Perintah :
1. Diskusikan kondisi atau kasus di bawah ini dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri
atas minimal 2 orang atau sesuai pembagian kelompok dalam kelas.
2. Kondisi / Kasus :
o Apakah experiential learning bisa diterapkan di semua mata pelajaran? Berikan
alasannya!
o Apakah manfaat experiential learning?
o Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan
bagi sekolah?
o Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan
pembelajaran experiential learning? Jelaskan! Bagaimana menghadapi kendala
tersebut?
o Pada kondisi daring (online) bagaimana penerapan experiential learning?
Jawab :
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa efektivitas experiential learning tergantung pada
bagaimana cara penerapannya. Guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa.
Matematika:
Siswa dapat belajar tentang geometri dengan cara membuat model
bangunan dari karton.
Siswa dapat belajar tentang statistik dengan cara mengumpulkan data dan
membuat grafik.
Bahasa Indonesia:
Siswa dapat belajar tentang menulis kreatif dengan cara menulis cerita
atau puisi.
Siswa dapat belajar tentang berbicara di depan umum dengan cara
melakukan presentasi.
Sains:
Siswa dapat belajar tentang biologi dengan cara melakukan diseksi katak.
Siswa dapat belajar tentang kimia dengan cara melakukan eksperimen
tentang reaksi kimia.
Sejarah:
Siswa dapat belajar tentang sejarah dengan cara melakukan simulasi
pertempuran sejarah.
Siswa dapat belajar tentang budaya dengan cara mengunjungi museum
atau situs sejarah.
Penerapan experiential learning dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena itu,
guru didorong untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran ini di kelas mereka.
2.Apakah manfaat experiential learning?
Experiential learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencoba hal-hal baru dan
mengambil risiko.
Hal ini dapat membantu mereka untuk meningkatkan kepercayaan diri dan rasa percaya diri.
Pembelajaran berbasis pengalaman juga mendorong kreativitas karena siswa didorong untuk
mencari solusi inovatif untuk masalah yang mereka hadapi.
Secara keseluruhan, experiential learning adalah metode pembelajaran yang efektif dan
bermanfaat bagi siswa. Manfaatnya tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga afektif
dan psikomotorik.
3.Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan bagi sekolah?
Sekolah dapat mendukung penerapan experiential learning dengan berbagai cara, di antaranya:
Sekolah perlu menyediakan sumber daya dan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan
experiential learning.
Hal ini dapat berupa laboratorium, ruang kelas yang fleksibel, akses ke teknologi, dan bahan-
bahan pembelajaran yang beragam.
Kemitraan dengan komunitas juga dapat membantu untuk menyediakan sumber daya dan
peluang belajar yang baru.
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan experiential learning dapat membutuhkan waktu dan
sumber daya yang lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional.
Sekolah mungkin memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya untuk mendukung penerapan
experiential learning secara menyeluruh.
Guru perlu memiliki keterampilan yang spesifik untuk merancang, memfasilitasi, dan menilai
kegiatan experiential learning.
Pelatihan guru mungkin membutuhkan waktu dan biaya yang signifikan.
Penilaian Pembelajaran:
Penilaian pembelajaran experiential learning dapat menjadi lebih kompleks dibandingkan dengan
metode pembelajaran tradisional.
Guru perlu mengembangkan alat dan metode penilaian yang sesuai untuk
mengukur keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh siswa melalui experiential learning.
Meskipun terdapat beberapa tantangan, experiential learning menawarkan banyak manfaat bagi
siswa dan dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
Dengan dukungan dari sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat, experiential learning dapat
diterapkan secara efektif dan berkelanjutan untuk membantu siswa mencapai potensi belajar
mereka yang maksimal.
Gaya Belajar:
Siswa dengan gaya belajar aktif umumnya lebih mudah terlibat dalam kegiatan experiential
learning karena mereka senang belajar dengan cara melakukan.
Siswa dengan gaya belajar visual mungkin memerlukan lebih banyak bantuan untuk memahami
konsep abstrak melalui pengalaman.
Siswa dengan gaya belajar auditori mungkin lebih baik belajar dengan mendengarkan penjelasan
dan diskusi.
Minat dan kebutuhan siswa harus dipertimbangkan dalam pemilihan kegiatan experiential
learning.
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar jika mereka tertarik dengan topik dan kegiatan yang
dilakukan.
Kegiatan pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan belajar
siswa.
Latar belakang budaya siswa dapat mempengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dengan
orang lain.
Guru perlu sensitif terhadap perbedaan budaya dan memastikan bahwa kegiatan experiential
learning inklusif dan sesuai untuk semua siswa.
Kemampuan Bahasa:
Siswa dengan kemampuan bahasa yang terbatas mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk
memahami instruksi dan berpartisipasi dalam kegiatan experiential learning.
Guru dapat menggunakan berbagai metode pengajaran, seperti demonstrasi, gambar, dan
teknologi, untuk membantu siswa memahami konsep dan materi pelajaran.
Keterampilan sosial dan emosional yang baik, seperti komunikasi, kolaborasi, dan regulasi diri,
penting untuk keberhasilan dalam experiential learning.
Guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan ini dengan memberikan peluang
untuk bekerja sama dalam kelompok, menyelesaikan masalah, dan mengekspresikan diri mereka.
Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala dalam penerapan
experiential learning:
Perencanaan yang Matang:
Diferensiasi Pembelajaran:
Guru perlu mendiferensiasi kegiatan experiential learning untuk memenuhi kebutuhan belajar
semua siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan berbagai pilihan kegiatan, tingkat kesulitan, dan
dukungan.
Guru perlu melakukan penilaian yang berkelanjutan terhadap pembelajaran siswa selama
kegiatan experiential learning.
Penilaian dapat dilakukan melalui observasi, diskusi, dan portofolio.
Kolaborasi:
Guru dapat berkolaborasi dengan guru lain, staf sekolah, orang tua, dan komunitas untuk
mendukung penerapan experiential learning.
Kolaborasi dapat membantu untuk menemukan sumber daya, mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang kreatif, dan mendapatkan dukungan untuk mengatasi tantangan.
Pelatihan Guru:
Penerapan experiential learning pada pembelajaran daring (online) memiliki beberapa tantangan,
namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Berikut beberapa cara untuk menerapkan
experiential learning pada pembelajaran daring:
Memanfaatkan Teknologi:
Gunakan berbagai platform online seperti video conference, ruang kelas virtual, dan aplikasi
pembelajaran untuk memfasilitasi kegiatan experiential learning.
Manfaatkan media pembelajaran interaktif seperti simulasi, video, dan game edukasi
untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan engaging.
Gunakan media sosial untuk mendorong kolaborasi dan diskusi antar siswa.
Luangkan waktu untuk refleksi dan diskusi setelah kegiatan experiential learning.
Dorong siswa untuk berbagi pengalaman, pemikiran, dan perasaan mereka.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa menghubungkan pengalaman
mereka dengan konsep yang dipelajari.
Berikan dukungan dan bimbingan kepada siswa selama kegiatan experiential learning.
Pastikan siswa memahami instruksi dengan jelas dan memiliki semua sumber daya yang mereka
butuhkan.
Berikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu siswa belajar dari pengalaman mereka.
Simulasi online: Siswa dapat melakukan simulasi online untuk mempelajari berbagai konsep,
seperti simulasi sistem pencernaan manusia atau simulasi pasar saham.
Studi kasus: Siswa dapat menganalisis studi kasus online untuk mempelajari bagaimana
menerapkan konsep yang dipelajari dalam situasi yang sebenarnya.
Proyek kolaboratif: Siswa dapat bekerja sama dalam proyek kolaboratif online, seperti membuat
video presentasi atau menulis blog tentang topik tertentu.
Diskusi online: Siswa dapat berdiskusi online dengan para ahli atau dengan siswa lain dari
berbagai negara.
Penerapan experiential learning pada pembelajaran daring membutuhkan kreativitas dan
fleksibilitas dari guru.
Dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang efektif, experiential learning dapat
menjadi metode pembelajaran yang bermanfaat untuk membantu siswa mencapai potensi belajar
mereka yang maksimal, bahkan dalam kondisi daring.
Daftar Pustaka
https://books.google.com/books/about/The_Handbook_of_Experiential_Learning.html?i
d=gSLkiAgMmTQC
https://pgsd.unnes.ac.id/jurnal/
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/5627/0