PENYUSUN :
Organisasi siswa merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan bakat, minat,
dan potensi peserta didik. Seiring berjalannya waktu organisasi siswa tidak hanya yang terikat
dengan sekolah saja, akan tetapi peserta didik dapat bergabung dengan berbagai macam
organisasi dan komunitas di luar sekolah. Salah satu organisasi yang dapat bergerak didalam
dan diluar lingkup sekolah adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau disebut IPM. Ikatan
Pelajar Muhammadiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang berfokus pada
pergerakan pelajar. IPM didirikan di Surakarta pada 18 Juli 1961 dengan tujuan terbentuknya
pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-
benarnya.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan organisasi yang terdiri dari pimpinan pusat
hingga ranting ini cukup memiliki keberagaman anggota. Keberagaman tersebut dapat dilihat
dari anggota dan jenis ranting. Anggota IPM tidak hanya berasal dari kalangan pelajar
melainkan juga dari kalangan mahasiswa. Ranting juga memiliki dua jenis yaitu ranting yang
berasal pada desa-desa dan ranting yang berasal dari sekolah-sekolah. Kondisi demikian juga
dapat kita temui di IPM Kota Semarang yang memiliki keberagaman anggota dan ranting.
IPM Kota Semarang sebagai organisasi IPM yang berada di kota besar menjadikannya tempat
naungan untuk IPM tingkat cabang, ranting desa, dan ranting sekolah. Tidak jarang juga
kegiatan IPM Kota Semarang lebih menyasar anggota yang berasal dari ranting sekolah
karena kemudahan mobilitas dan koordinasi dibanting dengan ranting desa. Ditambahkan lagi
rentang usia yang sama dari anggota ranting sekolah dibanting dengan rentang usia anggota
IPM ranting desa cukup beragam. Rentang usia anggota IPM Kota Semarang berkisar 15
hingga 20 tahun.
Kondisi IPM Kota Semarang yang memiliki keberagaman dan berada di kota besar
tersebut seharusnya menjadikan IPM Kota Semarang lebih unggul dari pimpinan daerah-
daerah yang lain. Citra unggul dan eksis dapat diketahui dari beberapa indikator, salah
satunya dari pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi. Selama ini, dalam
menjalankan kegiatan IPM Kota Semarang hanya memberikan informasi melalui surat dan
melalui instagram. Di era digital saat ini, seharusnya IPM Kota Semarang dapat melakukan
transfer informasi dengan sangat cepat dan mudah. Oleh sebab itu, kegiatan jurnalistik sangat
diperlukan dalam dinamika berorganisasi IPM.
Kegiatan pendampingan literasi ini mempunyai urgensi yang berkaitan dengan upaya
peningkatan sumber daya manusia (SDM). Manusia yang mempunyai SDM unggul tentunya
akan menumbuhkan kreativitas dan kecakapan dalam hidup. Hasil dari unggulnya SDM
manusia adalah kemajuan suatu bangsa dengan melalui sektor IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi). Namun, budaya literasi tidak sebatas membaca dan menulis, namun bisa melalui
literasi komunikasi. Literasi komunikasi saat ini berkaitan dengan teknologi dan internet.
Oleh karena itu, sasaran kegiatan ini adalah pelajar dan anak sekolah. Mereka adalah generasi
Z yang harus diberikan pengetahuan literasi sejak dini untuk membentuk pola berpikir dan
komunikasi serta keterampilan khusus lainnya. Dampak buruk dari kurangnya literasi
menyebabkan krisis informasi sebagai efek krusialnya. Oleh karena itu, kami pandang perlu
melakukan pendampingan penulisan jurnalistik sebagai salah satu bagian dari literasi kepada
organisasi atau komunitas kalangan pemuda.
Salah satu organisasi yang perlu menggiatkan keterampilan jurnalistik menulis dalam
kegiatannya adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Semarang. IPM Kota
Semarang merupakan organisasi siswa yang menghimpun pelajar yang bersekolah di sekolah
Muhammadiyah, terkhusus area Kota Semarang. Adanya kegiatan pendampingan menulis
jurnalistik untuk mengoptimalkan IPM Kota Semarang yang belum dapat memanfaatkan
media digital secara maksimal dalam menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan.
Harapan kegiatan ini akan memberikan dampak berantai atau menyebar hingga sekolah asal
mereka masing-masing, sehingga tidak berhenti pada pengurus semata. Kami selaku
pelaksana kegiatan yang merupakan mahasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang
merupakan calon guru di masa mendatang juga mempunyai kepentingan untuk membantu
siswa dengan kegiatan pendampingan jurnalistik. Korelasi pendampingan ini dengan siswa
digambarkan lewat diagram alir berikut:
Melihat hal tersebut, kami bertujuan mengadakan pelatihan jurnalistik untuk anggota IPM Kota
Semarang untuk meningkatkan kemampuan jurnalistik digital dalam berorganisasi.
B. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama "Pendampingan Pengembangan Soft Skills Jurnalistik Praktis bagi
Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Semarang"
C. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota IPM Kota Semarang dalam bidang
jurnalistik
2. Meningkatkan keterampilan menulis anggota IPM Kota Semarang
3. Meningkatkan pemahaman anggota IPM Kota Semarang dalam menyerap dan mengolah
berbagai berita atau informasi
4. Meningkatkan kepekaan anggota IPM Kota Semarang dalam menanggapi isu yang sedang
hangat terjadi di sekitar
5. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IPM Kota Semarang dalam menulis atau
menyajikan berita atau informasi.
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan " Pelatihan Jurnalistik Praktis Bagi Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
Semarang 2024" akan dilaksanakan pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 22 Maret 2024
Waktu : 14.00 WIB - Selesai
Tempat : Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang
E. DESKRIPSI
Penyerapan dan penyebaran Informasi atau berita sudah menjadi salah satu kebutuhan
masyarakat termasuk di kalangan remaja. Untuk pemenuhan kebutuhan tersebut hadirlah
beberapa media massa yang ditujukan khusus pada segmentasi tersebut, salah satunya adalah
majalah remaja. Beberapa tahun terakhir, kegiatan jurnalistik mulai diminati oleh hampir
seluruh jenjang pendidikan, khususnya bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal
tersebut ditandai dengan munculnya berbagai majalah sekolah yang diterbitkan sendiri oleh
setiap sekolah. Di kota-kota besar, hampir setiap SMA menerbitkan majalah sekolah.
Diterbitkannya majalah sekolah tersebut, selain untuk mempromosikan sekolah, juga
merupakan wadah pengembangan proses kreatif menulis bagi siswa. Pengembangan diri di
bidang tulis-menulis ini diwujudkan dalam kegiatan pembinaan ekstrakurikuler jurnalistik.
Oleh karena itu, sudah selayaknya jika di setiap sekolah juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler
jurnalistik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan bahan atau materi dan media
pembelajaran jurnalistik bagi siswa SMA sangatlah terbatas. Permasalahan lain, muncul
berupa keterbatasan waktu pembina untuk mengajarkan ekstrakurikuler jurnalistik. Di sisi
lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga menuntut adanya
pengembangan sarana yang harus dimiliki sekolah. Ketiga alasan itulah, yang melandasi
perlunya dilakukan pendampingan dan pelatihan jurnalistik dalam meningkatkan kemampuan
menulis dan kreativitas remaja SMA.
Berdasarkan hasil komunikasi yang telah kami lakukan dengan pihak IPM Kota
Semarang, kendala yang dihadapi terkait jurnalistik dalam organisasi ini adalah kurangnya
pemahaman serta minimnya keterampilan dalam jurnalistik menulis yang dimiliki oleh kader
dan anggota. Selain itu, selama ini belum ada pelatihan keterampilan jurnalistik menulis
untuk meningkatkan keterampilan kader dan anggota. Karena alasan tersebutlah kami ingin
mengadakan pendampingan yang berkaitan dengan jurnalistik menulis untuk meningkatkan
soft skills bagi kader dan anggota. Pendampingan ini diharapkan mampu memberikan dampak
positif dan juga menambah ilmu pengetahuan juga keterampilan bagi kader dan anggota.
Dalam suatu organisasi membutuhkan jurnalistik menulis untuk dapat menyampaikan
informasi dan kegiatan-kegiatan yang telah mereka lakukan dalam unggahan media sosial
akun Instagram. Uggahan-unggahan tersebut berisi berita, informasi, dan narasa-narasi
mengenai organisasi juga dapat sebagai identifikasi eksistensi organisasi IPM itu sendiri.
F. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan Pelatihan Jurnalistik dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan menulis dan jurnalistik digital kepada anggota IPM Kota
Semarang ini melalui metode Participatory Community Appraisal (PCA). PCA merupakan
penilaian komunitas partisipasif, PCA merupakan metode yang sangat baik digunakan untuk
penilaian komunitas. PCA dapat digunakan secara efektif untuk membantu masyarakat atau
komunitas untuk memecahkan suatu masalah sehingga kami menggunakan metode PCA ini
karena metode PCA ini sangat tepat digunakan pada komunitas yang akan kami bimbing
untuk memecahkan permasalahan mengenai pemahaman serta keterampilan kader dan
anggota dalam bidang jurnalistik. PCA yang akan diimplementasikan dalam program ini
diantaranya: (1) identifikasi masalah dan kebutuhan komutitas IPM Kota Semarang; (2)
pencarian alternatif kegiatan; (3) pemilihan alternatif kegiatan; (4) pengorganisasian dan
pelaksanaan kegiatan; dan (5) monitoring dan evaluasi program.
G. LINI MASA
H. RUNDOWN KEGIATAN
Hari, Waktu Kegiatan Pengisi Acara/
Tanggal Penanggungjawab
I. SUSUNAN PANITIA
Pelindung : Drs. Bambang Hartono, M.Hum.
J. ESTIMASI DANA
B. KONSUMSI
Makan + Takjil 45 orang 20.000 900.000
Biaya Pemateri 1 orang 250.000 250.000
JUMLAH 1300.000
L. PERLENGKAPAN
1. Laptop
2. Handphone
3. WiFi
4. Proyektor
5. HDMI
6. Banner
7. Mic dan Soundsystem
8. Kertas sertifikat
9. Lakban
10. Id card
M. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat sebagai acuan terlaksananya kegiatan tersebut. Atas
perhatian dan kerja samanya kami ucapkan Terima Kasih.
PANITIA PELAKSANA
Mengetahui,
Dosen Pembimbing