Anda di halaman 1dari 49

PERHITUNGAN TONISITAS (BISA DILIHAT JUGA DARI USP 37 <1160>

1. Metode Penurunan Titik Beku


Turunnya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar -0,52°C yang setara dengan 0,9% NaCl.
Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar turunnya titik beku.

W = Jumlah (g) bahan pembantu isotonik dalam 100 mL larutan


a = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/v
b = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis
=> jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0 ( tidak ditambahkan pengisotonis)
Keterangan :
 Tb = turunnya titik beku larutan terhadap pelarut murninya
 K = turunnya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukkan turunnya titik
beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)
 m = Zat yang ditimbang (g)
 n = jumlah ion
 M = berat molekul zat terlarut
 L = massa pelarut (g)
PERHITUNGAN TONISITAS ( BISA DILIHAT JUGA DARI FI )

4 15/04/2020
DALAM FI Ed. III :

B = 0,52 – b1 C
b2
B adalah bobot zat tambahn (dlm satuan gram/100ml)
o,52 adalah titik beku cairan tubuh
b1 adalah PTB zat berkhasiat
C adalah konsentrasi dalam satuan %b/v zat berkhasiat
b2 adalah PTB zat tambahan

5 15/04/2020
TIGA JENIS KEADAAN TEKANAN OSMOTIS LARUTAN OBAT :

Keadaan ISOTONIS, apabila nilai B = 0; maka b1C = 0,52


Keadaan HIPOTONIS, apabila nilai B POSITIP; maka b1C ˂ 0,52
Keadaan HIPERTONIS, apabila nilai B NEGATIF; maka b1C ˃ 0,52

6 15/04/2020
7 15/04/2020
Contoh :
R/ Methadon HCl 10 mg
m.f. Isotonis. Cum NaCl ad 10 ml
jawab :
Konsentrasi : 10 mg dlm 10 ml-> 100mg dlm 100ml
% b/v = g/100 ml lart ,  0,1 %b/v

B = 0,52 - 0,101 x 0,1 = 0,8852 g utk tiap 100 ml lart


0,576

untuk 10 ml larutan NaCl yang dibutuhkan : 0,08852 g

8 15/04/2020
Contoh :
Jika diketahui penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% vitamin C adalah 0,104⁰C, maka untuk
membuat 500 ml larutan vitamin C isotonis diperlukan vitamin C sebanyak ...
Jawab :
B=0 PTB Vit C = 0,104

B = 0,52 – b1 C  0 = 0,52 -0,104 . X


b2

0 = 0,52 – 0,104X  - 0,52 = - 0,104 X 


X = 0,52/0,104  X = 5  Untuk 100 ml lart
untuk 500 ml  5 x 5 = 25 g

9 15/04/2020
2. Metode Ekivalensi NaCl
Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut terhadap jumlah
NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya ekivalensi NaCl asam borat 0,55 berarti 1 g asam
borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel yang sama dengan 0,55 g NaCl.

Keterangan :
L = turunnya titik beku MOLAL
I = turunnya titik beku akibat zat terlarut (oC) => I = ∆t
C = Konsentrasi molal zat terlarut

Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan turunnya titik beku molal yang sama
besar, maka Wells mengatasinya dengan menggolongkan zat-zat tersebut menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah ion yang dihasilkan.
11 15/04/2020
12 15/04/2020
13 15/04/2020
14 15/04/2020
15 15/04/2020
MENURUT FI ED. IV
Yang dimaksud dgn ekivalen dari NaCl (E) adalah sekian gram NaCl yang mberikan efek osmose yang sama dgn 1g dari
suatu zat terlarut tertentu.
Misal :
Jika E ephedrin HCl = 0,28; berarti tiap 1g efedrin HCl ~ 0,28g NaCl. Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :
Ex = a ; artinya tiap 1g zat x ~ a gram NaCl
Ex = E ; artinya tiap 1g zat x ~ E gram NaCl

Jika bobot zat X = W g → maka ekivalennya adalah W x E gram NaCl


Larutan isotonis NaCl 0,9% b/v ; artinya tiap 100 ml NaCl ~ 0,9 gram NaCl
Jika bobot NaCl = W x E gram ; maka volume yang isotonis adl (W x E) 100/0,9;
Shg dapat kita rumuskan sbb :
Rumus 2 => V’ = (W x E)100/0,9 = (W x E) 111,1

KETERANGAN :
V’ = volume lart yg sdh isotonis (ml)
W = bobot zat aktif (gram)
E = nilai ekivalensi zat aktif

16 15/04/2020
Jk vol lart = V ml dan vol yg sdh isotonis = V’ml ; maka vol yg blm isotonis adalah (V – V’) ml ; sdgkan vol utk tiap
100 ml agar isotonis ~ 0,9 g NaCl, maka bobot NaCl (B) yang msh diperlukanagar lart mjd isotonis adl :
(V – V’) x 0,9/100,
maka B = (V – V’) x 0,9/100 atau B = (0,9/100 x V) – (0,9/100 x V’)
Jika V’ kita ganti dgn (W x E)100/0,9,
maka B = { 0,9/100 x V} - { 0,9/100 x (W x E) 100/0,9}

dan akhirnya kita dapatkan rumus sebagai berikut :


Rumus-3 => B = 0,9/100 x V – (W x E)
Keterangan :
B = bobot zat tambahan (gram)
V = Volume larutan (ml)
W= bobot zat berkhasiat (g)
E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl

17 15/04/2020
• TIGA JENIS KEADAAN TEKANAN OSMOTIS LARUTAN OBAT :
- KEADAAN ISOTONIS APABILA NILAI B = 0 ; MAKA 0,9/100 × V = (W × E)
- KEADAAN HIPOTONIS APABILA NILAI B POSITIF ; MAKA 0,9/100 × V ˃ (W × E)
- KEADAAN HIPERTONIS APABILA NILAI B NEGATIF ; MAKA 0,9/100 × V ˂ (W × E)

18 15/04/2020
Wx E

(0,9 X 60 ) - (W x E)
100

Jml NaCl yang dibutuhkan : E NaCl

19 15/04/2020
CONTOH SOAL :

1. Bila 0,76g NaCl harus ditambahkan ke dlm 100ml 1% b/v lart Atropin Sulfat,
maka larutan Atropin Sulfat Isotonis adalah ...
2. Hitung berapa mg NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan 2%b/v Morfin
HCl yang isotonis sbanyak 30 ml, jika diketahui dlm table ekivalensi FI untuk
morfin adalah 755,...

20 15/04/2020
3. Metode Liso

Keterangan :
Tf = penurunan titik beku
Liso = harga tetapan; non elektrolit =1,86 ; elektrolit lemah =2 ; uni- univalen =3,4
BM = berat molekul
V = volume larutan dlm mL
Berat = dalam gram zat terlarut
E = Ekivalensi NaCl
C = Konsentrasi senyawa (dalam 1% bila Tf dalam 1% )
4. Metode White – Vincent
Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada sediaan parenteral agar isotonis.
Rumus yang dipakai :
V = (w x E ) x 111,1
Dengan V = volume dalam mL
w = berat dalam gram
E = ekivalensi NaCl
Jadi, dengan melarutkan berat per gram obat di dalam V mL air akan dihasilkan larutan isotonik yang selanjutnya
dapat diencerkan dengan larutan isotonik, seperti larutan 0,9% NaCl atau larutan isotonik dekstrosa untuk
melengkapkan volume.
Contoh :
R/ Phenacaine hidroklorida 0,06 g
Asam borat 0,30 g
Aqua bidestilata steril ad 100 ml

Maka : V = ( (0,06 x 0,20)+ (0,3 x 0,50)) x 111,1 ml = 18 ml


Jadi obat dicampur dengan air sampai 18 ml. Lalu tambah pelarut isotonis sampai 100 ml
5. Metode Sprowls
Merupakan modifikasi dari metode White dan Vincent, dimana w dibuat tetap 0,3 gram, jadi :
V = E x 33,33 ml

CONTOH PERHITUNGAN
TONISITAS :
a. Cara ekivalensi
R / Ranitidin HCl 27,9 mg
Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg
KH2PO4 1,5 mg
Aqua pro injection ad 1 mL

Ranitidin HCl 27,9 mg/mL = 2,79 g/100 mL = 2,79 %


E 3% = 0,16 (FI Ed. IV Hal. 1255 )
Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg/mL ~ (BM Na2HPO4 dihidrat / BM Na2HPO4 anhidrat) x 0,98
= ( 159,96 / 141,96 ) x 0,98
= 1,1 mg/mL
= 0,11 g/100 mL
= 0,11%

E 0,5% = 0,44 (FI Ed. IV)


KH2PO4 1,5 mg/mL = 0,15 g/100 mL = 0,15 %
E 0,5% = 0,48 (FI Ed. IV)

NaCl yang ditambahkan agar isotonis :


= 0,9 – ( 0,4464 + 0,0484 + 0,0720 )
= 0,3332 g/ 100 mL
NaCl yang ditambahkandalam 1 mL = 3,3 mg/mL
b. Cara penurunan titik beku

∆Tfisotonis = 0,52
agar isotonis, ∆ Tf yang ditambahkan = 0,52 – 0,34 = 0,18

Setara dengan NaCl : ( 0,18 / 0,52 x 0,9 g/100 mL )


= 0,31 g/100 mL
= 3,1 mg/mL
Jadi NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis sebanyak 3,1 mg/mL
Menghitung tonisitas dengan metode konsentrasi molekuler :

31 15/04/2020
32 15/04/2020
33 15/04/2020
34 15/04/2020
35 15/04/2020
36 15/04/2020
37 15/04/2020
38 15/04/2020
39 15/04/2020
40 15/04/2020
41 15/04/2020
TUGAS SOAL!!!!
1. Hitunglah jumlah Natrium klorida yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan 2% Physostigmin
salisilat isotonis. Diket. Larutan 0,9% NaCl isotonis dan membeku pada suhu - 0,52°C (Kerjakan dengan
metode penurunan suhu beku)
2. Hitunglah jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan isotonis physostigmin salisilat 2%
(Hitung menggunakan metode Ekivalensi NaCl)
3. Buatlah 100 mL larutan 2% physostigmin salisilat isotonik dengan darah. Dengan menggunakan ekuasi
dan E physostigmin salisilat = 0,16 volume air yang dibutuhkan untuk membuat larutan isotonik adalah
..............
PERHITUNGAN KAPASITAS DAPAR

Kapasitas dapar berhubungan dengan jumlah bahan yang mungkin ditambahkan ke dalam larutan tanpa
menyebabkan perubahan aktivitas ion yang berarti. Didefinisikan sebagai perbandingan asam atau basa yang
ditambahkan (dalam gram ekuivalen per liter) untuk mengubah pH (dalam satuan pH) (FI IV Hal 1209).

Kapasitas dapar larutan peyangga adalah ukuran kemampuan dari larutan tersebut dalam mempertahankan pH
pada penambahan sejumlah kecil asam atau basa. Jika sebuah larutan memiliki kapasitas dapar sebesar 1, maka
1 L larutan tersebut membutuhkan 1 gram ekivalen asam atau basa kuat untuk merubah 1 unit pH. Sediaan
oftalmik dan parenteral umumnya memiliki kapasitas dapar berkisar 0,1 – 0,01 (USP 36, <1160>
PHARMACEUTICAL CALCULATIONS IN PRESCRIPTION COMPOUNDING).
Penyangga yang digunakan dalam sistem fisiologis secara hati-hati dipilih agar tidak mengganggu
aktivitas farmakologi dari obat atau fungsi normal organisme. Penyangga umum yang digunakan dalam
produk parenteral, misalnya, asetat, sitrat, glutamat, dan asam fosfat bersama dengan garamnya.
Larutan penyangga yang disiapkan harus baru.

Kapasitas larutan penyangga adalah ukuran kemampuan larutan untuk bertahan terhadap perubahan pH
pada penambahan sejumlah kecil dari asam atau basa kuat. Larutan aqueous memiliki kapasitas
penyangga 1 ketika 1 L larutan penyangga membutuhkan 1 gram asam atau basa kuat yang ekivalen
dengan perubahan pH sebanyak 1 unit. Oleh karena itu, semakin kecil perubahan pH pada penambahan
jumlah tertentu asam atau basa, semakin besar kapasitas buffer dari larutan buffer. Biasanya dalam
analisis, untuk menentukan kapasitas penyangga digunakan volume penyangga yang lebih kecil.
Rumus perkiraan untuk menghitung kapasitas penyangga adalah sejumlah ekivalen gram asam atau basa kuat
yang ditambahkan per L larutan penyangga per unit perubahan pH (Eq/L)/(pH change).

Contoh:
Penambahan setara 0,01g natrium hidroksida ke dalam 0,25 L larutan penyangga menghasilkan perubahan pH
0,50. Kapasitas penyangga larutan penyangga dapat dihitung sebagai berikut:

(USP 35 hal 786 <1160>)


Penentuan Kapasitas Dapar(USP 36,<1160>PHARMACEUTICAL CALCULATIONS IN PRESCRIPTION COMPOUNDING)
I. Persamaan Handerson-Hasselbach (perhitungan pH larutan dapar)

II. Persamaan Van Slyke untuk kapasitas dapar

ß = Kapasitas dapar, ß = 0,01 – 0,1


C = Konsentrasi total dapar (mol/L)C = [garam]+[asam]
Ka = Konstanta asam = antilog (-pKa)
[H3O+] = Konsentrasi ion Hidrogen = antilog (-pH)
CONTOH PERHITUNGAN

Dapar
Dalam 1 mL larutan mengandung Ranitidin HCl, pH stabilitas = 6,7-7,3 di dapar pada pH = 7 ([H3O+] = 10 -7 )
Dapar pospat pH = 6 – 8,2
pKa 1 = 2,21 pKa2 = 7,21 pKa3 = 12,67
Dapar yang baik jika pH = pKa kurang lebih 1, maka dipilih H2PO4 dan HPO4
pKa2 = 7,21 (Ka = 6,3 . 10-8)
Catatan : Kapasitas dapar yang umum digunakan 0,01 ( untuk sediaan steril)
Latihan soal :
1. Jika diketahui PTB yang disebabkan oleh asam borat 1% b/v adalah 0,288, maka berapakah kadar asam borat
dalam 25 ml larutan asam borat yang isotonis ?
2. Jika diketahui 450 ml NaCl harus ditambahkan ke dalam 100 ml larutan efedrin HCl 1%b/v, maka larutan efedrin
HCl isotonis adalah …
3. Jika tersedia 15g glukosa, maka berapa ml kah larutan isotonis yang dapat dibuat ?(PTB glukosa = 0,1)
4. Berapakah NaCl yang harus ditambahkan pada seng sulfat 200 mg (E=0,15) dalam 15 ml larutan isotonis ?
5. Diketahui 25 ml larutan asam borat 1,25% dan 25 ml larutan NaCl 0,9% dicampurkan. PTB Asam borat 0,288.
bagaimanakah sifat dari campuran larutan tersebut?
6. PTB Metadon HCl 0,101. Berapakah metadon yang dibutuhkan untuk membuat 25 ml larutan isotonis ?
7. Suatu sediaan steril sebanyak 10 ml akan dibuat dengan formula sebagai berikut antipirin 1% (PTB 0,093),
Papaverin HCl 0,25% (PTB 0,061), Luminal Na 0,5% (PTB 0,135) dan zat tambahan glukosa q.s (PTB 0,091).
Berapakah glukosa yang harus ditambahkan agar larutan tersebut isotonis ?
8. Untuk membuat 250 ml larutan isotonis yang mengandung seng sulfat 0,15% b/v (E=0,15) berapakah asam borat
yang dibutuhkan jika diketahui E = 0,55 ?

Anda mungkin juga menyukai