Anda di halaman 1dari 5

RUANG KOLABORASI – TOPIK 3

Kelompok 3
1. Diwa Argapryla (2023230064)
2. Fadia Haya Tabayun (2023230051)
3. Fajrelia Safa’atul Khasanah (2023230002)
4. Febry Amellia (2023230082)
5. Sela Rindiantika (2023230067)

Lembar Kerja 3.3


1. Diskusikan kondisi atau kasus di bawah ini dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas
minimal 2 orang atau sesuai pembagian kelompok dalam kelas.
2. Kondisi / Kasus :
 Apakah experiential learning bisa diterapkan di semua mata pelajaran? Berikan
alasannya!
Jawab:
Menurut kami, konsep experiential learning bisa diterapkan di hampir semua mata
pelajaran. Alasannya adalah karena pendekatan ini menekankan pada pengalama n
langsung, refleksi, dan pembelajaran aktif, yang merupakan cara efektif bagi banyak
orang untuk memahami dan menginternalisasi materi. Misalnya, dalam mata pelajaran
sains, siswa dapat belajar tentang reaksi kimia dengan melakukan eksperimen langsung
di laboratorium. Mereka dapat melihat bagaimana berbagai bahan bereaksi dan
mengamati hasilnya secara langsung, yang akan memperkuat pemahaman mereka tentang
konsep-konsep kimia. Namun, tentu saja, implementasi experiential learning harus
disesuaikan dengan konteks dan tujuan pembelajaran dari masing- masing mata pelajaran.
Tetapi secara umum, pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa, memperkuat
pemahaman mereka, dan membantu mereka mengembangkan keterampilan yang relevan
dengan dunia nyata.

Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menerapkan konsep ini
yaitu:
a. Tujuan Pembelajaran: Pertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dalam setiap mata pelajaran. Identifikasi keterampilan, pengetahuan, dan
pemahaman yang ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar.
b. Relevansi Pengalaman: Pastikan pengalaman yang dipilih relevan dengan konten
dan konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tersebut. Pengalaman harus dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam dan kontekstual bagi siswa.
c. Ketersediaan Sumber Daya: Perhatikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan pengalaman belajar. Ini termasuk fasilitas, peralatan, bahan, dan
waktu yang diperlukan untuk mengorganisir dan melaksanakan pengalaman tersebut.
d. Keselamatan dan Etika: Pastikan pengalaman belajar yang dipilih aman dan sesuai
dengan prinsip-prinsip etika. Pertimbangkan faktor-faktor keamanan dan kesehatan
siswa serta memastikan bahwa pengalaman tidak melanggar nilai-nilai atau norma-
norma etika yang berlaku.
e. Diferensiasi: Setiap siswa memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda.
Pertimbangkan untuk mengadaptasi pengalaman belajar agar sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi belajar individu siswa. Ini dapat melibatkan variasi dalam
pendekatan, tingkat kesulitan, atau jenis tugas yang diberikan.
f. Evaluasi dan Refleksi: Sertakan mekanisme evaluasi dan refleksi dalam
pengalaman belajar. Berikan kesempatan bagi siswa untuk merefleks ika n
pengalaman mereka, mengidentifikasi pembelajaran yang telah terjadi, dan
menghubungkannya dengan konsep atau teori yang relevan.
g. Kolaborasi dan Komunikasi: Fasilitasi kolaborasi dan komunikasi antara siswa
selama pengalaman belajar. Berikan kesempatan bagi siswa untuk berbagi
pengalaman, ide, dan pemahaman mereka dengan sesama siswa.
h. Fleksibilitas: Ingatlah bahwa setiap mata pelajaran memiliki keunikan dan
karakteristiknya sendiri. Pertimbangkan untuk mengadaptasi konsep experientia l
learning agar sesuai dengan kebutuhan dan konteks setiap mata pelajaran.

 Apakah manfaat experiential learning?


Jawab:
Experiential learning adalah pendekatan pembelajaran yang berbasis padapengalama n
langsung dan praktik. Berikut adalah beberapa manfaat daripendekatan experientia l
learning:

- Peningkatan Pemahaman: Melalui pengalaman langsung, siswa dapat memperole h


pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan materi pelajaran. Mereka dapat
melihat bagaimana teori diterapkan dalam situasi nyata dan menghubungkannya
dengan pengalaman pribadi.
- Pengembangan Keterampilan Praktis: Experiential learning memungkinkan siswa
untuk mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia nyata.
Mereka dapat belajar melalui tindakan, mencoba hal-hal baru, dan menghadap i
tantangan yang dapat meningkatkan keterampilan seperti pemecahan masalah,
kerjasama tim, dan kepemimpinan.
- Motivasi dan Keterlibatan: Melalui pengalaman langsung, siswa menjadi lebih
terlibat dan termotivasi dalam proses pembelajaran. Mereka merasa lebih terhubung
dengan materi pelajaran dan memiliki kesempatan untuk mengaplikasik a n
pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan.
- Peningkatan Retensi dan Pemindahan Pengetahuan: Experiential learning dapat
membantu siswa untuk mengingat dan memahami konsep dengan lebih baik. Melalui
pengalaman yang kuat dan emosional, siswa cenderung mempertahank a n
pengetahuan yang mereka peroleh dan dapat mentransfernya ke situasi baru.
- Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional: Melalui interaksi dengan
orang lain dalam pengalaman belajar, siswa dapat mengembangkan keterampila n
sosial seperti komunikasi, kerjasama, dan empati. Mereka juga dapat menghadap i
tantangan emosional dan belajar mengelola emosi mereka dalam konteks yang aman.
- Pembelajaran yang Berkelanjutan: Experiential learning mendorong siswa untuk
terus belajar dan mengembangkan diri mereka sendiri. Mereka belajar untuk menjadi
pembelajar seumur hidup yang aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.

 Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan bagi
sekolah?
Jawab:
Sekolah dapat mendukung experiential learning dengan memastikan bahwa guru
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk merancang dan
melaksanakan pengalaman pembelajaran yang efektif. Selain itu, sekolah juga
mendorong peserta didik untuk merenungkan pengalaman mereka dan membuat
hubungan antara pengalaman tersebut dengan konsep atau teori yang dipelajar i.
Selanjutnya, sekolah memberikan dukungan untuk pengalaman belajar di luar kelas,
seperti kunjungan ke lokasi yang terkait dengan topik yang sedang dipelajari atau
kegiatan yang melibatkan komunitas lokal.

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan ketika menerapkan konsep
experiential learning di sekolah, antara lain:

- Keterbatasan Sumber Daya: Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang
cukup untuk mendukung pengalaman belajar langsung, seperti dana untuk kunjunga n
lapangan atau peralatan teknologi yang diperlukan.
- Kurikulum yang Padat: Tantangan lain adalah mengintegrasikan pengalama n
belajar langsung ke dalam kurikulum yang sudah padat. Sekolah perlu menemuk a n
cara untuk menyelaraskan pengalaman belajar langsung dengan tujuan pembelajara n
yang telah ditetapkan.
- Evaluasi dan Penilaian: Metode evaluasi dan penilaian tradisional mungkin tidak
selalu cocok untuk mengukur hasil dari experiential learning. Sekolah perlu
mengembangkan metode penilaian yang sesuai untuk mengukur pemahaman dan
keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman belajar langsung.
- Keterlibatan Orang Tua: Tantangan lain adalah melibatkan orang tua dalam
mendukung experiential learning. Sekolah perlu berkomunikasi dengan orang tua dan
menjelaskan manfaat dan tujuan dari pengalaman belajar langsung.

 Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajara n


experiential learning? Jelaskan! Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Jawab:
Ya, karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran experientia l.
Setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, tingkat keterampilan, dan tingkat kesiapan
yang berbeda, yang dapat memengaruhi bagaimana mereka merespons dan terlibat dalam
pengalaman belajar langsung.
Misalnya, siswa yang lebih visual mungkin lebih responsif terhadap pengalaman belajar
yang melibatkan pengamatan atau demonstrasi, sementara siswa yang lebih kinestetik
mungkin lebih suka pengalaman yang memungkinkan mereka bergerak atau berinteraks i
fisik dengan materi pelajaran. Selain itu, tingkat pemahaman, minat, dan motivasi siswa
juga dapat mempengaruhi seberapa aktif mereka terlibat dalam pengalaman belajar dan
seberapa baik mereka menginternalisasi konsep yang diajarkan.

Untuk menghadapi kendala tersebut, beberapa strategi yang dapat dilakukanadalah:

1) Mengakomodasi gaya belajar peserta didik: Guru dapat menyesuaik a n


pengalaman belajar untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan gaya belajar
yang berbeda, seperti menyediakan materi tambahan atau pengalaman langsung yang
lebih interaktif
2) Memberikan dukungan tambahan: Peserta didik yang memiliki kemampuan yang
lebih rendah atau kurang termotivasi mungkin memerlukan dukungan tambahan,
seperti tutor atau dukungan akademis yang lebih terfokus.
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran: Penting untuk menjelaskan tujuan dan manfaat
dari pengalaman belajar langsung dan praktikum, sehingga peserta didik dapat
memahami pentingnya dan memotivasi untuk berpartisipasi aktif
4) Diferensiasi Pembelajaran: Menggunakan diferensiasi pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan beragam siswa dalam kelas. Ini bisa berarti menyediak a n
berbagai jenis pengalaman belajar, menggunakan berbagai sumber daya, atau
memberikan tugas yang berbeda sesuai dengan kebutuhan siswa
5) Mendorong Refle-ksi: Mendorong siswa untuk merenungkan pengalaman belajar
mereka dan mempertimbangkan bagaimana pengalaman tersebut relevan dengan
kehidupan mereka dapat membantu mereka mengaitkan pembelajaran dengan
konteks yang lebih luas.

 Pada kondisi daring (online) bagaimana penerapan experiential learning?


Jawab:
Penerapan experiential learning dalam kondisi daring (online) dapat dilakukan dengan
beberapa cara kreatif. Meskipun tantangannya berbeda dengan pembelajaran tatap muka,
namun masih ada banyak kesempatan untuk melibatkan siswa dalam pengalaman belajar
yang mendalam dan bermakna. Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan
experiential learning secara online:
- Simulasi Virtual: Gunakan simulasi virtual atau permainan interaktif yang
memungkinkan peserta didik untuk mengalami situasi nyata secara virtual. Misalnya,
simulasi bisnis, simulasi laboratorium, atau simulasi lingkungan.
- Proyek Berbasis Pengalaman: Berikan tugas proyek yang melibatkan peserta didik
dalam pengalaman praktis. Mereka dapat melakukan penelitian, eksperimen, atau
membuat produk kreatif yang relevan dengan materi pelajaran.
- Diskusi dan Kolaborasi Online: Fasilitasi diskusi dan kolaborasi antara peserta didik
melalui platform online. Peserta didik dapat berbagi pengalaman, refleksi, dan
pemahaman mereka tentang materi pelajaran.
- Kunjungan Virtual: Manfaatkan teknologi untuk mengadakan kunjungan virtual ke
tempat-tempat terkait dengan topik pembelajaran. Peserta didik dapat mengunjungi
museum, laboratorium, atau tempat lain secara virtual melalui video atau tur
interaktif.
- Penugasan Berbasis Pengalaman: Berikan penugasan yang mendorong peserta
didik untuk menerapkan konsep yang dipelajari dalam situasi nyata. Misalnya,
mereka dapat membuat presentasi, video, atau blog yang menggambark a n
pengalaman mereka dan hubungannya dengan materi pelajaran.
Namun, ada beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam penerapan experientia l
learning secara daring. Beberapa kendala tersebut meliputi keterbatasan akses teknologi,
keterbatasan interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungan fisik, serta tantanga n
dalam mengamati dan merasakan pengalaman secara langsung. Untuk mengatasi kendala
ini, penting untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki akses yang memadai ke
perangkat dan koneksi internet, serta menyediakan panduan yang jelas dan dukunga n
teknis yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai