Anda di halaman 1dari 6

RUANG KOLABORASI TOPIK 3

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

1. Apakah experiential learning bisa diterapkan di semua mata pelajaran?


Berikan alasannya!
Jawab:
Ya, experiental learning dapat diterapkan di semua mata pelajaran. Hal ini dikarenakan
experiential learning merupakan suatu pendekatan yang dipusatkan kepada peserta didik
yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa pembelajaran terbaik itu dari sebuah
pengalaman, dan dari pengalaman itu dimanfaatkan sebagai media pembelajaran atau
bahan untuk pembelajaran.

Prinsip dasar experiential learning adalah membiarkan/ membebaskan peserta didik


belajar dari pengalaman dan praktik langsung yang pernah mereka alami, yang dapat
diterapkan pada berbagai situasi belajar. Maka berdasarkan hal tersebut setiap
mata pelajaran dapat dilakukan pembelajaran experiential learning di mana peserta didik
diberikan pembelajaran melalui pengalaman atau fenomena nyata di kehidupan.
Experiential learning memungkinkan para peserta didik untuk belajar dengan memenuhi
seluruh aspek penting dalam proses pembelajaran, yakni kognitif, afektif, dan
emosi (psikomotorik). Penerapan pembelajaran experiential learning juga harus tetap
disesuaikan dengan karakteristik materi pada mata pelajaran tersebut.

Experiential learning adalah proses yang melibatkan konstruksi pengetahuan dimana


guru sebagai agen harus kreatif dan juga harus bisa mendorong kreativitas peserta didik.
Guru juga harus bisa memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu guru
adalah fasilitator, sehingga proses pembelajarannya melalui 4 tahapan yaitu
pengalaman nyata
(Concrete Experiment), observasi refleksi (Reflective Observation), konseptualisasi
(Abstract Conceptualization), dan implementasi atau eksperimen (Active Experiment).

2. Apakah manfaat experiential learning?


Jawab:
Manfaat model Experiential Learning adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kerjasama dalam kelompok, antara lain adalah:
1) Mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan antara
sesama anggota kelompok.
2) Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
3) Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan kepemimpinan.
4) Meningkatkan empati dan pemahaman antara sesama anggota kelompok.

b. Manfaat secara individual, antara lain adalah:


1) Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
2) Meningkatkan kemampuan komunikasi, perencanaan dan
kemampuan pemecahan masalah.
3) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi
yang buruk.
4) Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
5) Menumbuh dan meningkatkan kemauan untuk memberi dan menerima
bantuan.
6) Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik, dan koordinasi.
7) Melatih keterampilan peserta didik dalam melakukan pengamatan/observasi
8) Melatih keterampilan berpikir kritis dan kreatif
9) Melatih peserta didik menerapkan pengetahuan yang didapat
dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
10) Peserta didik menyadari perasaan dan pengalaman mereka selama
proses pembelajaran melalui kegiatan refleksi
3. Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan
bagi
sekolah?
Jawab:
a. Memberikan pelatihan maupun seminar kepada guru untuk mengembangkan
pemahaman dan keterampilan guru dalam penerapan metode experiential learning
b. Menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung pelaksanaan
model experiential learning, seperti laboratorium, peralatan, dan akses ke fasilitas
eksternal seperti Lingkungan sekolah yang dapat memberikan pengalaman belajar
bagi peserta didik misalnya taman atau pusat penelitian
c. Menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan dan
proyek yang melibatkan pengalaman langsung, seperti pelaksanaan proyek P5 di
sekolah yang merupakan langkah bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
baru dan reaksi pembelajaran terhadap pengalamannya untuk membangun
pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan baru, dan sikap baru atau
bahkan cara berpikir baru untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Adapun tantangan bagi sekolah dalam menerapkan model pembelajaran


experiential learning adalah sebagai berikut:
 Kurangnya Kesiapan dan pengetahuan guru terkait experiential learning
dan penerapannya dalam pembelajaran di sekolah, namun keenganan guru untuk
mempelajarinya karena menganggap sesuatu yang baru akan sulit untuk dipelajari
dan diterapkan dalam pembelajaran, guru cenderung sudah terbiasa dan nyaman
dengan metode pembelajaran yang selama ini mereka gunakan
 Selama ini sebagian besar guru maupun peserta lebih banyak tergantung pada
materi dalam buku, bukan bagaimana proses peserta didik memahaminya dan apa
yang diinginkannya, sedangkan pengetahuan tidak hanya bisa diperoleh dari buku
saja namun juga bisa diperoleh dari pengalaman peserta didik.
 Sebagian guru mendapatkan tugas tambahan dari kepala sekolah selain mengajar
yang cukup menyita waktu, sehingga berdampak dalam penyusunan administrasi
pembelajaran, guru cenderung merasa tidak mempunyai banyak waktu untuk
merencanakan pembelajaran dengan ideal dan akhirnya guru tetap melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan mereka selama ini.
4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan
pembelajaran experiential learning? Jelaskan! Bagaimana menghadapi kendala
tersebut? Jawab:
Karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi kegiatan experiental learning. Hal ini
karena setiap peserta didik itu unik dan berbeda. Peserta didik memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari aspek
motivasi belajar peserta didik, perbedaan gaya belajar, kemampuan kognitif,
bersosialisasi, komunikasi dan yang lain sebagaianya. Karakteristik ini berpengaruh
terhadap perkembangan sosial emosional masing-masing peserta didik. Apabila sosial
emosionalnya berbeda tentulah experiental learning yang harus diberikan kepada
peserta didik juga haruslah berbeda menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik
tersebut agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih efektif dan bermakna. Apabila
pembelajaran yang diberikan tetap sama maka akan ada peserta didik yang tidak
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena tidak sesuai dengan karakteristiknya.

Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut adalah sebagai
berikut:
- Guru harus mengidentifikasi karakteristik peserta didikdengan
tepat
- Guru memetakan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik
memiliki karakteristik yang hampir sama
- Menerapkan budaya positif saat
pembelajaran
- Melakukan pembelajaran berdiferensiasi proses, konten, maupun
produk.

5. Pada kondisi daring (online) bagaimana penerapan experiential


learning?
Jawab:
Penerapan experiential learning pada kondisi daring dapat dilakukan dengan
pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan pembelajarannya. Adanya dukungan
teknologi yang memadai dan bimbingan dari guru akan membantu peserta didik dalam
proses pembelajaran dan memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran secara daring,
misalnya penggunaan video conference (peserta didik tetap bisa berkolaborasi
secara online), guru dapat memberikan pengalaman konkrit kepada peserta didik melalui
video pembelajaran, memberikan pengalaman ekperimen aktif melalui Virtual Lab,
mengerjakan soal secara daring dalam bentuk game maupun memberikan pengalaman
4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan
belajar melalui suatu aplikasi android berbasis experiential learning. Meskipun
pembelajaran dilakukan
secara online, peserta didik tetap dapat memperoleh pengelaman belajar dan
merfleksikan
pengalaman tersebut untuk membangun pemahaman dan pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai