(ELABORASI PEMAHAMAN)
Setelah melakukan role play dan mengamati jalannya proses role play, sekarang saatnya kita
mendiskusikan dan mengevaluasi bagian mana yang sudah baik dan masih kurang dalam proses roleplay
tersebut.
2. Apa saja hal-hal yang masih belum maksimal dilakukan dalam proses roleplay tersebut?
Jawab:
Yang masih belum maksimal dilakukan adalah penerapan experiential learning secara penuh sebagai model
pembelajaran. Dalam roleplay yang telah dilakukan oleh guru model, meskipun experiential learning
diintegrasikan ke dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), namun sebenarnya yang
diharapkan adalah guru menerapkan experiential learning sebagai model pembelajaran utama.
Selain itu, dalam penggunaan experiential learning, masih terdapat kekurangan karena tidak sepenuhnya
berfokus pada pengalaman langsung peserta didik. Sehingga, peserta didik hanya dapat menyimpulkan
suatu konsep tanpa benar-benar terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengalaman langsung.
Idealnya, experiential learning mengharuskan peserta didik secara aktif terlibat dalam situasi nyata atau
simulasi yang memungkinkan mereka untuk mengalami sendiri materi pembelajaran dan memahaminya
melalui pengalaman langsung.
Untuk meningkatkan efektivitas experiential learning, guru dapat lebih fokus pada pembuatan skenario atau
kegiatan yang melibatkan interaksi aktif peserta didik dengan materi pembelajaran. Dengan demikian,
peserta didik dapat mengaitkan pengetahuan teoritis dengan pengalaman langsung, sehingga pemahaman
mereka akan lebih mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Bagaimana sebaiknya saya dapat membuat metode dan siklus lebih sinkron satu sama lain?
Jawab:
Dalam proses pembelajaran experiential learning, seorang guru perlu menguasai tahapan-tahapan penting
serta materi pembelajaran yang akan diintegrasikan dengan kompetensi sosial emosional dalam tujuan
pembelajaran yang akan diterapkan. Guru juga perlu mempertimbangkan dan menganalisis dengan cermat
pemetaan siklus experiential learning, ruang lingkup dan konsep-konsep sosial emosional yang relevan,
materi yang akan diajarkan, serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, peran dan
keterlibatan peserta didik dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam proses pembelajaran juga harus
diperhatikan.
Selama siklus pembelajaran experiential learning, guru harus memilih teknik pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan disajikan. Teknik-teknik ini harus mampu mengaktifkan
peserta didik agar terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, sehingga pengalaman nyata dapat
dicapai. Dalam hal ini, guru harus memastikan bahwa pembelajaran tersebut menggabungkan elemen-
elemen sosial emosional, seperti kerjasama, komunikasi, empati, dan pemecahan masalah, untuk
memperkuat pemahaman dan interaksi sosial peserta didik.
Dengan menguasai tahapan-tahapan penting, mempertimbangkan kompetensi sosial emosional, materi,
metode pembelajaran, dan memilih teknik pembelajaran yang sesuai, guru dapat menciptakan pengalaman
belajar yang menarik, bermakna, dan relevan bagi peserta didik, serta meningkatkan pemahaman dan
keterampilan sosial emosional mereka secara holistik.
4. Bagaimana saya menempatkan pihak terkait seperti rekan sejawat dan orangtua dalam experiential
learning?
Jawab:
Menempatkan pihak terkait seperti rekan sejawat dan orangtua dalam experiential learning adalah strategi
yang dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dan memperkaya pengalaman belajar peserta
didik. Dengan melibatkan rekan sejawat dan orangtua dalam experiential learning, peserta belajar dapat
mengalami pembelajaran yang lebih holistik dan mendalam. Melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda dan mendapatkan dukungan dari pihak terkait dapat memperkaya pengalaman belajar mereka.
5. Hal apa yang sebaiknya saya rencanakan untuk memaksimalkan proses experiential learning
tersebut?
Jawab:
Rencana untuk memaksimalkan proses experiential learning mencakup beberapa hal berikut: meningkatkan
pemahaman tentang materi, memperluas wawasan mengenai keterampilan pengelolaan pembelajaran,
berkolaborasi dengan rekan sejawat, melakukan praktik langsung untuk meningkatkan kemampuan, memiliki
keinginan untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan kepemimpinan. Sebagai pendidik, salah satu tugas utama adalah membangkitkan motivasi
belajar peserta didik dengan menjalankan pengelolaan pembelajaran, yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran model experiential,
lingkungan dan potensi yang ada akan dioptimalkan sebagai sumber pembelajaran yang efektif.