Anda di halaman 1dari 5

RUANG KOLABORASI TOPIK 3

PEMBELAJARAN SOSIO EMOSIONAL


KELOMPOK 1
1. THOMAS A. HIONG LIWUN
2. MERCIANA O. NURTI
3. AS ARIFIN SARI
4. MARSELUS H. MITE
5. KHAIRUL K. LANGOBELEN
6. MARIA HENDRIKA RUTHNAOMI
1. Apakah experiential learning bisa diterapkan di semua mata pelajaran? Berikan
alasannya!
Experientiall learning dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, hal ini dikarenakan:
a. Experiential learning mencakup 4 langkah yang menjadikan pembelajaran lebih
mudah untuk dipahami secara menyeluruh
b. Eksperiential telearning merupakan sebuah proses pembelajaran di mana dalam
proses melakukan perubahan memanfaatkan pengalaman tiap individu yang
melakukannya sebagai media pembelajaran atau belajar.
c. Experintial learning kerap kali dipilih sebagai salah satu metode belajar yang paling
efektif karena memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan memenuhi
seluruh aspek penting pada proses pembelajaran baik kognitif afektif maupun
psikomotorik.
d. Experintial learning membuat pemahaman yang lebih mendalam bagi peserta didik
yang melakukannya.
e. Experiensial learning memungkinkan siswa untuk terhubung dengan subjek atau
konsep dengan mengalaminya sendiri jenis pembelajaran ini sering melibatkan
kegiatan langsung seperti eksperimen dan kerja lapangan.
2. Apakah manfaat experiential learning?
Berikut adalah Manfaat dan Tujuan Experiential Learning menurut Dr. John Luckner dan
Reldan Nadler:
a. Equality
Memunculkan kesamaan (equality) dalam pengetahuan tentang tugas, kegiatan dan
tantangan yang akan dihadapi. Jadi sudah tidak ada lagi perbedaan jabatan atau level
saat melakukan aktivitas Experiential Learning. Setiap anggota tim boleh
mengungkapkan pendapat, ide, berinisiatif, bahkan menjadi leader dalam kelompok.
b. Developing Relationships Quickly
Membangun sebuah hubungan yang baru dalam waktu yang relatif singkat. Dengan
lingkungan pelatihan dan tantangan yang tentunya tidak familiar, maka setiap individu
“dituntut” untuk secara cepat dapat memahami sesama anggota kelompok.
Komunikasi, kolaborasi & kerja keras adalah hal yang snagat dibutuhkan untuk dapat
mengenal (nama, alamat, karakter, hal pribadi, dll.) sesama anggota kelompok secara
efisien melebihi waktu normal di lingkungan formal.
c. Disequilibrium
Tantangan dan tekanan yang dihadapi bersama akan memunculkan adanya pola baru
dalam hubungan dengan orang lain. Tantangan yang dihadirkan dalam
proses Experiential Learning pada awalnya tidaklah relevan dengan kehidupan sehari-
hari. Anggota kelompok akan mendapatkan sebuah tugas dan proses tertentu yang
harus diselesaikan oleh mereka. Dan dengan tugas atau proses tersebut, maka pola
pikir, emosi, sikap dan perilaku akan menyesuaikan dengan tujuan akhir keberhasilan
individu dan tim.
d. Projective Technique
Memunculkan sisi bawah sadar peserta dalam memunculkan sifat asli dan potensi
terbaik dari dalam dirinya. Pembelajaran yang timbul dari pengalaman ini akan muncul
secara mendalam dan nyata. Refleksi yang baik dalam setiap proses aktivitas akan
memberikan informasi dan data yang tidak terbatas yang dapat dipakai untuk
menghadapi tugas dan tantangan di kehidupan sehari-hari.
e. Decreased Time Cycle
Adanya batasan waktu yang jelas dalam aktivitas (tugas, tantangan, petualangan,
pengambilan resiko, dll) dapat dipakai sebagai tolok ukur sebuah perubahan sehingga
keputusan dapat dengan cepat dan mudah diuji serta diperbaiki.
f. Meta Learning (Discuss / Debrief)
Adanya proses meta learning (discuss/debrief) dimana peserta akan diminta untuk
mengingat pengalaman dan me-review tentang keadaan diri, kepemimpinan, problem
solving, kerjasama, dan sebagainya. yang kemudian dikaitkan dengan kondisi yang
terjadi dalam lingkungan nyata sehari-hari.
g. Chaos and Crisis In a Safe Environment
Proses pembelajaran (pengalaman, kekacauan, masalah, perubahan) akan terjadi dalam
situasi yang menuntut tim atau individu mengembangkan strategi dan melakukan yang
terbaik dalam mengelola situasi tersebut baik dalam pelatihan maupun dalam dunia
nyata.
h. Kinaesthetic Imprint
Experiential Learning mempunyai aktivitas fisik yang disusun secara terstruktur agar
dapat memunculkan potensi kecerdasan kinestetik, mental dan perilaku peserta.
Aktivitas outbound dan experiential learning mampu membuat aktivitas fisik yang
disusun terstruktur mampu memunculkan potensi baru. Seperti potensi kecerdasan
kinestetik, perubahan mental serta perilaku dari anggota tim menjadi lebih baik.
i. Common Language / Common Mythology
Pengalaman akan memberikan sebuah pemahaman yang sederhana dan pengalaman
tersebut dapat dihubungkan secara langsung dengan teori maupun lingkungan tempat
kerja.
j. Encourage Risk Taking
Melatih kemampuan manajemen resiko sebelum resiko yang sebenarnya muncul -
dalam kehidupan sehari-hari-. Dalam aktivitasnya, setiap orang akan melakukan dan
mendorong orang lain untuk melakukan hal baru dan keluar dari zona kenyamanan
mereka. Dan kemungkinan untuk melihat potensi seseorang secara nyata -dan tidak
diketahui dalam kehidupan sehari-hari- dapat terlihat dalam aktivitas Experiential
Learning.
k. Diversity of Strengths
Keanekaragaman potensi kekuatan peserta akan dapat dengan cepat dipahami sehingga
proses saling ketergantungan, mendukung dan terikat dengan orang lain menjadi
penting. Secara sederhana adalah bahwa masukan, kontribusi, kemampuan dan
keterampilan setiap anggota kelompok akan sangat berguna bagi keberhasilan
penyelesaian aktivitas atau tantangan.
l. Fun
Memunculkan suasana yang menggembirakan sehingga tercipta situasi yang sangat
menyenangkan untuk belajar dan proses pengembangan kelompok dan keterampilan
manajerial dengan efektif. Kondisi yang menyenangkan adalah suatu aspek dari belajar
secara efektif dimana peserta menjadi lebih terbuka, terlibat langsung, berbagi
pengalaman dan menjadi lebih kreatif.
3. Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan bagi
sekolah?
 Upaya yang dapat sekolah lakukan untuk mendukung eksperiebtal learning:
a. Pembuatan kurikulum yang memuat berbagai pengalaman belajar bagi peserta
didik setiap awal tahun pembelajaran.
b. Melakukan profiling peserta didik setelah proses penerimaan peserta didik baru
agar sekolah dapat menyusun kurikulum belajar yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
c. Memfasilitasi kebutuhan belajar yang mendukung pembelajaran dengan metode
experiential learning
d. Berkolaborasi dengan stakeholder lain yang dapat membantu mewujudkan
pembelajaran dengan model eksperimental learning misalnya dengan kelompok
tani atau isasi pemerintahan industri dan lain-lain.
e. Sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam
kegiatan dan proyek yang melibatkan pengalaman langsung, seperti
pelaksanaan proyek P5 di sekolah yaitu merupakan salah satu langkah peserta
didik untuk berkreasi membuat produk yang kreatif.
f. Memberikan pelatihan untuk guru, sekolah dapat memberikan pelatihan dan
dukungan bagi guru untuk mengembangkan keterampilan dalam penerapan
metode experiential learning melalui pelatihan maupun seminar, misalnya
pelatihan penggunaan teknologi, agar guru dapat lebih kreatif dalam
menciptakan pembelajaran yang menarik
g. Menyediakan sumber daya yang memadai, sekolah juga dapat menyediakan
sumber daya yang memadai untuk mendukung metode experiential learning,
seperti laboratorium, peralatan, dan akses ke fasilitas eksternal seperti taman,
atau pusat penelitian.
 Tantangan sekolah dalam mewujudkan experiental learning
a. Guru harus kreatif dan inovatif dalam menyusun kegiatan pembelajaran
b. Kadang kala experimental learning membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
c. Guru maupun peserta didik enggan melakukan perubahan karena sudah nyaman
dengan metode konvensional.
4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajaran
experiential learning? Jelaskan! Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Karakteristik peserta didik mempengaruhi kegiatan eksperiential learning karena setiap
individu atau peserta didik berbeda. Hal ini terlihat dari aspek motivasi belajar peserta
didik perbedaan gaya belajar antar peserta didik kemampuan bersosialisasi kemampuan
berkomunikasi dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dari:
a. Metode eksperience memusatkan proses pembelajaran pada peserta.
b. Peserta didik yang memiliki antusias dalam proses pembelajaran akan membantu
keberhasilan penerapan eksperimental learning.
c. Peserta didik dapat diupayakan dengan menyesuaikan kegiatan eksperiental
learning dengan karakteristik peserta didik.
Untuk mengatasi hambatan tersebut guru harus pandai mengidentifikasi dan
memetakan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik yang memiliki karakteristik
yang sama atau hampir sama dapat belajar dengan nyaman.
5. Pada kondisi daring (online) bagaimana penerapan experiential learning?
Pada kondisi daring penting bagi guru untuk memilih strategi dan teknologi yang sesuai
untuk menerapkan eksperience learning dengan efektif. Guru perlu beradaptasi dengan
kondisi daring dengan menerapkan eksperiential learning. Selain itu perlu adanya
dukungan teknologi yang memadai dan bimbingan dari guru untuk membantu peserta
didik dalam proses pembelajaran. Penerapan eksperiential learning dengan didukung
penggunaan teknologi akan memudahkan dalam proses pembelajaran secara daring
misalnya penggunaan video conference di mana peserta didik tetap bisa berkolaborasi
secara online kemudian mengerjakan soal secara daring dengan membentuk game.

Anda mungkin juga menyukai