FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan jasa hukum khususnya di bidang kenotariataan, sehingga dalam kegiatan sehari-hari
seseorang atau subjek hukum dalam hal untuk menyatakan hak dan kewajibannya hampir tidak
terlepas dari peran notaris terutama dalam melakukan perjanjian atau perikatan dalam lapangan
hukum perdata, misalnya tentang adanya perjanjian jual beli tanah, yang pasti membutuhkan
legalitas dan kepastian terhadap akta yang dibuat sehingga memerlukan jasa notaris. Undang-
Undang Jabatan Notaris (UUJN) mengkategorikan Notaris sebagai Pejabat Umum, pembuat
Pengertian akta otentik berdasarkan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yaitu “suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh
atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu dan di tempat di mana akta yang
dibuatnya.” Sebagai contoh, awal peraturan Jabatan Notaris(PJN) ada larangan tentang
perdata. Akhirnya dengan adanya Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Pasal
20 ayat 1 perubahan dari Undang- undang Nomor 30 Tahun 2004, notaris dimungkinkan
membuat dan atau membentuk perkumpulan antar notaris dengan bentuk Persekutuan
1
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Telematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 2.
Persekutuan perdata atau yang biasa disebut dengan Maatschap merupakan suatu
persetujuan antara dua orang atau lebih yang biasanya berprofesi sama, dengan bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dan manfaat yang dapat dibagikan di antara mereka. Persekutuan
perdata biasanya digunakan untuk mencapai tujuan bersama atau keuntungan dalam suatu
proyek atau usaha tertentu.Dalam persekutuan perdata, para pihak yang terlibat biasanya
membuat perjanjian tertulis yang mengatur semua aspek kerja sama, termasuk pembagian laba,
tanggung jawab, kewajiban, kontribusi modal, dan berbagai hal lainnya. Meskipun tidak ada
entitas hukum yang terpisah, setiap anggota persekutuan perdata memiliki tanggung jawab
pribadi terhadap kewajiban dan utang yang timbul dari usaha tersebut.
Dalam hal mendirikan suatu persekutuan perdata juga dapat dilakukan oleh notaris,
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
(selanjutnya disebut UUJN). Pasal tersebut mengatur bahwa notaris dapat menjalankan
jabatannya dalam bentuk perserikatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian dan
ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dalam menjalankan jabatan notaris dalam bentuk
2010 pada tanggal 8 Februari 2010 yang memberikan kepastian hukum dan landasan bagi para
2
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 95.
ini mengatur mengenai perserikatan perdata Notaris (Perserikatan), sebagaimana pada
ketentuan Pasal 1 angka 1 yang berbunyi : “Perserikatan Perdata Notaris, yang selanjutnya
disebut Perserikatan adalah perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan
masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan
mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris.” Tujuan Perserikatan menurut
bentuk perserikatan perdata notaris merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung
kenotariatan, dan meningkatkan pengetahuan serta keahlian para notaris.3 Berdasarkan konsep
perserikatan perdata dalam UUJN tersebut, mengindikasikan bahwa notaris dapat membentuk
suatu wadah kerjasama. Pembentukan perserikatan perdata notaris juga diharapkan dapat
memaksimalkan pemberian pelayanan kepada publik. Dengan berkantor pada kantor yang
sama para Notaris dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman, karena seorang Notaris mungkin
saja ahli dalam bidang hukum pertanahan dan hukum waris, tetapi kurang menguasai hukum
pasar modal misalnya, sehingga dengan berbagi ilmu dan pengalaman tersebut dapat
Berdasarkan Pasal 1618 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
KUHPdt), persekutuan perdata merupakan suatu “perjanjian dimana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk
3
Herlien Budiono. 2007. Notaris dan Kode Etiknya. Medan: Upgrading dan Refreshing Course Nasional
Ikatan Notaris Indonesia. Hal. 3
4
Habib Adjie. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik. Bandung:
Refika Aditama. Hal. 79
membagi keuntungan yang terjadi karenanya” menurut Pasal ini syarat persekutuan perdata
ialah adanya pemasukan sesuatu kedalam persekutuan (inbreng), dan ada pula pembagian
keuntungan dari hasil pemasukan tersebut, suatu persekutuan perdata dibuat berdasarkan
perjanjian oleh para pihak yang mendirikannya, dalam perjanjian itu para pihak berjanji
memasukkan sesuatu (modal) kedalam persekutuan, dan hasil dari usaha yang dijalankan
seorang Notaris dalam memberi layanan jasa pembuatan akta autentik secara mandiri memiliki
rate honorarium sebagai jasa profesi pelayanan kepada masyarakat, bukan mencari 7
keuntungan dan terlebih membagi keuntungan. Oleh karena itu bagaimana Notaris-Notaris
dalam suatu Persekutuan membagi keuntungan sedangkan hal tersebut tidak sesuai dengan
kepada kepentingan masyarakat dan negara. Hal tersebut sesuai dengan yang ditentukan
berdasarkan Pasal 3 Angka 6 Kode Etik Notaris. Dapat diartikan bahwa notaris diangkat bukan
untuk kepentingan individu notaris, jabatan Notaris adalah jabatan pengabdian, oleh karena itu
Selain itu, Akta notaris menganut asas kemandirian dan kerahasiaan. Asas kerahasiaan
terbatas merupakan hak ingkar bagi notaris dalam menjalankan jabatannya. Asas rahasia
terbatas dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN yang mewajibkan
notaris untuk merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali
dalam UUJN ini masih menimbulkan pro dan kontra dalam praktik kenotariatan karna
dikhawatirkan bertentangan dengan asas kemandirian dan asas kerahasiaan, terlebih ketika PJN
masih berlaku, Perserikatan Perdata Notaris tersebut tidak diperbolehkan, apalagi Persekutuan
Perdata Notaris dalam UUJN-P yang masih menimbulkan ragam penafsiran yang berbeda-beda
karena tidak adanya aturan lebih lanjut mengenai Persekutuan Perdata Notaris seiring
dihapusnya Pasal 20 ayat (3) di dalam UUJN-P. Notaris yang merupakan pejabat umum yang
Persekutuan Perdata Notaris berdasar UUJN dan UUJN-P,namun masih adanya beberapa hal
belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian mengenai Pengaturan Pelaksanaan
Jabatan Notaris Dalam Bentuk Persekutuan Perdata Berdasarkan Prinsip Kemandirian dan
Kerahasiaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat ditarik dua rumusan masalah
yaitu:
perdata?
berdasarkan prinsip kemandirian dan kerahasiaan merupakan hal yang menarik untuk dibahas
dalam sebuah obyek penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, di perlukannya sebuah
perbandingan dengan penelitian penelitian yang lain yang membahas tentang kekuatan akta
b. Bagaimana penggunaan terminologi yang tepat mengenai suatu wadah bagi notaris
Hasil penelitian yang dimiliki dalam penelitian ini adalah bahwa konsep persekutuan
perdata menurut KUHPerdata adalah menjalankan suatu kegiatan usaha atau badan
usaha yang bertujuan untuk mencari suatu keuntungan, sedangkan konsep persekutuan
perdata yang dimaksud UUJN-P adalah kantor bersama Notaris, dalam menjalankan
jabatannya Notaris lebih mengutamakan pelayanan publik kepada masyarakat. Hal ini
tidak relevan dengan tujuan persekutuan perdata yang diatur dalam KUHPerdata.
Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian tersebut, karena penelitian
Notaris dalam menjalankan jabatannya sebagai anggota persekutuan perdata. Selain itu
dalam penelitian ini penulis akan mengkaji pula mengenai dampak dalam menjalankan
Pasal 20 ayat (1) juncto Pasal 20 ayat (2) UUJN-P sebagai ketentuan khusus serta
KUHPerdata sebagai ketentuan umumnya. Persekutuan perdata notaris dibandingkan
dengan persekutuan perdata pada umumnya memiliki perbedaan mendasar dalam hal
sendiri dalam hal pembuatan akta, berikut mengenai manajemen dan administrasi
kantor, hubungan dengan klien, serta pengelolaan dokumen notaris. Seorang notaris
dalam persekutuan perdata notaris hanya akan bertanggung jawab atas akta yang dibuat
olehnya atau dihadapannya saja. Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan
sebagai anggota persekutuan perdata. Selain itu dalam penelitian ini penulis akan
persekutuan perdata.
3. R. Raka Andika Jagad Nata, Tesis Magister kenotariatan Universitas Sriwijaya,, dengan
bahwa, karakter hukum Persekutuan yang sesuai dengan pelaksanaan jabatan Notaris
adalah, Persekutuan dipandang secara terbatas sebagai kantor bersama, yang mana
masing-masing dari para Notaris memasukkan inbreng misalnya berupa biaya listrik,
alat tulis kantor, sewa bangunan, dan tenaga kebersihan. Kesemuanya, dimanfaatkan
kantor secara mandiri, bukan untuk mencari dan membagi keuntungan, tetapi terbatas
kepada menerima manfaat dari inbreng tersebut. Implikasi kekosongan hukum
inbreng apa yang dimasukkan dan perihal frasa “dengan maksud membagi keuntungan”
mendatang, demi kepastian hukum, adalah dengan jalan menambah satu ayat dalam
lebih lanjut mengenai dijalankannya jabatan Notaris dalam bentuk Persekutuan diatur
bahwa yang dimaksud dengan “Persekutuan Perdata” adalah kantor bersama Notaris.
Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian tersebut, karena penelitian
Notaris dalam menjalankan jabatannya sebagai anggota persekutuan perdata. Selain itu
dalam penelitian ini penulis akan mengkaji pula mengenai dampak dalam menjalankan
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengembangan Ilmu Hukum
khususnya terhadap bidang Hukum Kenotariatan. Tujuan umum dalam penelitian ini
antara lain :
Dalam membuat sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat secara
luas sehingga dapat memberikan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Adapun manfaat dari
penelitian ini dapat dibagi menjadi dua baik secara teoritis maupun secara praktis
pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya bidang hukum kenotariatan serta dapat
persekutuan perdata.
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yaitu dapat
menjadi referensi atau masukan bagi pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini baik bagi pembaca, notaris ataupun
penulis sendiri sehingga dapat memahami terkait pelaksanaan persekutuan perdata bagi
jabatan notaris berdasarkan prinsip kemandirian dan kerahasiaan serta mengenai
Dalam mendukung penelitian yang dibuat ini diperlukan teori-teori, asas-asas dan konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam landasan teori. Penentuan pemilihan teori, asas-asas
dan konsep adalah harus dapat memberikan manfaat serta sinkron dengan inti permasalahan
penelitian guna memberikan kemudahan terhadap analisis topik yang akan dikaji tersebut.
Adapun macam-macam teori, asas dan konsep hukum yang termuat dalam penelitian ini
sebagai sebuah pisau analisis dalam membedah permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini,
diperlukannya sebuah hukum yang berisi mengenai aturan-aturan yang bersifat umum,
baik secara tertulis ataupun tidak tertulis yang diperlukan untuk menjadi pembatas
dalam bertingkah laku dalam suatu masyarakat. Hukum hadir dalam masyarakat untuk
terciptanya suatu kepastian hukum, maka suatu peraturan dibuat serta diundangkan
haruslah mengatur secara jelas dan sinkron sehingga tidak menimbulkan banyaknya
penafsiran terhadap sebuah hukum. Kepastian hukum merupakan satu gerbong yang
dimana individu, masyarakat ataupun pemerintah berada dalam satu koridor yang
dibentuk serta diundangkan secara resmi dengan tujuan mengatur secara jelas dan
masuk akal. Kejelasan tersebut dengan kata lain tidak menimbulkan multi tafsir serta
1. Keadilan (Gerechtigkeit)
2. Kemanfaatan (Zweckmassigkeit)
Pendapat Gustav Radbruch juga dikutip oleh Theo Huijber menyebutkan kepastian
1. Keadilan dalam arti yang sempit yaitu keadilan yang berarti kesamaan hak
2. Tujuan keadilan yang menentukan isi dari hukum, sebab isi hukum memang
3. Kepastian hukum atau legalitas yaitu menjamin bahwa hukum dapat berfungsi
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan hukum tersebut sehingga tidak dapat
diganggu oleh keadaan yang bersifat subjektif. Kepastian serta keadilan bukanlah
sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan aturan hukum. Hukum
yang tidak memberikan kepastian dan keadilan bagi masyarakat adalah suatu hukum
yang buruk.
5
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 19
6
Theo Huijber, 2007, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Cetakan Keempatbelas, Yogyakarta, hal 163
Menurut Soerjono Soekanto, salah satu fungsi hukum adalah sebagai alat untuk
mengubah masyarakat, dalam arti bahwa hukum sangat mungkin digunakan sebagai
alat oleh pelopor perubah (agent of change). Agent of change atau pelopor perubahan
adalah seorang atau kelompok orang yang memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
sosial dan dalam menjalankan hal itu langsung terkait dengan tekanan-tekanan untuk
dengan sistem-sistem yang direncanakan dan diatur lebih dahulu dinamakan social
dari konsepsi tersebut yang digambarkan akan mengakibatkan hasil yang sama dari
penerapan faham legisme yang banyak ditentang di Indonesia.8 Faktor- Faktor yang
a. Kaidah Hukum
7
Suteki, Desain Hukum di Ruang Sosial (Yogyakarta: Thafa Media, 2013), hlm. 114.
8
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 79.
b. Hukum harus relevan dengan kondisi dan perubahan-perubahan yang
c. Penegak Hukum
tinggi dalam menjalankan profesi sesuai dengan etika profesi dan tidak
e. Sarana Prasarana
sudah diberikan maka masyarakat dianggap tahu dan mengerti isi dari
diatur dalam Pasal 20 ayat (1) UUJN-P. Pasal tersebut menyatakan bahwa “....”
1.6.3 Konsep Jabatan Notaris
untuk membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan
yang diharuskan oleh para puhak yang memiliki kepentingan untuk dimuat dalam
groose, salinan dan kutipan akta sepanjang tidak bertentangan dengan aturan
perundang-undangan.
“ Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan
9
Krisdianto,R.Maradesa,2014, Kewenangan Serta Tanggung Jawab Hukum Atas Pembuatan Akta Otentik
Oleh Notaris Berdasarkan Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, Lex Privatum,2(3).pp 138-146.hal 145
mengenai jabatan notaris. Materi yang diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris ini
dalamnya adalah peraturan yang bersifat memaksa. Notaris sebagai pejabat umum
autentik sebagai pemberi kepastian hukum, sehingga selama alat bukti autentik
tersebut terus diperlukan hal tersebut mengakibatkan jabatan Notaris akan selalu
memiliki eksistensi di tengah kehidupan masyarakat.10 Causa formality means that the
deed is functioning to complete or complete a legal act, so its not a legal act.11
Undang-Undang Jabatan Notaris serta kode etik jabatan Notaris. Kode etik ini
meruoakan bentuk dari sikap profesional serta rasa percaya masyarakat kepada
Notaris.12 Jasa yang ditawarkan oleh seorang yang memiliki profesi sebagai Notaris
Notaris memiliki tanggung jawab atas kepercayaan para pihak tersebut, baik secara
perdata, ini diatur dalam Pasal 20 ayat (1) UUJN-P yang menyatakan bahwa: “ Notaris
10
M Syahrul Borman,2019, Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum Dalam Perspektif Undang-Undang
Jabatan Notaris, Jurnal Hukum dan Kenotariatan, 3(1) pp 74-83, hal.77
11
Unggul Basoeky,2021, Juridical Analysis Of The Authenticity Of Notary Deed After Apostille is
Implemented In Indonesia, Budabest Internasional Research and Critics Institute, Journal (BIRCI-Journal). Pp
2907-2919. Hal.2912
12
Ajeng Fitrah Ramadhan,2019, Makna Alasa-Alasan tertentu Dalam Kode Etik Notaris Terkait Kewajiban
Menjalankan Jabatan Notaris Dikantornya, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(1). Pp
15-28, hal.15.
13
Topan Aditya Putra,2016, “ Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Notaris Atas Minuta Akta Yang Hilang
Atau Rusak”. (tesis) Program Studi Magister KenotariatanUniversitas Narotama, Surabaya
membentuk suatu persekutuan perdata menunjukkan bahwa habatan Notaris dapat
Persekutuan Perdata adalah suatu badan usaha yang termasuk dalam hukum
dagang, sebab menjalankan perusahaan. Badan usaha tersebut diatur dalam Pasal 1618
KUHPer yaitu: “suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
diatur dalam Bab VIII Bagian Satu Buku III KUH Perdata yang dalam buku
Persekutuan.14
perjanjian.15 Namun dalam Pasal tersebut tidak ada keharusan adanya sutau syarat
tertulis, maka perjanjian yang dimaksud bersifat konsensual, yakni dianggap cukup
tersebut mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat yang
ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624). Untuk kepastian hukum, baik bagi para
pendiri maupun pihak ketiga yang berhubungan dengan persekutuan pada umumnya
persekutuan perdata dibuat dengan akta uutentik, dalam hal ini Akta Notaris.16
14
Rudhi Prasetya. 2004. Maatschap Firma dan Persekutuan Komandinter. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hal.
1
15
H.M.N Purwosutjipto. 1999. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Djambatan. Hal. 21
16
Sentosa Sembiring. 2008. Hukum Dagang. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hal. 37
Persekutuan perdata terdapat 2 (dua) jenis. Jenis dari persekutuan perdata tersebut
adalah:
Dalam jenis ini diperjanjikan suatu pemasukan yang terdiri dari seluruh harta
secara umum, yang artinya tanpa perincian. Persekutuan perdata macam ini
dilarang oleh Pasal 1621 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Rasio dari
larangan itu ialah bahwa dengan adanya pemasukan seluruh atau sebagian
harta kekayaan tanpa perincian itu, orang tidak akan dapat membagi
keuntungan secara adil seperti ditetapkan dalam Pasal 1633 Kitab Undang-
kekuatan kerjanya untuk mendapatkan laba yang dapat dibagi-bagi antara para
sekutu. Persekutuan perdata jenis ini oleh Pasal 1622 Kitab Undang-Undang
b) Persekutuan Perdata Khusus Dalam persekutuan perdata jenis khusus ini para
17
H.M.N Purwosutjipto. Op.Cit. Hal. 23
sebagian dari pada tenaga kerjanya (Pasal 1623 Kitab Undang-Undang Hukum
melaluinya;
kepentingan bersama;
tetap tertentu (yang didasarkan pada keahlian yang dimiliki oleh para
dalam bentuk sikap maupun perbuatan, sebab sebenarnya sikap merupakan dasar dari
18
Gunawan Widjaja. 2005. Segi Aspek Hukum dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal. 80
mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu
dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam
segi-segi manfaat atau keuntungannya maupun segi-segi negatif dan kerugian yang
akan dialaminya.
istilah independen ini sering disama artikan dengan Mandiri. Dalam konsep
secara manajerial dapat berdiri sendiri tanpa tergantung kepada atasannya, tetapi
secara institusional tetap tergantung kepada (depend on) atasannya. Sementara itu,
dalam hal ini adalah menteri yang membidangi hukum (Pasal 1 ayat (14)) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014. Notaris meskipun secara administratif diangkat dan
jabatannya:20
19
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (Bandung: Refika Aditama, 2008), hal 31.
20
Ibid, hlm.16.
3) Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti dalam
Habib Adjie menyebutkan bahwa jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau
tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu serta
kemandirian. Kemandirian jabatan notaris berada pada kedudukan yang netral dan
pemerintah, tetapi notaris tidak menjadi subordinasi dari yang mengangkatnya dalam
hal ini adalah pemerintah. Notaris juga bukan merupakan salah satu pihak dalam
hubungan hukum yang akan dilakukan oleh para pihak. Sehingga dalam menjalankan
tugas jabatannya, notaris harus bersifat mandiri, tidak memihak siapapun, tidak
memiliki ciri utama, yaitu pada kedudukannya yang tidak memihak dan mandiri
(independensi), bahkan dengan tegas dikatakan “bukan sebagai salah satu pihak”.
kepada menyangkut antara lain di dalam pembuatan akta autentik sama sekali bukan
pihak dari yang berkepentingan. Notaris sungguh netral tidak memihak kepada salah
satu dari mereka yang berkepentingan. Kemandirian seorang Notaris tercermin dari
keahlian yang dimiliki serta didukung oleh ilmu pengetahuan, pengalaman dan
memiliki keterampilan yang tinggi serta memiliki integritas moral yang baik.
21
Ibid
Kemandirian seorang Notaris dalam melaksanakan kewajibannya selaku
Pejabat umum, hanyalah mengkonstatir atau merekam secara tertulis dan autentik dari
ia bukan merupakan bagian dari pihak yang melakukan perbuatan hukum itu. Notaris
yang berlaku serta mengetahui batas-batas sejauh mana ia dapat bertindak apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Notaris juga perlu bekerja sama dengan
pihak pemerintah daerah dan para pihak terkait demi tercapainya tujuan hukum, sebab
pada dasarnya seorang Notaris tidak dapat melakukan pekerjaannya sendiri dengan
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Notaris I Ketut Ariyasa, SH., M.Kn,
Notaris tidak bergantung pada pihak lain, tidak bisa di dikte oleh pihak lain bahkan
mandiri itu tidak condong kepada salah satu pihak yang menghadap dan tidak
berpihak.
dan memahami permasalah yang sedang dihadapi agar hasil dari penelitian tersebut
merupakan dari pencari yang bernilai edukatif. Metode penelitian hukum adalah suatu
mengungkapkan kebenaran.
Sehingga dalam membahas permasalahan yang ada, metode sangatlah penting dalam
tahapan pengumpulan data-data dalam konteks pembahasan suatu masalah, maka dalam
undangan lainnya. Penelitian hukum normatif menurut Peter Mahmud Marzuki dapat
juga disebut penelitian hukum doktrinal yaitu suatu proses untuk menemukan suatu
isu hukum yang dihadapi.22 Permasalahan dari konflik norma ini berakar dari tidak
approach), pendekatan dari segi historis (historical approach), dan pendekatan secara
yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dikaji melalui pendekatan terhadap
aturan undang-undang (statute approach) yang diteliti dengan cara mengkaji serta
memahami aturan undang-undang dan regulasi terkait dengan isu hukum yang
yang bersumber dari pendapat-pendapat serta doktrin-doktrin yang hidup dalam ilmu
22
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, hal 35
23
Ibid,, hal 93
hukum. Peneliti akan mempelajari pendapat maupun doktrin tersebut sehingga akan
melahirkan ide-ide mengenai pengertian hukum, konsep hukum, serta asas hukum
Sumber bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier. Bahan hukum
primer merupakan hal yang terpenting dalam melakukan penelitian. Bahan hukum
bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang sering kali digunakan adalah
pendapat-pendapat dari para ahli hukum, hasil dari penelitian hukum, serta hasil dari
penelitian ilmuah dari berbagai kalangan hukum. Bahan hukum sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan hukum
perdata dan hukum perjnjian, buku-buku tentang akta notaris dan jabatan notaris serta
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang akan menjadi petunjuk serta
penjelasan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
prinsip kemandirian dan kerahasiaan ini adalah studi dokumen. Studi dokumen
dilakukan dengan cara mengutip hal-hal yang relevan dengan masalah yang diteliti
yaitu menganalisis masalah dengan bahan hukum primer, sekunder dan tersier
penggambaran dilakukan untuk menentukan isu atau makna dari suatu bahan hukum
dan disesuaikan dengan pokok permasalahan yang ada. Pada tahapan ini akan
dilaksanakan penjelasan, penganalisaan, serta menentukan arti dari aturan hukum yang
ada di dalam aaturan undang-undang yang berkaitan dengan notaris dan akta notaris.
Tahap interpretasi dilakukan dengan cara menentukan jenis penafsiran apa saja
cara untuk menentukan apakah penelitian tersebut sudah tepat atau tidak tepat, benar
atau salah, serta sah atau tidak sah. Hal ini dilakukan oleh peneliti terhadap suatu
kesimpulan mengenai rumusan norma, keputusan baik yang termasuk dalam bahan
hukum primer ataupun bahan hukum sekunder. Teknik argumentasi adalah pendapat-
pendapat yang merupakan hasil pemikiran dan hasil analisis peneliti yang dirumuskan
secara tertulis, memuat mengenai makna harmonisasi hukum yang dilandasi dengan
24
Sunaryati Hartono, 2006, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Abad ke-20, PT. Alumni, Bandung, hal 134
Penyelesaian dalam membahas persoalan yang akan dikaji akan menggunakan
yang sudah ada, serta peraturan-peraturan yang terkait dengaan masalah yang dibahas.
Daftar Pustaka
Buku:
Gunawan Widjaja. 2005. Segi Aspek Hukum dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Telematik Terhadap Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung: Refika Aditama.
Habib Adjie,2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT ,Bandung: Citra Aditya Bakti.
Herlien Budiono. 2007. Notaris dan Kode Etiknya. Medan: Upgrading dan Refreshing Course
Nasional Ikatan Notaris Indonesia.
Habib Adjie. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik. Bandung: Refika Aditama.
H.M.N Purwosutjipto.1999. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2004, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenada Media.
Rudhi Prasetya. 2004. Maatschap Firma dan Persekutuan Komandinter, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sentosa Sembiring. 2008. Hukum Dagang. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sunaryati Hartono, 2006, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Abad ke-20, Bandung : PT.
Alumni.
Suteki, Desain Hukum di Ruang Sosial (Yogyakarta: Thafa Media.
Theo Huijber, 2007, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Cetakan Keempatbelas,
Yogyakarta.
Topan Aditya Putra,2016, “ Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Notaris Atas Minuta Akta
Yang Hilang Atau Rusak”. (tesis) Program Studi Magister KenotariatanUniversitas
Narotama, Surabaya
Jurnal:
Ajeng Fitrah Ramadhan,2019, Makna Alasa-Alasan tertentu Dalam Kode Etik Notaris Terkait
Kewajiban Menjalankan Jabatan Notaris Dikantornya, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(1). Pp 15-28.
Krisdianto,R.Maradesa,2014, Kewenangan Serta Tanggung Jawab Hukum Atas Pembuatan
Akta Otentik Oleh Notaris Berdasarkan Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, Lex
Privatum,2(3).pp 138-146.
M Syahrul Borman,2019, Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum Dalam Perspektif
Undang-Undang Jabatan Notaris, Jurnal Hukum dan Kenotariatan, 3(1) pp 74-83,
Unggul Basoeky,2021, Juridical Analysis Of The Authenticity Of Notary Deed After Apostille
is Implemented In Indonesia, Budabest Internasional Research and Critics Institute,
Journal (BIRCI-Journal). Pp 2907-2919. Hal.2912
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.