Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa proyek perumahan tersebut
menggunakan dua macam jenis tanah untuk bahan dasar bangunan atau yang
biasa disebut pondasi. Yaitu tanah lempung dan tanah lempung berpasir.
Lempung sendiri termasuk dalam sifat tanah kohesif, yaitu tanah yang
mempunyai sifat lekatan antara butiran – butirannya. Jenis tanah kohesif,
memang sangat cocok digunakan sebagai dasar bangunan.
Tetapi, untuk lempung sendiri masih memiliki kekurangan yang cukup sulit
diolah menjadi dasar bangunan atau pondasi. Karena Jenis tanah lempung atau
tanah hitam mempunyai nilai kembang susut yang cukup besar. Pada musim
penghujan, tanah lempung akan mengembang cukup besar, dan pada musim
kemarau/kering tanah lempung akan menyusut yang cukup besar pula.
Sehingga dapat dikatakan mempunyai pergerakan yang besar. Kestabilannya
dalam mendukung bangunan di atasnya menjadi jauh berkurang. Apalagi bila
pergerakan dan penurunan bangunan ini mempunyai tidak merata pada seluruh
bangunan dan pondasi, maka akan berakibat pada timbulnya retakan-retakan
dan patahan
Tanah lempung mempunyai sifat yang khas yaitu kohesifitas tinggi, dalam
keadaan kering bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis,,
mengembang dan menyusut dengan cepat. Oleh karenanya kestabilannya
volumenya kecil karena pengaruh air.
Lempung termasuk dalam tanah anorganik. Yaitu tanah yang terbentuk dari
pelapukan batuan, baik terbentuk secara kimiawi ataupun fisik. Selain itu, tanah ini
juga memiliki ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat melalui warnanya. Warna-warna
tersebut meliputi hitam pekat, kecokelatan, merah bata, kuning, atau putih.
3. Tanah Sebagai Bahan Bangunan