Anda di halaman 1dari 17

5.

Berikan 2 contoh sediaan berdasarkan cara-cara penyuntikan dan disertai gambar


sediaannya!

1. Injeksi intrakutan ( i.k / i.c ) atau intradermal

2. Injeksi subkutan ( s.k / s.c ) atau hipodermik


3. Injeksi intramuskular ( i.m )
Injeksi Oxytocin 
 injeksi Vitamin B12

Injeksi Vitamin C

Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C
dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian secara IM akan meninggalkan
rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi
biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
4. Injeksi intravena ( i.v )
Aminofusin L 600

Phytomenadion Injection

5. Injeksi intraarterium ( i.a )

6. Injeksi intrakordal / intrakardiak ( i.kd )


7. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural ( i.d ), subaraknoid.
8. Intraartikular

9. Injeksi subkonjuntiva

10. Injeksi intrabursa


11. Injeksi intraperitoneal ( i.p )
12. Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural

6. Jelaskan komponen sediaan injeksi?

1. Bahan obat / zat berkhasiat

a) Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam Farmakope.


b) Pada etiketnya tercantum : p.i ( pro injection )
c) Obat yang beretiket p.a ( pro analisa ) walaupun secara kimiawi terjamin kualitasnya,
tetapi belum tentu memenuhi syarat untuk injeksi.

2. Zat pembawa / zat pelarut

Dibedakan menjadi 2 bagian :


a) Zat pembawa berair
Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu dapat pula digunakan injeksi NaCl,
injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa
mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat pembawa injeksi harus
memenuhi syarat Uji pirogen dan uji Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk
memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl atau injeksi Ringer dapat
digunakan untuk pengganti air untuk injeksi.

Air untuk injeksi ( aqua pro injection ) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling
segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik.
Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang
cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi,
harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah diwadahkan.

Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama
tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna
mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk
untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan.

b) Zat pembawa tidak berair


Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol. Sesami, Ol.
Olivarum, Ol. Arachidis.

Pembawa tidak berair diperlukan apabila :

(1) Bahan obatnya sukar larut dalam air


(2) Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air.
(3) Dikehendaki efek depo terapi.

Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah :

(1) Harus jernih pada suhu 100 .


(2) Tidak berbau asing / tengik
(3) Bilangan asam 0,2 - 0,9
(4) Bilangan iodium 79 - 128
(5) Bilangan penyabunan 185 - 200
(6) Harus bebas minyak mineral
(7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa padat yang
menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik

Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya boleh
secara i.m.

3. Bahan pembantu / zat tambahan

Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud :

a) Untuk mendapatkan pH yang optimal


b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
c) Untuk mendapatkan larutan isoioni
d) Sebagai zat bakterisida
e) Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal )
f) Sebagai stabilisator.

Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas harus
memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak
mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar.

Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih
dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut :

 Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01 %
 Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %
 Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit atau
metabisulfit , tidak lebih dari 0,2 %
7. Sebutkan dan jelaskan cara menghitung tekanan osmosis!

a. Cara penurunan titik beku (PTB) yang disebabkan oleh 1% b/v zat khasiat dengan rumus
menurut FI.
Suatu larutan dinyatakan isotonis dengan serum atau cairan mata jika membeku pada
suhu -0,52C. untuk memperoleh larutan isotonis dapat ditambahkan NaCl atau zat lain
yang cocok yang dapat dihitung dengan rumus:

Rumus :
0,52−b 1 C
B= b2

Keterangan :
B adalah bobot zat tambahan (NaCl) dalam satuan gram untuk tiap
100 ml larutan
0,52 adalah titik beku cairan tubuh (-0,52C)
b1 adalah PTB zat khasiat
C adalah konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat
b2 adalah PTB zat tambahan (NaCl)

Tiga jenis keadaan tekanan osmosis larutan obat:


1. Keadaan isotonis adalah jika nilai B = 0; maka b1C = 0,52
2. Keadaan hipotonis adalah jika nilai B positif; maka b1C  0,52
3. Keadaan hipertonis adalah jika nilai B negatif; maka b1C  0,52

Contoh soal :
1. Jika diketahui bahwa penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% b/v asam
borat adalah 0,288, kadar asam borat dalam 300 ml larutan asam borat isotonis
adalah:
a. 1,805% b/v c. 5,410% b/v
b. 0,402% b/v d. 5,417% b/v
Jawab:
Misalkan kadar asam borat = x% b/v
0,52−b 1 C
B= agar isotonis, maka
b2
0,52−0,288 X
0= 0,288 x = 0,52
b2
x = 1,805
jadi kadar asam borat = 1,805% b/v

b. Cara ekuivalensi NaCl


Yang dimaksud dengan ekuivalensi NaCl (E) adalah banyaknya g NaCl yang
memberikan efek osmosis yang sama dengan 1 g zat terlarut tertentu.
Jika Eefedrin HCL = 0,28; berarti setiap 1 g efedrin HCL ~0,28 g NaCl
Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut
EX = a ; artinya tiap 1 g zat X ~ a g NaCl
EX = E ; artinya tiap 1 g zat X ~ E g NaCl
Jika bobot zat X = W g maka ekuivalensinya adalah W x E g NaCl
Larutan isotonis NaCl 0,9% b/v ; artinya tiap 100 ml NaCl ~ 0,9 g NaCl
Jika bobot NaCl = W x E g maka volume yang isotonis adalah (W x E) 100/0,9 ;
sehingga dapat kita rumuskan sebagai berikut

Rumus 2
V = (W x E) 100/0,9 = (W x E)
111,1
Keterangan :

V = Volume larutan yang sudah isotonis dalamsatuan ml.


W = Bobot zat aktip dalamsatuan gram
E = Nilai ekivalensi zat aktif
Jika Volume larutan = V ml dan Volume yang sudah isotonis = V ml; maka
Volume yang belum isotonis adalah (V -V) ml, sedangkan volume untuk tiap 100
ml NaCl agar isotonis ~ 0,9 gram NaCl, maka bobot NaCl ( B ) yang masih
diperlukan agar larutan menjadi isotonis adalah
( V -V ' ) x 0,9 / 100 ,
maka B = (V -V) x 0,9 / 100
atau B = ( 0,9/100 x V ) - ( 0,9/100 x V ).
Jika V kita ganti dengan ( W x E ) 100 / 0,9 ,
maka B = { 0,9/100 x V } – { 0,9/100 x ( W x E ) 100/0,9 }
dan akhirnya kita dapatkan rumus sebagai berikut :

Rumus 3 B = 0,9/100 x V – (W x E)

Keterangan :

B = Bobot zat tambahan dalam satuan gram.


V = Volume larutan dalam satuan ml
W = Bobot zat khasiat dalam satuan gram
E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl

Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat:


1. Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ; maka 0,9/100 x V = ( W x E )
2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positif; maka 0,9/100 x V > ( W x E )
3. Keadaan hipertonis apabila nilai B negatif; maka 0,9/100 x V < ( W x E )

Contoh soal :
Bila 0,76 gram NaCl harus ditambahkan ke dalam 100 ml 1 % b/v larutan
Atropin Sulfat, maka larutan Atropin Sulfat isotonis adalah
a. 6,43 % b/v
b. 6 % b/v
c. 2 % b/v
d. 1,18 % b/v
Jawab :
Cara A :
EAtropin sulfat = 0,900 -0,760 = 0,140
Artinya 1 gram Atropin sulfat ~ 0,14 gram NaCl (dalam 100 ml)
Jadi untuk larutan isotonis 0,9 gram NaCl dalam 100 ml ekivalen dengan 0,9/0,14 x 1
gram Atropin sulfat = 6,43 gram/100 cc = 6,43 % b/v

Cara B :
EAtropin sulfat = 0,900 -0,760 = 0,140 ; dan volume 100 ml
Dengan rumus3 jika isotonis = 0,9/100 x 100 = W x 0,140
W = 0,9/0,140= 6,43
Jadi larutan Atropin Sulfat isotonisnya adalah 6,43 gram dalam 100 ml atau 6,43 %
b/v

c. Cara faktor disosiasi (farmakope belanda VI)


Dari sebuah molekul NaCl terbentuk dua ion. Jadi factor disosiasi NaCl = 2; lebih tepat
sebetulnya 1,8 karena ada sedikit kesetimbangan reaksi.
Jadi faktor isotonisnya adalah

( fa / Ma ) x a
Keterangan :
Fa = faktor disosiasi zat-zat yang mendekati keadaan sebenarnya (glukosa dan gliserin =
1, asam lemah dan basa lemah = 1,5, asam kuat dan basa kuat = 1,8 )
Ma = bobot molekul zat
a, b, c…. dan seterusnya adalah kadar zat dalam larutan dalam satuan g/liter
Jadi larutan isotonis dapat dihitung dari NaCl 0,9% b/v tersebut yaitu :
= ( f.NaCl/M.NaCl ) x kadar NaCl (dalam satuan g/liter)
= ( 1,8/58,5) x 9 = 0,28 (berarti setiap larutan yg mempunyai faktor isotonis = 0,28
adalah isotonis)
Jadi kita turunkan rumus sebagai berikut :
Rumus 4

(fa/Ma) x a+ (fb/Mb) x b + (fc/Mc) x c ….. dst = 0,28


Untuk menghitung banyaknya zat penambah (h) dalam membuat larutan isotonis dapat
dirumuskan sebagai berikut

(fa/Ma) x a+ (fb/Mb) x b ….. dst + (fh/Mh) x h = 0,28.

(fh/Mh) x h = {0,28 – [(fa/Ma) x a)]+[ (fb/Mb) x b )+ ….dst}

h= (Mh/ fh) x {0,28 – [(fa/Ma) x a)]+[ (fb/Mb) x b )+ ….dst}

Rumus 5

h= (Mh/ fh) x {0,28 – [(fa/Ma) x a)]+[ (fb/Mb) x b )+ ….dst}


Harga = (Mh/ fh) untuk :

NaCl = 32 Na nitrat = 47

Glukosa = 198 Gliserin = 81

Etanol 96% b/v = 43

Contoh 1

R/ cocain HCL 1%

f.sol.isot.c. NaCl ad 10 ml

berapa NaCl yang masih harus ditambahkan agar larutan tersebut isotonis, jika diketahui
f.cocain HCL= 1,8 dan M.cocain HCL = 338,8?

Jawab:

Konsentrasi cocain HCL 1% = 1 g/100 ml = 10 g/ liter Mh/ fh cocain HCL = 32 (ada HCL
yg merupakan asam kuat)

Berdasarkan rumus 5:

h= 32 x {0,28- {(1,8/338,8) x 10]}

h= 32 x (0,28-0,053)

h= 7,264 g

jadi untuk 10 ml larutan tersebut diperlukan NaCl sebanyak 10/1000 x 7,264 g


= 0,07264 g

d. Cara grafik (FI edisi I)


Cara grafik terdapat di FI edisi I. pada cara grafik ini terdapat tabel yang didalamnya
langsung dapat dibaca jumlah penambahan NaCl dalam gram/100ml yang harus
ditambahkan ke dalam larutan untuk mendapatkan larutan yang isotonis dengan cairan
atau jaringan tubuh

 8. Jabarkan wadah dan tutup sediaan injeksi!

Wadah dan tutup

Dibedakan : wadah untuk injeksi dari kaca atau plastik.Dapat juga dibedakan lagi menjadi :

a. Wadah dosis tunggal ( single dose ), wadah untuk sekali pakai misalnya ampul. Ditutup
dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup karet.
b. Wadah dosis ganda ( multiple dose ), wadah untuk beberapa kali penyuntikan,
umumnyaditutup dengan karet dan alumunium, misalnya vial ( flakon ) , botol.

Wadah kaca

Syarat wadah kaca :

a. Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat


b. Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.
c. Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi.
d. Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah.
e. Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.
f. Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi "

Wadah plastik
Wadah dari plastik ( polietilen, polipropilen ) .
Keuntungan :
netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga mudah diangkut,tidak
diperlukan penutup karet.
Kerugian :
a. Dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat ditembus
gasCO
b. Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida.

Tutup karet

Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas/kaca. Tutup karet dibuat dari karet
sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat dari bahan
yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok.

Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka :

a. Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak
melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut. 
b. Setelah dingin tidak boleh keruh.
c. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat ( Pb-asetat ).

Cara mencuci :
Mula-mula dicuci dengan detergen yang cocok, jangan memakai sabunCalsium/Magnesium
karena ion-ion itu akan mengendap pada dinding kaca. Bilas dengan airdan rebus beberapa kali
pendidihan, tiap kali pendidihan, air diganti.

Cara sterilisasi :
Masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengancara
sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan harussama
dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2 kalinyadengan volume
untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml.Tutup karet yang mengandung Na-pirosulfit, sebelum
dipakai harus direndam dalam larutan bakterisida yang mengandung Na-pirosulfit 0,1 % selama
tidak kurang dari 48 jam

Anda mungkin juga menyukai