Anda di halaman 1dari 5

RUANG KOLABORASI TOPIK 3

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Kelompok Kimia:

Arya Rifan Syah (22130612072)

Duwi Wulandari (22130612050)

Sri Budi Asih (22130611998)

1. Apakah experiential learning bisa diterapkan di semua mata pelajaran? Berikan


alasannya!
Jawab:
Ya, experiental learning dapat diterapkan di semua mata pelajaran. Hal ini dikarenakan
experiential learning merupakan suatu pendekatan yang dipusatkan kepada peserta didik
yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa pembelajaran terbaik itu dari sebuah
pengalaman, dan dari pengalaman itu dimanfaatkan sebagai media pembelajaran atau
bahan untuk pembelajaran.

Prinsip dasar experiential learning adalah membiarkan/ membebaskan peserta didik


belajar dari pengalaman dan praktik langsung yang pernah mereka alami, yang dapat
diterapkan pada berbagai situasi belajar. Maka berdasarkan hal tersebut setiap mata
pelajaran dapat dilakukan pembelajaran experiential learning di mana peserta didik
diberikan pembelajaran melalui pengalaman atau fenomena nyata di kehidupan.
Experiential learning memungkinkan para peserta didik untuk belajar dengan memenuhi
seluruh aspek penting dalam proses pembelajaran, yakni kognitif, afektif, dan emosi
(psikomotorik). Penerapan pembelajaran experiential learning juga harus tetap disesuaikan
dengan karakteristik materi pada mata pelajaran tersebut.

Experiential learning adalah proses yang melibatkan konstruksi pengetahuan dimana guru
sebagai agen harus kreatif dan juga harus bisa mendorong kreativitas peserta didik. Guru
juga harus bisa memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu guru adalah
fasilitator, sehingga proses pembelajarannya melalui 4 tahapan yaitu pengalaman nyata
(Concrete Experiment), observasi refleksi (Reflective Observation), konseptualisasi
(Abstract Conceptualization), dan implementasi atau eksperimen (Active Experiment).

2. Apakah manfaat experiential learning?


Jawab:
Manfaat model Experiential Learning adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kerjasama dalam kelompok, antara lain adalah:
1) Mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan antara sesama
anggota kelompok.
2) Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
3) Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan kepemimpinan.
4) Meningkatkan empati dan pemahaman antara sesama anggota kelompok.

b. Manfaat secara individual, antara lain adalah:


1) Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
2) Meningkatkan kemampuan komunikasi, perencanaan dan kemampuan
pemecahan masalah.
3) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang
buruk.
4) Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
5) Menumbuh dan meningkatkan kemauan untuk memberi dan menerima bantuan.
6) Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik, dan koordinasi.
7) Melatih keterampilan peserta didik dalam melakukan pengamatan/observasi
8) Melatih keterampilan berpikir kritis dan kreatif
9) Melatih peserta didik menerapkan pengetahuan yang didapat dalam
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
10) Peserta didik menyadari perasaan dan pengalaman mereka selama proses
pembelajaran melalui kegiatan refleksi
3. Bagaimana sekolah bisa mendukung experiential learning? Apa saja tantangan bagi
sekolah?
Jawab:
a. Memberikan pelatihan maupun seminar kepada guru untuk mengembangkan
pemahaman dan keterampilan guru dalam penerapan metode experiential learning
b. Menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung pelaksanaan model
experiential learning, seperti laboratorium, peralatan, dan akses ke fasilitas eksternal
seperti Lingkungan sekolah yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta
didik misalnya taman atau pusat penelitian
c. Menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan dan proyek
yang melibatkan pengalaman langsung, seperti pelaksanaan proyek P5 di sekolah
yang merupakan langkah bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman baru dan
reaksi pembelajaran terhadap pengalamannya untuk membangun pemahaman dan
transfer pengetahuan, keterampilan baru, dan sikap baru atau bahkan cara berpikir
baru untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Adapun tantangan bagi sekolah dalam menerapkan model pembelajaran experiential


learning adalah sebagai berikut:
 Kurangnya Kesiapan dan pengetahuan guru terkait experiential learning dan
penerapannya dalam pembelajaran di sekolah, namun keenganan guru untuk
mempelajarinya karena menganggap sesuatu yang baru akan sulit untuk dipelajari dan
diterapkan dalam pembelajaran, guru cenderung sudah terbiasa dan nyaman dengan
metode pembelajaran yang selama ini mereka gunakan
 Selama ini sebagian besar guru maupun peserta lebih banyak tergantung pada materi
dalam buku, bukan bagaimana proses peserta didik memahaminya dan apa yang
diinginkannya, sedangkan pengetahuan tidak hanya bisa diperoleh dari buku saja
namun juga bisa diperoleh dari pengalaman peserta didik.
 Sebagian guru mendapatkan tugas tambahan dari kepala sekolah selain mengajar yang
cukup menyita waktu, sehingga berdampak dalam penyusunan administrasi
pembelajaran, guru cenderung merasa tidak mempunyai banyak waktu untuk
merencanakan pembelajaran dengan ideal dan akhirnya guru tetap melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan mereka selama ini.
4. Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan
pembelajaran experiential learning? Jelaskan! Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Jawab:
Karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi kegiatan experiental learning. Hal ini
karena setiap peserta didik itu unik dan berbeda. Peserta didik memiliki karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari aspek motivasi
belajar peserta didik, perbedaan gaya belajar, kemampuan kognitif, bersosialisasi,
komunikasi dan yang lain sebagaianya. Karakteristik ini berpengaruh terhadap
perkembangan sosial emosional masing-masing peserta didik. Apabila sosial
emosionalnya berbeda tentulah experiental learning yang harus diberikan kepada peserta
didik juga haruslah berbeda menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik tersebut agar
pembelajaran yang dilakukan dapat lebih efektif dan bermakna. Apabila pembelajaran
yang diberikan tetap sama maka akan ada peserta didik yang tidak dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik karena tidak sesuai dengan karakteristiknya.

Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut:
- Guru harus mengidentifikasi karakteristik peserta didikdengan tepat
- Guru memetakan karakteristik peserta didik sehingga peserta didik memiliki
karakteristik yang hampir sama
- Menerapkan budaya positif saat pembelajaran
- Melakukan pembelajaran berdiferensiasi proses, konten, maupun produk.

5. Pada kondisi daring (online) bagaimana penerapan experiential learning?


Jawab:
Penerapan experiential learning pada kondisi daring dapat dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi dalam pelaksanaan pembelajarannya. Adanya dukungan teknologi yang
memadai dan bimbingan dari guru akan membantu peserta didik dalam proses
pembelajaran dan memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran secara daring, misalnya
penggunaan video conference (peserta didik tetap bisa berkolaborasi secara online),
guru dapat memberikan pengalaman konkrit kepada peserta didik melalui video
pembelajaran, memberikan pengalaman ekperimen aktif melalui Virtual Lab, mengerjakan
soal secara daring dalam bentuk game maupun memberikan pengalaman belajar melalui
suatu aplikasi android berbasis experiential learning. Meskipun pembelajaran dilakukan
secara online, peserta didik tetap dapat memperoleh pengelaman belajar dan merfleksikan
pengalaman tersebut untuk membangun pemahaman dan pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai