan yang
dilakukan pada anak dengan retardasi mental yaitu terapi okupasi:
Diorama gambar. Salah satu intervensi keperawatan dalam penelitian
Wulandari (2016) pada keluarga yang memiliki anak dengan retardasi
mental adalah terapi psikoedukasi keluarga.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 November 2017


di SLB Kasih Ummi Kota Padang didapatkan data siswa sebanyak 34
anak. Jumlah Anak yang mengalami retardasi mental sebanyak 27 siswa.
Kepala Sekolah SLB Kasih Ummi mengatakan siswa dengan retardasi
mental sering ingin mendapatkan perhatian lebih ketika ada tamu sekolah
yang datang, siswa dengan retardasi mental mengalami keterbatasan dalam
kecerdasan seperti: daya ingat lemah, kesulitan belajar, berhitung, menulis
dan membaca juga terbatas, serta siswa dengan retardasi mental juga
memiliki keterbatasan sosial seperti: dalam pergaulan anak tidak dapat
mengurus, memelihara dan memimpin diri secara baik. Peneliti juga
memperhatikan beberapa anak dengan retardasi mental tampak
kebingungan, pendiam, penyendiri, sering membuang sampah tidak pada
tempatnya, baju terlihat kotor, mulut tidak bersih, mengalami kesulitan
dalam berbicara dengan lancar, kuku terlihat panjang, dan lambat dalam
melakukan aktivitas/ bergerak sehari- hari.

Berdasarkan masalah anak dengan retardasi mental yang ditemukan pada


siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang dan data diatas peneliti berminat
melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi
Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018 ?

Poltekkes Kemenkes Padang


5

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.

D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif

a. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang


Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik
keperawatan. Diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut
dengan metode dan tempat yang berbeda untuk asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

b. Institusi SLB Kasih Ummi Padang


Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan penerapan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

2. Manfaat Pengembangan Keilmuan


a. Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.

b. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang


diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Retardasi Mental


1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa
kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah
normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden,
2009).

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan


signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif
(keterampilan sosial dan praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun
(Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse
(misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008),
tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).

2. Penyebab Retardasi Mental


Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada
sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya
saja 25% kasus yang memiliki penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir

7
Poltekkes Kemenkes Padang
8

2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau


sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom
Angelman, sindrom Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital

Poltekkes Kemenkes Padang


9

4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan


baik)
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada
ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi

(Utaminingsih, 2015)

3. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child
neurodevelopment: Application in daily practice :
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55
sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40
sampai 50-55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25
sampai 35-40

Poltekkes Kemenkes Padang


10

d. Retardasi mental sangat berat


Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20
atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan
Jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental.

(Solek, 2010)

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental,


antara lain :

a. Kelompok retardasi mental genetik


Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan
yang disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang
disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut
mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut
deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein
pembentuk gen yang disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti


berikut ini :

1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar,


lipatan kelopak mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol
keluar mulut, jari tangan pendek, telapak tangan lebar dan
tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek,
dahi sempit, alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat
kelaminnya tidak sempurna, buah dada membesar

Poltekkes Kemenkes Padang


11

4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata


kecil (mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata,
langit- langit bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan
melekat satu sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki,
adanya tumor kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah
berwarna kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola
mata satu sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi
rambut juga disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang
berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan,
kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak
terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan
Contoh anak yang mengalami retardasi mental kerusakan otak,
antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar
untuk berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi
tidak mampu menuliskannya atau menyampaikan dengan kata-
kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam
membilang dan menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam
mengenal benda melalui perabaan dan tidak mampu menulis
dan berhitung juga mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam
memberi dan menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak
tuli dan tidak buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


12

c. Retardasi mental fungsional


Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental
karena adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam
cara mengasuh atau faktor budaya. Sebab-sebab yang
menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
a) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan
anak juga menjadi hiperaktif
b) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil,
maka anak yang dilahirkan juga mudah tersinggung
c) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan
tekanan mental
d) Ibu merokok
e) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3
tahun, misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan
lain- lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/
ciri- ciri kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami
retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
e) Autisme

(Iswari dan Nurhastuti, 2010)

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental


Retardation adalah:

a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka


pendek selama fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut
diberikan dalam intensitas tinggi atau rendah.

b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan


untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi
sekolah.

c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur


diperlukan untuk mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan
rumah atau kerja.

d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk


keamanan dan kesejahteraan.

4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke
suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs

Poltekkes Kemenkes Padang


14

3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal
a) Arginosuccinic asiduria
b) Hiperammonemia I dan II
c) Laktik Asidosis
c. Kelainan Kulit
Bintik cafe-au-lait
1) Ataksia-telengiektasia
2) Sindrom bloom
3) Neurofibromatosis
4) Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
2) Rambut cepat memutih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer

Poltekkes Kemenkes Padang


15

b) Ataksia telangiectasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine
3) Rambut halus
a) Hipotiroid
b) Malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
a) Hidrosefalus
b) Mucopolisakaridase
c) Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz

Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :

a. Retardasi mental ringan


1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Cara berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat
dibandingkan anak normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari
aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan
pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial
sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterlambatan dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu
cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam berbagai
aktivitas menolong diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan


Mampu mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan
dan keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual sederhana,
tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika
secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental
normal.
c. Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterampilan komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon
terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya
makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mempunyai sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit
merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan kebiasaan yang
sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
d. Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Membutuhkan perawatan total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan
respon emosional dasar, mampi berespon terhadap latihan
keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang,
membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia mental
bayi muda normal.

(Wong, D, dkk, 2009)

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi


mental berdasarkan umur antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ


mayor
2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan,
gangguan penglihatan atau pendengaran

Poltekkes Kemenkes Padang


17

3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar


4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan
moptorik halus, menggunting, mewarnai, menggambar
6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah
perilaku (perhatian, kecemasan, nakal )

5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia

Poltekkes Kemenkes Padang


18

6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi

Poltekkes Kemenkes Padang


19

2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus

Poltekkes Kemenkes Padang


20

q. Urin asam vanililmandelik


1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic

(Behrman dan Kliegman, 2010)

6. Patofisiologi

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal,


perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom
(trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom
(distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan
metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat
berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal mencakup
kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan
degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan
sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental.
Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral, defisit
sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya
ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara
mandiri dalam komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan
sosial) (Betz dan Sowden, 2009).

Poltekkes Kemenkes Padang


21

7. WOC
Faktor Pranatal Faktor Perinatal Faktor Pascanatal

1. Infeksi 1. Trauma
2. Kelainan kromosom 1. Abrupsio plasenta
2. Infeksi
3. Kelainan genetik dan kelainan 2. Diabetes maternal
3. Keracunan
metabolik yang diturunkan 3. Kelahiran prematur
4. Lingkungan
4. Keracunan 5. Metabolik
5. Gizi

Kerusakan pada fungsi otak

Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan


perkembangan motorik perkembangan motorik perkembangan perkembangan perkembangan
kasar halus bahasa sosial kognitif

1. Tidak mampu 1. Sulit berkonsentrasi 1. Apraksia(tidak


1. Menunjukkan
mandi/ mengenakan 2. Bingung mampu 1. Kontak mata perilaku tidak
pakaian/ makan/ ke 3. Gelisah melakukan kurang sesuai anjuran
toilet/ berhias secara 4. Perilaku berlebihan gerakan yang 2. Perilaku 2. Bergantung
mandiri 5. Perilaku tidak telah dipelajari) tidak sesuai pada orang
2. Minat melakukan Konsisten 2. Disleksia usia lain
perawatan diri 6. Tidak mampu (gangguan 3. Kurang 3. Sulit
kurang melakukan membaca) responsif memahami
keterampilan atau 3. Sulit menyusun atau tertarik komunikasi
perilaku khas usia kalimat pada orang 4. Tidak mampu
Anak 4. Sulit lain mempelajari
mengungkapkan
keterampilan
kata- kata
Defisit Anak Keluarga baru
Perawatan 5. Tidak mampu
Diri melakukan
Gangguan
kemampuan
komunikasi
1.Ansietas yang dipelajari
2.Kurang verbal
Gangguan sebelumnya
Tumbuh pengetahuan
Kembang 3.Koping
keluarga tak 1. Gangguan
efektif interaksi sosial
2. Isolasi sosial

1. Ketidakberdayaan

2. Risiko cidera

(Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )

Poltekkes Kemenkes Padang


22

8. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan

(Betz dan Sowden, 2009).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional
dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus,
yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] ,


haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit


perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun,
karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang
menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan
demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan
dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang
sampai beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap
kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi
suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang,
bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak
harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan
atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung,
misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara kepada
anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan
anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan interaktif
dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric,
misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar.
Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar
memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami
gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan
untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas
yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh,
koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan
anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian
tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak

sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.

c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan


tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif,
gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis


dimensi kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan.
Pengkajian terdiri dari atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan
kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan adaptif: komunikasi,

Poltekkes Kemenkes Padang


25

perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,


pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural
dan bahasa, perhatian, dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat
badan yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi
saat ini, status masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid,
perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan, masalah-
masalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga
meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis
spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang
mengalami sindrom down.
Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak
kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu

Poltekkes Kemenkes Padang


26

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh


kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh
kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua
sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada
anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat
hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau
tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,
ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa
antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,
merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.

Poltekkes Kemenkes Padang


27

i. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi
berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan
sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap.
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5-
3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran
pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,

Poltekkes Kemenkes Padang


28

kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam


tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual

Poltekkes Kemenkes Padang


29

3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
Kaperawatan
1. Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan kebersihan Kebersihan
diri Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1. Pertimbangkan budaya
Definisi diharapkan perawatan anak saat mempromosikan
Ketiadaan atau diri: kebersihan secara aktivitas perawatan diri
kurangnya mandiri, dengan kriteria 2. Pertimbangkan usia anak
informasi hasil: saat mempromosikan
kognitif yang aktivitas perawatan diri
berkaitan 1. Mencuci tangan (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe
dengan topik 2. Mempertahankan terkait dengan bantuan
tertentu kebersihan mulut (5) yang diperlukan
3. Memperhatikan kuku 4. Fasilitasi anak untuk
Gejala dan jari tangan (5) menggosok gigi dengan
Tanda Mayor 4. Memperhatikan kuku tepat
Objektif kaki (5) 5. Monitor kebersihan kuku,
1. Tidak 5. Mempertahankan sesuai dengan kemampuan
mampu mandi/ penampilan yang rapi merawat diri anak
mengenakan (5) 6. Monitor integritas kulit
pakaian/ 6. Mempertahankan anak
makan/ ke kebersihan tubuh (5) 8. Jaga ritual kebersihan
toilet/ berhias 7. Dukung orangtua/
secara mandiri Keterangan: keluarga berpartisipasi
2. Minat (5) : Tidak terganggu dalam ritual menjelang
melakukan tidur yang biasa dilakukan
perawatan diri c. Perawatan diri: dengan tepat
kurang makan 8. Berikan bantuan sampai
Setelah dilakukan anak benar- benar mampu
tindakan keperawatan merawat diri secara
diharapkan perawatan mandiri
diri:makan secara b. Bantuan perawatan diri:
mandiri, dengan kriteria pemberian makan
hasil: Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam
1. Menggunakan alat posisi makan yang
makan (5) nyaman
2. Menaruh makanan 2. Dukung anak untuk makan
pada alat makan (5) di ruang makan
3. Menaruh makanan di 3. Berikan alat - alat yang
mulut (5) bisa memfasilitasi anak
4. Menghabiskan untuk makan sendiri
makanan (5) 4. Gunakan cangkir dengan
pegangan yang besar, jika

Poltekkes Kemenkes Padang


30

Keterangan: diperlukan
(5) : Tidak terganggu 5. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering
mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan
tepat.

2. Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif


tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling
berhubungan Setelah dilakukan percaya
dengan efek tindakan keperawatan 2. Instruksikan klien
ketidakmamp diharapkan mengenal perilaku dan
uan fisik perkembangan anak: perkembangan dengan
usia anak pertengahan cara yang tepat
Definisi adekuat, dengan kriteria 3. Bantu klien memutuskan
Kondisi hasil: bagaimana masalah
individu 1. Bermain berkelompok dipecahkan
mengalami (4-5) 4. Bantu klien beradaptasi
gangguan 2. Mengembangkan dengan adanya perubahan
kemampuan persahabatan (4-5) peran
bertumbuh dan 3. Menunjukkan 5. Jadwalkan kunjungan
berkembang kreatifitas (4-5) terkait dengan
sesuai dengan 4. Menunjukkan perkembangan situasi dan
kelompok usia kemampuan pada strategi yang tepat
tingkat mampu di 6. Jadwalkan peninjauan
Gejala dan sekolah (4-5) kembali untuk
Tanda Mayor mengevaluasi keberhasilan
Objektif Keterangan: atau kebutuhan penguatan
1.Tidak (4) : Sering 7. Libatkan keluarga maupun
mampu menunjukkan orang orang terdekat klien
melakukan (5) : Secara Konsisten jika memungkinkan
keterampilan menunjukkan b. Manajemen perilaku
atau perilaku 1. Komunikasikan harapan
khas sesuai b. Perawatan diri: bahwa anak dapat tetap
usia Aktivitas Sehari- mengontrol perilakunya
2.Pertumbuhan hari 2. Konsultasikan dengan
fisik terganggu Setelah dilakukan keluarga dalam rangka
Gejala dan tindakan keperawatan mendapatkan informasi
Tanda Minor diharapkan perawatan mengenai kondisi kognisi
Objektif diri: aktivitas sehari- dasar anak
1.Tidak hari secara mandiri, 3. Atur batasan bersama anak
mampu dengan kriteria hasil: 4. Tahan diri dari mendebat
melakukan atau melakukan tawar
perawatan diri 1. Makan (5) menawar pada anak untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


31

sesuai usia 2. Memakai baju (5) menetapkan batasan


2.Afek datar 3. Ke toilet (5) perilaku
3.Respon 4. Mandi (5) 5. Gunakan suara bicara
sosial lambat 5. Berpakaian (5) yang lembut dan rendah
4.Kontak mata 6. Kebersihan (5) 6. Jangan memojokkan anak
terbatas 7. Kebersihan mulut (5) 7. Hindari mendebat anak
5.Nafsu makan 8. Acuhkan perilaku yang
menurun Keterangan: tidak tepat
6.Lesu (5) : Tidak terganggu 9. Berikan penghargaan
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan

Poltekkes Kemenkes Padang


32

d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2. Lakukan interaksi personal
dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua

Poltekkes Kemenkes Padang


33

mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk belajar
mandiri
16. Sediakan kesempatan
bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan pembelajaran
dengan mendukung anak

Poltekkes Kemenkes Padang


34

menebak apa yang akan


terjadi dan berikan
kesempatan anak untuk
memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat sesuai
dengan tingkat
perkembangan anak dan
fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi masalah
atau situasi yang
membutuhkan tindakan
yang menguras pikiran
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif
4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan
6. Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang
sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda

Poltekkes Kemenkes Padang


35

g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai dengan
usia anak
2. Rancang program
pendidikan yang
didadasarkan pada
kekuatan keluarga
3. Libatkan orang tua dalam
desain dan isi yang ada
dalam program pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor
personal yang berdampak
pada keberhasilan
program pendidikan
(misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman
negatif dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu,
masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya
minat)
5. Identifikasi adanya pemicu
stress keluarga (misalnya,
depresi orangtua,
kecanduan narkoba,
alkohol, kesadaran/
kecakapan berbahasa,
tingkat pendidikan yang
rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
8. Fasilitasi diskusi orangtua

Poltekkes Kemenkes Padang


36

terkait metode disiplin


yang ada, seleksi, dan
hasil yang diperoleh
9. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan sumber
informasi online, buku,
dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
11. Berikan orangtua bahan
bacaan dan materi lainnya
yang akan membantu
dalam melakukan peran
pengasuhan
12. Anjurkan orangtua
pentingnya diet seimbang,
makan tiga kali sehari, dan
makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara yang
dapat digunakan orangtua
untuk membantu anak
dalam mengelola
kemarahan
15. Bantu orangtua
mengidentifikasi kriteria
evaluasi untuk rawatan
sehari hari dan pengaturan
sekolah
16. Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
mengenai cara
menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola
perilaku anak
17. Motivasi orangtua untuk
mencoba strategi berbeda
dalam mengasuh anak
18. Gunakan teknik bermain
peran akan teknik

Poltekkes Kemenkes Padang


37

pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan keperawatan 1..Bina hubungan saling
ancaman diharapkan tingkat percaya
terhadap kecemasan berkurang, 2..Instruksikan klien
konsep diri dengan kriteria hasil: mengenal perilaku dan
1. Mengeluarkan rasa perkembangan dengan
Defenisi: marah secara cara yang tepat
Kondisi emosi berlebihan (4) 3..Bantu klien memutuskan
dan 2. Rasa takut bagaimana masalah
pengalaman disampaikan secara dipecahkan
subyektif lisan (4) 4..Bantu klien beradaptasi
individu 3. Rasa cemas yang dengan adanya perubahan
terhadap objek disampaikan secara peran
yang tidak lisan (4) 5..Jadwalkan kunjungan
jelas dan terkait dengan
spesifik akibat Keterangan: perkembangan situasi dan
antisipasi (3): Sedang strategi yang tepat
bahaya yang (4): Ringan 6..Jadwalkan peninjauan
memungkinka kembali untuk
n individu b. Tingkat kecemasan mengevaluasi keberhasilan
melakukan sosial : atau kebutuhan penguatan
tindakan untuk Setelah dilakukan 7..Libatkan keluarga maupun
menghadapi tindakan keperawatan orang orang terdekat klien
ancaman diharapkan tingkat jika memungkinkan
kecemasan sosial
Batasan berkurang, dengan b. Konseling
karakteristik kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
: 1. Persepsi diri yang 1..Bangun hubungan
1)Merasa negatif pada terapeutik yang didasarkan
bingung keterampilan sosial pada [rasa] saling percaya
2)Merasa (4) dan saling menghormati
khawatir 2. Persepsi diri yang 2..Tunjukkan empati,
dengan akibat negatif terhadap kehangatan, dan ketulusan
dari kondisi penerimaan oleh 3..Tetapkan lama hubungan
yang dihadapi orang lain (4) konseling
3)Sulit 3. Takut berinteraksi 4..Tetapkan tujuan-tujuan
berkonsentrasi dengan orang yang 5..Gunakan teknik refleksi
4)Gelisah lebih unggul (5) dan klarifikasi untuk
5)Sulit tidur 4. Memperhatikan memfasilitasi ekspresi
6)Merasa tidak tentang penilaian yang menjadi perhatian
berdaya orang lain setelah 6..Minta anak untuk
7)Kontak mata pertemuan sosial (5) mengidentifikasi apa yang
buruk mereka bisa/tidak bisa
Keterangan: lakukan terkait dengan
(4): Ringan peristiwa yang terjadi

Poltekkes Kemenkes Padang


38

(5): Tidak ada 7..Tentukan bagaimana


c. Koping : perilaku keluarga
Setelah dilakukan mempengaruhi anak
tindakan keperawatan 8..Gunakan alat pengkajian
diharapkan manajemen (misalnya, kertas dan
koping meningkat, pensil, audiotape,
dengan kriteria hasil: videotape, latihan
1. Menyatakan perasaan interaksi dengan orang
akan kontrol diri (4) lain) untuk membantu
2. Menyatakan meningkatkan kesadaaran
penerimaan terhadap diri anak dan pengetahuan
situasi (4) konselor terhadap situasi,
3. Menyatakan butuh dengan cara yang tepat
bantuan (4) 9..Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
Keterangan : tepat
(4) : Sering 10..Dukung penggantian
menunjukkan kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
d. Adaptasi terhadap kebiasaan yang diinginkan
Disabilitas fisik : c. Peningkatan Koping
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1..Dukung hubungan [anak]
diharapkan kemampuan dengan orang yang
beradaptasi terhadap memiliki ketertarikan dan
disabilitas fisik tujuan yang sama
meningkat, dengan 2..Bantu anak untuk
kriteria hasil: menyelesaikan masalah
1. Menyatakan secara dengan cara yang
lisan kemampuan kontruktif
untuk menyesuaikan 3..Berikan penilaian
terhadap disabilitas [kemampuan] penyesuaian
(4) anak terhadap perubahan-
2. Menyampaikan secara perubahan dalam citra
lisan penyesuaian tubuh, sesuai dengan
terhadap disabilitas indikasi
(4) 4..Berikan penilaian
3. Beradaptasi terhadap mengenai dampak dari
keterbatasan secara situasi kehidupan anak
fungsional (4) terhadap peran dan
4. Mengidentifikasi hubungan [yang ada]
rencana untuk 5..Dukung anak untuk
memenuhi aktivitas mengidentifikasikan
hidup harian (4) deskripsi yang realistis
terhadap adanya
Keterangan: perubahan dalam peran
(4) Sering dilakukan 6..Berikan penilaian
mengenai pemahaman

Poltekkes Kemenkes Padang


39

anak terhadap proses


penyakit
7..Berikan penilaian dan
diskusikan respon
alternatif terhadap situasi
[yang ada]
8..Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan
9..Berikan suasana
penerimaan
10..Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan,
dan prognosis
11..Sediakan anak pilihan-
pilihan yang realistis
mengenai aspek perawatan
12..Dukung sikap [anak]
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
13..Evaluasi kemampuan
anak dalam membuat
keputusan
14..Cari jalan untuk
memahami perspektif
anak terhadap situasi yang
penuh stress
15..Tidak mendukung
pembuatan keputusan saat
anak berada pada situasi
stress yang berat
16..Dukung kemampuan
mengatasi situasi secara
berangsur- angsur
17..Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
18..Dukung aktivitas-
aktivitas sosial dan
komunitas [agar bisa
dilakukan]
19..Dukung [kemampuan
dalam] penerimaan
terhadap keterbatasan
orang lain

Poltekkes Kemenkes Padang


40

20..Kenali latar belakang


budaya/spiritual anak
21..Dukung penggunaan
sumber-sumber spiritual,
jika diinginkan
22..Eksplorasi pencapaian
anak sebelumnya
23..Eksplorasi alasan anak
mengkritik diri
24..Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen anak
(kemarahan atau ditekan)
25..Tumbuhkan cara
penyaluran kemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27..Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28..Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi maslaah
kehidupan
29..Mengenalkan anak pada
seseorang (atau kelompok)
yang telah berhasil
melewati pengalaman
yang sama
30..Dukung penggunaan
mekanisme defensif yang
tepat
31..Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
4 Kesiapan a. Koping keluarga a. Bimbingan antisipatif
peningkatan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
koping tindakan keperawatan 1..Bina hubungan saling
keluarga diharapkan manajemen percaya
koping keluarga 2..Instruksikan klien
Defenisi : meningkat, dengan mengenal perilaku dan
Pola adaptasi kriteria hasil: perkembangan dengan
anggota 1. Menetapkan cara yang tepat
keluarga fleksibelitas peran (4) 3..Bantu klien memutuskan
dalam 2. Menghadapi masalah bagaimana masalah
mengatasi keluarga (4) dipecahkan

Poltekkes Kemenkes Padang


41

situasi yang 3. Mengelola masalah 4..Bantu klien beradaptasi


dialami klien keluarga (4) dengan adanya perubahan
secara efektif 4. Melibatkan anggota peran
dan keluarga dalam 5..Jadwalkan kunjungan
menunjukkan pengambilan terkait dengan
keinginan serta keputusan (4) perkembangan situasi dan
kesiapan untuk 5. Mengungkapkan strategi yang tepat
meningkatkan perasaan dan emosi 6..Jadwalkan peninjauan
kesehatan secara terbuka kembali untuk
keluarga dan diantara anggota mengevaluasi
klien. keluarga (4) keberhasilan atau
6. Menggunakan strategi kebutuhan penguatan
Gejala dan untuk mengelola 7..Libatkan keluarga maupun
Tanda konflik keluarga (4) orang orang terdekat klien
Mayor: 7. Menggunakan strategi jika memungkinkan
Subjektif pengurangan stress b..Peningkatan Koping
1.Anggota yang berpusat pada Tindakan keperawatan:
keluarga keluarga (4) 1..Dukung hubungan [anak]
menetapkan dengan orang yang
tujuan untuk Keterangan: memiliki ketertarikan dan
meningkatkan (4) Sering menunjukkan tujuan yang sama
gaya hidup 2..Bantu anak untuk
sehat b. Fungsi keluarga menyelesaikan masalah
2.Anggota Setelah dilakukan dengan cara yang
keluarga tindakan keperawatan kontruktif
menetapkan diharapkan keluarga 3..Berikan penilaian
sasaran untuk menunjukkan fungsi [kemampuan]
meningkatkan keluarga, dengan kriteria penyesuaiann anak
kesehatan hasil: terhadap perubahan-
Gejala dan 1. Merawat anggota perubahan dalam citra
Tanda Minor keluarga yang tubuh, sesuai dengan
: memiliki indikasi
Subjektif ketergantungan (4-5) 4..Berikan penilaian
1.Anggota 2. Mengatur perilaku mengenai dampak dari
keluarga anggota keluarga (4- situasi kehidupan anak
mengidentifika 5) terhadap peran dan
si pengalaman 3. Beradaptasi terhdap hubungan [yang ada]
yang adanya perkembangan 5..Dukung anak untuk
mengoptimalk transisi (4-5) mengidentifikasikan
an 4. Menerima deskripsi yang realistic
kesejahteraan keanekaragaman terhadap adanya
2.Anggota diantara anggota perubahan dalam peran
keluarga keluarga (4-5) 6..Berikan penilaian
berupaya 5. Anggota keluarga mengenai pemahaman
menjelaskan bisa saling anak terhadap proses
dampak krisis mendukung (4-5) penyakit
terhadap 7..Berikan penilaian dan
perkembangan Keterangan: diskusikan respon

Poltekkes Kemenkes Padang


42

3.Anggota (4) : Sering alternative terhadap situasi


keluarga menunjukkan [yang ada]
mengungkapka (5) : Secara konsisten 8..Gunakan pendekatan yang
n minat5 menunjukkan tenang dan memberikan
dalam c. Pengetahuan jaminan
membuat pengasuhan 9..Berikan suasana
kontak dengan Setelah dilakukan penerimaan
orang lain tindakan keperawatan 10..Sediakan informasi
yang diharapkan dapat aktual mengenai
mengalami memahami pengetahuan diagnosis, penanganan,dan
situasi yang pengasuhan, dengan prognosis
sama kriteria hasil: 11..Sediakan anak pilihan-
pilihan yang realistis
Kondisi 1. Pertumbuhan dan mengenai aspek
Klinis Terkait perkembangan yang perawatan
1.Kelainan normal (3-5) 12..Dukung sikap [anak]
genetic 2. Perilaku anak yang terkait dengan harapan
2.Cedera normal (3-5) yang realistis sebagai
Traumatik 3. Kebutuhan keamanan upaya untuk mengatasi
3.Kondisi (3-5) perasaan ketidakberdayaan
Kronis 4. Pencegahan cedera 13..Evaluasi kemampuan
(3-5) anak dalam membuat
5. Kebutuhan perawatan keputusan
fisik (3-5) 14..Cari jalan untuk.
6. Kebutuhan psikologi memahami perspektif
(3-5) anak terhadap situasi yang
7. Kebutuhan emosi (3- penuh. stress
5) 15..Tidak mendukung
8. Kebutuhan stimulasi pembuatan keputusan aat
(3-5) anak berada pada stress
9. Kebutuhan untuk yang berat
bersosialisasi (3-5) 16..Dukung kemampuan
10. Kebutuhan spiritual .mengatasi situasi secara
(3-5) berangsur-angsur
11. Kebutuhan 17..Dukung kesabaran dalam
bimbingan moral (3- mengembangkan suatu
5) hubungan
12. Pengelolaan 18..Dukung aktivitas-
kesehatan umum (3- aktivitas sosial .dan
5) komunitas [agar bisa
13. Metode disiplin dilakukan]
yang sesuai untuk 19..Dukung [kemampuan
usia perkembangan dalam] penerimaan
(3-5) terhadap keterbatasan
14. Strategi komunikasi orang lain
yang efektif (3-5) 20..Kenali latar belakang
budaya/spiritual anak
Keterangan: 21..Dukung penggunaan

Poltekkes Kemenkes Padang


43

(3) : Pengetahuan sumber-sumber spiritual,


sedang jika diinginkan
(4) : Pengetahuan 22..Eksplorasi pencapaian
banyak anak sebelumnya
(5) : Pengetahuan sangat 23..Eksplorasi alsan anak
banyak mengkritik diri
24..Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen nak
(kemarahan atau ditekan)
25..Tumbuhkan cara
penyaluran lemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27..Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28..Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi masalah
kehidupan
29..Mengenalkan anak pada
seseorang (atau
Kelompok) yang
telahBerhasil melewati
pengalaman yang sama
30..Dukung penggunaan
mekanisme deensif yang
tepat
31..Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
c. Peningkatan
Keterlibatan Keluarga
Tindakan keperawatan:
1..Bangun hubungan pribadi
dengan pasiern dan
anggota keluarga yang
akan terlibat dalam
perawatan
2..Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
anak
3..Ciptakan budaya.
fleksibilitas untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


44

.keluarga
4..Tentukan sumber daya
fisik, emosional ,dan
edukasi dari pemberi
perawatan utama
5..Identifikasi defisit
perawatan diri anak
6..Identifikasi preferensi
anggota keluarga untuk
keterlibatan dengan anak
7..Identifikasi harapan
nggota keluarga untuk
8..Antisipasi dan identifikasi
kebutuhan keluarga
9..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk membantu
dalam mengembangkan
rencana perawatan,
termasuk hasil yang
diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
10..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk
bersikap asertif dalam
berinteraksi dengan
pemberi layanan
kesehatan professional
11..Monitor struktur dan
keluarga
12..Monitor keterlibatan
anggota keluarga dalam
perawatan anak
13..Berikan informasi
penting kepada anggota
keluarga mengenai anak
sesuai dengan keinginan
anak .
14..Fasilitasi pemahaman
mengenai aspek medis
dari kondisi anak pada
anggota keluarga
15..Berikan dukungan yang
diperlukanbagi kerluarga
untuk membuat keputusan
16..Identifikasi persepsi
anggota keluarga
mengenai situasi,.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

peristiwa yang tidak


diinginkan, perasaan dan
perilaku anak
17..Identifikasi stressor
situasional lainnya untuk
anggota keluarga
18. Identifikasi gejala fisik
individu anggota yang
terkait dengan stress
(misalnya, kesedihan,
mual, muntah, mudah
terganggu)
19..Tentukan tingkat
ketergantungan anak pada
anggota keluarga, yang
sesuai untuk usia atau
penyakit
20..Dorong untuk fokus pada
setiap aspek positif dari
situasi anak
21..Identifikasi dan hormati
mekanisme koping yang
digunakan oleh anggota
keluarga
22..Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
23. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak dengan
anggota keluarga
24..Informasikan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
25..Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga yang
sesuai
26..Diskusikan pilihan jenis
perawatan di rumah,
seperti tinggal
berkelompok, perawatan
di rumah, atau respite
care, yang sesuai
d. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:

Poltekkes Kemenkes Padang


46

1..Nilailah reaksi emosi


keluarga terhadap kondisi
anak
2..Pertimbangkan beban
psikologis dari prognosi
terhadap keluarga
3..Dukung harapan yang
realistis
4..Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
5..Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
6..Identifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
7..Identifikasi kesepakatan
terkait harapan antara
anak, keluarga dan tenaga
kesehatan
8..Kurangi perbedaan
harapan antara anak,
keluarga dan tenaga
kesehatan melalaui
keterampilan komunikasi
9..Bantu anggota keluarga
dalam mengidentifikasi
dan memecahkan konflik
nilai-nilai [keluarga]
10..Hargai dan dukung
mekanisme koping yang
digunakan keluarga
11..Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
12..Libatkan anggota
keluarga dan anak dalam
membuat keputusan
terkait perawatan, jika
memungkinkan
13..Bantu kelurga untuk
mendapatakan
pengetahuan, keterampilan
dan alat yang diperlukan
untuk Mendukung
keputusan mereka
terhadap perawatan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


47

5 Defisit a. Pengetahuan a. Pendidikan orangtua:


pengetahuan pengasuhan Keluarga yang
berhubungan Setelah dilakukan membesarkan anak
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
gangguan diharapkan dapat 1..Pahami hubungan antara
fungsi memahami pengetahuan perilaku orang tua dan
kognitif pengasuhan, dengan tujuan yang sesuai dengan
kriteria hasil: usia anak
Defenisi 1. Pertumbuhan dan 2..Rancang program
Ketiadaan atau perkembangan yang pendidikan yang
kurangnya normal (3-5) didadasarkan pada
informasi 2. Perilaku anak yang kekuatan keluarga
kognitif yang normal (3-5) 3..Libatkan orang tua dalam
berkaitan 3. Kebutuhan keamanan desain dan isi yang ada
dengan topic (3-5) dalam program pendidikan
tertentu. 4. Pencegahan cedera 4..Identifikasi factor-faktor
(3-5) personal yang berdampak
Gejala dan 5. Kebutuhan perawatan pada keberhasilan
Tanda Mayor fisik (3-5) program pendidikan
Subjektif 6. Kebutuhan psikologi (misalnya, nilai-nilai
Menanyakan (3-5) budaya pengalaman
masalah yang 7. Kebutuhan emosi (3- negative dengan penyedia
dihadapi 5) layanan sosial, hambatn
Objektif 8. Kebutuhan stimulasi bahasa, komitmen waktu,
1.Menunjukka (3-5) masalah penjadwalan,
n perilaku 9. Kebutuhan untuk perjalanan dan kurangnya
tidak sesuai bersosialisasi (3-5) minat)
anjuran 10. Kebutuhan spiritual 5..Identifikasi adanya pemicu
2.Menunjukka (3-5) stress keluarga (misalnya,
n persepsi 11. Kebutuhan depresi orangtua,
yang keliru bimbingan moral (3- kecanduan narkoba,
terhadap 5) alkohol, kesadaran/
masalah 12. Pengelolaan kecakapan berbahasa,
Gejala dan kesehatan umum (3- tingkat pendidikan yang
Tanda Minor 5) rendah, kekerasan dalam
Objektif 13. Metode disiplin rumah tangga, konflik
1. Menjalani yang sesuai untuk perkawinan, percampuran
pemeriksaan usia perkembangan keluarga setelah
yang tidak (3-5) perceraian, dan .hukuman
tepat 14. Strategi komunikasi yang berlebihan pada
2. yang efektif (3-5) anak-anak)
Menunjukkan 6..Identifikasi tugas
perilaku Keterangan: perkembangan atau tujuan
berlebihan (3) : Pengetahuan yang sesuai untuk anak
(mis. Apatis, sedang 7..Identifikasi mekanisme
bermusuhan, (4) : Pengetahuan pertahanan yang
agitasi, banyak digunakan oleh sebagian

Poltekkes Kemenkes Padang


48

hysteria) (5) : Pengetahuan sangat besar kelompok usia


banyak 8..Fasilitasi diskusi orangtua
terkait metode disiplin
b. Perilaku patuh yang ada, seleksi, dan
Setelah dilakukan hasil yang diperoleh
tindakan keperawatan 9..Ajarkan orangtua
diharapkan dapat mengenai fisiologis,
menunjukkan perilaku emosional, dan
patuh, dengan kriteria karakteristik perilaku
hasil: normal anak
1. Mengidentifikasi 10..Berikan sumber
hambatan untuk informasi online, buku,
melaksanakan dan literature yang
aktivitas fisik yang dirancang untuk
ditentukan (4) mengajarkan orangtua
2. Menggunakan strategi mengenai pengasuhan
untuk meningkatkan anak
keamanan (4) 11..Berikan orangtua bahan
3. Berpartisipasi dalam bacaan dan materi lainnya
aktivitas fisik sehari- yang akan membantu
hari yang ditentukan dalam melakukan peran
(4) pengasuhan
12..Anjurkaan orangtua
Keterangan: pentingnya diet seimbang,
(4) : Sering makan tiga kali sehari, dan
menunjukkan makanan ringan bergizi
13..Tinjau masalah
c. Kognisi keamanan dengan
1. Orientasi kognisi (4) orangtua
2. Memproses informasi 14..Diskusikan cara yang
(4) dapat digunakan orangtua
untuk membantu anak
Keterangan: anak dalam mengelola
(4) : Sedikit terganggu kemarahan
15..Bantu orangtua
d. Memori mengidentifikasi kriteria
Setelah dilakukan evaluasi untuk rawatan
tindakan keperawatan sehari hari dan pengaturan
diharapkan memori, sekolah
dengan kriteria hasil: 16..Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
1. Mengingat informasi mengenai cara
baru saja terjadi menggunakan berbagai
secara akurat (4) strategi dalam mengelola
2. Mengingat informasi perilaku anak
yang terbaru secara 17..Motivasi orangtua untuk
akurat (4) mencoba strategi berbeda
3. Mengingat informasi dalam mengasuh anak

Poltekkes Kemenkes Padang


49

yang sudah lama 18..Gunakan teknik bermain


secara akurat (4) peran akan teknik
pengasuhan dan
Keterangan: keterampilan komunikasi
(4) : Sedikit terganggu b. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
Tindakan keperawatan:
1..Bantu anak
mengidentifikasi masalah
dari kurangnya
keterampilan sosial
2..Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3..Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4..Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5..Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6..Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7..Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8..Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
c. Peningkatan
perkembangan: anak
1..Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2..lakukan interaksi personal

Poltekkes Kemenkes Padang


50

dengan anak
3..Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4..Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5..Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6..Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7..Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8..Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9..Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10..Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11..Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12..Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13..Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
14..Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15..Bantu anak untuk belajar
mandiri
16..Sediakan kesempatan

Poltekkes Kemenkes Padang


51

bermain puzzle
17..Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18..Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
19..Berikan kesempatan
danmendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
2. Pertimbangkan riwayat
individu dalam konteks
personal dan riwayat
sosial budaya individu,
keluarga dan masyarakat
3. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
4. Bantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk
memperjelas keyakinan
dan nilai-nilai kesehatan
5. Prioritaskan kebutuhan
orang yang belajar dengan
mengidentifikasi
kebutuhan berdasarkan
apa yang disukai klien,
keterampilan perawat,
sumber yang tersedia, dan
kemungkinan keberhasilan

Poltekkes Kemenkes Padang


52

pencapaian tujuan
6. Rumuskan tujuan dalam
program pendidikan
kesehatan [tersebut]
7. Identifikasi sumber daya
(misalnya, tenaga, ruang
peralatan, uang, dan lain-
lain) yang diperlukan
untuk melaksanakan
program
8. Pertimbangkan
kemudahan akses, hal-hal
yang disukai, dan biaya
dalam perencanaan
program
9. Hindari penggunaan
teknik dengan menakut-
nakuti sebagai strategi
untuk memotivasi orang
agar mengubah perilaku
kesehatan atau gaya hidup
10. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau [manfaat]
jangka pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif
daripada [menekankan
pada] manfaat jangka
panjang atau efek negatif
dari ketidakpatuhan
11. Aplikasikan strategi
untuk meningkatkan harga
diri audiens yang menjadi
sasaran
12. Kembangkan materi
pendidikan tertulis yang
tersedia dan sesuai dengan
audiens yang menjadi
sasaran
13. Lakukan demonstrasi/
demonstrasi ulang,
partisipasi pembelajar, dan
manipulasi bahan
pembelajaran ketika
mengajarkan keterampilan
psikomotorik
14. Gunakan instruksi

Poltekkes Kemenkes Padang


53

dibantu komputer, televisi,


video interaktif, dan
teknologi-teknologi
lainnya untuk
menyampaikan informasi
15. Libatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
16. Pertimbangkan dukungan
keluarga, teman sebaya,
dan masyarakat terhadap
perilaku yang kondusif
bagi kesehatan
17. Manfaatkan system
dukungan dan keluarga
untuk meningkatkan
efektivitas gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
18. Tekankan pentingnya
pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga, dan
lain-lain bagi individu,
keluarga, dan kelompok
yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang
lain, terutama pada anak-
anak
19. Gunakan berbagai
strategi dan intervensi
utama dalam program
pendidikan
6 Gangguan a. Keterampilan a. modifikasi perilaku:
interaksi interaksi sosial keterampilan
sosial Setelah dilakukan keterampilan sosial
berhubungan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
dengan diharapkan dapat 1..Bantu anak
hambatan mengimplementasikan mengidentifikasi masalah
perkembanga keterampilan interaksi dari kurangnya
n sosial, dengan kriteria keterampilan sosial
hasil: 2..Dukung anak untuk
Definisi 1. Bekerja sama dengan verbalisasi perasaannya
Kuanitas dan/ orang lain (4) berkaitan dengan masalah
atau kualitas 2. Terlibat dengan orang interpersonal

Poltekkes Kemenkes Padang


54

berhubungan lain (4) 3..Bantu anak untuk


sosial yang mengidentifikasi hasil
kurang atau Keterangan: yang diinginkan dalam
berlebih. (4) : Sering suatu hubungan
menunjukkan interpersonal
Gejala dan 4..Bantu anak untuk
tanda Mayor b. Fungsi keluarga mengidentifikasi
Subjektif Setelah dilakukan kemungkinan tindakan
1.Merasa tidak tindakan keperawatan dan konsekuensi dari
nyaman diharapkan dapat hubungan interpersonal/
dengan situasi memunjukkan fungsi sosialnya
sosial keluarga, dengan kriteria 5..Identifikasi keterampilan
2.Merasa sulit hasil: sosial yang spesifik yang
menerima atau 1. Merawat anggota akan menjadi fokus
mengkomunik keluarga yang latihan
asikan memiliki 6..Bantu anak untuk
perasaan ketergantungan (4-5) mengidentifikasi langkah
Objektif 2. Mengatur perilaku langkah dalam berperilaku
1.Kurang anggota keluarga (4- dalam rangka mencapai
responsif atau 5) keterampilan sosial
tertarik pada 3. Beradaptasi terhdap 7..Bantu anak bermain peran
orang lain adanya perkembangan dalam setiap langkah
2.Tidak transisi (4-5) berperilaku
berminat 4. Menerima 8..Sediakan umpan balik
melakukan keanekaragaman bagi anak jika mampu
kontak emosi diantara anggota menunjukkan kemampuan
dan fisik keluarga (4-5) keterampilan sosial yang
Gejala dan 5. Anggota keluarga ditargetkan
Tanda Minor bisa saling b. Peningkatan
Subjektif mendukung (4-5) perkembangan: anak
Sulit Tindakan keperawatan:
mengungkapka Keterangan: 1..Bangun hubungan saling
n kasih sayang (4) : Sering percaya dengan anak
Objektif menunjukkan 2..Lakukan interaksi personal
1.Gejala cemas (5) : Secara konsisten dengan anak
berat menunjukkan 3..Identifikasi kebutuhan
2.Kontak mata unik setiap anak dan
kurang c. Integritas keluarga tingkat kemampuan
3.Ekspresi Setelah dilakukan adaptasi yang diperlukan
wajah tidak tindakan keperawatan 4..Bangun hubungan saling
responsive diharapkan dapat percaya dengan orang tua
4.Tidak menunjukkan integritas 5..Ajarkan orang tua
kooperatif keluarga, dengan kriteria mengenai tingkat
dalam bermain hasil: perkembangan normal dari
dan berteman 1. Mendorong otonomi anak dan perilaku yang
dengan sebaya dan kemandirian berhubungan
5.Perilaku individu (3-4) 6..Demonstrasikan kepada
tidak sesuai 2. Anggota keluarga orangtua mengenai

Poltekkes Kemenkes Padang


55

usia membantu satu sama kegiatan yang mendukung


lain dalam tumbuh kembang anak
melaksanakan peran 7..Bantu integrasi anak
dan tugas sehari-hari dengan kelompoknya
(4) 8..Yakinkan bahasa tubuh
3. Anggota keluarga sesuai dengan bahasa
berkomunikasi secara verbal
terbuka dan jujur satu 9..Dukung anak untuk
sama lain (4) berinteraksi dengan teman
temannya melalui
Keterangan: keterampilan bermain
(3) : Kadang-kadang peran
menunjukkan 10..Sediakan aktivitas yang
(4) : Sering mendukung interaksi
menunjukkan diantara anak anak
11..Dukung anak untuk
d. dukungan sosial mengekspresikan diri
Setelah dilakukan melalui penghargaaan
tindakan keperawatan yang positif atau umpan
diharapkan mendapat balik yang baik.
dukungan sosial, dengan 12..Peluk anak dan
kriteria hasil: nyamankan anak saat anak
1. Kemauan untuk merasa sedih
menghubungi orang 13..Bangun suasana yang
lain untuk meminta aman bagi anak untuk
bantuan (3) belajar dan bereksplorasi
2. Bantuan yang 14..Ajarkan anak untuk
ditawarkan oleh orang mencari bantuan dari
lain (3) orang lain ketika anak
3. Usia yang disediakan memang memerlukan
oleh orang lain (3) bantuan
4. Orang-orang yang 15..Bantu anak untuk belajar
dapat membantu mandiri
sesuai kebutuhan (3) 16..Sediakan kesempatan
bermain puzzle
Keterangan: 17..Ajarkan anak untuk
(3) : Cukup adekuat menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18..Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya

Poltekkes Kemenkes Padang


56

19..Berikan kesempatan dan


mendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1..Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2..Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3..Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4..Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5..Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6..Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7..Izinkan pengujian
terhadap keterbatasan
interpersonal
8..Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau kegiatan-
kegiatan lainnya
9..Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10..Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih
meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11..Berikan model peran
yang mengekspresikan

Poltekkes Kemenkes Padang


57

kemarahan dengan tepat


12..Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13..Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14..Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15..Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16..Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17..Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18..Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d. Bermain Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang
tenang dan bebas dari
gangguan
2. Berikan waktu yang cukup
untuk memungkinkan
bermain secara efektif
3. Sesi bermain didesain
terstruktur untuk
memfasilitasi hasil yang
diinginkan
4. Komunikasikan tujuan sesi
bermain pada anak dan
orangtua
5. Diskusikan aktivitas
bermain bersama keluarga
6. Tentukan batas untuk sesi
terapi bermain
7. Sediakan peralatan
bermain yang aman
8. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
kreatifitas dan bermain
dengan ekspresif

Poltekkes Kemenkes Padang


58

9. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
bermain peran
10. Awasi sesi terapi
bermain
11. Dorong anak untuk
memanipulasi peralatan
bermain
12. Dorong anak untuk
berbagi perasaan
pengetahuan, dan persepsi
13. Validasi perasaan anak
yang diungkapkan selama
sesi bermain
14. Komunikasikan
penerimaan perasaan, baik
positif maupun negatif
yang diungkapkan melalui
bermain
15. Amati penggunaan alat
bermain yang digunakan
anak
16. Monitor reaksi anak dan
tingkat kecemasan
sepanjang sesi bermain
17. Identifikasi
kesalahpahaman atau
ketakutan anak melalui
komentar yang dinyatakan
selama sesi bermain
(peran rumah sakit)
18. Lanjutkan sesi bermain
secara teratur untuk
membangun kepercayaan
dan mengurangi rasa takut
mengenai peralatan
maupun perawatan yang
asing dengan tepat
19. Catat observasi yang
dilakukan selama sesi
bermain
7 Isolasi sosial a. Keterlibatan sosial a.modifikasi perilaku:
berhubungan Setelah dilakukan keterampilan
dengan tindakan keperawatan keterampilan sosial
keterlambata diharapkan dapat Tindakan keperawatan:
n menunjukkan 1..Bantu anak
perkembanga keterampilan sosial, mengidentifikasi masalah
n dengan kriteria hasil: dari kurangnya

Poltekkes Kemenkes Padang


59

1. Berinteraksi dengan keterampilan sosial


Definisi teman dekat (4) 2..Dukung anak untuk
Ketidakmamp 2. Beriteraksi dengan verbalisasi perasaannya
uan untuk anggota keluarga (4) berkaitan dengan masalah
membina 3. Berpartisipasi dalam interpersonal
hubungan aktivitas yang 3..Bantu anak untuk
yang erat, terorganisir (4) mengidentifikasi hasil
hangat, 4. Berpartisipasi dalam yang diinginkan dalam
terbuka, dan aktivitas waktu luang suatu hubungan
interdependen dengan orang lain (3- interpersonal
dengan orang 4) 4..Bantu anak untuk
lain. mengidentifikasi
Keterangan: kemungkinan tindakan dan
Gejala dan (3) : Kadang- kadang konsekuensi dari
tanda Mayor menunjukkan hubungan interpersonal/
Subjektif (4) : Sering sosialnya
1.Merasa ingin menunjukkan 5..Identifikasi keterampilan
sendirian sosial yang spesifik yang
2.Merasa tidak b. Adaptasi terhadap akan menjadi fokus
aman di disabilitas fisik latihan
tempat umum Setelah dilakukan 6..Bantu anak untuk
Objektif tindakan keperawatan mengidentifikasi langkah
1.Menarik diri diharapkan kemampuan langkah dalam berperilaku
2.Tidak beradaptasi terhadap dalam rangka mencapai
berminat/ disabilitas fisik keterampilan sosial
menolak meningkat, dengan 7..Bantu anak bermain peran
berinteraksi kriteria hasil: dalam setiap langkah
dengan orang 1. Menyatakan secara berperilaku
lain atau lisan kemampuan 8..Sediakan umpan balik
lingkungan untuk menyesuaikan bagi anak jika mampu
Gejala dan terhadap disabilitas menunjukkan kemampuan
Tanda Minor (4) keterampilan sosial yang
Subjektif 2. Menyampaikan secara ditargetkan
1.Merasa lisan penyesuaian b. Peningkatan
berbeda terhadap disabilitas perkembangan: anak
dengan orang (4) Tindakan keperawatan:
lain 3. Beradaptasi terhadap 1..Bangun hubungan saling
2.Merasa asyik keterbatasan secara percaya dengan anak
dengan pikiran fungsional (4) 2..Lakukan interaksi personal
sendiri 4. Mengidentifikasi dengan anak
3.Merasa tidak rencana untuk 3..Identifikasi kebutuhan
mempunyai memenuhi aktivitas unik setiap anak dan
tujuan yang hidup harian (4) tingkat kemampuan
jelas adaptasi yang diperlukan
Objektif Keterangan: 4..Bangun hubungan saling
1.Afek datar (4) Sering dilakukan percaya dengan orang tua
2.Afek sedih 5..Ajarkan orang tua
3.Riwayat c. Iklim Sosial mengenai tingkat

Poltekkes Kemenkes Padang


60

ditolak Keluarga perkembangan normal dari


4.Menunjukka Setelah dilakukan anak dan perilaku yang
n permusuhan tindakan keperawatan berhubungan
5.Tidak diharapkan iklim sosial 6..Demonstrasikan kepada
mampu keluarga, dengan kriteria orangtua mengenai
memenuhi hasil: kegiatan yang mendukung
harapan orang 1. Berpartisipasi dalam tumbuh kembang anak
lain kegiatan bersama (4) 7..Bantu integrasi anak
6.Kondisi 2. Menghadiri aktivitas dengan kelompoknya
difabel religius bersama (3-4) 8..Yakinkan bahasa tubuh
7.Tindakan 3. Mempertahankan sesuai dengan bahasa
tidak berarti rutinitas keluarga (3- verbal
8.Tidak ada 4) 9..Dukung anak untuk
kontak mata 4. Mendukung satu berinteraksi dengan teman
9.Perkembang sama lain (4) temannya melalui
an terlambat 5. Mendukung keterampilan bermain
10.Tidak individualitas dan peran
bergairah/ lesu kemandirian anggota 10..Sediakan aktivitas yang
keluarga (4) mendukung interaksi
6. Bekerja sama untuk diantara anak anak
mencapai tujuan 11..Dukung anak untuk
keluarga (4) mengekspresikan diri
7. Berbagi perasaan satu melalui penghargaaan
sama lain (4) yang positif atau umpan
balik yang baik.
Ketrerangan : 12..Peluk anak dan
(3) : Kadang- kadang nyamankan anak saat anak
menunjukkan merasa sedih
(4) : Sering 13..Bangun suasana yang
menunjukkan aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
d. Tingkat rasa takut : 14..Ajarkan anak untuk
anak mencari bantuan dari
Setelah dilakukan orang lain ketika anak
tindakan keperawatan memang memerlukan
diharapkan tingkat rasa bantuan
takut anak, dengan 15..Bantu anak untuk belajar
kriteria hasil: mandiri
1. Emosilabil (3-4) 16..Sediakan kesempatan
2. Mudah tersinggung bermain puzzle
(3-4) 17..Ajarkan anak untuk
3. Menarik diri (3-4) menuliskan nama/
4. Perilaku Kekerasan mengenali huruf awalnya/
(4-5) mengenali namanya,
5. Perilaku destruktif (4- sesuai kebutuhan
5) 18..Rencanakan
6. Membuat cerita pembelajaran dengan
mengada- ada (4-5) mendukung anak menebak

Poltekkes Kemenkes Padang


61

apa yang akan terjadi dan


Keterangan: berikan kesempatan anak
(3) : Sedang untuk memberikan pilihan
(4) : Ringan yang memungkinkan, dan
(5) : Tidak ada sebagainya
19..Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1..Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2..Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3..Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4..Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5..Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6..Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7..Izinkan pengujian
terhadap keterbatasan
interpersonal
8..Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau kegiatan-
kegiatan lainnya
9..Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10..Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih

Poltekkes Kemenkes Padang


62

meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11..Berikan model peran
yang mengekspresikan
kemarahan dengan tepat
12..Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13..Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14..Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15..Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16..Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17..Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18..Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d.Konseling
Tindakan keperawatan:
1..Bangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati
2..Tunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan
3..Tetapkan lama hubungan
konseling
4..Tetapkan tujuan-tujuan
5..Gunakan teknik refleksi
dan klarifikasi untuk
memfasilitasi ekspresi
yang menjadi perhatian
6..Minta anak untuk
mengidentifikasi apa yang
mereka bisa/tidak bisa
lakukan terkait dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


63

peristiwa yang terjadi


7..Tentukan bagaimana
perilaku keluarga
mempengaruhi anak
8..Gunakan alat pengkajian
(misalnya, kertas dan
pensil, audiotape,
videotape, latihan
interaksi dengan orang
lain) untuk membantu
meningkatkan kesadaaran
diri anak dan pengetahuan
konselor terhadap situasi,
dengan cara yang tepat
9..Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
tepat
10..Dukung penggantian
kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan
8 Risiko cidera a. Orientasi kognitif a.Manajemen Lingkungan:
berhubungan Setelah dilakukan Keselamatan
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
perubahan diharapkan dapat 1..Identifikasi kebutuhan
fungsi melakukan orientasi keamanan anak
kognitif kognitif, dengan kriteria berdasarkan fungsi fisik
hasil: dan kognitif serta riwayat
Definisi perilaku di masa lalu
Berisiko 1. Mengidentifikasi diri 2..Identifikasi hal- hal yang
mengalami sendiri (5) membahayakan di
bahaya atau 2. Mengidentifikasi lingkungan anak
kerusakan fisik tempat saat ini (5) 3..Modifikasi lingkungan
yang untuk meminimalkan
menyebabkan Keterangan: bahan berbahaya dan
seseorang (5) : Tidak terganggu berisiko
tidak lagi 4..Gunakan peralatan
sepenuhnya b. Pengetahuan : perlindungan untuk
sehat atau keamanan fisik anak membatasi mobilitas fisik
dalam kondisi Setelah dilakukan atau akses pada situasi
baik. tindakan keperawatan yang membahayakan
diharapkan dapat 5..Monitor lingkungan
Faktor Risiko mengetahui kemanan terhadap terjadinya
Eksternal fisik anak, dengan perubahan status
1.Terpapar zat kriteria hasil: keselamatan
kimia toksik 1. Aktivitas yang sesuai 6. Edukasi individu dan
2.Ketidakmam untuk tingkat usia kelompok yang berisiko
puan perkembangan anak tinggi terhadap bahan

Poltekkes Kemenkes Padang


64

transportasi (3-4) berbahaya yang ada di


2. Strategi untuk lingkungan
Internal mencegah jatuh (3-4) b. Pencegahan Jatuh
1.Perubahan 3. Strategi untuk Tindakan keperawatan:
orientasi mencegah kecelakaan 1..Identifikasi kekurangan
afektif bermain (3-4) baik kognitif atau fisik
2.Malnutrisi 4. Surveilans area dari anak yang mungkin
3.Perubahan bermain outdoor yang meningkatkan potensi
fungsi kognitif tepat (3-4) jatuh pada lingkungan
5. Pentingnya tertentu
Kondisi mengajarkan 2..Identifikasi perilaku dan
Klinis Terkait kesadaran akan orang faktor yang
Retardasi asing (3-4) mempengaruhi risiko jatuh
mental 3..Kaji ulang riwayat jatuh
Keterangan : bersama dengan anak dan
(3) : Pengetahuan keluarga
sedang 4..Identifikasi karakteristik
(4) : Pengetahuan dari lingkungan yang
banyak mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya,
c. Kinerja pengasuhan lantai licin, dan tangga
: keamanan fisik terbuka)
kehidupan masa 5..Monitor gaya berjalan
anak anak (terutama kecepatan),
Setelah dilakukan keseimbangan dan tingkat
tindakan keperawatan kelelahan dengan
diharapkan dapat ambulasi
meningkatkan kinerja 6..Ajarkan anak untuk
pengasuhan keamanan beradaptasi dengan
fisik kehidupan masa terhadap modifikasi gaya
anak- anak, dengan berjalan yang [telah]
kriteria hasil: disarankan (terutama
1. Memilih mainan yang kecepatan)
aman dan sesuai 7..Letakkan benda-benda
dengan usia (4- 5) dalam jangkauan yang
2. Memelihara mudah bagi anak
lingkungan untuk 8..Sediakan alas kaki yang
tindakan pencegah tidak licin untuk
jatuh yang memfasilitasi kemudahan
\ membahayakan (4- 5) menjangkau
3. Menjauhkan obat-
obatan dari jangkauan
(4- 5)
4. Mengunci atau
memindahkan pintu
dari peralatan yang
tidak digunakan (4- 5)
5. Menjamin tempat alat

Poltekkes Kemenkes Padang


65

bermain dirumah
memenuhi petunjuk
keamanan (4- 5)
6. Memberikan
pengawasan terkait
peralatan di area
bermain (4- 5)
7. Monitor penggunaan
olahraga dan alat
rekreasi (4- 5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan

d. Kontrol risiko
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
melakukan pengontrolan
risiko, dengan kriteria
hasil:

1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko (4-5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan

9 Gangguan a. Komunikasi a. Mendengar aktif

Poltekkes Kemenkes Padang


66

komunikasi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:


verbal tindakan keperawatan 1..Buat tujuan interaksi
diharapkan dapat 2..Tunjukkan ketertarikan
Definisi berkomunikasi, dengan pada anak
Penurunan, kriteria hasil: 3..Gunakan pertanyaan
perlambatan, maupun pernyataan yang
atau ketiadaan 1. Menggunakan bahasa mendorong klien untuk
kemampuan lisan ( 4- 5) mengekspresikan
untuk 2. Mengenali pesan perasaan, pikiran dan
menerima, yang diterima ( 4- 5) kekhawatiran
memproses, 3. Interpretasi akurat 4..Tunjukkan kesadaran dan
megirim, terhadap pesan yang rasa sensitif terhadap
dan/atau diterima ( 4- 5) emosi yang ditunjukkan
menggunakan 4. Mengarahkan pesan anak
system symbol pada penerima yang 5..Gunakan perilaku non
Gejala dan tepat ( 4- 5) verbal untuk menfasilitasi
tanda Mayor 5. Pertukaran pesan komunikasi
Objektif yang akurat dengan 6..Identifikasi tema yang
Menunjukkan orang lain ( 4- 5) dominan
respon tidak 7..Berespon segera sehingga
sesuai Keterangan : menunjukkan pemahaman
Gejala dan (4) : Sedikit terganggu terhadap pesan yang
Tanda Minor (5) : Tidak terganggu diterima
Objektif 8..Klarifikasi pesan yang
1.Tidak ada b. Orientasi kognitif diterima dengan
kontak mata Setelah dilakukan menggunakan pertanyaan
2.Sulit tindakan keperawatan maupun memberikan
memahami diharapkan dapat umpan balik
komunikasi melakukan orientasi 9..Verifikasi pemahaman
3.Sulit kognitif, dengan kriteria mengenai pesan-pesan
mempertahank hasil: yang disampaikan dengan
an komunikasi menggunakan pertanyaan
4.Sulit 1. Mengidentifikasi diri maupun memberikan
menggunakan sendiri (5) umpan balik
ekspresi wajah 2. Mengidentifikasi 10..Gunakan teknik diam/
atau tubuh tempat saat ini (5) mendengarkan dalam
5.Sulit rangka mendorong klien
menyusun Keterangan: untuk mengekspresikan
kalimat (5) : Tidak terganggu perasaan, pikiran dan
6.Verbalisasi kekhawatiran
tidak tepat c. Memproses b. Latihan Memori
7.Sulit informasi Tindakan keperawatan:
mengungkapka Setelah dilakukan 1..Stimulasi ingatan dengan
n kata- kata tindakan keperawatan cara mengulangi
diharapkan dapat pemikiran anak yang
memproses informasi, terakhir diekspresikan,
dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat
2..Implementasikan teknik

Poltekkes Kemenkes Padang


67

1. Mengidentifikasi mengingat yang tepat,


benda- benda umum misalnya visual imagery,
(3- 4) alat yang membantu
2. Memahami kalimat ingatan, permainan
(3- 4) ingatan, tanda-tanda
3. Memahami cerita (3- ingatan, teknik asosiasi,
4) membuat daftar,
4. Menjelaskan menggunakan computer,
kesamaan antara dua menggunakan papan
benda (3- 4) nama, atau [berlatih]
5. Menjelaskan mengulang informasi
perbedaan antara dua 3..Beri Latihan orientasi,
benda (3- 4) misalnya anak berlatih
mengenai informasi
Keterangan: pribadi dan tanggal,
(3) : Cukup terganggu dengan cara yang tepat
(4) : Sedikit terganggu 4..Berikan kesempatan untuk
menggunakan ingatan
d. Adaptasi terhadap kejadian yang baru saja
disabilitas fisik terjadi, misalnya
Setelah dilakukan menanyakan pada anak
tindakan keperawatan mengenai tamasya yang
diharapkan kemampuan baru saja [dilakukan],
beradaptasi terhadap dengan cara yang tepat
disabilitas fisik 5..Monitor perilaku anak
meningkat, dengan selama terapi
kriteria hasil: 6..Identifikasi dan koreksi
1. Menyatakan secara kesalahan orientasi anak
lisan kemampuan 7..Monitor perubahan-
untuk menyesuaikan perubahan dalam latihan
terhadap disabilitas mengingat
(4)
2. Menyampaikan secara
lisan penyesuaian
terhadap disabilitas
(4)
3. Beradaptasi terhadap
keterbatasan secara
fungsional (4)
4. Mengidentifikasi
rencana untuk
memenuhi aktivitas
hidup harian (4)

Keterangan:
(4) Sering dilakukan

e. Perkembangan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


68

: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4)
4. Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4)
5. Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan harga
diri (3-4)
7. Memahami benar atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4)
9. Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu di
sekolah (3-4)

Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan
(4) : Sering
Menunjukkan
10 Ketidakberda a. Kepercayaan a. Restrukturasi Kognitif
yaan mengenai kesehatan Tindakan keperawatan:
: Merasakan 1..Bantu anak memahami
Definisi kemampuan bahwa seringnya
Persepsi melakukan ketidakmampuan untuk
bahwa Setelah dilakukan mencapai tingkah laku
tindakan tindakan keperawatan yang diinginkan
seseorang diharapkan dapat merupakan hasil dari
tidak akan meningkatkan pernyataan diri yang tidak
mempengaruhi kepercayaan mengenai rasional

Poltekkes Kemenkes Padang


69

hasil secara kesehatan : merasakan 2..Tunjukkan gaya dari


signifikan; kemampuan melakukan, pikiran anak yang
persepsi dengan kriteria hasil: difungsional
kurang control 3..Bantu anak
pada situasi 1. Persepsi bahwa mengidentifikasi stressor
saat ini atau perilaku kesehatan yang diterima yang
yang akan tidak terlalu rumit ( 3- berkontribusi pada kondisi
datang. 4) stress
Gejala dan 2. Kepercayaan terhadap 4..Bantu anak
tanda Mayor kemampuan untuk mengidentifikasi
Subjektif melakukan perilaku interpretasi diri yang salah
Menyatakan kesehatan ( 3- 4) tentang stressor yang
frustasi atau diterima
tidak mampu Keterangan : 5..Bantu anak mengenal
melaksanakan (3) : Sedang kepercayaan tertentu yang
aktivitas (4) : Kuat tidak rasional
sebelumnya dibandingkan dengan
Objektif realitas nyata
Bergantung 6..Bantu anak untuk
pada orang mengganti interpretasi
lain yang salah dengan
Gejala dan interpretasi yang lebih
Tanda Minor mempunyai dasar realitas
Subjektif terhadap situasi penuh
1.Merasa stress, kejadian dan
diasingkan interaksi
2.Menyatakan 7..Buat pernyataan/
keraguan menanyakan pertanyaan
tentang kinerja yang menantang persepsi/
peran tingkah laku anak, dengan
3.Menyatakan cara yang tepat
kurang control 8..Buat pernyataan yang
4.Menyatakan menggambarkan alternatif
rasa malu cara melihat situasi
5.Merasa 9..Bantu anak
tertekan mengidentifikasi sistim
(depresi) kepercayaan yang
Objektif mempengaruhi status
1.Tidak kesehatan
berpartisipasi 10. Gunakan system
dalam kepercayaan anak yang
perawatan biasanya untuk melihat
2.Pengasingan situasi dengan cara yang
berbeda
b. Dukungan pengambilan
keputusan
Tindakan keperawatan:
1. Bangun komunikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


70

dengan anak dan keluarga


sedini mungkin
2. Fasilitasi percakapan anak
dan keluarga mengenai
tujuan perawatan
3. Dapatkan informed
consent/ persetujuan
tertulis, ketika diperlukan
4. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
5. Kenali kebijakan dan
prosedur yang ada di
institusi
6. Hormati hak- hak anak
untuk menerima atau tidak
menerima informasi
7. Berikan informasi sesuai
permintaan anak
8. Bantu anak menjelaskan
keputusan pada orang lain,
sesuai dengan kebutuhan
9. Jadilah penghubung antara
anak dan keluarga
b. Peningkatan Harga Diri
Tindakan keperawatan:
1..Monitor pernyataan anak
mengenai harga diri
2..Tentukan fokus kontrol
anak
3..Tentukan kepercayaan diri
anak dalam hal penilaian
diri
4..Dukung anak untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
5..Bantu anak untuk
menemukan penerimaan
diri
6..Dukung kontak mata pada
saat berkomunikasi
dengan orang lain
7..Kuatkan kekuatan pribadi
yang diidentifikasi anak
8..Berikan pengalaman yang
akan meningkatkan
otonomi anak, dengan
tepat
9..Bantu anak untukm
mengidentifikasi respon

Poltekkes Kemenkes Padang


71

positif dari orang lain


10..Jangan mengkritisi anak
secara negatif
11..Bantu anak untuk
mengatasi bullying atau
ejekan
12..Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri anak
dalam mengatasi situasi
13..Bantu anak untuk
memeriksa persepsi
negatif terhadap diri
14..Dukung tanggung jawab
pada diri sendiri, dengan
tepat
15..Bantu anak untuk
mengidentifikasi dampak
dari kelompok sejawat
pada perasaan dan harga
diri
16..Eksplorasi pencapaian
keberhasilan sebelumnya
17..Eksplorasi alasan-alasan
untuk mengkritik diri atau
rasa bersalah
18..Dukung anak untuk
mengevaluasi perilakunya
sendiri
19..Dukung anak untuk
menerima tantangan baru
20..Berikan hadiah atau
pujian terkait dengan
kemajuan anak dalam
mencapai tujuan
21..Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga
diri
22..Instruksikan orangtua
mengenai pentingnya
minat dan dukungan
mereka dalam
mengembangkan konsep
diri positif anak-anak
23..Instruksikan orangtua
untuk menetapkan harapan
yang jelas dan untuk
mendefinisikan batasan

Poltekkes Kemenkes Padang


72

yang ada pada anak


24..Instruksikan orangtua
untuk mengetahui
pencapaian anak
25..Monitor frekuensi
verbalisasi terhadap diri
26..Monitor kurangnya
tindak lanjut terkait
dengan pencapaian tujuan
27..Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke waktu,
dengan tepat

Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga
telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan membandingkan asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada
tahun 2018 dengan teori.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Studi kasus ini dilakukan di SLB Kasih Ummi Kota Padang dan rumah
keluarga Ny. N dan rumah keluarga Ny. J. Waktu penerapan asuhan
keperawatan ini dimulai dari 28 maret sampai 06 April 2018.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang diteliti
(Kartika, 2017). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak
yang mengalami retardasi mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota
Padang tahun 2018 sebanyak 8 orang siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili populasi (Kartika, 2017). Sampel pada penelitian
ini adalah anak dengan retardasi mental sedang di SLB Kasih Ummi
Kota Padang tahun 2018 dengan jumlah sampel 2 orang dengan hari
rawatan minimal 5 hari. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu purposive sampling, sesuai dengan pendapat Nursalam (2015)
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di
antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau
masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

73
Poltekkes Kemenkes Padang
74

Partisipan dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi, dengan


pengkriteriaan :
a. Anak yang mengalami retardasi mental sedang (Intelligence
Quotient 35-40 sampai 50-55)
b. Anak usia sekolah (6- 12 tahun)
c. Anak dan kelurga yang bersedia menjadi partisipan minimal
selama 5 hari.

D. Jenis – jenis Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan anak.
Data primer dari penelitian tersebut didapatkan dari hasil wawancara
observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden.
Data primer yang diperoleh masing- masing akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi: identitas
anak dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi dan
perkembangan, kebiasaan sehari- hari
b. Hasil observasi langsung Hasil pemeriksaan fisik berupa: keadaan
umum, pemeriksaan tanda- tanda vital, pemeriksaan fisik head to
toe
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status anak di SLB Kasih Ummi
pada tahun 2018. Informasi yang diperoleh berupa data tambahan atau
penunjang dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencananaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari stetoskop, termometer, timbangan, dan meteran.

Poltekkes Kemenkes Padang


75

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik,


observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas anak, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan
tempat tinggal, data penunjang, dan program terapi.
2. Format analisa data terdiri dari: nama anak, data, masalah, dan
etiologi.
3. Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama anak, diagnosis
keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal
dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama anak, diagnosa
keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama anak, hari dan
tanggal, diagnosis keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf
yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama anak, hari dan tanggal,
diagnosis keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang
mengevaluasi tindakan keperawatan.
F. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi. Menurut Daniarti, Aryani,
Nurhaeni, dan Chairani (2009), ada lima tahap pelaksanaan dokumentasi
keperawatan diantaranya :
1. Pengkajian
Bentuk yang umumnya dipakai dalam format pengkajian sebagai berikut:
a. Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum
(identitas anak seperti nama, usia, jumlah anggota keluarga, ataupun
riwayat kesehatan seperti penyakit yang pernah diderita), ataupun
yang lebih pribadi (seperti status keuangan, spiritual, seksual).

Poltekkes Kemenkes Padang


76

b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.
Data ini biasa dicatat dalam buku saku yang memungkinkan agar
perawat dapat memantau perubahan kondisi anak.
c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian
ini dapat ditulis pada format catatan perkembangan keperawatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang
dirumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia. Diagnosa
keperawatan dapat berupa masalah kesehatan yang bersifat aktual yang
secara klinis jelas atau masalah kesehatan potensial dimana faktor resiko
dapat mengancam kesehatan anak secara umum.
Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan meliputi:
a. Analisa data
b. Mengidentifikasi masalah
c. Merumuskan diagnosis
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen. Menurut
Bulechek, dkk, (2016), Moorhead, dkk, (2016) sebagai berikut:
a. Diagnosis yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
4. Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

Poltekkes Kemenkes Padang


77

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dilakukan evaluasi keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti. Peneliti akan
menggunakan wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama (Sugiyono, 2014).
1. Wawancara
Penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi
dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun
dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan
mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibilitas
(keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi
kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada kedua anak untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Peneliti
melakukan pemeriksaan fisik meliputi penampilan umum kedua
partisipan, tanda-tanda vital dan pemeriksaan secara head to toe, dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


78

3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan dan gambar. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumen dari Sekolah untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan
seperti data siswa dengan retardasi mental, dan tingkat kecerdasan.
H. Prosedur penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Prosedur Administrasi
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
b. Peneliti memasukkan surat izin penelitian yang diberikan oleh
instansi asal penelitian ke SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
c. Setelah dapat surat izin dari SLB Kasih Ummi pada tahun 2018,
surat tersebut diserahkan ke kepala sekolah SLB Kasih Ummi pada
tahun 2018.
d. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang anak yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling
e. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian.
f. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
g. Responden/ keluarga menandatangani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan
pamit.
h. Selanjutnya perawat dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya

Poltekkes Kemenkes Padang


79

2. Proses Asuhan keperawatan


a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
responden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada responden
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

I. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan retardasi mental. Data
yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan anak dengan retardasi
mental. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesenjangan antara teori yang ada dengan kondisi anak di sekolah.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SLB Kasih Ummi melibatkan 2 partisipan yang


memiliki gangguan perkembangan yang sama yaitu retardasi mental sedang.
Partisipan pertama adalah An. M berjenis kelamin laki- laki dengan usia 11
tahun, sedangkan partisipan 2 adalah An. W berjenis kelamin laki- laki, usia 12
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara keluarga dan
partisipan , observasi tingkah laku partisipan, pemeriksaan fisik dan melalui
studi dokumentasi pada data siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal yang sama pada masing-masing partisipan.

1. Pengkajian

Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui


observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi pada kedua
partisipan dituangkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny N mengatakan An. M susah Ny. J mengatakan bahwa An. W
dalam menyampaikan pendapat baik mengalami keterlambatan
dalam tulisan maupun dengan kata- perkembangan tidak sesuai usia pada
kata, sulit berkonsentrasi, suka anak normal, An W juga sulit
bermain, suka menanggapi orang berkonsentrasi, sering melamun, mudah
dengan senyuman, suka mengganggu bosan, mandi kurang bersih, belum bisa
adik adiknya, berbicara tidak jelas, menjaga kebersihan diri sendiri serta
An M tampak sering tersenyum, belum bisa melakukan perawatan diri
susah berkata kata, sering ingin secara mandiri sesuai usianya. An jika
bermain, rambut tidak rapi, rongga di rumah sering bermain bersama
mulut kurang bersih, beberapa gigi adiknya . Namun ketika ada teman An
mengalami karies, kuku jari tangan w bermain keluar rumah. An. W
tampak panjang dan kotor, kuku jari terkadang berbicara tidak jelas dan
kaki tampak panjang dan kotor. An tidak nyambung, sering senyum, afek
M mandi masih kurang bersih dan datar, respon sosial agak lambat,
sering bermain air ketika mandi. tampak sering bingung. An.W memiliki
An M tidak menyadari akan keadaan IQ : 48

80
Poltekkes Kemenkes Padang
81

bahaya. An. M memiliki IQ : 50


Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny N mengatakan melahirkan An M Ny. J melahirkan an.w dengan
secara sectio caesaria, dikarenakan menggunakan alat bantu persalinan
mengalami plasenta previa. Ny N vakum di klinik bersalin. Ny. J
mengatakan An M tersenyum mengatakan pada usia an.w 4 bulan
pertama kali pada usia 3 bulan, baru pertama kali tersenyum dan mulai
berguling pada usia 5 bulan, duduk berguling pada usia 8 bulan, duduk
pada usia 1 tahun, merangkak pada pada usia 10 bulan, merangkak pada
usia1,5 tahun, berdiri pada usia 2 usia12 bulan, berdiri pada usia 20
tahun, bicara pertama kali pada usia 3bulan, berjalan pada usia 2 tahun, mulai
tahun dengan kata”mama, papa”, berbicara pada usia 3 tahun, berpakaian
berjalan pada umur 4 tahun, tanpa bantuan pada usia 6 tahun. An w
berpakaian tanpa bantuan 4 tahun. An mengkosumsi asi sampai usia 2,5 tahin/
M memiliki riwayat jatuh pada umur 30 bulan. Ny J baru menyadari An.w
3 bulan. Setelah jatuh An. M menjadi mengalami keterlambatan tumbuh
kurang aktif dalam bergerak dan kembang ketika An W sekolah di
mengalami keterlambatan Taman kanak- kanak pada usia An. W 5
perkembangan. Ny N membawa An. tahun. Ketika sudah mengetahui bahwa
M pergi ke dokter spesialis anak anaknya mengalami keterlambatan
untuk diperiksa. An. M pada usia 2 perkembangan Ny J mengkonsultasikan
tahun menjalani terapi motorik kepada kader dan tenaga kesehatan di
selama 5 bulan di RSUP Dr.M. puskesmas.An W pada usia 6 tahun
Djamil. Selanjutnya terapi dilakukan menjalani terapi bicara di harapan
di rumah selama 1 tahun. Pada usia 5 Bunda selama 2 bulan. Setelah
tahun An M menjalani terapi bicara menjalani terapi An W sudah mulai bisa
selama 2 bulan dan juga melakukan berbicara sedikit demi sedikit, namun
tes IQ, didapatkan hasil tes IQ An M karena kesulitan ekonomi An W tidak
rendah. An M langsung dimasukkan lagi menjalani terapi. Pada saat berumur
ke SLB Kasih Ummi pada tahun 7 tahun an.w masuk sekolah dasar
2014 pada usia 7 tahun. An M mulai negeri. Setelah sekolah selama 6 bulan
kembali aktif dan mencoba di sekolah dasar An. W mengalami
melakukan personal hygiene secara pembullyan dari teman teman nya
mandiri ketika berada di kelas 3 yang sehingga an w berjalan agak pincang
berumur 9 tahun pada tahun 2016. dan mengalami benturan kepala. An. W
masuk SLB Kasih Ummi pada usia 9
tahun di tahun 2014. Ny J mengatakan
mulai ada perubahan yang dialami oleh
An W setelah 2 tahun sekolah di SLB
kasih ummi.
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny N mengatakan tidak ada keluarga Ny J mengatakan tidak ada keluarga
yang mengalami gangguan yang mengalami gangguan
perkembangan retardasi mental perkembangan retardasi mental seperti
seperti yang dialami An M yang dialami An W
Lingkungan Lingkungan
Rumah Keluarga Bpk. A memiliki Rumah Ibu J tampak tidak rapi, tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


82

pagar rumah yang tidak terkunci, alat terdapat pagar rumah, alat alat rumah
alat rumah tangga tampak tidak rapi, tangga tampak berserakan, interaksi
peralatan belajar dan seragam sekolah dengan tetangga cukup baik, Siswa
An. M tampak berserakkan, interaksi SLB Kasih Ummi Kota Padang tampak
keluarga Bapak A dengan tetangga banyak berkuku panjang
jarang dilakukan, Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang tampak banyak
berkuku panjang
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Cara berjalan An M tidak memiliki Cara berjalan An. W tidak memiliki
gangguan, rambut tampak tidak rapi, gangguan, rambut tampak kering dan
mata simetris, Rongga mulut tidak tidak rapi, wajah An. W sering tampak
bersih, terdapat karies, kuku jari kebingungan, Rongga mulut tidak
tangan dan kuku jari kaki tampak bersih, Gigi jarang, Telinga kotor,
panjang dan kotor Kuku jari tangan dan jari kaki terlihat
kotor dan panjang
Kebiasaan Sehari- hari Kebiasaan Sehari- hari
An. M mandi masih kurang bersih An. W dapat makan secara mandiri
den sering bermain air ketika mandi, tetapi menyisakan rimah dan mulut
An M bermain bersama saudara di yang agak berlepotan, belum bisa
dalam rumah, sedangkan bermain melakukan personal hygiene yang
bersama teman jika teman efektif secara mandiri, aktivitas
berkunjung ke rumah An. M bermain bersama saudara/teman
didalam rumah dan kadang kadang
diluar rumah
Status Sosial Ekonomi Keluarga Status Sosial Ekonomi Keluarga
Bapak A merupakan Pegawai Negeri Pendapatan keluarga bapak S dalam
Sipil di Kabupaten Pesisir Selatan sebulan ±Rp.1.200.000.Penghasilan
dan ibu N merupakan Pegawai bapak S terkadang tidak tetap tiap
Negeri Sipil. Pendapatan keluarga bulannya, tergantung pekerjaannya dan
bapak A dalam sebulan ± upah yang didapat, penghasilan bapak
Rp.6.500.000. Penghasilan keluarga S digunakan untuk mencukupi
bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari
kebutuhan sehari- hari
Harapan Keluarga Harapan Keluarga
Keluarga Ny N mengharapkan An. M Ny j berharap An W dapat hidup secara
dapat merawat diri dan hidup secara mandiri seperti anak normal pada
mandiri umumnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


83

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa


data subjektif dan data objektif. Berikut ini merupakan diagnosa
keperawatan yang ditegakkan oleh perawat pada partisipan I dan partisipan
II. Ditemukan 5 diagnosa keperawatan untuk partisipan I dan 5 diagnosa
untuk partisipan II.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif ditandai perubahan fungsi kognitif ditandai
dengan Ny N mengatakan An M sulit dengan Ibu J mengatakan An W sulit
berkonsentrasi, An M tampak ketika berkonsentrasi, sering melamun, An
keluar rumah tidak menyadari akan W mengalami keterlambatan
keadaan bahaya, kuku jari tangan dan perkembangan retardasi mental, Kuku
kuku jari kaki tampak panjang, rumah jari tangan dan jari kaki An W terlihat
keluarga Ny.N memiliki pagar rumah panjang, Rumah Ibu J tampak tidak
yang tidak terkunci, alat alat rumah rapi, tidak terdapat pagar rumah, alat
tangga tampak tidak rapi, peralatan alat rumah tangga tampak berserakan,
belajar dan seragam sekolah An. M Siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang
tampak berserakkan, Siswa SLB Kasih tampak banyak berkuku panjang.
Ummi Kota Padang tampak banyak
berkuku panjang.

Defisit perawatan diri berhubungan Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis dengan gangguan psikologis
retardasi mental ditandai dengan Ny retardasi mental ditandai dengan Ny
N mengatakan An M mandi masih J mengatakan An W mandi kurang
kurang bersih dan sering bermain air bersih, belum bisa menjaga kebersihan
ketika mandi, An M tampak rambut diri sendiri serta belum bisa
tidak rapi, rongga mulut kurang melakukan perawatan diri secara
bersih, beberapa gigi mengalami mandiri sesuai usianya, An W
karies, kuku jari tangan tampak memiliki rambut tampak kering dan
panjang dan kotor, kuku jari kaki tidak rapi mulut kurang bersih,telinga
tampak panjang dan kotor. kotor, kuku jari tangan terlihat kotor,
kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi
menyisakan rimah dan mulut yang
agak berlepotan, An W masih belum
bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene

Kesiapan peningkatan koping Kesiapan peningkatan koping


keluarga ditandai dengan Ny N keluarga ditandai dengan Ny J

Poltekkes Kemenkes Padang


84

berharap An M dapat merawat diri dan berharap an W bisa hidup mandiri


hidup secara mandiri seperti orang seperti orang normal pada umumnya,
normal pada umumnya, Nn N tampak Ny J menyatakan perasaan sedih dan
antusias dalam melakukan asuhan khawatir ketika An W sering di bully
keperawatan pada An M di rumah saat sekolah di sekolah umum dan tak
ingin kejadian yang sama terulang
lagi, Ny J tampak sangat antusias
dalam pemberian asuhan keperawatan
pada An W

Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi
respon ditandai dengan Ny N respon ditandai dengan Ny J
mengatakan An M mengalami mengatakan sadar bahwa An W
keterlambatan perkembangan dan mengalami keterlambatan
kurang aktif semenjak jatuh pada usia perkembangan pada saat berusia 5
3 bulan, An. M tampak susah dalam tahun, An W sulit berkonsentrasi,
menyampaikan pendapat baik dalam sering melamun, mudah bosan, An W
tulisan maupun dengan kata- kata, tampak terkadang berbicara tidak jelas
sulit berkonsentrasi, suka bermain, dan tidak nyambung, sering senyum,
suka menanggapi orang dengan afek datar, respon sosial agak lambat,
senyuman, berbicara tidak jelas, IQ tampak sering bingung
An. M: 50 IQ An. W : 48

Gangguan komunikasi verbal Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan berhubungan dengan hambatan
individu dalam hubungan sosial individu dalam hubungan sosial
ditandai dengan Ny N mengatakan ditandai dengan Ny J mengatakan An
An. M susah dalam menyampaikan W susah dalam berbicara dan memilih
pendapat baik dalam tulisan maupun kata yang tepat, An. W terkadang
dengan kata- kata, suka menanggapi berbicara tidak jelas dan tidak
orang dengan senyuman, An M nyambung, jarang menggunakan
menanggapi pertanyaan dengan ekspresi wajah atau tubuh saat
senyuman dan hanya menjawab antara berinteraksi, sering senyum, afek
“iya” dan “tidak” datar, respon sosial agak lambat,
tampak sering bingung saat
berinteraksi

Poltekkes Kemenkes Padang


85

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada


NIC dan NOC. Berikut adalah rencana keperawatan pada kedua partisipan.
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa risiko dilakukan untuk diagnosa risiko
cidera berhubungan dengan cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif yaitu 1) perubahan fungsi kognitif yaitu 1)
Manajeman lingkungan: keselamatan, Manajeman lingkungan: keselamatan,
2) Pencegahan jatuh, dengan kriteria 2) Pencegahan jatuh, dengan kriteria
hasil : Aktivitas yang sesuai untuk hasil : Aktivitas yang sesuai untuk
tingkat usia perkembangan anak, tingkat usia perkembangan anak,
strategi untuk mencegah jatuh, strategi strategi untuk mencegah jatuh, strategi
untuk mencegah kecelakaan bermain, untuk mencegah kecelakaan bermain,
surveilans area bermain outdoor yang surveilans area bermain outdoor yang
tepat, memilih mainan yang aman dan tepat, memilih mainan yang aman dan
sesuai dengan usia, memberikan sesuai dengan usia, memberikan
pengawasan terkait peralatan di area pengawasan terkait peralatan di area
bermain, monitor penggunaan bermain, monitor penggunaan
olahraga dan alat rekreasi. olahraga dan alat rekreasi.

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa defisit dilakukan untuk diagnosa defisit
perawatan diri berhubngan dengan perawatan diri berhubungan
gangguan psikologis retardasi dengan gangguan psikologis
mental yaitu: 1) Bantuan perawatan retardasi mental yaitu: 1) Bantuan
diri: Kebersihan, 2) Bantuan perawatan diri: Kebersihan, 2)
perawatan diri: berdandan, 3) Bantuan Bantuan perawatan diri: berdandan, 3)
perawatan diri: pemberian makan, Bantuan perawatan diri: pemberian
dengan kriteria hasil : Makan, mandi, makan, dengan kriteria hasil : Makan,
kebersihan, kebersihan, mulut mandi, kebersihan, kebersihan, mulut

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa kesiapan dilakukan untuk diagnosa kesiapan
peningkatan koping keluarga yaitu peningkatan koping keluarga yaitu
1) Bimbingan antisipatif, 2) 1) Bimbingan antisipatif, 2)
peningkatan koping, 3) peningkatan peningkatan koping, 3) peningkatan
keterlibatan keluarga, 4) dukungan keterlibatan keluarga, 4) dukungan
keluarga, dengan kriteria hasil: keluarga, dengan kriteria hasil:
melibatkan anggota keluarga dalam melibatkan anggota keluarga dalam
pengambilan keputusan, pengambilan keputusan,
mengungkapkan perasaan dan emosi mengungkapkan perasaan dan emosi

Poltekkes Kemenkes Padang


86

secara terbuka diantara anggota secara terbuka diantara anggota


keluarga, merawat anggota keluarga keluarga, merawat anggota keluarga
yang memiliki ketergantungan, yang memiliki ketergantungan,
mengatur perilaku anggota keluarga, mengatur perilaku anggota keluarga,
keanekaragaman diantara anggota keanekaragaman diantara anggota
keluarga, anggota keluarga bisa saling keluarga, anggota keluarga bisa saling
mendukung, pertumbuhan dan mendukung, pertumbuhan dan
perkembangan yang normal, perilaku perkembangan yang normal, perilaku
anak yang normal, kebutuhan anak yang normal, kebutuhan
psikologi, kebutuhan emosi, psikologi, kebutuhan emosi,
kebutuhan stimulasi, kebutuhan untuk kebutuhan stimulasi, kebutuhan untuk
bersosialisasi, kebutuhan spiritual, bersosialisasi, kebutuhan spiritual,
kebutuhan bimbingan moral, metode kebutuhan bimbingan moral, metode
disiplin yang sesuai untuk usia disiplin yang sesuai untuk usia
perkembangan, strategi komunikasi perkembangan, strategi komunikasi
yang efektif yang efektif

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa gangguan dilakukan untuk diagnosa gangguan
tumbuh kembang berhubungan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon yaitu 1) dengan inkonsistensi respon yaitu 1)
Bimbingan antisipatif, 2) Manajemen Bimbingan antisipatif, 2) Manajemen
perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4) perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4)
Peningkatan perkembangan anak, 5) Peningkatan perkembangan anak, 5)
Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan
orangtua: keluarga yang membesarkan orangtua: keluarga yang membesarkan
anak, dengan kriteria hasil : anak, dengan kriteria hasil :
menunjukkan kreatifitas, menunjukkan kreatifitas,
menunjukkan kemampuan pada menunjukkan kemampuan pada
tingkat mampu sesuai usia tingkat mampu sesuai usia

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa gangguan dilakukan untuk diagnosa gangguan
komunikasi verbal berhubungan komunikasi verbal berhubungan
dengan hambatan individu dalam dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial yaitu: 1) Mendengar hubungan sosial yaitu: 1) Mendengar
aktif, 2) Latihan memori dengan aktif, 2) Latihan memori dengan
kriteria hasil: Mengidentifikasi diri kriteria hasil: Mengidentifikasi diri
sendiri, mengidentifikasi tempat saat sendiri, mengidentifikasi tempat saat
ini, mengenali faktor resiko individu, ini, mengenali faktor resiko individu,
mengenali kemampuan untuk merubah mengenali kemampuan untuk merubah
perilaku, memonitor faktor risiko perilaku, memonitor faktor risiko
dilingkungan, memonitor faktor risiko dilingkungan, memonitor faktor risiko
individu, mengembangkan strategi individu, mengembangkan strategi
yang efektif dalam mengontrol risiko. yang efektif dalam mengontrol risiko.

Poltekkes Kemenkes Padang


87

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan selama 10 hari untuk masing- masing partisipan.


Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat. Berikut adalah implementasi yang
dilakukan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada
diagnosa keperawatan yang pertama diagnosa keperawatan yang pertama
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif adalah perubahan fungsi kognitif yaitu
mengidentifikasi kebutuhan keamanan mengidentifikasi kebutuhan
anak berdasarkan fungsi fisik dan keamanan anak berdasarkan fungsi
kognitif serta riwayat perilaku di masa fisik dan kognitif serta riwayat
lalu, mengidentifikasi hal- hal yang perilaku di masa lalu,
membahayakan di lingkungan anak, mengidentifikasi hal- hal yang
mengidentifikasi kekurangan baik membahayakan di lingkungan anak,
kognitif atau fisik dari anak yang mengidentifikasi kekurangan baik
mungkin meningkatkan potensi jatuh kognitif atau fisik dari anak yang
pada lingkungan anak, mungkin meningkatkan potensi jatuh
mengidentifikasi perilaku dan faktor pada lingkungan anak,
yang mempengaruhi risiko jatuh, mengidentifikasi perilaku dan faktor
mengkaji ulang riwayat jatuh bersama yang mempengaruhi risiko jatuh,
dengan anak dan keluarga, mengkaji ulang riwayat jatuh
mengidentifikasi karakteristik dari bersama dengan anak dan keluarga,
lingkungan yang mungkin mengidentifikasi karakteristik dari
meningkatkan potensi jatuh, monitor lingkungan yang mungkin
gaya berjalan, memonitor lingkungan meningkatkan potensi jatuh, monitor
terhadap resiko terjadinya perubahan gaya berjalan, memonitor
status keselamatan anak M, lingkungan, terhadap resiko
memberikan edukasi kepada Ny N terjadinya perubahan status
tentang lingkungan yang aman bagi keselamatan anak M, memberikan
anak M, menjaga lingkungan aman edukasi kepada Ny N tentang
sekitar anak M, memodifikasi lingkungan yang aman bagi anak M,
lingkungan untuk meminimalkan menjaga lingkungan aman sekitar
risiko cedera. anak M, memodifikasi lingkungan
untuk meminimalkan risiko cedera.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang kedua diagnosa keperawatan yang kedua
Defisit perawatan diri berhubungan Defisit perawatan diri
dengan gangguan psikologis berhubungan dengan gangguan
retardasi mental adalah psikologis retardasi mental adalah
mengidentifikasi defisit perawatan diri mengidentifikasi defisit perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


88

anak, memonitor kebersihan kuku, diri anak, memonitor kebersihan


sesuai dengan kemampuan merawat kuku, sesuai dengan kemampuan
diri anak M, mengkaji kemampuan merawat diri An. W,
perawatan diri anak M, menginformasikan kepada Ny J untuk
menginformasikan kepada Ny N untuk mendukung kemandirian dengan
mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika An. W tak
membantu hanya ketika anak M tak mampu melakukan perawatan diri,
mampu melakukan perawatan diri, memonitor kemampuan perawatan
memonitor kemampuan perawatan diri diri secara mandiri An. W,
secara mandiri anak M, memberikan memberikan pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan cuci tangan pakai cuci tangan pakai sabun dan 6
sabun dan 6 langkah cuci tangan pakai langkah cuci tangan pakai sabun,
sabun, mendemonstrasikan 6 langkah mendemonstrasikan 6 langkah cuci
cuci tangan bersama Ny N dan anak M tangan bersama Ny J dan anak W,
menjelaskan pentingnya menjaga menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan tubuh (mandi, keramas, kebersihan tubuh (mandi, keramas,
menggosok gigi) secara mandiri menggosok gigi) secara mandiri
kepada anak M bersama Ny N, bersama kepada An. W bersama Ny J,
Ny N memfasilitasi alat untuk mandi, bersama Ny J memfasilitasi alat
keramas, menyikat gigi, menjelaskan untuk mandi, keramas, menyikat gigi,
kembali kepada anak alat alat yang menjelaskan kembali kepada anak
digunakan untuk mandi, keramas, alat alat yang digunakan untuk
menyikat gigi, menjelaskan peraturan mandi, keramas, menyikat gigi,
yang harus dipatuhi oleh anak M saat menjelaskan peraturan yang harus
mandi, keramas, menyikat gigi, dipatuhi oleh An. W saat mandi,
bersama anak M melakukan perawatan keramas, menyikat gigi, bersama An.
diri mandi, keramas, menyikat gigi, W melakukan perawatan diri mandi,
memberikan pujian untuk kemampuan keramas, menyikat gigi, memberikan
anak dalam melakukan perawatan diri pujian untuk kemampuan anak dalam
mandi,\keramas, menyikat gigi, melakukan perawatan diri mandi,
mengevaluasi perasaan anak setelah \keramas, menyikat gigi,
melakukan perawatan diri mandi, mengevaluasi perasaan anak setelah
keramas, menyikat gigi, mengevaluasi melakukan perawatan diri mandi,
perawatan diri mandi, keramas, keramas, menyikat gigi,
menyikat gigi, menjelaskan kembali mengevaluasi perawatan diri mandi,
pentingnya menjaga kebersihan diri keramas, menyikat gigi, menjelaskan
kepada anak M, melakukan kembali kembali pentingnya menjaga
perawatan diri mandi, keramas, kebersihan diri kepada An. W,
menyikat gigi, mengevaluasi melakukan kembali perawatan diri
pengetahuan dan kemampuan anak M mandi, keramas, menyikat gigi,
melakukan perawatan diri secara mengevaluasi pengetahuan dan
mandiri, menjelaskan manfaat dan cara kemampuan An. W melakukan
perawatan kuku, melakukan perawatan perawatan diri secara mandiri,
kuku pada anak M, mengevaluasi memberikan pujian kepada An. W
perasaan anak M setelah dilakukan atas kemampuan, menjelaskan
perawatan kuku, menganjurkan anak M manfaat dan cara perawatan kuku,
melakukan perawatan kuku 1 x melakukan perawatan kuku pada An.
seminggu diawasi Ny N,menjelaskan W, mengevaluasi perasaan An. W

Poltekkes Kemenkes Padang


89

manfaat berdandan berhias diri secara setelah dilakukan perawatan kuku,


mandiri, bersama Ny N menyediakan menganjurkan An. W melakukan
cermin dan sisir, melakukan berdandan perawatan kuku 1 x seminggu
berhias diri menyisir rambut secara diawasi Ny J, memberikan pujian
mandiri, memberi pujian kepada anak kepada An. W, menjelaskan manfaat
M atas kemampuannya, mengevaluasi berdandan berhias diri secara
perasaan anak setalah menyisir rambut, mandiri, bersama Ny J menyediakan
menganjurkan anak menyisir rambut cermin dan sisir, melakukan
setiap selesai mandi, menjelaskan berdandan berhias diri menyisir
manfaat tata cara makan dan minum rambut secara mandiri, memberi
yang baik, memperagakan tata cara pujian kepada An. W atas
makan dan minum yang baik bersama kemampuannya, mengevaluasi
anak. perasaan anak setalah menyisir
rambut, menganjurkan anak menyisir
rambut setiap selesai mandi,
menjelaskan manfaat tata cara makan
dan minum yang baik,
memperagakan tata cara makan dan
minum yang baik bersama anak.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang ketiga diagnosa keperawatan yang ketiga
Kesiapan peningkatan koping Kesiapan peningkatan koping
keluarga yaitu membangun hubungan keluarga yaitu membangun
pribadi dengan anak dan anggota hubungan pribadi dengan anak dan
keluarga yang akan terlibat dalam anggota keluarga yang akan terlibat
perawatan, mengidentifikasi dalam perawatan, mengidentifikasi
kemampuan anggota keluarga untuk kemampuan anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan anak M, terlibat dalam perawatan An. W,
mengidentifikasi harapan anggota mengidentifikasi harapan anggota
keluarga untuk anak, monitor struktur keluarga untuk anak, monitor struktur
dan peran keluarga, mengidentifikasi dan peran keluarga, mengidentifikasi
persepsi anggota keluarga mengenai persepsi anggota keluarga mengenai
situasi, peristiwa yang tidak situasi, peristiwa yang tidak
diinginkan, perasaan dan perilaku anak diinginkan, perasaan dan perilaku An.
M, mengidentifikasi kekuatan dan W, mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan anak dengan anggota kemampuan anak dengan anggota
keluarga, mendengarkan kekhawatiran, keluarga, mendengarkan
perasaan dan pertanyaan dari keluarga, kekhawatiran, perasaan dan
mengidentifikasi sifat dukungan pertanyaan dari keluarga,
spiritual bagi keluarga, menghargai dan mengidentifikasi sifat dukungan
mendukung mekanisme koping adaptif spiritual bagi, memberikan
yang digunakan keluarga, melibatkan pendidikan kesehatan kepada orang
anggota keluarga dan anak dalam tua mengenai cara berinteraksi
membuat keputusan terkait perawatan, dengan penyandang disabilitas
memberikan pendidikan kesehatan intelektual , mendorong Ny J dan An.
kepada orang tua mengenai cara W serta anggota keluarga untuk
berinteraksi dengan penyandang bersikap asertif dalam berinteraksi,

Poltekkes Kemenkes Padang


90

disabilitas intelektual , mendorong Ny ,endorong Ny J untuk fokus pada


N dan anak M serta anggota keluarga setiap aspek positif dari situasi anak
untuk bersikap asertif dalam M, mendiskusikan bersama Ny J jenis
berinteraksi, mndorong Ny N untuk perawatan dirumah yang sesuai
fokus pada setiap aspek positif dari dengan kondisi An. W, melakukan
situasi anak M, mendiskusikan bersama kontrak waktu pertemuan
Ny N jenis perawatan dirumah yang selanjutnya, melakukan demonstrasi
sesuai dengan kondisi anak M, 6 langkah cuci tangan bersama Ny J,
melakukan kontrak waktu pertemuan An. W dan adik adiknya, evaluasi
selanjutnya, melakukan demonstrasi 6 kemampuan An. W bersama keluarga
langkah cuci tangan bersama Ny N, dalam mendemonstrasikan 6 langkah
anak M dan adik adiknya, evaluasi cuci tangan, memberikan pujian
kemampuan anak M bersama keluarga kepada An. W mengulang 6 langkah
dalam mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan, memonitor keterlibatan
cuci tangan, memberikan pujian kepada anggota keluarga dalam demonstrasi
Anak M mengulang 6 langkah cuci 6 langkah cuci tangan,
tangan, memonitor keterlibatan anggota mendiskusikan jenis perawatan di
keluarga dalam demonstrasi 6 langkah rumah bersama Ny J dan An M,
cuci tangan, mendiskusikan jenis membantu keluarga untuk
perawatan di rumah bersama Ny N dan mendapatkan pengetahuan,
An M, membantu keluarga untuk keterampilan dan alat yang
mendapatkan pengetahuan, diperlukan untuk mendukung
keterampilan dan alat yang diperlukan keputusan terhadap perawatan anak,
untuk mendukung keputusan terhadap bersama Ny J memfasilitasi
perawatan anak, bersama Ny N perawatan An. W di rumah,
memfasilitasi perawatan An M di mengevaluasi kemampuan An. W
rumah, mengevaluasi kemampuan An dan perasaan setelah dilakukan
M dan perasaan setelah dilakukan perawatan diri bersama Ny J,
perawatan diri bersama Ny N, mengevaluasi kemampuan An. W
mengevaluasi kemampuan An M dan dan perasaan setelah dilakukan
perasaan setelah dilakukan perawatan perawatan diri bersama Ny J pada
diri bersama Ny N pada pertemuan pertemuan sebelumnya menyediakan
sebelumnya, menyediakan Ny N dan Ny J dan An. W pilihan pilihan yang
An. M pilihan pilihan yang raelistis raelistis mengenai aspek perawatan,
mengenai aspek perawatan, memberi memberi dukungan terhadap sikap
dukungan terhadap sikap anak M An. W terkait dengan harapan yang
terkait dengan harapan yang realistis realistis sebagai upaya untuk
sebagai upaya untuk mengatasi mengatasi perasaan ketidakberdayaan
perassaan ketidakberdayaan pada An.M pada An.M bersama Ny J,
bersama Ny N, menjadwalkan menjadwalkan peninjauan kembali
peninjauan kembali untuk untuk mengevaluasi keberhasilan
mengevaluasi keberhasilan atau atau kebutuhan penguatan pada
kebutuhan penguatan pada keluarga. keluarga.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang keempat diagnosa keperawatan yang keempat
Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang
berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi

Poltekkes Kemenkes Padang


91

respon yaitu membangun hubungan respon yaitu membangun hubungan


saling percaya bersama keluarga Ny N saling percaya bersama keluarga Ny J
dan anak M, melakukan kontrak waktu, dan An. W, melakukan kontrak
mengkaji riwayat tumbuh kembang waktu, mengidentifikasi faktor-
anak, mengidentifikasi faktor-faktor faktor personal yang berdampak pada
personal yang berdampak pada keberhasilan program pendidikan,
keberhasilan program pendidikan, mengkaji dengan keluarga dalam
mengkaji dengan keluarga dalam rangka mendapatkan informasi
rangka mendapatkan informasi mengenai kondisi kognisi dasar
mengenai kondisi kognisi dasar anak An. W, mengatur batasan bersama
M, mengatur batasan bersama anak M, An. W, mengkaji tingkat penerimaan
mengkaji tingkat Penerimaan orangtua orangtua terkait dengan perannya
terkait dengan perannya untuk untuk menyediakan perawatan,
menyediakan perawatan, berinteraksi berinteraksi personal dengan An. W,
personal dengan anak M, memberikan memberikan pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan kepada orang tua kepada orang tua mengenai cara
mengenai “cara berinteraksi dengan berinteraksi dengan penyandang
penyandang disabilitas intelektual” disabilitas intelektual, mendiskusikan
dengan menggunakan media berupa strategi dalam mengelola perilaku
booklet, mendiskusikan strategi anak, memotivasi orang tua untuk
kesabaran dan ketekunan dalam mencoba strategi berbeda dalam
mengelola perilaku anak, memotivasi mengasuh anak, memonitor interaksi
orang tua untuk mencoba strategi keluarga dengan anak W,
berbeda dalam mengasuh anak dengan menggunakan suara bicara yang
menggunakan strategi terapi bermain, lembut dan rendah, menyediakan
memonitor interaksi keluarga dengan media dalam bentuk video untuk
anak M, menggunakan suara bicara melakukan demonstrasi 6 langkah
yang lembut dan rendah, menyediakan cuci tangan, melakukan demonstrasi
media dalam bentuk video untuk 6 langkah cuci tangan bersama Ny J
melakukan demonstrasi 6 langkah cuci dan anak W beserta saudaranya
tangan, melakukan demonstrasi 6 sambil bernyanyi, meminta An. W
langkah cuci tangan bersama Ny N dan untuk mendemonstrasikan 6 langkah
anak M beserta saudaranya sambil cuci tangan secara mandiri sambil
bernyanyi, meminta anak M untuk diiringi dengan bernyanyi,
mendemonstrasikan 6 langkah cuci menyediakan kertas bergambar
tangan secara mandiri sambil diiringi beserta ilustrasi gambar dan pewarna
dengan bernyanyi, menyediakan kertas bersama Ny J, membantu dan
bergambar beserta ilustrasi gambar dan mendorong An. W memilih pewarna
pewarna bersama Ny N, membantu dan yang di pakai untuk gambar sesuai
mendorong anak M memilih pewarna dengan ilustrasi secara mandiri,
yang di pakai untuk gambar sesuai mengevaluasi hasil mewarnai An. W
dengan ilustrasi secara mandiri, bersama Ny J, memberikan pujian
mengevaluasi hasil mewarnai anak M kepada An. W atas hasil usahanya,
bersama Ny N, memberikan pujian mengajarkan anak untuk mencari
kepada anak M atas hasil usahanya, bantuan dari orang lain ketika sangat
mengajarkan anak untuk mencari membutuhkan, melakukan terapi
bantuan dari orang lain ketika sangat bermain games bersama An. W dan
membutuhkan, melakukan terapi peneliti, mengajari anak untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


92

bermain assosiative play bernyanyi melakukan tindakan “berhenti dan


bersama An. M, An. N dan An. F, berfikir” sebelum bertindak secara
mengajari anak untuk melakukan impulsif, bantu An. W memilih
tindakan “berhenti dan berfikir” tindakan yang paling
sebelum bertindak secara impulsive, menguntungkan, membantu anak
bantu anak memilih tindakan yang menulis sebuah kalimat secara
paling menguntungkan, membantu mandiri, membantu anak
anak menulis sebuah kalimat secara mengidentifikasi hasil yang
mandiri, membantu anak diinginkan dalam suatu hubungan
mengidentifikasi hasil yang diinginkan interpersonal berteman, melakukan
dalam suatu hubungan interpersonal terapi bermain: dramatic play
berteman, melakukan terapi bermain: (bermain peran), mendukung anak
dramatic play (bermain peran), untuk mengekspresikan diri,
Mendukung anak untuk membantu anak belajar berhitung
mengekspresikan diri, membantu anak dengan menggunakan lidi.
belajar berhitung dengan menggunakan
lidi.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang kelima diagnosa keperawatan yang kelima
Gangguan komunikasi verbal Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan hambatan berhubungan dengan hambatan
individu dalam hubungan sosial individu dalam hubungan sosial
adalah menjelaskan tujuan interaksi, yaitu menjelaskan tujuan interaksi,
menunjukkan ketertarikan pada anak menunjukkan ketertarikan pada anak,
M, berinteraksi personal dengan anak memonitor perilaku An. W,
M, memonitor perilaku anak M, mendorong anak untuk
mendorong anak untuk mengekspresikan perasaan,
mengekspresikan perasaan, mendengarkan An. W
mendengarkan anak M mengekspresikan perasaan,
mengekspresikan perasaan, mendorong anak untuk
memberikan pendidikan kesehatan dan mengekspresikan perasaan,
demonstrasi tentang 6 langkah cuci memonitor perilaku An. W, meminta
tangan, mendorong anak untuk An. W untuk mendemonstrasikan 6
mengekspresikan perasaan, meminta langkah cuci tangan secara mandiri,
anak M untuk mendemonstrasikan 6 memberikan pujian atas kemampuan
langkah cuci tangan secara mandiri, An. W, menggunakan perilaku non
memberikan pujian atas kemampuan verbal untuk memfasilitasi
anak M, mendorong An. M untuk komunikasi, menggunakan teknik
mengekspresikan perasaan setelah diam dan mendengarkan saat An. W
melakukan perawatan diri, mengekspresikan perasaan,
menggunakan perilaku non verbal memberikan umpan balik kepada
untuk memfasilitasi komunikasi, anak, mengajarkan anak untuk
menggunakan teknik diam dan mencari bantuan dari orang lain
mendengarkan saat anak ketika sangat membutuhkan,
mengekspresikan perasaan, melakukan Melakukan terapi bermain games
terapi bermain assosiative play bersama An. W dan peneliti,
bernyanyi bersama An. M, An. N dan Mengajari anak untuk melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


93

An. F , melakukan terapi bermain tindakan “berhenti dan berfikir”


cooperative play bersama An. M, An. sebelum bertindak secara impulsif,
W dan siswa kelas 4, memberikan membantu An. memilih tindakan
latihan orientasi mengenai, nama yang paling menguntungkan,m
lengkap, nama panggilan, tanggal, dan memberi pujian terhadap usaha anak,
tempat, mengidentifikasi dan melakukan terapi bermain
mengkoreksi kesalahan orientasi anak, cooperative play bersama An. W, An.
meminta Anak untuk mengulang W dan siswa kelas 4, memberikan
kembali orientasi yang disampaikan latihan orientasi mengenai, nama
oleh temannya, mendukung anak untuk lengkap, nama panggilan, tanggal,
mengekspresikan diri saat melakukan dan tempat, memonitor perilaku anak
terapi bermain dramatic play, selama terapi, mengidentifikasi dan
melakukan terapi bermain cooperative mengkoreksi kesalahan orientasi
play bersama An. M, An.N dan An. F, anak, meminta Anak untuk
memberikan latihan orientasi mengulang kembali orientasi yang
mengenai, nama lengkap, nama disampaikan oleh temannya,
panggilan, tanggal, dan tempat, melatih mendukung anak untuk
anak membaca, mengevaluasi latihan mengekspresikan diri saat melakukan
membaca, melatih anak membaca. terapi bermain dramatic play,
melakukan terapi bermain
cooperative play bersama An. W,
An. A, memberikan latihan orientasi
mengenai, nama lengkap, nama
panggilan, tanggal, dan tempat,
melatih An. W membaca,
mengevaluasi latihan membaca,
melatih anak membaca.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama 10 hari. Berikut adalah hasil evaluasi

yang dilakukan pada kedua partisipan.

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif perubahan fungsi kognitif
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
resiko cedera teratasi ditandai S: Ny N resiko cidera ditandai S: Guru SLB
meminta agar ikut membantu menutup meminta agar menutup pagar sekolah
dan mengunci pagar rumah jika ada jika ada yang keluar masuk, Guru SLB
anggota keluarga keluar dan masuk meminta mengawasi anak anak agar
rumah, Guru SLB meminta agar tidak bermain dengan berlebihan O:

Poltekkes Kemenkes Padang


94

menutup pagar sekolah jika ada yang Pagar sekolah tampak tertutup
keluar masuk, Guru SLB meminta A:Resiko cidera teratasi sebagian P:
mengawasi anak anak agar tidak Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
bermain dengan berlebihan O: Pagar
rumah Ny N tampak tidak terkunci,
Pagar SLB tampak sering
terbuka,Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan A:
Masalah resiko cidera belum teratasi
secara konsisten P: Intervensi Resiko
cidera dilanjutkan oleh keluarga dan
guru SLB kasih ummi

Defisit perawatan diri berhubungan Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis dengan gangguan psikologis
retardasi mental retardasi mental
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
defisit perawatan diri ditandai S: Ny N defisit perawatan diri ditandai S: Ny J
mengatakan anak M dapat melakukan mengatakan An. W dapat melakukan
dan menjadwalkan perawatan diri dan menjadwalkan perawatan diri
mandi, keramas, menyikat gigi secara mandi, keramas, menyikat gigi secara
mandiri, Ny N mengatakan anak M mandiri, Ny J mengatakan An. W
dapat menyisir rambut sendiri dengan dapat menyisir rambut sendiri dengan
rapi, Ny N mengatakan anak M dapat rapi, Ny J mengatakan An. W dapat
makan secara mandiri O: Anak M makan secara mandiri O: An. W
tampak bersih dan rapi, Anak M tampak bersih dan rapi, An. W tampak
tampak bisa melakukan tatacara bisa melakukan tatacara makan dan
makan dan minum A: Masalah defisit minum A: Masalah defisit perawatan
perawatan diri teratasi sebagian P: diri teratasi sebagian P: Intervensi
Intervensi defisit perawatan diri defisit perawatan diri dilanjutkan oleh
dilanjutkan oleh Ny N Ny J

Kesiapan peningkatan koping Kesiapan peningkatan koping


keluarga keluarga
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 9 x pertemuan kesiapan keperawatan 10 x pertemuan kesiapan
peningkatan koping keluarga ditandai peningkatan koping keluarga ditandai
S: Ny N mengatakan An.M telah bisa S: Ny J mengatakan An. W telah bisa
melakukan perawatan diri secara melakukan perawatan diri secara
mandiri tanpa dibantu, dapat mandiri tanpa dibantu , Ny J
menjadwalkan untuk melakukan mengatakan An. W dapat
perawatan diri secara mandiri O: An menjadwalkan untuk melakukan
M dapat memperagakan cara perawatan diri secara mandiri O: An.
perawatan diri mandi, keramas, W dapat memperagakan cara
menyikat gigi, menyisir rambut, tata perawatan diri mandi, keramas,
cara makan dan minum secara menyikat gigi, menyisir rambut, tata
mandiri. A: Kesiapan peningkatan cara makan dan minum secara mandiri

Poltekkes Kemenkes Padang


95

koping keluarga teratasi P: Intervensi A: Kesiapan peningkatan koping


dihentikan keluarga teratasi P: Intervensi
dihentikan

Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi
respon respon
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
gangguan tumbuh kembang teratasi gangguan tumbuh kembang teratasi
sebagian ditandai S: Guru An M sebagian ditandai S: Guru An. W
mengatakan kemampuan menulis dan mengatakan kemampuan menulis dan
berhitung masih harus di latih O: An. berhitung masih harus di latih O: An.
M tampak menulis secara mandiri An W tampak menulis secara mandiri,
M tampak berhitung masih An. W tampak berhitung masih
menggunakan alat bantu dengan lidi menggunakan alat bantu dengan lidi
A: Masalah gangguan tumbuh A: Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian P : kembang teratasi sebagian P:
Intervensi gangguan tumbuh kembang Intervensi gangguan tumbuh kembang
dilanjutkan dilanjutkan

Gangguan komunikasi verbal Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan berhubungan dengan hambatan
individu dalam hubungan sosial individu dalam hubungan sosial
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
gangguan komunikasi verbal belum gangguan komunikasi verbal ditandai
teratasi ditandai S: Guru mengatakan S: Guru mengatakan An. W sulit
An M sulit belajar membaca IQRA’ belajar membaca IQRA’ O: An. W
O: An M tampak kesulitan membaca tampak kesulitan membaca dan
dan mengingat huruf IQRA’ A: mengingat huruf IQRA’ A: Gangguan
Gangguan komunikasi verbal belum komunikasi verbal belum teratasi P :
teratasi P: Intervensi gangguan Intervensi gangguan komunikasi
komunikasi verbal dilanjutkan verbal dilanjutkan

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang peneliti temukan pada


An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun
dengan kata- kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi
orang dengan senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak
jelas, mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An

Poltekkes Kemenkes Padang


96

M tidak menyadari akan keadaan bahaya. An. M memiliki IQ : 50. Riwayat


kesehatan sekarang yang peneliti temukan pada An. W mengalami
keterlambatan perkembangan tidak sesuai usia pada anak normal, sulit
berkonsentrasi, sering melamun, mudah bosan, belum bisa melakukan
perawatan diri secara mandiri sesuai usianya, terkadang berbicara tidak jelas
dan tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak lambat,
tampak sering bingung. An. W memiliki IQ : 48

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.

Menurut Solek dalam a journey to child neurodevelopment: Application in


daily practice (2010), klasifikasi retardasi mental sedang memiliki tingkat
nilai kecerdasan atau IQ 35-40 sampai 50-55.

Menurut peneliti hasil pengkajian anak retardasi mental terhadap An.M dan
An W sesuai dengan teori. Anak retardasi mental memiliki gangguan
kognitif, khususnya pada kedua partisipan sama sama memiliki gangguan
perkembangan retardasi mental sedang, dengan memiliki IQ yang berkisar
antara 35-40 sampai 50-55, serta memiliki keterbatasan lainnya seperti
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial.

Poltekkes Kemenkes Padang


97

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An.
M mengalami gangguan perkembangan setelah terjatuh pada usia 3 bulan
sampai sekarang, Ny N telah berusaha melakukan berbagai terapi pada anak
M. Riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An. W mengalami
gangguan perkembangan sejak lahir sampai sekarang, An. W pernah
mengikuti terapi satu kali, karena kesulitan ekonomi keluarga.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukup
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir
belum cukup umur dan keracunan.

Peneliti berasumsi pada pengkajian kesehatan dahulu pada An M dan An W


sesuai dengan teori, yaitu sama sama mengalami retardasi mental kerusakan
otak. Namun pada An M disebabkan oleh riwayat jatuh yang dimiliki pada
usia 3 bulan, sedangkan pada An W disebabkan ketika proses kelahiran yang
mengharuskan An W lahir dengan menggunakan alat bantu persalinan.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga An. M dan An. W sama- sama
tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan perkembangan.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu kelompok retardasi mental genetik.
Retardasi mental genetik adalah keterbelakangan mental akibat kelainan
faktor keturunan.

Menurut peneliti pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga yang


ditemukan pada keluarga An M dan An W tidak sesuai dengan teori yang
ada, dikarenakan tidak ditemukannya keturunan sebelumnya yang memiliki
gangguan perkembangan. Serta pada data yang ditemukan tidak adanya
keturunan sebelumnya, gangguan kehamilan, dan perilaku orang tua yang
dapat menyebabkan resiko anak mengalami retardasi mental. Perbedaan
yang mencolok pada kedua partisipan yaitu pada partisipan 1 diketahui

Poltekkes Kemenkes Padang


98

bahwa mulai mengalami gangguan perkembangan setelah memiliki riwayat


jatuh pada usia 3 bulan, sedangkan pada partisipan 2 mengalami gangguan
perkembangan sejak lahir.

Hasil pengkajian terhadap lingkungan sehari- hari pada An.M bertempat


tinggal di rumah memiliki pagar yang tidak terkunci, alat alat rumah tangga
tampak tidak rapi, peralatan belajar dan seragam sekolah An. M tampak
berserakkan, interaksi keluarga Bapak A dengan tetangga jarang dilakukan.
Lingkungan sehari- hari pada An. W Rumah Ibu N tampak tidak rapi, tidak
terdapat pagar rumah, interaksi dengan tetangga cukup baik.

Menurut Padila (2012), kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan


perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari, Nelvia dan Saputra (2018), anak


retardasi mental memiliki hambatan dalam kemampuan berfikir terkadang
disertai dengan kelainan fisik. Sehingga anak retardasi mental membutuhkan
bantuan dari orang orang terdekatnya untuk dapat menumbuhkan rasa
percaya diri untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya maupun dengan teman temannya. Kemampuan sosialisasi anak
retardasi mental tidak hanya didapatkannya dalam lingkungan sekolah tetapi
dalam lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi kemampuan
sosialisasi anak. Dalam lingkungan keluarga, orang tua perlu lebih banyak
menggali informasi bagaimana dan sejauh mana anak memiliki kemampuan
sosialisasi.

Menurut peneliti pada pengkajian lingkungan sehari- hari pada An M dan


An W keluarga telah berusaha untuk meningkatkan perkembangan anak
dengan menfasilitasi kebutuhan yang dimiliki oleh orang tua masing masing.

Poltekkes Kemenkes Padang


99

Pada An M terdapat lingkungan rumah yang dapat meningkatkan rasa aman


bagi keluarga dengan adanya pagar rumah, sedangkan pada An. W memiliki
rumah yang sederhana, namun keluarga menunjang perkembangan anak
dengan adanya interaksi yang baik dengan tetangga sekitar rumah.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. M tidak memiliki gangguan cara berjalan,
rambut tampak tidak rapi, Rongga mulut tidak bersih, terdapat karies, kuku
jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari kaki tampak panjang dan
kotor. Pemeriksaan fisik pada An. W tidak memiliki gangguan cara
berjalan, rambut tampak kering dan tidak rapi, wajah An. W sering tampak
kebingungan, rongga mulut tidak bersih, gigi jarang, telinga kotor, kuku
jari tangan terlihat kotor, kuku jari kaki terlihat kotor

Berdasarkan hasil penelitian Wardani, Azza dan komarudin (2015),


keterbatasan dalam perawatan diri pada anak retardasi mental disebabkan
keterbatasan pengembangan motorik kasar dan motorik halus sehingga
mengalami kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan
berhias diri secara mandiri.

Menurut peneliti, hasil pemeriksaan fisik pada An.M dan An W, terdapat


ciri yang sesuai dengan teori. Anak yang mengalami retardasi mental
mengalami keterbatasan dalam perawatan diri, sehingga mengalami
kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan berhias diri
secara mandiri, seperti hasil pemeriksaan yang ditemukan pada An.M dan
An.W merupakan ciri ciri defisit perawatan diri.

Hasil pengkajian kebiasaaan sehari- hari pada An. M mandi masih kurang
bersih den sering bermain air ketika mandi, aktivitas bermain bersama
saudara/ teman di dalam rumah. Kebiasaan sehari- hari pada An. W dapat
makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah dan mulut yang agak
berlepotan, belum bisa melakukan personal hygiene yang efektif secara
mandiri,aktivitas bermain bersama saudara/teman didalam rumah dan
kadang kadang diluar rumah

Poltekkes Kemenkes Padang


100

Berdasarkan hasil penelitian Muliana (2013), ada hubungan dukungan


keluarga seperti informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental,
dan dukungan emosional terhadap kemandirian anak retardasi mental sedang
yang mengalami keterbelakangan intelegensi atau pikiran, yang
mengakibatkan mereka memiliki kekurangan dalam banyak hal yakni :
kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan
diri dengan masalah masalah dan situasi situasi kehidupan baru.

Hasil pengkajian status sosial ekonomi keluarga pada An. M termasuk


kepada keluarga yang mampu, pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan
± Rp.6.500.000. Status sosial ekonomi keluarga pada An. W termasuk
kepada keluarga yang kurang mampu, pendapatan keluarga bapak S dalam
sebulan ±Rp.1.200.000. Penghasilan bapak S terkadang tidak tetap tiap
bulannya, tergantung pekerjaannya dan upah yang didapat.

Menurut Suryani, pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang


tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan segala
kebutuhan anak.

Menurut Liyana, Muhariati dan Rusilanti dalam jurnal kesejahteraan


keluarga dan pendidikan (2014), pola asuh belajar anak tunagrahita mampu
didik berdasarkan status ekonomi tinggi dan sedang memiliki tingkat
komunikasi yang rendah terhadap anak, sedangkan pola asuh belajar anak
tunagrahita berdasarkan status ekonomi rendah memiliki rasa kasih saying
yang rendah terhadap anaknya.

Peneliti mengemukakan bahwa adanya pengaruh status ekonomi keluarga


terhadap perkembangan anak retardasi mental. Pada An. M dengan status
ekonomi keluarga yang tinggi, dimana keluarga selalu berupaya melakukan
berbagai terapi untuk melakukan stimulus perkembangan An.M, sedangkan
pada An. W dengan status ekonomi keluarga yang rendah, keluarga
kesulitan dalam menunjang perkembangan An. W

Poltekkes Kemenkes Padang


101

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang peneliti temukan pada anak dengan retardasi


mental pada partisipan 1 dan partisipan 2 sama,yaitu 5 buah pada partisipan
I dan 5 buah diagnosa untuk partisipan II. Masalah keperawatan yang sama
antara partisipan I dan partisipan II adalah:1) Risiko cidera berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif, 2) Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan psikologis retardasi mental, 3) Kesiapan peningkatan
koping keluarga, 4) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
inkonsistensi respon, 5) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
hambatan individu dalam hubungan sosial

Berdasarkan beberapa sumber buku peneliti menemukan ada 10 diagnosa


keperawatan (Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009,
SDKI, 2016) pada anak yang mengalami retardasi mental, yaitu :1) Defisit
perawatan diri, 2) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik, 3)Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri, 4) Kesiapan peningkatan koping keluarga, 5) Defisit
pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif, 6) Gangguan
interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan, 7) Isolasi
sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan, 8) Risiko cidera
berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif, 9)Gangguan komunikasi
verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial, 10)
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual

Analisa peneliti terhadap diagnosa yang ditemukan pada partisipan 1 dan


partisipan 2 sama dengan teori yang ada. Namun dalam diagnosa yang ada
di teori, tidak semua diagnosa dapat ditegakkan. Diagnosa yang diambil
sesuai dengan data yang didapat.

Berdasarkan kasus yang peneliti temukan, diagnosa utama yang peneliti


angkat untuk An.M dan An.W sama yaitu Risiko cidera berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N
mengatakan An M sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka mengganggu

Poltekkes Kemenkes Padang


102

adik adiknya, An M tampak sering ingin bermain, ketika keluar rumah, tidak
menyadari akan keadaan bahaya. Partisipan 2 ditandai dengan Ibu J
mengatakan An W sulit berkonsentrasi, sering melamun, An W mengalami
keterlambatan perkembangan retardasi mental.

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Peneliti menemukan bahwa pada anak yang mengalami retardasi mental


cendrung memiliki resiko cidera. Pada kedua partisipan yang juga
merupakan anak retardasi mental, rentan mengalami resiko cedera
dikarenakan, kurangnya kemampuan akan keadaan bahaya bisa terjadi
dikarenakan gangguan kognitif yang dimiliki oleh anak. Sehingga perlu
diawasi lingkungan dan aktivitas yang dilakukan anak setiap hari.

Diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis


retardasi mental pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N mengatakan An M
mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An M
tampak rambut tidak rapi, rongga mulut kurang bersih, beberapa gigi
mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari kaki
tampak panjang dan kotor. Partisipan 2 ditandai dengan Ny J mengatakan
An W mandi kurang bersih, belum bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta
belum bisa melakukan perawatan diri secara mandiri sesuai usianya, An W
memiliki rambut tampak kering dan tidak rapi mulut kurang bersih,telinga
kotor, kuku jari tangan terlihat kotor, kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah dan mulut yang agak
berlepotan, An W masih belum bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene.

Poltekkes Kemenkes Padang


103

Berdasarkan hasil penelitian Wardani, Azza dan komarudin (2015),


keterbatasan dalam perawatan diri pada anak retardasi mental disebabkan
keterbatasan pengembangan motorik kasar dan motorik halus sehingga
mengalami kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan
berhias diri secara mandiri.

Analisa peneliti, anak retardasi mental juga mempunyai keterbatasan


kemampuan untuk merawat diri, dan juga dari data yang ditemukan pada
partisipan 1 dan partisipan 2 sama dengan teori.

Diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga pada partisipan 1 ditandai


dengan Ny N berharap An M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri
seperti orang normal pada umumnya, Nn N tampak antusias dalam
melakukan asuhan keperawatan pada An M di rumah. Partisipan 2 ditandai
dengan Ny J berharap an W bisa hidup mandiri seperti orang normal pada
umumnya, Ny J menyatakan perasaan sedih dan khawatir ketika An W
sering di bully saat sekolah di sekolah umum dan tak ingin kejadian yang
sama terulang lagi, Ny J tampak sangat antusias dalam pemberian asuhan
keperawatan pada An W.

Menurut Praptono (2017), Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai


dengan masalah yang dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang
tua, keluarga, guru sekolah, dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam
upaya untuk meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus.
Masalah pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain
tunarungu, tunagrahita (Retardasi mental) , tunanetra, tunadaksa, autisme.

Berdasarkan analisa peneliti, untuk menunjang perkembangan anak retardasi


mental, sangat perlu adanya dukungan dan keterlibatan dari orang terdekat
seperti keluarga, guru dan lingkungan agar anak dapat hidup mandiri dan
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.

Diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi


respon peneliti angkat menjadi diagnosa utama untuk partisipan 1 ditandai

Poltekkes Kemenkes Padang


104

dengan Ny. N mengatakan An M mengalami keterlambatan perkembangan


dan kurang aktif semenjak jatuh pada usia 3 bulan, An. M tampak susah
dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun dengan kata-
kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, berbicara tidak jelas, IQ An. M: 50. Dan partisipan 2 ditandai
dengan Ny J mengatakan sadar bahwa An W mengalami keterlambatan
perkembangan pada saat berusia 5 tahun, An W sulit berkonsentrasi, sering
melamun, mudah bosan, An W tampak terkadang berbicara tidak jelas dan
tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak lambat,
tampak sering bingung. IQ An. W : 48

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Analisa peneliti anak yang mengalami retardasi mental mengalami


gangguan perkembangan ditandai dengan keterbatasan kemampuan berfikir,
kesulitan dalam berbicara dan berbahasa, keterampilan sosial, keterbatasan
dalam pengarahan diri, dan keterbatasan dalam belajar secara akademik.

Diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan


individu dalam hubungan sosial pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N
mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan
maupun dengan kata- kata, suka menanggapi orang dengan senyuman, An
M menanggapi pertanyaan dengan senyuman dan hanya menjawab antara
“iya” dan “tidak”. Partisipan 2 ditandai dengan Ny J mengatakan An W
susah dalam berbicara dan memilih kata yang tepat, An. W terkadang
berbicara tidak jelas dan tidak nyambung, jarang menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh saat berinteraksi, sering senyum, afek datar, respon sosial
agak lambat, tampak sering bingung saat berinteraksi.

Poltekkes Kemenkes Padang


105

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.

Analisa peneliti, ditemukan adanya gangguan komunikasi verbal pada anak


retardasi mental sesuai dengan data dari partisipan 1 dan partisipan 2, sama
dengan teori. Menurut peneliti kedua partisipan termasuk pada retardasi
mental kerusakan otak, ditandai sukar berbicara, menulis dan
mengekspresikan perasaan.

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang


ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classifications
(NOC).
Intervensi untuk diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan perubahan
fungsi kognitif 1) Manajeman lingkungan: keselamatan, 2) Pencegahan jatuh
Intervensi untuk diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental 1) Bantuan perawatan diri:
Kebersihan, 2) Bantuan perawatan diri: berdandan, 3) Bantuan perawatan
diri: pemberian makan.
Intervensi untuk diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga 1)
Bimbingan antisipatif, 2) peningkatan koping, 3) peningkatan keterlibatan
keluarga, 4) dukungan keluarga

Intervensi untuk diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan


inkonsistensi respon pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu 1) Bimbingan
antisipatif, 2) Manajemen perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4)
Peningkatan perkembangan anak, 5) Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan
orangtua: keluarga yang membesarkan anak.

Poltekkes Kemenkes Padang


106

Intervensi untuk diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan


dengan hambatan individu dalam hubungan sosial 1) Mendengar aktif, 2)
Latihan memori
Berdasarkan analisa peneliti intervensi yang di terapkan pada anak retardasi
mental sama dengan teori. Intervensi pada anak retardasi mental
menggunakan konsep dasar stimulasi kognitif pada anak dan keterlibatan
keluarga dan orang sekitar lingkungan anak.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga


yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II dilaksanakan
dalam waktu yang sama. Pada partisipan I dan partisipan II asuhan atau
pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret
2018 sampai dengan tanggal 6 April 2018.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan


perubahan fungsi kognitif yaitu mengidentifikasi kebutuhan keamanan anak
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu,
mengidentifikasi hal- hal yang membahayakan di lingkungan anak,
mengidentifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari anak yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan anak,
mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh,
mengkaji ulang riwayat jatuh bersama dengan anak dan keluarga,
mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh, monitor gaya berjalan, memonitor lingkungan terhadap resiko
terjadinya perubahan status keselamatan anak M, memberikan edukasi
kepada Ny N tentang lingkungan yang aman bagi anak M, menjaga
lingkungan aman sekitar anak M, memodifikasi lingkungan untuk
meminimalkan risiko cedera.

Poltekkes Kemenkes Padang


107

Berdasarkan analisa peneliti implementasi pada resiko cedera pada anak


sesuai dengan teori. Pada anak yang mengalami retardasi mental perlu selalu
diperhatikan kegiatan dan lingkungan sekitarnya. Dikarenakan pada anak
retardasi mental selalu mempunyai resiko cedera berkaitan dengan keadaan
kognitifnya.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis retardasi mental, yaitu ;mengidentifikasi defisit
perawatan diri anak, memonitor kebersihan kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat diri An. W, menginformasikan kepada Ny J untuk
mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika An. W tak mampu
melakukan perawatan diri, memonitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri An. W, memberikan pendidikan kesehatan cuci tangan pakai sabun
dan 6 langkah cuci tangan pakai sabun, mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan bersama Ny J dan anak M, menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan tubuh (mandi, keramas, menggosok gigi) secara mandiri
kepada An. W bersama Ny J, bersama Ny J memfasilitasi alat untuk mandi,
keramas, menyikat gigi, menjelaskan kembali kepada anak alat alat yang
digunakan untuk mandi, keramas, menyikat gigi, menjelaskan peraturan
yang harus dipatuhi oleh An. W saat mandi, keramas, menyikat gigi,
bersama An. W melakukan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi,
memberikan pujian untuk kemampuan anak dalam melakukan perawatan
diri mandi, \keramas, menyikat gigi, mengevaluasi perasaan anak setelah
melakukan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, mengevaluasi
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, menjelaskan kembali
pentingnya menjaga kebersihan diri kepada An. W, melakukan kembali
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, mengevaluasi pengetahuan
dan kemampuan An. W melakukan perawatan diri secara mandiri,
memberikan pujian kepada An. W atas kemampuan, menjelaskan manfaat
dan cara perawatan kuku, melakukan perawatan kuku pada An. W,
mengevaluasi perasaan An. W setelah dilakukan perawatan kuku,
menganjurkan An. W melakukan perawatan kuku 1 x seminggu diawasi Ny
J, memberikan pujian kepada An. W, menjelaskan manfaat berdandan

Poltekkes Kemenkes Padang


108

berhias diri secara mandiri, bersama Ny J menyediakan cermin dan sisir,


melakukan berdandan berhias diri menyisir rambut secara mandiri, memberi
pujian kepada An. W atas kemampuannya, mengevaluasi perasaan anak
setalah menyisir rambut, menganjurkan anak menyisir rambut setiap selesai
mandi, menjelaskan manfaat tata cara makan dan minum yang baik,
memperagakan tata cara makan dan minum yang baik bersama anak.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Kesiapan peningkatan koping


keluarga membangun hubungan pribadi dengan anak dan anggota keluarga
yang akan terlibat dalam perawatan, mengidentifikasi kemampuan anggota
keluarga untuk terlibat dalam perawatan anak M, mengidentifikasi harapan
anggota keluarga untuk anak, monitor struktur dan peran keluarga,
mengidentifikasi persepsi anggota keluarga mengenai situasi, peristiwa
yang tidak diinginkan, perasaan dan perilaku anak M, mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan anak dengan anggota keluarga, mendengarkan
kekhawatiran, perasaan dan pertanyaan dari keluarga, mengidentifikasi sifat
dukungan spiritual bagi keluarga, menghargai dan mendukung mekanisme
koping adaptif yang digunakan keluarga, melibatkan anggota keluarga dan
anak dalam membuat keputusan terkait perawatan, memberikan pendidikan
kesehatan kepada orang tua mengenai cara berinteraksi dengan penyandang
disabilitas intelektual , mendorong Ny N dan anak M serta anggota keluarga
untuk bersikap asertif dalam berinteraksi, mndorong Ny N untuk fokus pada
setiap aspek positif dari situasi anak M, mendiskusikan bersama Ny N jenis
perawatan dirumah yang sesuai dengan kondisi anak M, melakukan kontrak
waktu pertemuan selanjutnya, melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan
bersama Ny N, anak M dan adik adiknya, evaluasi kemampuan anak M
bersama keluarga dalam mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan,
memberikan pujian kepada Anak M mengulang 6 langkah cuci tangan,
memonitor keterlibatan anggota keluarga dalam demonstrasi 6 langkah cuci
tangan, mendiskusikan jenis perawatan di rumah bersama Ny N dan An M,
membantu keluarga untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan alat
yang diperlukan untuk mendukung keputusan terhadap perawatan anak,
bersama Ny N memfasilitasi perawatan An M di rumah, mengevaluasi

Poltekkes Kemenkes Padang


109

kemampuan An M dan perasaan setelah dilakukan perawatan diri bersama


Ny N, mengevaluasi kemampuan An M dan perasaan setelah dilakukan
perawatan diri bersama Ny N pada pertemuan sebelumnya, menyediakan Ny
N dan An. M pilihan pilihan yang raelistis mengenai aspek perawatan,
memberi dukungan terhadap sikap anak M terkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perassaan ketidakberdayaan pada
An.M bersama Ny N, menjadwalkan peninjauan kembali untuk
mengevaluasi keberhasilan atau kebutuhan penguatan pada keluarga.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi respon yaitu membangun hubungan
saling percaya bersama keluarga Ny N dan anak M, melakukan kontrak
waktu, mengkaji riwayat tumbuh kembang anak, mengidentifikasi faktor-
faktor personal yang berdampak pada keberhasilan program pendidikan,
mengkaji dengan keluarga dalam rangka mendapatkan informasi mengenai
kondisi kognisi dasar anak M, mengatur batasan bersama anak M, mengkaji
tingkat Penerimaan orangtua terkait dengan perannya untuk menyediakan
perawatan, berinteraksi personal dengan anak M, memberikan pendidikan
kesehatan kepada orang tua mengenai cara berinteraksi dengan penyandang
disabilitas intelektual, mendiskusikan strategi dalam mengelola perilaku
anak, memotivasi orang tua untuk mencoba strategi berbeda dalam
mengasuh anak, memonitor interaksi keluarga dengan anak M,
menggunakan suara bicara yang lembut dan rendah, menyediakan media
dalam bentuk video untuk melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan,
melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan bersama Ny N dan anak M
beserta saudaranya sambil bernyanyi, meminta anak M untuk
mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara mandiri sambil diiringi
dengan bernyanyi, menyediakan kertas bergambar beserta ilustrasi gambar
dan pewarna bersama Ny N, membantu dan mendorong anak M memilih
pewarna yang di pakai untuk gambar sesuai dengan ilustrasi secara mandiri,
mengevaluasi hasil mewarnai anak M bersama Ny N, memberikan pujian
kepada anak M atas hasil usahanya, mengajarkan anak untuk mencari
bantuan dari orang lain ketika sangat membutuhkan, melakukan terapi

Poltekkes Kemenkes Padang


110

bermain assosiative play bernyanyi bersama An. M, An. N dan An. F,


mengajari anak untuk melakukan tindakan “berhenti dan berfikir” sebelum
bertindak secara impulsif, bantu anak memilih tindakan yang paling
menguntungkan, membantu anak menulis sebuah kalimat secara mandiri,
membantu anak mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam suatu
hubungan interpersonal berteman, melakukan terapi bermain : dramatic play
(bermain peran), Mendukung anak untuk mengekspresikan diri, membantu
anak belajar berhitung dengan menggunakan lidi.Pada An W yaitu
membangun hubungan saling percaya bersama keluarga Ny J dan An. W,
melakukan kontrak waktu, mengidentifikasi faktor-faktor personal yang
berdampak pada keberhasilan program pendidikan, mengkaji dengan
keluarga dalam rangka mendapatkan informasi mengenai kondisi kognisi
dasar An. W, mengatur batasan bersama An. W, mengkaji tingkat
penerimaan orangtua terkait dengan perannya untuk menyediakan
perawatan, berinteraksi personal dengan An. W, memberikan pendidikan
kesehatan kepada orang tua mengenai cara berinteraksi dengan penyandang
disabilitas intelektual, mendiskusikan strategi dalam mengelola perilaku
anak, memotivasi orang tua untuk mencoba strategi berbeda dalam
mengasuh anak, memonitor interaksi keluarga dengan anak W,
menggunakan suara bicara yang lembut dan rendah, menyediakan media
dalam bentuk video untuk melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan,
melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan bersama Ny J dan anak M
beserta saudaranya sambil bernyanyi, meminta An. W untuk
mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara mandiri sambil diiringi
dengan bernyanyi, menyediakan kertas bergambar beserta ilustrasi gambar
dan pewarna bersama Ny J, membantu dan mendorong An. W memilih
pewarna yang di pakai untuk gambar sesuai dengan ilustrasi secara mandiri,
mengevaluasi hasil mewarnai An. W bersama Ny J, memberikan pujian
kepada An. W atas hasil usahanya, mengajarkan anak untuk mencari
bantuan dari orang lain ketika sangat membutuhkan, melakukan terapi
bermain games bersama An. W dan peneliti, mengajari anak untuk
melakukan tindakan “berhenti dan berfikir” sebelum bertindak secara

Poltekkes Kemenkes Padang


111

impulsif, bantu An. W memilih tindakan yang paling menguntungkan,


membantu anak menulis sebuah kalimat secara mandiri, membantu anak
mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam suatu hubungan interpersonal
berteman, melakukan terapi bermain : dramatic play (bermain peran),
mendukung anak untuk mengekspresikan diri, membantu anak belajar
berhitung dengan menggunakan lidi.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial, yaitu:
menjelaskan tujuan interaksi, menunjukkan ketertarikan pada anak,
memonitor perilaku An. W, mendorong anak untuk mengekspresikan
perasaan, mendengarkan An. W mengekspresikan perasaan, mendorong
anak untuk mengekspresikan perasaan, memonitor perilaku An. W, meminta
An. W untuk mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara mandiri,
memberikan pujian atas kemampuan An. W, menggunakan perilaku non
verbal untuk memfasilitasi komunikasi, menggunakan teknik diam dan
mendengarkan saat An. W mengekspresikan perasaan, memberikan umpan
balik kepada anak, mengajarkan anak untuk mencari bantuan dari orang lain
ketika sangat membutuhkan, Melakukan terapi bermain games bersama An.
W dan peneliti, Mengajari anak untuk melakukan tindakan “berhenti dan
berfikir” sebelum bertindak secara impulsif, membantu An. memilih
tindakan yang paling menguntungkan,m memberi pujian terhadap usaha
anak, melakukan terapi bermain cooperative play bersama An. W, An. W
dan siswa kelas 4, memberikan latihan orientasi mengenai, nama lengkap,
nama panggilan, tanggal, dan tempat, memonitor perilaku anak selama
terapi, mengidentifikasi dan mengkoreksi kesalahan orientasi anak, meminta
Anak untuk mengulang kembali orientasi yang disampaikan oleh temannya,
mendukung anak untuk mengekspresikan diri saat melakukan terapi bermain
dramatic play, melakukan terapi bermain cooperative play bersama An. W,
An. A, memberikan latihan orientasi mengenai, nama lengkap, nama
panggilan, tanggal, dan tempat, melatih An. W membaca, mengevaluasi
latihan membaca, melatih Anak membaca.

Poltekkes Kemenkes Padang


112

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual.

Analisa peneliti terhadap implementasi pada anak retardasi mental sama


dengan teori. Pada partisipan 1 terapi bermain yang dilakukan pada saat di
rumah menggunakan . Sedangkan pada partisipan 2 terapi bermain games.

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual. Semua anak yang
mengalami retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap
tumbuh kembangnya .

Menurut Utaminingsih (2015), tujuan penatalaksanaan untuk anak dengan


retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin.

Analisa peneliti terhadap implementasi keperawatan yang dilakukan pada


anak retardasi mental sesuai dengan teori. Tujuan implementasi anak
retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
supaya dapat membantu anak berfungsi senormal mungkin serta dalam
perawatan anak retardasi mental juga harus dilakukan monitoring tumbuh
kembangnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan


dilaksanakan selama 10 hari melakasanakan asuhan keperawatan.

Hasil evaluasi dari diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan perubahan


fungsi kognitif pada partisipan 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10
hari ditandai: Ny N meminta agar ikut membantu menutup dan mengunci
pagar rumah jika ada anggota keluarga keluar dan masuk rumah, Guru SLB
meminta agar menutup pagar sekolah jika ada yang keluar masuk, Guru

Poltekkes Kemenkes Padang


113

SLB meminta mengawasi anak anak agar tidak bermain dengan berlebihan,
Pagar rumah Ny N tampak tidak terkunci, Pagar SLB tampak sering
terbuka,Siswa siswa di SLB tampak bermain dengan berlebihan. Pada
partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Guru
SLB meminta agar menutup pagar sekolah jika ada yang keluar masuk,
Guru SLB meminta mengawasi anak anak agar tidak bermain dengan
berlebihan, Pagar sekolah tampak tertutup

Hasil evaluasi dari diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan


gangguan psikologis retardasi mental pada partisipan 1 setelah dilakukan
tindakan keperawatan 10 hari ditandai, Ny N mengatakan anak M dapat
melakukan dan menjadwalkan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi
secara mandiri, Ny N mengatakan anak M dapat menyisir rambut sendiri
dengan rapi, Ny N mengatakan anak M dapat makan secara mandiri, Anak
M tampak bersih dan rapi, Anak M tampak bisa melakukan tatacara makan
dan minum. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10
hari ditandai: Ny J mengatakan An. W dapat melakukan dan menjadwalkan
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi secara mandiri, Ny J
mengatakan An. W dapat menyisir rambut sendiri dengan rapi, Ny J
mengatakan An. W dapat makan secara mandiri, An. W tampak bersih dan
rapi, An. W tampak bisa melakukan tatacara makan dan minum

Hasil evaluasi dari diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga pada


partisipan 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Ny N
mengatakan An.M telah bisa melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa
dibantu, dapat menjadwalkan untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri. An M dapat memperagakan cara perawatan diri mandi, keramas,
menyikat gigi, menyisir rambut, tata cara makan dan minum secara mandiri.
Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai:
Ny J mengatakan An. W telah bisa melakukan perawatan diri secara mandiri
tanpa dibantu , Ny J mengatakan An. W dapat menjadwalkan untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri, An. W dapat memperagakan cara

Poltekkes Kemenkes Padang


114

perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, menyisir rambut, tata cara
makan dan minum secara mandiri

Hasil evaluasi dari diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan


dengan inkonsistensi respon pada partisipan 1 setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 hari pada An. M ditandai Guru An M mengatakan
kemampuan menulis dan berhitung masih harus di latih, An. M tampak
menulis secara mandiri An M tampak berhitung masih menggunakan alat
bantu dengan lidi. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan
10 hari ditandai: Guru An. W mengatakan kemampuan menulis dan
berhitung masih harus di latih, An. W tampak menulis secara mandiri, An.
W tampak berhitung masih menggunakan alat bantu dengan lidi

Hasil evaluasi dari diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan


dengan hambatan individu dalam hubungan sosial pada partisipan 1 setelah
dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Guru mengatakan An M
sulit belajar membaca IQRA’, An M tampak kesulitan membaca dan
mengingat huruf IQRA’. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 hari ditandai : Guru mengatakan An. W sulit belajar
membaca IQRA’ O: An. W tampak kesulitan membaca dan mengingat huruf
IQRA’

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual.

Menurut Utaminingsih (2015), tujuan penatalaksanaan untuk anak dengan


retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin.

Berdasarkan analisa peneliti evaluasi keperawatan pada anak retardasi


mental yang ditemukan pada kedua partisipan sama dengan teori. Pada
kedua partisipan perlu diberikan terapi dan stimulasi kognitf beserta latihan

Poltekkes Kemenkes Padang


115

secara mandiri terus menerus dengan sangat dibutuhkannya peran dari


keluarga dan lingkungan sekitar.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 An.M
dengan retardasi mental sedang dan partisipan 2 An. W dengan retardasi
mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota Padang, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada An.M didapatkan anak memiliki IQ 50, serta
memiliki keterbatasan lainnya seperti berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, keterampilan sosial dan An.W didapatkan
didapatkan anak memiliki IQ 48, serta memiliki keterbatasan lainnya
seperti berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan
sosial.
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul
pada An. M dan An.W, yaitu: Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon, Kesiapan peningkatan koping keluarga,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah
yang ditemukan pada An.M dan An.W yaitu bimbingan antisipatif,
manajemen perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan
perkembangan: anak, latihan kontrol impuls, pendidikan orangtua:
keluarga yang membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, mendengar aktif, latihan
memori, bantuan perawatan diri, manajemen lingkungan: keselamatan,
pencegahan jatuh.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 28
Maret- 6 April 2018. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.

116
Poltekkes Kemenkes Padang
117

5. Evaluasi tindakkan keperawatan yang dilakukan selama sepuluh hari


dalam bentuk SOAP. Diagnosa keperawatan pada An.M yaitu Risiko
cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif teratasi sebagian
pada hari ke sepuluh, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon teratasi sebagian pada hari ke sepuluh,
Kesiapan peningkatan koping keluarga teratasi pada hari ke sembilan,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental teratasi sebagian pada hari ke
sepuluh, Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
teratasi sebagian pada hari ke sepuluh. Pada An.R diagnosa Gangguan
tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon teratasi
sebagian pada hari ke sepuluh, Kesiapan peningkatan koping keluarga
teratasi pada hari ke sepuluh, Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial,
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
retardasi mental teratasi sebagian pada hari ke sepuluh.
B. Saran
1. Bagi SLB Kasih Ummi Kota Padang
Saran peneliti kepada pihak sekolah agar lebih menyediakan fasilitas
dalam melakukan terapi bermain pada anak dalam usaha meningkatkan
fungsi kognitif dan adaptasi sosial sesuai dengan perkembangan pada
usia sekolah serta memperhatikan fasilitas untuk mencegah terjadinya
resiko cedera pada anak retardasi mental seperti kecelakaan saat
bermain dan kecelakaan lalu lintas di depan sekolah.

2. Keluarga
Saran peneliti bagi keluarga agar lebih memperhatikan kebutuhan
dalam meningkatkan perkembangan anak seperti: alat permainan yang
dapat meningkatkan kemampuan personal sosial, motorik halus,
motorik kasar, bahasa dan perlu adanya kerjasama antar anggota
keluarga serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar anak yang

Poltekkes Kemenkes Padang


118

dapat meningkatkan perkembangan anak, sehingga anak dapat hidup


mandiri dan berperan di masyarakat.

3. Peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami anak dengan retardasi mental khususnya dalam
perkembangannya meliputi kemampuan personal sosial, adaptif
motorik halus, bahasa, motorik kasar dan mampu bekerja sama dengan
baik dengan keluarga dan guru agar implementasi keperawatan yang
dijalankan dapat terlaksana dengan baik.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. & Kliegman. R. M. 2010. Nelson Esiensi Pediatri Edisi 4.


Jakarta: EGC
Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Mahasiswa Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC),
6th edition. United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. 2017. Jumlah Anak
Berkebutuhan Khusus Sumatera Barat Tahun 2017. Padang: Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Barat
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Hull, David & Johnston, D. I. 2008. Dasar- Dasar Pediatri Edisi 3.
Jakarta: EGC
Iswari, Mega & Nurhastuti. 2010. Anatomi Fisiologi dan Neorologi Dasar
(Dasar- dasar Ilmu Faal dan Saraf untuk PLS). Padang: UNP Press
Liyana, Nina, Muhariati, Metty & Rusilanti. (2014). Jurnal Kesejahteraan
Keluarga dan Pendidikan. Perbandingan pola asuh belajar anak tunagrahita
mampu didik berdasarkan status ekonomi orang tua. 20 juni 2018.
http://scholar.google.com.pe/citations?user=GEdLYt4AAAAJ&hl=es
Moohead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition.
United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Muliana. (2013). Hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian anak
retardasi mental sedang di SLB Negeri tingkat Pembina Provinsi
Sulawesi Selatan Makasar. 20 juni 2018
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3172/1/mulianan.pdf&sa=U&ved
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Na’imah Tri, Nur’aeni & Septiningsih, Dyah Siti. (2017). Jurnal psikologi
undip. Orientasi happiness pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita
ringan. 22 Desember 2017 https://google.co.id/search/client=ucweb-b-
bookmark&q=Jurnal+dampak+retardasi+mental+2017&oq=jurnal+dampa
k+retardasi+mental+2017&aqs=mobile-gws-lite
Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Poltekkes Kemenkes Padang


Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku ajar: keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Perendrawati, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Sosiodrama Terhadap Keterampilan
Komunikasi Non Verbal Pada Anak Retardasi Mental Ringan Di SLB X
Kota Cirebon. 26 Desember 2017.
https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q=Jurnal+pen
atalaksanaan+keperawatan+retardasi+mental+2015&oq=Jurnal+penatalaksa
naan+keperawatan+retardasi+mental+2015&aqs=mobile-gws-lite
Perry & Potter 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Praptono, dkk. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus SPIRIT Edisi 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Journal of Maternal and Child Health. 2017. Factor Affecting the Occurrence of
Mental Disability in Ponorogo District, East Java. 3 Januari 2018
http://www.thejmch.com/index.php?journal=thejmch&page=article&op=do
wnload&path%5B%5D=62path%5B%5D=67
Sari, S. P. (2017). Jempol Mahasiswa Rancangan Program Tingkatkan Motorik
Halus Anak Tunagrahita. 14 Desember 2017.
https://news.okezone.com/read/2017/08/25/65/1762937/jempol-mahasiswa-
rancang-program-tingkatkan-motorik-halus-anak-tunagrahita
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1. Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
Sekolah Luar Biasa Kasih Ummi Kota Padang. 2017. Data Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang 2017. Padang: SLB Kasih Ummi
Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suryani, Eko & Badi’ah, Atik. Katalog Dalam Terbitan. Asuhan Keperawatan
Anak Sehat & Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016. Tentang Penyandang
Disabilitas.14 Desember 2017. http://www.kemendagri.go.id/media/docu
ments/2016/05/11/u/u/uu_nomor8_tahun_2016.pdf
Utaminingsih, W. R. 2015. Menjadi Dokter Bagi Anak Anda Mengenali &
Mencegah Sedini Mungkin Serangan Penyakit & Gangguan
Kesehatan pada Anak. Yogyakarta: Cakrawala ilmu
WHO. 2013. Disability In the South East Asian Region. Geneva: WHO.
Wong, D.L, dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
Wardani, Retno Hamidah, Azza, Awatiful & Komarudin. (2015). Jurnal
Keperawatan Fikes Umj. Pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri

Poltekkes Kemenkes Padang


terhadap kemandirian perawatan diri anak retardasi mental di SDLB-C TPA
Kabupaten Jember. 20 juni 2018.
http://digilib.unmuhjember.ac.id/download.php?id=3372
Wulandari, Dwi, Nelvia & Saputra, Dwi. (2018). Jurnal Keperawatan Silampari.
Pengaruh permainan puzzle terhadap kemampuan beradaptasi sosial siswa
retardasi mental. 20 juni 2018
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/download/80/56
Wulandari, Rany Agustin, Soeharto, Setyawati & Setyoadi. (2016). Jurnal ilmu
keperawatan. Pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap harga diri
rendah dan beban keluarga dengan anak retardasi mental. 26 Desember
2017
http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/97/130 .
Yuemi, Citra Praha, Mundakir.2015. Terapi Okupasi: Diorama Gambar
Terhadap Kemampuan Motorik Halus pada Anak Retardasi Mental
Ringan.26 Desember 2017.
http://fik.um-surabaya.ac.id/sites/default/files/Artikel%209_1.pdf

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Hari Tanggal Jam
Waktu Pengkajian
Rabu 28 Maret 2018 15.00

Sekolah : SLB KASIH UMMI KOTA PADANG


Sumber informasi : ORANG TUA/ IBU
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. M
Tanggal lahir / Umur 1 MEI 2007 / 11 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke/ jumlah saudara 1/2
Diagnosa Medis Retardasi Mental
2. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. N Tn. A
Umur 35 tahun 35 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Melayu Melayu
Pendidikan Sarjana / S.1 Sarjana / S.1
Pekerjaan PNS PNS
Alamat Jalan Telanai Pura F.12 Jalan Telanai Pura F.12
Kelurahan Surau Gadang Kelurahan Surau Gadang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


Nama Usia Jenis Hub.dg
No Pendidikan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin KK
1 Tn. A 35 tahun Laki- Laki Kepala Sarjana Ayah
Keluarga
2 Ny. N 35 tahun Perempuan Istri Sarjana Ibu
3 An. M 11 tahun Laki- Laki Anak - Klien
4 An. N 9 tahun Laki- Laki Anak Tk Adik Klien
5 An. F 6 tahun Perempuan Anak - Adik Klien
6 Tn. E 68 tahun Laki- laki Kakek Smp Kakek Klien
7 Ny. S 65 tahun Perempuan Nenek Sd Nenek Klien
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny N mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun
dengan kata- kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak jelas. An M tampak sering
tersenyum, susah berkata kata, sering ingin bermain, rambut tidak rapi, rongga mulut kurang
bersih, beberapa gigi mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari
kaki tampak panjang dan kotor. An M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika
mandi. IQ An. M: 50. An. M tampak ketika keluar rumah, tidak menyadari akan keadaan
bahaya.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ny N mengatakan selama hamil An M tidak ada gejala abnormal dan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur oleh dokter. Ny N mengatakan melahirkan An M secara section
caesaria, dikarenakan mengalami plasenta bawah. Ny N mengatakan An M di berikan suntik Vit

Poltekkes Kemenkes Padang


K dan langsung disusui dengan ASI. Ny N mengatakan An M mendapat imunisasi lengkap. Ny
N mengatakan An M tersenyum pertama kali pada usia 3 bulan, berguling pada usia 5 bulan,
duduk pada usia 1 tahun, merangkak pada usia1,5 tahun, berdiri pada usia 2 tahun, bicara
pertama kali pada usia 3 tahun dengan kata”mama, papa”, berjalan pada umur 4 tahun,
berpakaian tanpa bantuan 4 tahun. An M memiliki riwayat jatuh pada umur 3 bulan. Setelah
jatuh an M menjadi kurang aktif dalam bergerak dan mengalami keterlambatan perkembangan.
Ny N membawa an. M pergi ke dokter spesialis anak untuk diperiksa. An. M pada usia 2 tahun
menjalani terapi motorik selama 5 bulan di RSUP Dr.M.Djamil. Selanjutnya terapi dilakukan di
rumah selama 1 tahun. Pada usia 5 tahun An M menjalani terapi bicara selama 2 bulan dan juga
melakukan tes IQ, didapatkan hasil tes IQ An M rendah. An M langsung dimasukkan ke SLB
Kasih Ummi pada tahun 2014 pada usia 7 tahun. An M mulai kembali aktif dan mencoba
melakukan personal hygiene secara mandiri ketika berada di kelas 3 yang berumur 9 tahun pada
tahun 2016.
a. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan Dokter
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Tidak ada
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 1 Mei 2017
BBL / PBL 3.100 gr / 52 cm
Usia gestasi saat lahir 37 mg
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, sebutkan Plasenta bawah
c. Post natal (24 jam)
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny N mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan perkembangan retardasi
mental seperti yang dialami An M
Genogram

฀ : Laki-laki O: Perempuan
Ket :

฀/O : Meninggal
©/฀ : Klien

: Menikah
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio Lengkap sesuai usia
Hepatitis B
Campak

Poltekkes Kemenkes Padang


IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat :
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 1 tahun
3. Merangkak : 1,5 tahun
4. Berdiri : 2 tahun
5. Berjalan : 4 tahun
6. Tersenyum pertama kali pada orang tua : 3 bulan
7. Bicara pertama kali (satu kosa kata) : 3 tahun kata yang di ucapkan
“mama,papa”
8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun

Kesimpulan :
An. R mengalami keterlambatan perkembangan
V. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditempati oleh keluarga bapak A merupakan rumah sendiri yang diwariskan
dari orang tua Ibu N. Bentuk rumah Bpk A yaitu permanen dengan atap seng, lantai
keramik. Ukuran rumah 15 x 10 m. Rumah mempunyai ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar
tidur, ruang makan, dapur, wc, kamar mandi,teras depan rumah, pagar dan garasi mobil. Alat
alat rumah tangga tampak tidak rapi , peralatan belajar dan seragam sekolah anak M
berserakkan, pagar rumah tidak terkunci.
Denah Rumah Ny N

Dapur Kamar Tidur Kamar Tidur

Ruang Ruang Keluarga P


Makan a
Kamar g
Tidur a
Ruang Tamu r
Kamar
Mandi WC

2. Sampah : dibuang di TPA dan diangkut


setiap pagi oleh petugas
3. Jamban : di dalam rumah
4. Pekarangan : sempit dan telah di beton
5. Sumber air : PDAM
6. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : jarang sekali
7. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW
Lingkungan An M tinggal terbilang cukup padat karena rumah dempet-dempet antara
satu rumah dengan yang lainnya. Masyarakat tempat tinggal An M terlihat rukun.
8. Interaksi dengan Masyarakat
Interaksi keluarga Bapak A dengan tetangga jarang dilakukan, tetangga jarang
berkunjung ke rumah untuk mengobrol dan teman-teman dari An.W sering main
kerumah untuk bermain dengan An.W.

Poltekkes Kemenkes Padang


VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : 15
b. Tanda Vital Suhu : 37 oC RR : 27 x/m HR : 88 x/m
c. Posture BB : 34 kg TB : 144 cm
Cara berjalan An M tidak mengalami gangguan
d. Kepala Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Lingkar kepala : 29 cm
Benjolan : tidak ada
Data lain : An M memiliki rambut berwarna hitam,
lebat, pertumbuhan rambut merata,
karakteristik rambut keriting dan tidak rapi.
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Data lain : mata An M terlihat bersih
f. Hidung Letak : Simetris
Pernapasan cuping hidung : Tidak
Kebersihan : Bersih
Data lain : fungsi penciuman baik
g. Mulut Gigi : 212 212
212 212
Kebersihan rongga mulut : tidak bersih
Data lain : ada karies gigi
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada, pergerakan
dinding dada saat inspirasi dan eskpirasi sama
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi :
Lingkar dada : 56 cm
- Jantung Inspeksi : iktus kordis terlihat
Auskultasi : irama jantung reguler
Palpasi : Iktus cordis teraba 2 jari medial midclavikula
RIC V
Perkusi :
k. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi abdomen (-), tidak ada
nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)
Lingkar perut : 62 cm
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban : Lembab
Warna : Merah muda
Data lain : kulit An M bersih dan berwarna sawo matang
m.Ekstremitas Lingkar lengan atas : 16 cm
Atas Capillary refill : < 3 dtk
Data lain yang ditemukan : kuku jari tangan tampak panjang dan

Poltekkes Kemenkes Padang


kotor
n. Ekstremitas kuku jari kaki tampak panjang dan kotor
Bawah
o. Genitalia Laki-laki
Bentuk : Normal
Ukuran penis : Normal
2) Temperamen dan daya Easy child
adaptasi Karakteristik santai
Temperamen mudah
Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi
Mudah beradaptasi terhadap perubahan
3) Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi dan Makan : Minum :
cairan Jenis : makanan biasa (nasi, Jenis : Air mineral
lauk, sayur, tahu,
tempe)
Jumlah : 1 porsi Jumlah : 1 gelas
Frekuensi : 3 x / hari Frekuensi : 8 kali/ hari
Pola makan : teratur
b. Status gizi Normal
c. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : teratur Pola tidur : teratur
Jumlah jam tidur : 2 jam/hari Jumlah jam tidur : 10 jam/hari
d. Eliminasi BAK : Frek : 5 kali / hari Warna : kekuningan
BAB : Frek : 1 kali / hari Warna : kuning
Konsistensi : lunak
Latihan BAK/BAB di toilet : ya
e. Personal Frekuensi Mandi : 2 x/hr
higiene
Cuci rambut : 5 x/mg
Sikat gigi : 2 x/hr
Masalah : An M mandi masih kurang bersih dan
sering bermain air ketika mandi
f. Aktivitas An M bermain bersama saudara di dalam rumah, sedangkan
bermain bermain bersama teman jika teman berkunjung ke rumah An M dan sesekali
bermain di luar rumah
g. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur
VI. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Bapak A merupakan Pegawai Negeri Sipil guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama di
Kabupaten Pesisir Selatan dan ibu N merupakan Pegawai Negeri Sipil guru di Salah satu
Sekolah Menengah Kejuruan di kota Padang. Pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan ±
Rp.6.500.000 . Pendapatan ini didapat dari gaji bapak A ± Rp.3.000.000 dan gaji ibu N ±
Rp.3.500.000. Penghasilan keluarga bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari
VII. Harapan Keluarga

Keluarga Bpk. A mengharapkan anak M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri seperti
orang normal pada umumnya. Keluarga bapak A juga mengharapkan agar petugas kesehatan
dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.

Perawat Yang Melakukan


Pengkajian

(HABIBI)
Nama lengkap & tanda
tangan

ANALISIS DATA

Nama Klien : An M

NO Data Penyebab Masalah

1. Data Subjektif : Inkonsistensi respon Gangguan tumbuh


Ny N mengatakan an M mengalami kembang
keterlambatan perkembangan dan
kurang aktif semenjak jatuh pada
usia 3 bulan
Data Objektif :
An. M tampak susah dalam
menyampaikan pendapat baik dalam
tulisan maupun dengan kata- kata,
sulit berkonsentrasi, suka bermain,
suka menanggapi orang dengan
senyuman, berbicara tidak jelas, IQ
An. M: 50
2 Data Subjektif : Kesiapan peningkatan
Ny N berharap An M dapat merawat koping keluarga
diri dan hidup secara mandiri seperti
orang normal pada umumnya
Data Objektif :
Nn N tampak antusias dalam
melakukan asuhan keperawatan pada
An M di rumah
3 Data Subjektif : Hambatan individu Gangguan komunikasi
Ny N mengatakan An. M susah dalam hubungan sosial verbal
dalam menyampaikan pendapat baik
dalam tulisan maupun dengan kata-
kata, suka menanggapi orang dengan
senyuman
Data Objektif :
An M menanggapi pertanyaan
dengan senyuman dan hanya
menjawab antara “iya” dan “tidak”
4 Data Subjektif : Gangguan psikologis Defisit perawatan diri
Ny N mengatakan An M mandi retardasi mental
masih kurang bersih dan sering
bermain air ketika mandi.
Data Objektif :
An M tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang dan
kotor, kuku jari kaki tampak panjang

Poltekkes Kemenkes Padang


dan kotor.
5 Data Subjektif : Perubahan fungsi Risiko cidera
Ny N mengatakan An M sulit kognitif
berkonsentrasi, suka bermain, suka
mengganggu adik adiknya
Data Objektif :
An M tampak sering ingin bermain
An. M tampak ketika keluar rumah,
tidak menyadari akan keadaan
bahaya.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An M

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Muncul Tanda Tangan

1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan 28 maret 2018


dengan inkonsistensi respon
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga 28 maret 2018
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan 28 maret 2018
dengan hambatan individu dalam hubungan
sosial
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan 28 maret 2018
gangguan psikologis retardasi mental
5. Risiko cidera berhubungan dengan 28 maret 2018
perubahan fungsi kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An M

Diagnosis Intervensi Keperawatan


No
Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif
tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling percaya
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Bantu klien memutuskan
dengan keperawatan diharapkan bagaimana masalah dipecahkan
inkonsistensi perkembangan anak: usia 3. Bantu klien beradaptasi dengan
respon anak pertengahan adekuat, adanya perubahan peran
dengan kriteria hasil: 4. Jadwalkan peninjauan kembali
1. Menunjukkan untuk mengevaluasi keberhasilan
kreatifitas (4) atau kebutuhan penguatan
2. Menunjukkan 5. Libatkan keluarga dan orang orang
kemampuan pada terdekat klien
tingkat mampu di b. Manajemen perilaku
sekolah (4) 1. Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
Keterangan: mendapatkan informasi mengenai
(4) : Sering kondisi kognisi dasar anak
menunjukkan 2. Atur batasan bersama anak
3. Tahan diri dari mendebat atau
melakukan tawar menawar pada
anak untuk menetapkan batasan

Poltekkes Kemenkes Padang


perilaku
4. Gunakan suara bicara yang
lembut dan rendah
5. Acuhkan perilaku yang tidak tepat
6. Berikan penghargaan apabila
anak dapat mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya berkaitan
dengan masalah interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil yang
diinginkan dalam suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi kemungkinan
tindakan dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/ sosialnya
5. Identifikasi keterampilan sosial
yang spesifik yang akan menjadi
fokus latihan
6. Bantu anak untuk mengidentifikasi
langkah langkah dalam
berperilaku dalam rangka
mencapai keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran dalam
setiap langkah berperilaku
8. Berikan umpan balik bagi anak
jika mampu menunjukkan
kemampuan keterampilan sosial
yang ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat penerimaan
pengasuh terkait dengan perannya
untuk menyediakan perawatan
2. Membuat pernyataan positif pada
caregiver terhadap upaya yang
telah dilakukan
3. Menyediakan dukungan untuk
pengambilan keputusan caregiver
4. Monitor interaksi keluarga dalam
permasalahan berkaitan dengan
anak
5. Mengajarkan caregiver mengenai
pemberian terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
6. Diskusikan mengenai keterbatasan
yang dimilki caregiver kepada
anak
7. Memberikan dukungan kepada
caregiver selama anak
menunjukkan kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Bangun hubungan saling percaya
dengan anak
2. Lakukan interaksi personal dengan
anak
3. Identifikasi kebutuhan unik setiap
anak dan tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling percaya
dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua mengenai
tingkat perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada orangtua
mengenai kegiatan yang
mendukung tumbuh kembang
anak
7. Bantu integrasi anak dengan
kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh sesuai
dengan bahasa verbal
9. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi diantara
anak anak
10. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri melalui
penghargaaan yang positif atau
umpan balik yang baik
11. Bangun suasana yang aman bagi
anak untuk belajar dan
bereksplorasi
12. Ajarkan anak untuk mencari
bantuan dari orang lain ketika
anak memang memerlukan
bantuan
13. Bantu anak untuk belajar mandiri
14. Ajarkan anak untuk menuliskan
nama/ mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya, sesuai
kebutuhan
15. Berikan kesempatan mendukung
aktivitas motorik
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan masalah
yang tepat sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan fungsi
kognitif
2. Bantu anak untuk mengidentifikasi
masalah
3. Ajari anak untuk melakukan
tindakan “berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara impulsif
4. Bantu anak mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Bantu anak untuk mengevaluasi
hasil dari serangkaian tindakan
yang sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif terhadap
usaha yang berhasil
8. Bantu anak untuk mengevaluasi
bagaimana hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan perilaku
yang berbeda
g. Pendidikan orangtua: Keluarga
yang membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara perilaku
orang tua dan tujuan yang sesuai
dengan usia anak
2. Identifikasi faktor-faktor personal
yang berdampak pada
keberhasilan program pendidikan
3. Identifikasi mekanisme pertahanan
yang digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
4. Ajarkan orangtua mengenai
fisiologis, emosional, dan
karakteristik perilaku normal anak
5. Berikan sumber Informasi yang
dirancang untuk mengajarkan
orangtua mengenai pengasuhan
anak
6. Berikan orangtua bahan bacaan
dan materi lainnya yang akan
membantu dalam melakukan
peran pengasuhan
7. Tinjau masalah keamanan dengan
orangtua
8. Diskusikan cara yang dapat
digunakan orangtua untuk
membantu anak anak dalam
mengelola kemarahan
9. Motivasi orangtua untuk mencoba
strategi berbeda dalam mengasuh
anak
2 Kesiapan a. Koping keluarga a..Peningkatan Koping
peningkatan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
koping keluarga keperawatan diharapkan 1..Berikan suasana penerimaan
manajemen koping 2..Sediakan informasi aktual
keluarga meningkat, 3..Sediakan anak pilihan-pilihan
dengan kriteria hasil: yang realistis mengenai aspek
1. Menetapkan perawatan
fleksibelitas peran (4) 4..Evaluasi kemampuan anak dalam
2. Menghadapi masalah membuat keputusan
keluarga (4) 5..Dukung kesabaran dalam
3. Mengelola masalah mengembangkan suatu hubungan
keluarga (4) 6..Dukung aktivitas- aktivitas sosial
4. Melibatkan anggota dan komunitas
keluarga dalam 7..Dukung [kemampuan dalam]
pengambilan penerimaan terhadap keterbatasan
keputusan (4) orang lain
5. Mengungkapkan 8..Dukung penggunaan sumber-

Poltekkes Kemenkes Padang


perasaan dan emosi sumber spiritual
secara terbuka 9..Eksplorasi pencapaian anak
diantara anggota sebelumnya
keluarga (4) 10..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon positif
Keterangan: dari orang lain
(4) Sering menunjukkan 11..Dukung verbalisasi perasaan,
persepsi dan rasa takut
b. Fungsi keluarga b. Peningkatan
Setelah dilakukan tindakan Keterlibatan Keluarga
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
keluarga menunjukkan 1..Bangun hubungan pribadi dengan
fungsi keluarga , dengan anak dan anggota keluarga yang
kriteria hasil: akan terlibat dalam perawatan
1. Merawat anggota 2..Identifikasi kemampuan anggota
keluarga yang keluarga untuk terlibat dalam
memiliki perawatan anak
ketergantungan (5) 3..Ciptakan budaya fleksibilitas
2. Mengatur perilaku untuk keluarga
anggota keluarga (4) 4..Tentukan sumber daya fisik,
3. Beradaptasi terhadap emosional ,dan edukasi dari
adanya perkembangan pemberi perawatan utama
transisi (5) 5..Identifikasi defisit perawatan diri
4. Menerima anak
keanekaragaman 6..Identifikasi harapan anggota
diantara anggota keluarga untuk anak
keluarga (5) 7..Dorong anggota keluarga untuk
5. Anggota keluarga membantu dalam
bisa saling mengembangkan rencana
mendukung (5) perawatan, termasuk hasil yang
diharapkan dan pelaksanaan
Keterangan: rencana perawatan
(4) : Sering 8..Monitor struktur dan peran
menunjukkan keluarga
(5) : Secara konsisten 9..Monitor keterlibatan anggota
menunjukkan keluarga dalam perawatan anak
c. Pengetahuan 10..Berikan informasi penting kepada
pengasuhan anggota keluarga mengenai anak
Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan keinginan anak
keperawatan diharapkan 11..Berikan dukungan yang
dapat memahami diperlukan bagi keluarga untuk
pengetahuan membuat keputusan
pengasuhan, dengan 12..Identifikasi persepsi anggota
kriteria hasil: keluarga mengenai situasi,
peristiwa yang tidak diinginkan,
1. Pertumbuhan dan perasaan dan perilaku anak
perkembangan yang 13..Identifikasi stresor situasional
normal (4) lainnya untuk anggota keluarga
2. Perilaku anak yang 14. Identifikasi gejala fisik individu
normal (4) anggota yang terkait dengan stress
3. Kebutuhan psikologi 15..Tentukan tingkat ketergantungan
(3) anak pada anggota keluarga, yang
4. Kebutuhan emosi (3) sesuai untuk usia
5. Kebutuhan stimulasi 16..Identifikasi dan hormati
(5) mekanisme koping yang
6. Kebutuhan untuk digunakan oleh anggota keluarga
bersosialisasi (3) 17..Identifikasi kesulitan koping anak
7. Kebutuhan spiritual dengan anggota keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


(5) 18. Identifikasi kekuatan dan
8. Kebutuhan kemampuan anak dengan anggota
bimbingan moral (5) keluarga
9. Pengelolaan 19..Informasikan faktor-faktor yang
kesehatan umum (5) dapat meningkatkan kondisi anak
10. Metode disiplin pada anggota keluarga
yang sesuai untuk 20..Dorong anggota keluarga untuk
usia perkembangan menjaga atau mempertahankan
(3) hubungan keluarga yang sesuai
11. Strategi komunikasi c. Dukungan Keluarga
yang efektif (4) Tindakan keperawatan:
1..Dengarkan kekhawatiran, perasaan
Keterangan: dan pertanyaan dari keluarga
(3) : Pengetahuan 2..Tingkatkan hubungan saling
sedang percaya dengan keluarga
(4) : Pengetahuan 3..Identifikasi sifat dukungan
banyak spiritual bagi keluarga
(5) : Pengetahuan sangat 4..Hargai dan dukung mekanisme
banyak koping adaptif yang digunakan
keluarga
5..Berikan sumber spiritual untuk
keluarga, sesuai kebutuhan
6..Libatkan anggota keluarga dan
anak dalam membuat keputusan
terkait perawatan
7..Bantu keluarga untuk
mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung
keputusan mereka terhadap
perawatan anak
3 Gangguan a. Orientasi kognitif a. Mendengar aktif
komunikasi Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
verbal keperawatan diharapkan 1. Buat tujuan interaksi
berhubungan dapat melakuakan orientasi 2. Tunjukkan ketertarikan pada anak
dengan kognitif, dengan kriteria 3. Gunakan pertanyaan maupun
hambatan hasil: pernyataan yang mendorong klien
individu dalam untuk mengekspresikan perasaan,
hubungan sosial 1. Mengidentifikasi diri pikiran dan kekhawatiran
sendiri (5) 4. Tunjukkan kesadaran dan rasa
2. Mengidentifikasi sensitif terhadap emosi yang
tempat saat ini (5) ditunjukkan anak
5. Gunakan perilaku non verbal
Keterangan: untuk menfasilitasi komunikasi
(5) : Tidak terganggu 6. Identifikasi tema yang dominan
7. Berespon segera sehingga
b. Kontrol risiko menunjukkan pemahaman
Setelah dilakukan tindakan terhadap pesan yang diterima
keperawatan diharapkan 8. Klarifikasi pesan yang diterima
dapat melakukan dengan menggunakan pertanyaan
pengontrolan risiko, dengan maupun memberikan umpan balik
kriteria hasil: 9. Gunakan teknik diam/
mendengarkan dalam rangka
1. Mengenali faktor mendorong klien untuk
resiko individu (4-5) mengekspresikan perasaan,
2. Mengenali pikiran dan kekhawatiran
kemampuan untuk b. Latihan Memori
merubah perilaku (4- Tindakan keperawatan:

Poltekkes Kemenkes Padang


5) 1. Stimulasi ingatan dengan cara
3. Memonitor faktor mengulangi pemikiran anak yang
risiko dilingkungan terakhir diekspresikan, dengan
(4-5) cara yang tepat
4. Memonitor faktor 2. Implementasikan teknik mengingat
risiko individu (4-5) yang tepat, misalnya permainan
5. Mengembangkan ingatan, mengulang informasi
strategi yang efektif 3. Beri Latihan orientasi, misalnya
dalam mengontrol anak berlatih mengenai informasi
risiko (4-5) pribadi dan tanggal, dengan cara
yang tepat
Keterangan: 4. Berikan kesempatan untuk
(4) : Sering menggunakan ingatan kejadian
menunjukkan yang baru saja terjadi, 5..Monitor
(5) : Secara konsisten perilaku anak selama terapi
menunjukkan 6. Identifikasi dan koreksi kesalahan
orientasi anak
7. Monitor perubahan-perubahan
dalam latihan mengingat
4 Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan diri Aktivitas Sehari- Kebersihan
berhubungan hari Tindakan keperawatan:
dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan budaya anak saat
gangguan keperawatan diharapkan mempromosikan aktivitas
psikologis perawatan diri: aktivitas perawatan diri
retardasi mental sehari- hari secara mandiri, 2. Pertimbangkan usia anak saat
dengan kriteria hasil: mempromosikan aktivitas
perawatan diri
1. Makan (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe terkait
2. Mandi (5) dengan bantuan yang diperlukan
3. Kebersihan (5) 4. Fasilitasi anak untuk menggosok
4. Kebersihan mulut (5) gigi dengan tepat
5. Monitor kebersihan kuku, sesuai
Keterangan: dengan kemampuan merawat diri
(5) : Tidak terganggu anak
6. Monitor integritas kulit anak
7. Jaga ritual kebersihan
8. Dukung orangtua/ keluarga
berpartisipasi dalam ritual
menjelang tidur yang biasa
dilakukan dengan tepat
9. Berikan bantuan sampai anak
benar- benar mampu merawat diri
secara mandiri
b. Bantuan perawatan
diri: pemberian makan
Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam posisi
makan yang nyaman
2. Berikan alat- alat yang bisa
memfasilitasi anak untuk makan
sendiri
3. Gunakan cangkir dengan pegangan
yang besar
4. Gunakan alat makan dan gelas
yang tidak mudah pecah dan tidak
berat, sesuai kebutuhan
5 Risiko cidera a. Pengetahuan : a.Manajemen Lingkungan:

Poltekkes Kemenkes Padang


berhubungan keamanan fisik anak Keselamatan
dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
perubahan fungsi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
kognitif dapat mengetahui kemanan anak berdasarkan fungsi fisik dan
fisik anak, dengan kriteria kognitif serta riwayat perilaku di
hasil: masa lalu
1. Aktivitas yang sesuai 2. Identifikasi hal- hal yang
untuk tingkat usia membahayakan di lingkungan
perkembangan anak anak
(4) 3. Modifikasi lingkungan untuk
2. Strategi untuk meminimalkan bahan berbahaya
mencegah jatuh (4) dan berisiko
3. Strategi untuk 4. Gunakan peralatan perlindungan
mencegah kecelakaan untuk membatasi akses pada
bermain (4) situasi yang membahayakan
4. Surveilans area 5. Monitor lingkungan terhadap
bermain outdoor yang terjadinya perubahan status
tepat (4) keselamatan
6. Edukasi individu dan kelompok
Keterangan : yang berisiko tinggi terhadap
(4) : Pengetahuan bahan berbahaya yang ada di
banyak lingkungan
b. Pencegahan Jatuh
b. Kinerja pengasuhan Tindakan keperawatan:
: keamanan fisik 1. Identifikasi kekurangan baik
kehidupan masa kognitif atau fisik dari anak yang
anak anak mungkin meningkatkan potensi
Setelah dilakukan tindakan jatuh pada lingkungan tertentu
keperawatan diharapkan 2. Identifikasi perilaku dan faktor
dapat meningkatkan kinerja yang mempengaruhi risiko jatuh
pengasuhan keamanan fisik 3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama
kehidupan masa anak- anak, dengan anak
dengan kriteria hasil: dan keluarga
1. Memilih mainan yang 4. Identifikasi karakteristik dari
aman dan sesuai lingkungan yang mungkin
dengan usia (5) meningkatkan potensi jatuh
2. Memberikan 5. Monitor gaya berjalan,
pengawasan terkait keseimbangan dan tingkat
peralatan di area kelelahan dengan ambulasi
bermain (5) 7. Letakkan benda-benda dalam
7. Monitor penggunaan jangkauan yang mudah bagi anak
olahraga dan alat 8. Sediakan alas kaki yang tidak licin
rekreasi ( 5) untuk memfasilitasi kemudahan
menjangkau
Keterangan:
(5) : Secara konsisten
Menunjukkan
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An M

Diagnosis : Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon


Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Membangun hubungan saling Subjektif :
maret percaya bersama keluarga Ny Ny N mengatakan An M mulai
2018/ N dan anak M mengalami keterlambatan pada usia 3
15.00 2. Melakukan informed concent bulan, Ny N mengatakan An M akan
WIB bersama Ny N mau aktif beraktivitas ketika
3. Melakukan kontrak waktu ditemani, Ny N mengatakan An M
4. Mengkaji riwayat tumbuh mampu berfikir tetapi susah untuk
kembang anak dengan mengungkapkan
melakukan wawancara
bersama orang tua dan Objektif :
observasi tingkah laku anak M Ny N menyetujui informed consent
5. Mengidentifikasi faktor- dan kontrak waktu, An M suka
faktor personal yang senyum senyum dan malu malu saat
berdampak pada keberhasilan memperkenalkan diri
program pendidikan dengan
mengobservasi tingkah laku Analisis Tujuan :
An M saat belajar di sekolah Masalah gangguan tumbuh kembang
SLB belum teratasi
6. Mengkaji dengan keluarga Perencanaan Selanjutnya :
dalam rangka mendapatkan Intervensi gangguan tumbuh
informasi mengenai kondisi kembang dilanjutkan
kognisi dasar anak M
7. Mengatur batasan bersama
anak M
8. Mengkaji tingkat penerimaan
orang tua terkait dengan
perannya untuk menyediakan
perawatan
9. Berinteraksi personal dengan
anak M
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny N mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan penyandang
dengan penyandang disabilitas disabilitas intelektual, Ny N
intelektual mengatakan akan selalu berusaha
2. Mendiskusikan strategi cara untuk menunjang perkembangan
berinteraksi dengan anak M
penyandang disabilitas Objektif:
intelektual dalam mengelola Ny N tampak mengikuti pemberian
perilaku anak materi cara berinteraksi dengan
3. Memotivasi orang tua untuk penyandang disabilitas dengan
mencoba strategi cara seksama
berinteraksi dengan Analisis Tujuan:
penyandang disabilitas Masalah gangguan tumbuh kembang
intelektual dalam mengasuh teratasi sebagian
anak Perencanaan selanjutnya:
4. Memonitor interaksi keluarga Intervensi gangguan tumbuh
dengan anak M kembang dilanjutkan
Jum’at/ 1. Mengatur batasan bersama Subjektif:
30 maret anak Ny N mengatakan akan menerapkan
2018/ 2. Menggunakan suara bicara 6 langkah cuci tangan bersama
13.30 yang lembut dan rendah keluarga
WIB 3. Menyediakan media dalam Objektif:
bentuk video untuk Anak M tampak bisa melakukan 6
melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan dengan benar
langkah cuci tangan secara mandiri, Anak M tampak
4. Melakukan demonstrasi 6 senang setelah melakukan
langkah cuci tangan bersama demonstrasi 6 langkah cuci tangan

Poltekkes Kemenkes Padang


Ny N dan anak M beserta
saudaranya sambil bernyanyi Analisis Tujuan:
5. Meminta anak M untuk Masalah gangguan tumbuh kembang
mendemonstrasikan 6 langkah teratasi sebagian
cuci tangan secara mandiri
sambil diiringi dengan Perencanaan selanjutnya:
bernyanyi Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Berinteraksi personal bersama Subjektif:
maret anak M Ny N mengatakan hasil mewarnai
2018 2. Membantu anak untuk belajar anak M bagus dan sesuai dengan
mandiri ilustrasi gambar
3. Menyediakan kertas bergambar
beserta ilustrasi gambar dan Objektif:
pewarna bersama Ny N An M tampak ragu ragu dalam
4. Membantu dan mendorong memilih warna, An M tampak senang
anak M memilih pewarna yang atas hasil usahanya mewarnai gambar
di pakai untuk gambar sesuai
dengan ilustrasi secara mandiri Analisis Tujuan:
5. Mengevaluasi hasil mewarnai Masalah gangguan tumbuh kembang
anak M bersama Ny N teratasi sebagian
6. Memberikan pujian kepada
anak M atas hasil usahanya Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Minggu/ 1. Membangun suasana yang Subjektif:
01 April aman bagi anak M -
2018 2. Mengajarkan anak untuk Objektif:
mencari bantuan dari orang An. M, An. N dan An F tampak
lain ketika sangat senang ketika bermain dimulai
membutuhkan sampai selesai, An. M tampak
3. Melakukan terapi bermain berusaha mengikuti adik adiknya saat
assosiative play bernyanyi bermain dengan terbata bata
bersama An. M, An. N dan
An. F Analisis Tujuan:
4. Mengajari anak untuk Masalah gangguan tumbuh kembang
melakukan tindakan “berhenti teratasi sebagian
dan berfikir” sebelum
bertindak secara impulsif Perencanaan selanjutnya:
5. Bantu anak memilih tindakan Intervensi gangguan tumbuh
yang paling menguntungkan kembang dilanjutkan
6. Memberi pujian terhadap usaha
setiap anak
Diagnosis : Kesiapan peningkatan koping keluarga

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Membangun hubungan pribadi Subjektif :
maret dengan anak dan anggota Ny N mengatakan ingin mengetahui
2018/ keluarga yang akan terlibat cara perawatan anak M, Ny N
15.00 dalam perawatan berharap anak M berkembang seperti
WIB 2. Mengidentifikasi kemampuan pada anak umumnya, Ny N
anggota keluarga untuk terlibat menjelaskan kondisi keluarga saat ini
dalam perawatan anak M
3. Mengidentifikasi harapan Objektif :
anggota keluarga untuk anak Ny N masih tampak khawatir
4. Mengidentifikasi persepsi terhadap perkembangan anak M, Ny
anggota keluarga mengenai N tampak antusias dalam asuhan
situasi, peristiwa yang tidak keperawatan
diinginkan, perasaan dan
perilaku anak M Analisis Tujuan :
5. Mengidentifikasi kekuatan dan Kesiapan peningkatan koping belum
kemampuan anak dengan teratasi
anggota keluarga
6. Mendengarkan kekhawatiran, Perencanaan Selanjutnya :
perasaan dan pertanyaan dari Intervensi kesiapan peningkatan
keluarga koping di lanjutkan
7. Melibatkan anggota keluarga
dan anak dalam membuat
keputusan terkait perawatan
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny N mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan penyandang
dengan penyandang disabilitas disabilitas intelektual, Ny N
intelektual mengatakan akan selalu berusaha
2. Mendorong Ny N dan anak M untuk menunjang perkembangan
serta anggota keluarga untuk anak M
bersikap asertif dalam
berinteraksi Objektif:
3. Mendorong Ny N untuk fokus Ny N tampak mengikuti pemberian
pada setiap aspek positif dari materi cara berinteraksi dengan
situasi anak M penyandang disabilitas dengan
4. Mendiskusikan bersama Ny N seksama
jenis perawatan dirumah yang
sesuai dengan kondisi anak M Analisis Tujuan:
5. Melakukan kontrak waktu Masalah kesiapan peningkatan
pertemuan selanjutnya koping keluarga teratasi sebagian

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan peningkatan
koping keluarga dilanjutkan
Jum’at/ 1. Melakukan demonstrasi 6 Subjektif:
30 maret langkah cuci tangan bersama Ny N mengatakan akan menerapkan
2018 Ny N, anak M dan adik 6 langkah cuci tangan pakai sabun
adiknya bersama keluarga, Ny N meminta
2. Evaluasi kemampuan anak M video demonstrasi beserta lagu untuk
bersama keluarga dalam demonstrasi 6 langkah cuci tangan
mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan Ny N dan anak M tampak bisa
3. Memberikan pujian kepada melakukan cuci tangan pakai sabun
Anak M mengulang 6 langkah dengan 6 langkah, Ny N dan anak M
cuci tangan tampak senang ketika
4. Memonitor keterlibatan mendemonstrasikan 6 langkah cuci
anggota keluarga dalam tangan pakai sabun secara bersama
demonstrasi 6 langkah cuci Analisis Tujuan:

Poltekkes Kemenkes Padang


tangan Kesiapan peningkatan koping
5. Melakukan kontrak waktu keluarga teratasi sebagian
untuk pertemuan selanjutnya Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan peningkatan
koping keluarga dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong Ny N dan An. M Subjektif:
maret untuk membantu dalam Ny N mengatakan memilih
2018 mengembangkan rencana perawatan diri pada An M secara
keperawatan, hasil yang mandiri di rumah
diharapkan dan pelaksanaan
perawatan diri secara mandiri Objektif:
oleh An M Ny N tampak dapat memilih dan
2. Mendiskusikan jenis perawatan merencanakan perawatan diri pada
di rumah bersama Ny N dan An M, Ny N dan An M tampak
An M senang setelah dilakukan perawatan
3. Membantu keluarga untuk diri anak M di rumah
mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan alat yang Analisis Tujuan:
diperlukan untuk mendukung Kesiapan peningkatan koping
keputusan terhadap perawatan keluarga teratasi sebagian
anak
4. Bersama Ny N memfasilitasi Perencanaan selanjutnya:
perawatan An M di rumah Intervensi kesiapan peningkatan
5. Mengevaluasi kemampuan An koping keluarga dilanjutkan
M dan perasaan setelah
dilakukan perawatan diri
bersama Ny N
Minggu/ 1. Mengevaluasi kemampuan An Subjektif:
01 April M dan perasaan setelah Ny N mengatakan An.M masih
2018 dilakukan perawatan diri diingatkan untuk melakukan
bersama Ny N pada pertemuan perawatan diri
sebelumnya
2. Menyediakan Ny N dan An. M Objektif:
pilihan pilihan yang raelistis Ny N dan An M tampak senang
mengenai aspek perawatan setelah dilakukan perawatan diri anak
3. Memberi dukungan terhadap M di rumah
sikap anak M terkait dengan
harapan yang realistis sebagai Analisis Tujuan:
upaya untuk mengatasi Kesiapan peningkatan koping
perassaan ketidakberdayaan keluarga teratasi sebagian
pada An.M bersama Ny N
4. Menjadwalkan peninjauan Perencanaan selanjutnya:
kembali untuk mengevaluasi Intervensi kesiapan peningkatan
keberhasilan atau kebutuhan koping keluarga dilanjutkan
penguatan pada keluarga
Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam

hubungan sosial
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Menjelaskan tujuan interaksi Subjektif :
maret 2. Menunjukkan ketertarikan Ny N mengatakan An M susah dalam
2018/ pada anak M menyampaikan pendapat baik dalam
15.00 3. Berinteraksi personal dengan tulisan maupun dengan kata- kata,
WIB anak M suka menanggapi orang dengan
senyuman
Objektif :
An M tampak suka senyum senyum
dan malu malu saat memperkenalkan
diri
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Kamis/ 1. Menjelaskan tujuan pertemuan Subjektif:
29 maret 2. Memonitor perilaku anak M Ny N mengatakan anak M masih
2018 3. Mendorong anak untuk belum bisa mengekpresikan
mengekspresikan perasaan perasaannya sesuai keadaan
4. Mendengarkan anak M Objektif:
mengekspresikan perasaan Ny N tampak membantu anak M
mengekspresikan perasaan, Anak M
tampak terbata bata dalam berbicara
dan kurang pandai mengekpresikan
perasaannya
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan dan demonstrasi Anak M mengatakan ingin
2018 tentang 6 langkah cuci tangan membiasakan 6 langkah cuci tangan
2. Mendorong anak untuk pakai sabun dengan mengangguk saat
mengekspresikan perasaan di evaluasi
3. Memonitor perilaku anak M Objektif:
4. Meminta anak M untuk Anak M tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah melakukan demonstrasi 6 langkah
cuci tangan secara mandiri cuci tangan bersama keluarga dan
5. Memberikan pujian atas secara mandiri
kemampuan anak M Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong An. M untuk Subjektif:
maret mengekspresikan perasaan Ny N mengatakan An M senang
2018 setelah melakukan perawatan setelah melakukan perawatan diri
diri Objektif:
2. Menggunakan perilaku non An M tampak senang
verbal untuk memfasilitasi Analisis Tujuan :
komunikasi Gangguan komunikasi verbal belum
3. Menggunakan teknik diam dan teratasi
mendengarkan saat anak Perencanaan Selanjutnya :
mengekspresikan perasaan Intervensi gangguan komunikasi
4. Memberikan umpan balik verbal dilanjutkan
kepada anak

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Memberikan pujian kepada
anak atas hasil usaha dalam
mengekspresikan diri
Minggu/ 1. Melakukan terapi bermain Subjektif:
01 April assosiative play bernyanyi -
2018 bersama An. M, An. N dan Objektif:
An. F An. M tampak kesulitan dalam
2. Memonitor perilaku anak memilih lagu, An M tampak
selama terapi berusaha mengikuti permainan, An
3. Memberikan pujian M tampak berusaha bernyanyi
dengan terbata bata dan bertepuk
tangan, An M tampak senang
Analisis Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Diagnosis : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi defisit Subjektif :
maret perawatan diri anak Ny N mengatakan An M mandi
2018/ 2. Memonitor kebersihan kuku, masih kurang bersih dan sering
15.00 sesuai dengan kemampuan bermain air ketika mandi, Ny N
WIB merawat diri anak M mengatakan An M sudah bisa
3. Mengkaji kemampuan berpakaian secara mandiri namun
perawatan diri anak M belum bisa berhias secara mandiri
Objektif :
An M tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang dan
kotor, kuku jari kaki tampak panjang
dan kotor, An M tampak belum bisa
melakukan perawatan diri secara
mandiri dengan optimal sesuai usia
Analisis Tujuan :
Defisit perawatan diri belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Kamis/ 1. Menginformasikan kepada Ny Subjektif:
29 maret N untuk mendukung Ny N mengatakan akan membantu
2018 kemandirian dengan membantu kemandirian anak M ketika anak M
hanya ketika anak M tak tak mampu melakukan perawatan
mampu melakukan perawatan diri.
diri Objektif:
2. Memonitor kemampuan Anak M tampak belum bisa secara
perawatan diri secara mandiri mandiri menyisir rambut dengan
anak M rapi, mencuci tangan pakai sabun,
menggunakan sabun saat mandi,
menggosok gigi saat mandi serta
berwudhu dengan benar
Analisis Tujuan:

Poltekkes Kemenkes Padang


Masalah defisit perawatan diri belum
teratasi
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan cuci tangan pakai Ny N mengatakan akan
2018 sabun dan 6 langkah cuci membiasakan cuci tangan pakai
tangan pakai sabun sabun
2. Mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan bersama Ny N dan Ny N dan anak M tampak bisa
anak M melakukan cuci tangan pakai sabun
dengan 6 langkah, Ny N dan anak M
tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan pakai sabun secara bersama
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjelaskan pentingnya Subjektif:
maret menjaga kebersihan tubuh Anak M mengatakan senang
2018 (mandi, keramas, menggosok melakukan perawatan diri mandi,
gigi) secara mandiri kepada keramas, menyikat gigi, Anak M
anak M bersama Ny N menyebutkan beberapa alat untuk
2. Bersama Ny N memfasilitasi melakukan perawatan diri mandi,
alat untuk mandi, keramas, keramas, menyikat gigi
menyikat gigi
3. Menjelaskan kembali kepada Objektif:
anak alat alat yang digunakan Anak M tampak senang setelah
untuk mandi, keramas, melakukan perawatan diri mandi,
menyikat gigi keramas, menyikat gigi, Anak M
4. Menjelaskan peraturan yang tampak masih perlu di bantu saat
harus dipatuhi oleh anak M melakukan perawatan diri mandi,
saat mandi, keramas, menyikat keramas, menyikat gigi
gigi
5. Bersama anak M melakukan Analisis Tujuan:
perawatan diri mandi, Masalah defisit perawatan diri
keramas, menyikat gigi teratasi sebagian
6. Memberikan pujian untuk
kemampuan anak dalam Perencanaan selanjutnya:
melakukan perawatan diri Intervensi defisit perawatan diri
mandi, \keramas, menyikat dilanjutkan
gigi
7. Mengevaluasi perasaan anak
setelah melakukan perawatan
diri mandi, keramas, menyikat
gigi
Diagnosis : Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi kebutuhan Subjektif :
maret keamanan anak berdasarkan Ny N mengatakan An M sulit
2018/ fungsi fisik dan kognitif serta berkonsentrasi, suka bermain, suka
15.00 riwayat perilaku di masa lalu mengganggu adik adiknya, Ny N
WIB 2. Mengidentifikasi hal- hal yang mengatakan An M mempunyai
membahayakan di lingkungan riwayat jatuh pada umur 3 bulan, Ny
anak N mengatakan takut An M bermain
3. Mengidentifikasi kekurangan di luar pekarangan rumah karena
baik kognitif atau fisik dari gangguan kognitif nya
anak yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh Objektif :
pada lingkungan anak An M tampak sering ingin bermain,
4. Mengidentifikasi perilaku dan An M tampak memiliki sepeda
faktor yang mempengaruhi
risiko jatuh Analisis Tujuan :
5. Mengkaji ulang riwayat jatuh Risiko cidera belum teratasi
bersama dengan anak dan
keluarga Perencanaan Selanjutnya :
6. Mengidentifikasi karakteristik Intervensi risiko cidera dilanjutkan
dari lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
7. Monitor gaya berjalan
Kamis/ 1. Memonitor lingkungan Subjektif:
29 maret terhadap resiko terjadinya Ny N mengatakan mempunyai
2018 perubahan status keselamatan peralatan rumah tangga yang terbuat
anak M dari kaca, plastik dan besi, Ny N
2. Memberikan edukasi kepada mengatakan terkadang lupa
Ny N tentang lingkungan yang meletakkan barang yang terbuat dari
aman bagi anak M kaca pada tempat yang tidak
dijangkau anak anak, Ny N
mengatakan anak M mempunyai
sepeda roda dua, Ny N mengatakan
belum sempat membeli alas kaki
yang tidak licin

Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N
tampak terbuat dari kaca, plastik dan
besi, Alas kaki anak M tampak licin

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cidera belum teratasi

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko cidera dilanjutkan
Jum’at/ 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
30 maret sekitar anak M Ny N mengatakan agak tenang
2018 2. Memodifikasi lingkungan dengan lingkungan rumah
untuk meminimalkan risiko
cedera Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N di
letakkan di tempat yang tidak mudah
di jangkau anak M, Pagar rumah Ny
N tampak terkunci

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera teratasi
sebagian

Poltekkes Kemenkes Padang


Perencanaan selanjutnya:
Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
maret sekitar anak M Ny N meminta agar ikut membantu
2018 menutup dan mengunci pagar rumah
jika ada anggota keluarga keluar dan
masuk rumah, Guru SLB meminta
agar menutup pagar sekolah jika ada
yang keluar masuk, Guru SLB
meminta mengawasi anak anak agar
tidak bermain dengan berlebihan

Objektif:
Pagar rumah Ny N tampak tidak
terkunci, Pagar SLB tampak sering
terbuka, Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera belum teratasi
secara optimal

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko jatuh dilanjutkan

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
Rabu 28 Maret 2018 11.30 WIB

Sekolah : SLB Kasih Ummi Kota Padang


Sumber informasi : Orang tua (ibu)
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. W
Tanggal lahir / Umur Padang / 18 september 2005
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke / jumlah 1/1
saudara
Diagnosa Medis Retardasi Mental
5. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. J Tn. S
Umur 46 tahun 48 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Mandailing Jambak
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh Harian Lepas
Alamat Jalan utama. Dadok Tunggul Jalan utama. Dadok Tunggul
Hitam. Kelurahan Bungo Hitam. Kelurahan Bungo
Pasang Pasang

Poltekkes Kemenkes Padang


6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
Nama Usia Jenis
No Hub.dg KK Pendidikan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin
1. Tn. S 48 th Laki – Laki Kepala SMA Ayah
Keluarga
2. Ny. J 46 th Perempuan Istri SMA Ibu
3. An. W 12 th Laki – Laki Anak - Klien
4. An. A 9 th Perempuan Anak - Adik Klien
III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny. J mengatakan bahwa An. W mengalami keterlambatan perkembangan tidak sesuai usia
pada anak normal, An W juga sulit berkonsentrasi, sering melamun, mudah bosan, mandi
kurang bersih, belum bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta belum bisa melakukan
perawatan diri secara mandiri sesuai usianya. An jika di rumah sering bermain bersama
adiknya . Namun ketika ada teman An W bermain keluar rumah. An. W terkadang
berbicara tidak jelas dan tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak
lambat, tampak sering bingung. Ny J ingin mengetahui cara perawatan an w dalam
kehidupan sehari- hari. IQ An. W : 52
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ny. J mengatakan tidak ada keluhan saat hamil an.w dan sering periksa kehamilan ke
bidan secara teratur. Ny. J melahirkan an.w dengan menggunakan alat bantu persalinan
vakum di klinik bersalin. Ny J mengatakan an.w setelah lahir di berikan vit.k dan disusui
dengan ASI. Ny.J setelah lahir an.w selalu diberikan imunisasi secara lengkap. Ny. J
mengatakan an w ketika bayi tidak rewel. Ny. J mengatakan pada usia an.w 4 bulan baru
pertama kali tersenyum dan mulai berguling pada usia 8 bulan, duduk pada usia 10 bulan,
merangkak pada usia12 bulan, berdiri pada usia 20 bulan, berjalan pada usia 2 tahun, mulai
berbicara pada usia 3 tahun, berpakaian tanpa bantuan pada usia 6 tahun. An w
mengkosumsi asi sampai usia 2,5 tahin/ 30 bulan. Ny J baru menyadari An.w mengalami
keterlambatan tumbuh kembang ketika An W sekolah di Taman kanak- kanak pada usia
An. W 5 tahun. An w ketika mengikuti pelajaran di taman kanak kanak sangat lambat
dalam belajar, bermain, dan berbicara. Ketika sudah mengetahui bahwa anaknya
mengalami keterlambatan perkembangan Ny J mengkonsultasikan kepada kader dan tenaga
kesehatan di puskesmas. Ny J disarankan agar memberikan terapi kepada An W di
Harapan Bunda. Namun Ny J masih kesulitan dalam ekonomi. An W pada usia 6 tahun
baru menjalani terapi bicara di harapan Bunda selama 2 bulan. Setelah menjalani terapi An
w sudah mulai bisa berbicara sedikit demi sedikit, namun karena kesulitan ekonomi An w
tidak lagi menjalani terapi. Pada saat berumur 7 tahun an.w masuk sekolah dasar negeri.
Setelah masuk ternyata ibu guru menyadari bahwa an w mengalami gangguan dalam
belajar.Sehingga an w juga sering di bully teman temannya. Setelah sekolah selama 6 bulan
di sekolah dasar an mengalami pembulyan dari teman teman nya sehingga an w berjalan
agak pincang dan mengalami benturan kepala. An w kemudian berhenti sekolah di sekolah
dasar dan hanya berada di rumah. An. W masuk SLB Kasih Ummi pada usia 9 tahun di
tahun 2014. Ny J mengatakan mulai ada perubahan yang dialami oleh an w setelah 2 tahun
sekolah di SLB kasih ummi .Ny j berharap an w dapat hidup secara mandiri seperti anak
normal pada umumnya.
d. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Tidak ada
Perokok Tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


Alkohol Tidak
e. Intranatal
Tanggal persalinan 18 september 2005
BBL / PBL 3.100 gr / 50 cm
Usia gestasi saat lahir 36 mg
Tempat persalinan Klinik Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Jenis persalinan Alat vacuum
Penyulit persalinan ada, sebutkan “bayi susah keluar”
f. Post natal (24 jam)
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram

฀ : Laki-laki
Ket :

O : Perempuan
©/฀ : Klien
: Menikah
: Saudara
: Tinggal seruma
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio Lengkap sesuai usia
Hepatitis B
Campak
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat :
9. Berguling 8 bulan
10. Duduk 10 bulan
11. Merangkak 12 bulan
12. Berdiri 20 bulan
13. Berjalan 2 tahun
14. Tersenyum pertama kali pada orang tua 4 bulan
15. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 3 tahun kata yang di ucapkan
“ibu”
16. Berpakaian tanpa bantuan 6 tahun

Kesimpulan :
An. M mengalami keterlambatan perkembangan
V. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah Ibu N adalah rumah semi permanen dengan dinding masih berupa batu bata
dengan atap seng, lantai sudah di semen, dinding kamar terbuat dari tripleks. Ukuran
rumah 9 m x 5 m. Rumah Ibu N tampak tidak rapi. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang
belajar anak di gabung di 1 ruangan dan juga terdapat 1 kasur di ruang tamu. Kamar
mandi terdapat jamban, bak air menggunakan ember. Tidak terdapat pagar di rumah Ibu

Poltekkes Kemenkes Padang


N.
Denah Rumah Ny J

D meja belajar
A
P Kamar
U
R Tidur
Kasur Ruang Tamu/

WC/ Ruang Keluarga


Kamar mandi

Kandang
Ayam

2. Sampah : di bakar
3. Jamban : di dalam rumah
4. Pekarangan : sempit dan telah di beton
5. Sumber air : PDAM
6. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : jarang sekali
7. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW
Lingkungan An.W tinggal terbilang cukup sepi karena rumah berjarak agak jauh antara
rumah satu dengan yang lainnya. Disekitar tempat tinggal An.W juga terdapat banyak
anak anak usia sekolah. Masyarakat tempat An.W terlihat rukun.
8. Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Bapak S biasanya berkumpul setiap lebaran,interkasi dengan tetangga cukup
baik, tetangga sering berkunjung kerumah untuk mengobrol dan teman-teman dari An.W
sering main kerumah untuk bermain dengan An.W. An. W juga sering bermain keluar
rumah bersama teman- temannya
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : 15
b. Tanda Vital Suhu : 37oC RR : 24 x/m HR : 83 x/m

c. Posture BB : 28 kg PB/TB : 139 cm


Cara berjalan An W tidak mengalami gangguan
d. Kepala Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Lingkar kepala : 26 cm
Benjolan : Tidak ada
Data lain : 1) Rambut berwarna hitam dan lurus,
pertumbuhan rambut merata, rambut
tampak kering dan tidak rapi
2) Wajah An. W sering tampak
Kebingungan

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Data lain : Mata terlihat bersih
f. Hidung Letak : Simetri
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Data lain : Fungsi penciuman baik
g. Mulut Gigi : 212 212
212 212
Kebersihan rongga mulut Data lain : tidak bersih
: Gigi jarang
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Kotor
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada, pergerakan
dinding dada saat inspirasi dan eskpirasi sama
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler

Palpasi :
Perkusi :
Lingkar dada : 50 cm
- Jantung Inspeksi : iktus kordis terlihat

Auskultasi : irama jantung reguler

Palpasi
Perkusi
k. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi abdomen (-), tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : bising usus (+)

Lingkar perut : 57 cm
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban : Lembab
Warna : Merah muda
Data lain : kulit an. W terlihat bersih
m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 20 cm
Atas Capillary refill : < 3 dtk
Data lain yang ditemukan : Kuku jari tangan terlihat kotor

n. Ekstremitas Kuku jari kaki terlihat kotor


Bawah
o. Genitalia dan Bentuk : Normal
anus Ukuran penis : Normal

4) Temperamen dan daya Difficult child


adaptasi Kebiasaan yang tidak teratur
Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru
3) Kebiasaan sehari-hari
h. Nutrisi dan cairan Makanan yang diberikan :
Jenis : makanan biasa (nasi, lauk, sayur, tahu, tempe)

Poltekkes Kemenkes Padang


Jumlah : 3/4 porsi/ piring Frek : 3 x sehari
Pola makan : teratur
Minum : Jenis : Air mineral
Frek : 8 gelas/ hari
Masalah : An. W dapat makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah
dan mulut yang agak berlepotan
i. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : teratur Pola tidur : teratur
Jumlah jam tidur : 45 menit/ hari Jumlah jam tidur :10 jam/hari
j. Eliminasi BAK : Frek 7 kali/ hari Warna bening kekuningan
Masalah : An W masih belum bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene setelah buang air kecil
BAB : Frek 1 kali/ hari Warna kuning
Konsistensi lunak
Masalah : Belum bisa mandiri personal hygiene setelah BAB
Latihan BAK/BAB di toilet : ya
k. Personal higiene Frek. Mandi : 2 x/hari Cuci rambut : 2 x/minggu Sikat gigi : 2
x/hari
Masalah : Belum bisa melakukan personal hygiene yang efektif secara
mandiri
l. Aktivitas bermain saudara/teman didalam rumah dan kadang kadang diluar rumah
m. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Terapi An. W pernah mengikuti terapi bicara pada umur 6 tahun di Rumah Sakit
Harapan Bunda Padang

ANALISIS DATA

Nama Klien : An W

NO Data Penyebab Masalah

1. Data Subjektif : Inkonsistensi respon Gangguan tumbuh


Ny J mengatakan sadar bahwa An W kembang
mengalami keterlambatan
perkembangan pada saat berusia 5
tahun, Ny J mengatakan An W juga
sulit berkonsentrasi, sering melamun,
mudah bosan, Ny J mengatakan
belum bisa melakukan perawatan diri
secara mandiri
Data Objektif :
An W tampak terkadang berbicara
tidak jelas dan tidak nyambung,
sering senyum, afek datar, respon
sosial agak lambat, tampak sering
bingung, IQ An. W : 48
2 Data Subjektif : Kesiapan peningkatan
Ny J berharap an W bisa hidup koping keluarga
mandiri seperti orang normal pada
umumnya, Ny J menyatakan
perasaan sedih dan khawatir ketika
an W sering di bully saat sekolah di

Poltekkes Kemenkes Padang


sekolah umum dan tak ingin kejadian
yang sama terulang lagi
Data Objektif :
Ny J tampak sangat antusias dalam
pemberian asuhan keperawatan pada
an W
3 Data Subjektif : Hambatan individu Gangguan komunikasi
Ny J mengatakan An W susah dalam dalam hubungan verbal
berbicara dan memilih kata yang sosial
tepat
Data Objektif :
An. W terkadang berbicara tidak
jelas dan tidak nyambung, An W
jarang menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh saat berinteraksi, An W
sering senyum, afek datar, respon
sosial agak lambat, tampak sering
bingung saat berinteraksi
4 Data Subjektif : Gangguan psikologis Defisit perawatan diri
Ny J mengatakan An W mandi retardasi mental
kurang bersih, belum bisa menjaga
kebersihan diri sendiri serta belum
bisa melakukan perawatan diri secara
mandiri sesuai usianya.
Data Objektif :
rambut tampak kering dan tidak
rapi,mulut kurang bersih, telinga
kotor, kuku jari tangan terlihat kotor,
kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi
menyisakan rimah dan mulut yang
agak berlepotan, An W masih belum
bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene setelah buang air kecil
Belum bisa mandiri personal hygiene
setelah BAB
5 Data Subjektif : Perubahan fungsi Risiko cidera
Ibu J mengatakan An W sulit kognitif
berkonsentrasi, sering melamun
Data Objektif :
An W mengalami keterlambatan
perkembangan retardasi mental
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An W

Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan
Muncul
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan 28 maret 2018
dengan inkonsistensi respon
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga 28 maret 2018
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan 28 maret 2018
dengan hambatan individu dalam hubungan
sosial
4. Defisit perawatan diri 28 maret 2018

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan 28 maret 2018
fungsi kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An W

Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
NOC NIC
1 Gangguan tumbuh kembang a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif
berhubungan dengan anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
inkonsistensi respon Pertengahan 1. Bina hubungan saling
Setelah dilakukan tindakan percaya
keperawatan diharapkan 2. Bantu klien memutuskan
perkembangan anak: usia bagaimana masalah
anak pertengahan adekuat, dipecahkan
dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien beradaptasi
1. Menunjukkan dengan adanya
kreatifitas (4) perubahan peran
2. Menunjukkan 4. Jadwalkan peninjauan
kemampuan pada kembali untuk
tingkat mampu di mengevaluasi
sekolah (4) keberhasilan atau
kebutuhan penguatan
Keterangan: 5. Libatkan keluarga
(4) : Sering dan orang orang
menunjukkan terdekat klien
(5) : Secara Konsisten b. Manajemen perilaku
menunjukkan 1. Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
mendapatkan informasi
mengenai kondisi
kognisi dasar anak
2. Atur batasan bersama
anak
3. Tahan diri dari mendebat
atau melakukan tawar
menawar pada anak
untuk menetapkan
batasan perilaku
4. Gunakan suara bicara
yang lembut dan rendah
5. Acuhkan perilaku yang
tidak tepat
6. Berikan penghargaan
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak
mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan
masalah interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam
berperilaku dalam rangka
mencapai keterampilan
sosial
7. Bantu anak bermain
peran dalam setiap
langkah berperilaku
8. Berikan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan
kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan pengasuh
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang
telah dilakukan
3. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
4. Monitor interaksi
keluarga dalam
permasalahan berkaitan
dengan anak
5. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
6. DiskusikAn. Wengenai
keterbatasan yang
dimilki caregiver kepada
anak
7. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan

Poltekkes Kemenkes Padang


perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2. Lakukan interaksi
personal dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang
tua
5. Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal
dari anak dan perilaku
yang berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang
mendukung tumbuh
kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
10. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
11. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
12. Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
13. Bantu anak untuk
belajar mandiri
14. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf
awalnya/ mengenali
namanya, sesuai
kebutuhan
15. Berikan kesempatan
mendukung aktivitas
motorik
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat
sesuai dengan tingkat

Poltekkes Kemenkes Padang


perkembanngan anak
dan fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
masalah
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif
4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk
memilih tindakan yang
paling menguntungkan
6. Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan
yang sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai
dengan usia anak
2. Identifikasi faktor-faktor
personal yang
berdampak pada
keberhasilan program
pendidikan
3. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
4. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
5. Berikan sumber
Informasi yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
6. Berikan orangtua bahan

Poltekkes Kemenkes Padang


bacaan dan materi
lainnya yang akan
membantu dalam
melakukan peran
pengasuhan
7. Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
8. Diskusikan cara yang
dapat digunakan
orangtua
untuk membantu anak
anak dalam mengelola
kemarahan
9. Motivasi orangtua
untuk mencoba strategi
berbeda dalam
mengasuh anak
2 Kesiapan peningkatan a. Koping keluarga a..Peningkatan Koping
koping keluarga Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkAn. 1..Berikan suasana
Wanajemen koping penerimaan
keluarga meningkat, 2..Sediakan informasi
dengan kriteria hasil: aktual
1. Menetapkan 3..Sediakan anak pilihan-
fleksibelitas peran (4) pilihan yang realistis
2. Menghadapi masalah mengenai aspek
keluarga (4) perawatan
3. Mengelola masalah 4..Evaluasi kemampuan
keluarga (4) anak dalam membuat
4. Melibatkan anggota keputusan
keluarga dalam 5..Dukung kesabaran dalam
pengambilan mengembangkan suatu
keputusan (4) hubungan
5. Mengungkapkan 6..Dukung aktivitas-
perasaan dan emosi aktivitas sosial dan
secara terbuka komunitas
diantara anggota 7..Dukung [kemampuan
keluarga (4) dalam] penerimaan
6. Menggunakan strategi terhadap keterbatasan
pengurangan stress orang lain
yang berpusat pada 8..Dukung penggunaan
keluarga (4) sumber-sumber spiritual,
9..Eksplorasi pencapaian
Keterangan: anak sebelumnya
(4) Sering menunjukkan 10..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
b. Fungsi keluarga positif dari orang lain
Setelah dilakukan tindakan 11..Dukung verbalisasi
keperawatan diharapkan perasaan, persepsi dan
keluarga menunjukkan rasa takut
fungsi keluarga , dengan b. Peningkatan
kriteria hasil: Keterlibatan Keluarga
1. Merawat anggota Tindakan keperawatan:
keluarga yang 1..Bangun hubungan pribadi
memiliki dengan anak dan
ketergantungan (5) anggota keluarga yang
2. Mengatur perilaku akan terlibat dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


anggota keluarga (4) perawatan
3. Beradaptasi terhdap 2..Identifikasi kemampuan
adanya perkembangan anggota keluarga untuk
transisi (5) terlibat dalam perawatan
4. Menerima anak
keanekaragaman 3..Ciptakan budaya
diantara anggota fleksibilitas untuk
keluarga (5) keluarga
5. Anggota keluarga 4..Tentukan sumber daya
bisa saling fisik, emosional ,dan
mendukung (5) edukasi dari pemberi
perawatan utama
Keterangan: 5..Identifikasi defisit
(4) : Sering perawatan diri anak
menunjukkan 6..Identifikasi harapan
(5) : Secara konsisten anggota keluarga untuk
menunjukkan anak
c. Pengetahuan 7..Dorong anggota keluarga
pengasuhan dan anak untuk
Setelah dilakukan tindakan membantu dalam
keperawatan diharapkan mengembangkan rencana
dapat memahami perawatan, termasuk hasil
pengetahuan pengasuhan, yang diharapkan dan
dengan kriteria hasil: pelaksanaan rencana
perawatan
1. Pertumbuhan dan 8..Monitor struktur dan
perkembangan yang peran keluarga
normal (4) 9..Monitor keterlibatan
2. Perilaku anak yang anggota keluarga dalam
normal (4) perawatan anak
6. Kebutuhan psikologi 10..Berikan informasi
(3) penting kepada anggota
7. Kebutuhan emosi (3) keluarga mengenai
8. Kebutuhan stimulasi anak sesuai dengan
(5) keinginan anak
9. Kebutuhan untuk 11..Berikan dukungan yang
bersosialisasi (3) diperlukan bagi keluarga
10. Kebutuhan spiritual untuk membuat
(5) keputusan
11. Kebutuhan 12..Identifikasi persepsi
bimbingAn. Woral (5) anggota keluarga
12. Pengelolaan mengenai situasi,
kesehatan umum (5) peristiwa yang tidak
13. Metode disiplin diinginkan, perasaan dan
yang sesuai untuk perilaku anak
usia perkembangan 13..Identifikasi stresor
(3) situasional lainnya untuk
14. Strategi komunikasi anggota keluarga
yang efektif (4) 14. Identifikasi gejala fisik
individu anggota yang
Keterangan: terkait dengan stress
(3) : Pengetahuan 15..Tentukan tingkat
sedang ketergantungan anak
(4) : Pengetahuan pada anggota keluarga,
banyak yang sesuai untuk usia
(5) : Pengetahuan sangat 16..Identifikasi dan hormati
banyak mekanisme koping yang
digunakan oleh anggota

Poltekkes Kemenkes Padang


keluarga
17..Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
18. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak
dengan anggota keluarga
19..Informasikan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
20..Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga yang
sesuai
c. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:
1..Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
2..Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
3..Identifikasi sifat
dukungan spiritual bagi
keluarga
4..Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
keluarga
5..Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
6..Libatkan anggota
keluarga dan anak
dalam membuat
keputusan terkait
perawatan
7..Bantu kelurga untuk
mendapatakan
pengetahuan,
keterampilan dan alat
yang diperlukan untuk
mendukung keputusan
mereka terhadap
perawatan anak
3 Gangguan komunikasi a. Orientasi kognitif a. Mendengar aktif
verbal berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
hambatan individu dalam keperawatan diharapkan 1..Buat tujuan interaksi
hubungan sosial dapat melakuakan orientasi 2..Tunjukkan ketertarikan
kognitif, dengan kriteria pada anak
hasil: 3..Gunakan pertanyaan
maupun pernyataan yang
1. Mengidentifikasi diri mendorong klien untuk
sendiri (5) mengekspresikan
2. Mengidentifikasi perasaan, pikiran dan

Poltekkes Kemenkes Padang


tempat saat ini (5) kekhawatiran
4. Tunjukkan kesadaran
Keterangan: dan rasa sensitif terhadap
(5) : Tidak terganggu emosi yang ditunjukkan
anak
b. Kontrol risiko 5..Gunakan perilaku non
Setelah dilakukan tindakan verbal untuk
keperawatan diharapkan menfasilitasi
dapat melakukan komunikasi
pengontrolan risiko, 6. Identifikasi tema yang
dengan kriteria hasil: dominan
7..Berespon segera
1. Mengenali faktor sehingga menunjukkan
resiko individu (4-5) pemahaman terhadap
2. Mengenali pesan yang diterima
kemampuan untuk 8..Klarifikasi pesan yang
merubah perilaku (4- diterima dengan
5) menggunakan
3. Memonitor faktor pertanyaan
risiko dilingkungan maupun memberikan
(4-5) umpan balik
4. Memonitor faktor 9..Gunakan teknik
risiko individu (4-5) diam/mendengarkan
5. Mengembangkan dalam rangka
strategi yang efektif mendorong klien untuk
dalam mengontrol mengekspresikan
risiko (4-5) perasaan, pikiran dan
kekhawatiran
Keterangan: b. Latihan memori
(4) : Sering Tindakan keperawatan:
menunjukkan 1..Stimulasi ingatan dengan
(5) : Secara konsisten cara mengulangi
menunjukkan pemikiran anak yang
terakhir diekspresikan,
dengan cara yang tepat
2..Implementasikan teknik
mengingat yang tepat,
misalnya permainan
ingatan, mengulang
informasi
3..Beri Latihan orientasi,
misalnya anak berlatih
mengenai informasi
pribadi dan tanggal,
dengan cara yang tepat
4. Berikan kesempatan
untuk menggunakan
ingatan kejadian yang
baru saja terjadi,
5..Monitor perilaku anak
selama terapi
6..Identifikasi dan koreksi
kesalahan orientasi
anak
7..Monitor perubahan-
perubahan dalam latihan
mengingat
4 Defisit perawatan diri a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Aktivitas Sehari- diri: Kebersihan
hari Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan budaya
keperawatan diharapkan anak saatmempromosikan
perawatan diri: aktivitas aktivitas perawatan diri
sehari- hari secara mandiri, 2. Pertimbangkan usia anak
dengan kriteria hasil: saat mempromosikan
aktivitas perawatan diri
1. Makan (5) 3. Tentukan jumlah dan
2. Memakai baju (5) tipe terkait dengan
3. Ke toilet (5) bantuan yang diperlukan
4. Mandi (5) 4. Fasilitasi anak untuk
5. Berpakaian (5) menggosok gigi dengan
6. Kebersihan (5) tepat
7. KebersihAn. Wulut (5) 5. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
Keterangan: kemampuan merawat diri
(5) : Tidak terganggu anak
6. Monitor integritas kulit
anak
7. Jaga ritual kebersihan
8. Dukung orangtua/
keluarga berpartisipasi
dalam ritual menjelang
tidur yang biasa
dilakukan dengan tepat
9. Berikan bantuan sampai
anak benar- benar
mampu merawat diri
secara mandiri
b. Bantuan perawatan
diri: pemberian makan
Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam
posisi makan yang
nyaman
2. Berikan alat- alat yang
bisa memfasilitasi anak
untuk makan sendiri
3. Gunakan cangkir dengan
pegangan yang besar,
4. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
5 Risiko cidera berhubungan a. Pengetahuan : a.Manajemen
dengan perubahan fungsi keamanan fisik anak Lingkungan:
kognitif Setelah dilakukan tindakan Keselamatan
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
dapat mengetahui kemanan 1..Identifikasi kebutuhan
fisik anak, dengan kriteria keamanan anak
hasil: berdasarkan fungsi fisik
1. Aktivitas yang sesuai dan kognitif serta
untuk tingkat usia riwayat perilaku di masa
perkembangan anak lalu
(4) 2..Identifikasi hal- hal yang
2. Strategi untuk membahayakan di
mencegah jatuh (4) lingkungan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Strategi untuk 3..Modifikasi lingkungan
mencegah kecelakaan untuk meminimalkan
bermain (4) bahan berbahaya dan
4. Surveilans area berisiko
bermain outdoor yang 4..Gunakan peralatan
tepat (4) perlindungan untuk
membatasi akses pada
Keterangan : situasi yang
(4) : Pengetahuan membahayakan
banyak 5..Monitor lingkungan
terhadap terjadinya
b. Kinerja pengasuhan perubahan status
: keamanan fisik keselamatan
kehidupan masa 6. Edukasi individu dan
anak anak kelompok yang berisiko
Setelah dilakukan tindakan tinggi terhadap bahan
keperawatan diharapkan berbahaya yang ada di
dapat meningkatkan lingkungan
kinerja pengasuhan b. Pencegahan Jatuh
keamanan fisik kehidupan Tindakan keperawatan:
masa anak- anak, dengan 1..Identifikasi kekurangan
kriteria hasil: baik kognitif atau fisik
1. Memilih mainan yang dari anak yang
aman dan sesuai mungkin meningkatkan
dengan usia (5) potensi jatuh pada
2. Memberikan lingkungan tertentu
pengawasan terkait 2..Identifikasi perilaku dan
peralatan di area faktor yang
bermain (5) mempengaruhi
risiko jatuh
Keterangan: 3..Kaji ulang riwayat jatuh
(5) : Secara konsisten bersama dengan anak
menunjukkan dan keluarga
4..Identifikasi karakteristik
dari lingkungan yang
mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya,
lantai licin, dan tangga
terbuka)
5..Monitor gaya berjalan
(terutama kecepatan),
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
dengan ambulasi
6..Ajarkan anak untuk
beradaptasi dengan
terhadap modifikasi gaya
berjalan yang [telah]
disarankan (terutama
kecepatan)
7..Letakkan benda-benda
dalam jangkauan yang
mudah bagi anak
8..Sediakan alas kaki yang
tidak licin untuk
memfasilitasi
kemudahan
menjangkau

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An W
Diagnosis : Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Membangun hubungan saling Subjektif :
maret percaya bersama keluarga Ny J Ny J mengatakan An. W mulai
2018/ dan An. W mengalami keterlambatan sejak
11.30 2. Melakukan informed concent lahir, namun diketahui ketika usia
WIB bersama Ny J An. W 5 tahun, Ny J mengatakan
3. Melakukan kontrak waktu An. W akan mau aktif beraktivitas
4. Mengkaji riwayat tumbuh ketika ditemani, Ny J mengatakan
kembang anak An. W mampu berfikir tetapi susah
5. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengungkapkan
personal yang berdampak pada
keberhasilan program Objektif :
pendidikan Ny J menyetujui informed consent
6. Mengkaji dengan keluarga dan kontrak waktu, An. W tampak
dalam rangka mendapatkan diam dan malu malu saat
informasi mengenai kondisi memperkenalkan diri
kognisi dasar An. W
7. Mengatur batasan bersama An. Analisis Tujuan :
W Masalah gangguan tumbuh
8. Mengkaji tingkat Penerimaan kembang belum teratasi
orangtua terkait dengan
perannya untuk menyediakan Perencanaan Selanjutnya :
perawatan Intervensi gangguan tumbuh
9. Berinteraksi personal dengan kembang dilanjutkan
An. W
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny J mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan
denganpenyandang disabilitas penyandang disabilitas intelektual,
intelektual Ny J mengatakan akan selalu
2. Mendiskusikan strategi dalam berusaha untuk menunjang
mengelola perilaku anak perkembangan An. W
3. Memotivasi orang tua untuk Objektif:
mencoba strategi berbeda dalam Ny J tampak mengikuti pemberian
mengasuh anak materi cara berinteraksi dengan
4. Memonitor interaksi keluarga penyandang disabilitas dengan
dengan anak M seksama
Analisis Tujuan:
Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Jum’at/ 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
30 maret 2. Menggunakan suara bicara yang Ny J mengatakan akan menerapkan
2018 lembut dan rendah 6 langkah cuci tangan bersama
3. Menyediakan media dalam keluarga
bentuk video untuk melakukan Objektif:
demonstrasi 6 langkah cuci An. W tampak bisa melakukan 6
tangan langkah cuci tangan dengan benar
4. Melakukan demonstrasi 6 secara mandiri, An. W tampak

Poltekkes Kemenkes Padang


langkah cuci tangan bersama senang setelah melakukan
Ny J dan anak M beserta demonstrasi 6 langkah cuci tangan
saudaranya sambil bernyanyi Analisis Tujuan:
5. Meminta An. W untuk Masalah gangguan tumbuh
mendemonstrasikan 6 langkah kembang teratasi sebagian
cuci tangan secara mandiri Perencanaan selanjutnya:
sambil diiringi dengan Intervensi gangguan tumbuh
bernyanyi kembang dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Berinteraksi personal bersama Subjektif:
maret An. W Ny J mengatakan hasil mewarnai
2018 2. Membantu anak untuk belajar An. W bagus dan sesuai dengan
mandiri ilustrasi gambar
3. Menyediakan kertas bergambar Objektif:
beserta ilustrasi gambar dan An. W tampak ragu ragu dalam
pewarna bersama Ny J memilih warna, An. W tampak
4. Membantu dan mendorong An. senang atas hasil usahanya
W memilih pewarna yang di mewarnai gambar
pakai untuk gambar sesuai Analisis Tujuan:
dengan ilustrasi secara mandiri Masalah gangguan tumbuh
5. Mengevaluasi hasil mewarnai kembang teratasi sebagian
An. W bersama Ny J Perencanaan selanjutnya:
6. Memberikan pujian kepada An. Intervensi gangguan tumbuh
W atas hasil usahanya kembang dilanjutkan
Minggu/ 1. Membangun suasana yang aman Subjektif:
01 April bagi An. W An. W mengatakan mempunyai
2018 2. Mengajarkan anak untuk permainan congklak dan bisa
mencari bantuan dari orang lain memainkannya
ketika sangat membutuhkan Objektif:
3. Melakukan terapi bermain An. W tampak senang ketika
games bersama An. W bermain dimulai sampai selesai, An.
4. Mengajari anak untuk W tampak bisa memainkan
melakukan tindakan “berhenti congklak
dan berfikir” sebelum bertindak Analisis Tujuan:
secara impulsif Masalah gangguan tumbuh
5. Bantu An. W memilih tindakan kembang teratasi sebagian
yang paling menguntungkan Perencanaan selanjutnya:
6. Memberi pujian terhadap usaha Intervensi gangguan tumbuh
setiap anak kembang dilanjutkan
Senin/ 02 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
April 2. Mengacuhkan perilaku yang Guru kelas An. W mengatakan
2018 tidak tepat kalimat yang dibuat An. W rapi
3. Membantu anak untuk belajar Objektif:
mandiri An. W tampak terdiam saat perilaku
4. Membantu anak menulis sebuah nya yang tidak tepat, An. W tampak
kalimat secara mandiri bisa membuat kalimat dengan benar
5. Memuji anak terhadap hasil namun masih belum rapi secara
penulisan kalimat yang benar mandiri, An. W tampak bisa
dan rapi membuat kalimat dengan rapi ketika
di bantu
Analisis Tujuan:
Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Selasa/ 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
03 April 2. Mengacuhkan perilaku yang -
2018 tidak tepat Objektif:

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Membantu anak An. W tampak senang melakukan
mengidentifikasi hasil yang bermain peran dari awal sampai
diinginkan dalam suatu akhir bersama teman- temannya,
hubungan interpersonal An. W tampak ragu dalam bermain
berteman peran
4. Melakukan terapi bermain : Analisis Tujuan:
dramatic play (bermain peran) Masalah gangguan tumbuh
5. Mendukung anak untuk kembang teratasi sebagian
mengekspresikan diri Perencanaan selanjutnya:
6. Memberikan pujian kepada anak Intervensi gangguan tumbuh
atas hasil usaha dalam bermain kembang dilanjutkan
peran
Rabu/ 04 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
April 2. Mengacuhkan perilaku yang Guru An. W mengatakan hasil
2018 tidak tepat penghitungan dari An. W benar
3. Membantu anak untuk belajar Objektif:
mandiri An. W tampak bisa berhitung
4. Membantu anak belajar dengan menggunakan lidi secara
berhitung dengan menggunakan mandiri, An. W tampak senang
lidi berhitung menggunakan lidi
5. Memuji anak terhadap hasil Analisis Tujuan:
penghitungan yang benar Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Diagnosis : Kesiapan peningkatan koping keluarga

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Membangun hubungan pribadi Subjektif :
maret dengan anak dan anggota Ny J mengatakan ingin mengetahui
2018/ keluarga yang akan terlibat cara perawatan An. W, Ny J
15.00 dalam perawatan berharap An. W berkembang seperti
WIB 2. Mengidentifikasi kemampuan pada anak umumnya, Ny J
anggota keluarga untuk terlibat menjelaskan kondisi keluarga saat
dalam perawatan An. W ini
3. Mengidentifikasi harapan anggota
keluarga untuk anak Objektif :
4. Monitor struktur dan peran Ny J masih tampak khawatir
keluarga terhadap perkembangan An. W, Ny
5. Mengidentifikasi persepsi J tampak antusias dalam asuhan
anggota keluarga mengenai keperawatan
situasi, peristiwa yang tidak
diinginkan, perasaan dan Analisis Tujuan :
perilaku An. W Kesiapan peningkatan koping belum
6. Mengidentifikasi kekuatan dan teratasi
kemampuan anak dengan
anggota keluarga Perencanaan Selanjutnya :
7. Mendengarkan kekhawatiran, Intervensi kesiapan peningkatan
perasaan dan pertanyaan dari koping di lanjutkan
keluarga
8. Mengidentifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
9. Menghargai dan mendukung
mekanisme koping adaptif yang

Poltekkes Kemenkes Padang


digunakan keluarga
10. Melibatkan anggota keluarga
dan anak dalam membuat
keputusan terkait perawatan
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan
Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny J mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan
dengan penyandang disabilitas penyandang disabilitas intelektual,
intelektual Ny J mengatakan akan selalu
2. Mendorong Ny J dan An. W berusaha untuk menunjang
serta anggota keluarga untuk perkembangan An. W
bersikap asertif Objektif:
dalam
berinteraksi Ny J tampak mengikuti pemberian
3. Mendorong Ny J untuk fokus materi cara berinteraksi dengan
pada setiap aspek positif daripenyandang disabilitas dengan
situasi anak M seksama
4. Mendiskusikan bersama Ny J Analisis Tujuan:
jenis perawatan dirumah yang Masalah kesiapan peningkatan
sesuai dengan kondisi An. W koping keluarga teratasi sebagian
5. Melakukan kontrak waktu Perencanaan selanjutnya:
pertemuan selanjutnya Intervensi kesiapan peningkatan
koping keluarga dilanjutkan
Jum’at/ 1. Melakukan demonstrasi 6 Subjektif:
30 maret langkah cuci tangan bersama Ny J mengatakan akan menerapkan
2018 Ny J, An. W dan adik adiknya 6 langkah cuci tangan pakai sabun
2. Evaluasi kemampuan An. W bersama keluarga, Ny J meminta
bersama keluarga dalam video demonstrasi beserta lagu
mendemonstrasikan 6 langkah untuk demonstrasi 6 langkah cuci
cuci tangan tangan
3. Memberikan pujian kepada An. Objektif:
W mengulang 6 langkah cuci Ny J dan An. W tampak bisa
tangan melakukan cuci tangan pakai sabun
4. Memonitor keterlibatan anggota dengan 6 langkah, Ny J dan An. W
keluarga dalam demonstrasi 6 tampak senang ketika
langkah cuci tangan mendemonstrasikan 6 langkah cuci
5. Melakukan kontrak waktu untuk tangan pakai sabun secara bersama
pertemuan selanjutnya Analisis Tujuan:
Kesiapan peningkatan koping
keluarga teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan peningkatan
koping keluarga dilanjutkan
Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Menjelaskan tujuan interaksi Subjektif :
maret 2. Menunjukkan ketertarikan Ny J mengatakan An. W susah
2018/ pada anak dalam menyampaikan pendapat baik
15.00 dalam tulisan maupun dengan kata-
WIB kata, suka menanggapi orang
dengan senyuman
Objektif :
An. W tampak suka senyum senyum
dan malu malu saat
memperkenalkan diri
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Kamis/ 1. Menjelaskan tujuan pertemuan Subjektif:
29 maret 2. Memonitor perilaku An. W Ny J mengatakan An. W masih
2018 3. Mendorong anak untuk belum bisa mengekpresikan
mengekspresikan perasaan perasaannya sesuai keadaan
4. Mendengarkan An. W Objektif:
mengekspresikan perasaan Ny J tampak membantu An. W
mengekspresikan perasaan, An. W
tampak terbata bata dalam berbicara
dan kurang pandai mengekpresikan
perasaannya
Analisis Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan dan demonstrasi An. W mengatakan ingin
2018 tentang 6 langkah cuci tangan membiasakan 6 langkah cuci tangan
2. Mendorong anak untuk pakai sabun dengan mengangguk
mengekspresikan perasaan saat di evaluasi
3. Memonitor perilaku An. W Objektif:
4. Meminta An. W untuk An. W tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah melakukan demonstrasi 6 langkah
cuci tangan secara mandiri cuci tangan bersama keluarga dan
5. Memberikan pujian atas secara mandiri
kemampuan An. W Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong An. W untuk Subjektif:
maret mengekspresikan perasaan Ny J mengatakan An. W senang
2018 setelah melakukan perawatan setelah melakukan perawatan diri
diri
2. Menggunakan perilaku non Objektif:
verbal untuk memfasilitasi An. W tampak senang
komunikasi
3. Menggunakan teknik diam dan Analisis Tujuan : Gangguan
mendengarkan saat An. W komunikasi verbal belum teratasi
mengekspresikan perasaan
4. Memberikan umpan balik Perencanaan Selanjutnya :

Poltekkes Kemenkes Padang


kepada anak Intervensi gangguan komunikasi
5. Memberikan pujian kepada anak verbal dilanjutkan
atas hasil usaha dalam
mengekspresikan diri
Minggu/ 1. Melakukan terapi bermain Subjektif:
01 April assosiative play bernyanyi -
2018 bersama An. W, An. N dan An. Objektif:
F An. W tampak kesulitan dalam
2. Memonitor perilaku anak selama memilih lagu, An. W tampak
terapi berusaha mengikuti permainan, An.
3. Memberikan pujian W tampak berusaha bernyanyi
dengan terbata bata dan bertepuk
tangan, An. W tampak senang
Analisis Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Diagnosis : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi defisit Subjektif :
maret perawatan diri anak Ny J mengatakan An. W mandi
2018/ 2. Memonitor kebersihan kuku, masih kurang bersih dan sering
15.00 sesuai dengan kemampuan bermain air ketika mandi, Ny J
WIB merawat diri An. W mengatakan An. W sudah bisa
berpakaian secara mandiri namun
belum bisa berhias secara mandiri
Objektif :
An. W tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang
dan kotor, kuku jari kaki tampak
panjang dan kotor, An. W tampak
belum bisa melakukan perawatan
diri secara mandiri dengan optimal
sesuai usia
Analisis Tujuan :
Defisit perawatan diri belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Kamis/ 1. Menginformasikan kepada Ny J Subjektif:
29 maret untuk mendukung kemandirian Ny J mengatakan akan membantu
2018 dengan membantu hanya ketika kemandirian An. W ketika An. W
An. W tak mampu melakukan tak mampu melakukan perawatan
perawatan diri diri.
2. Memonitor kemampuan Objektif:
perawatan diri secara mandiri An. W tampak belum bisa secara
An. W mandiri menyisir rambut dengan
rapi, mencuci tangan pakai sabun,
menggunakan sabun saat mandi,
menggosok gigi saat mandi serta

Poltekkes Kemenkes Padang


berwudhu dengan benar
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
belum teratasi
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan cuci tangan pakai Ny J mengatakan akan
2018 sabun dan 6 langkah cuci membiasakan cuci tangan pakai
tangan pakai sabun sabun
2. Mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan bersama Ny J dan Ny J dan An. W tampak bisa
anak W melakukan cuci tangan pakai sabun
dengan 6 langkah, Ny J dan An. W
tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan pakai sabun secara bersama
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjelaskan pentingnya Subjektif:
maret menjaga kebersihan tubuh An. W mengatakan senang
2018 (mandi, keramas, menggosok melakukan perawatan diri mandi,
gigi) secara mandiri kepada An. keramas, menyikat gigi, An. W
W menyebutkan beberapa alat untuk
bersama Ny J melakukan perawatan diri mandi,
2. Bersama Ny J memfasilitasi alat keramas, menyikat gigi
untuk mandi, keramas,
menyikat gigi Objektif:
3. Menjelaskan kembali kepada An. W tampak senang setelah
anak alat alat yang digunakan melakukan perawatan diri mandi,
untuk mandi, keramas, keramas, menyikat gigi, An. W
menyikat gigi tampak masih perlu di bantu saat
4. Menjelaskan peraturan yang melakukan perawatan diri mandi,
harus dipatuhi oleh An. W saat keramas, menyikat gigi
mandi, keramas, menyikat gigi
5. Bersama An. W melakukan Analisis Tujuan:
perawatan diri mandi, keramas, Masalah defisit perawatan diri
menyikat gigi teratasi sebagian
6. Memberikan pujian untuk
kemampuan anak dalam Perencanaan selanjutnya:
melakukan perawatan diri Intervensi defisit perawatan diri
mandi, keramas, menyikat gigi dilanjutkan
7. Mengevaluasi perasaan anak
setelah melakukan perawatan
diri mandi, keramas, menyikat
gigi
Minggu/ 1. Mengevaluasi Subjektif:
01 April perawatan diri mandi, Ny J mengatakan An. W masih
2018 keramas, menyikat gigi belum bisa melakukan perawatan
2. Menjelaskan kembali diri mandi, keramas, menyikat gigi
pentingnya menjaga dengan benar
kebersihan diri kepada
An. W Objektif:

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Melakukan kembali An. W tampak ingin di temani
perawatan diri mandi, dalam melakukan perawatan diri
keramas, menyikat gigi mandi, keramas, menyikat gigi, An.
4. Mengevaluasi W tampak belum bisa menyiapkan
pengetahuan dan alat untuk perawatan diri mandi,
kemampuan An. W keramas, menyikat gigi secara
melakukan perawatan mandiri, An. W tampak belum bisa
diri secara mandiri melakukan perawatan diri secara
5. Memberikan pujian benar sepenuhnya
kepada An. W atas
kemampuan Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Diagnosis : Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif

Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi kebutuhan Subjektif :
maret keamanan anak berdasarkan Ny J mengatakan An. W pernah
2018/ fungsi fisik dan kognitif serta memiliki riwayat cidera karena
15.00 riwayat perilaku di masa lalu pembullyan dari teman teman An.
WIB 2. Mengidentifikasi hal- hal yang W, Ny J mengatakan takut jika An
membahayakan di lingkungan W bermain sendirian
anak
3. Mengidentifikasi kekurangan Objektif :
baik kognitif atau fisik dari anak An.W tampak sering kebingungan,
yang mungkin meningkatkan An. W tampak berjalan normal,
potensi jatuh pada lingkungan Rumah An W berdekatan dengan
anak jalanan umum
4. Mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi risiko Analisis Tujuan :
jatuh Risiko cidera belum teratasi
5. Mengkaji ulang riwayat jatuh
bersama dengan anak dan Perencanaan Selanjutnya :
keluarga Intervensi risiko cidera dilanjutkan
6. Mengidentifikasi karakteristik
dari lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
7. Monitor gaya berjalan
Kamis/ 1. Memonitor lingkungan terhadap Subjektif:
29 maret resiko terjadinya perubahan Ny J dan An. W mengatakan mau
2018 status keselamatan anak W menjadikan lingkungan yang aman
2. Memberikan edukasi kepada Ny di sekitar rumah
N tentang lingkungan yang aman Objektif:
bagi anak W Rumah Ny J tidak memiliki pagar
pembatas dengan jalan umum
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
Jum’at/ 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:

Poltekkes Kemenkes Padang


30 maret sekitar anak W Ny J mengatakan akan selalu
2018 2. Memodifikasi lingkungan untuk mengawasi aktivitas an. W, Ny J
meminimalkan risiko cedera mengatakan meminta bantuan untuk
mengawasi An. W ketika
berinteraksi
Objektif:
An. W tampak mengikuti perintah
untuk mengurangi resiko cedera
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
maret sekitar anak W Ny J mengatakan meminta bantuan
2018 untuk mengawasi An. W ketika
berinteraksi, Guru SLB meminta
agar menutup pagar sekolah jika ada
yang keluar masuk, Guru SLB
meminta mengawasi anak anak agar
tidak bermain dengan berlebihan
Objektif:
Pagar sekolah tampak tertutup
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai