Anda di halaman 1dari 7

Pengukuran Batimetri Pada Teluk Ulee Lheue-Aceh Menggunakan

Multibeam Echosounder (MBES)


Haddad Rahmat, Syamsidik 2*, Maimun Rizalihadi 3
1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111 Indonesia
Email: haddad2019@mhs.usk.ac.id, 2syamsidik@usk.ac.id*, 3 maimunrizalihadi@usk.ac.id
1

*Corresponding author

ABSTRACT
The bay is a sea formation between two adjacent islands.Ulee Lheue Bay is located in the Aceh province of
Indonesia. Ulee Lheue Bay underwent changes after the 2004 tsunami, causing erosion and shifts that
affected the shape and size of Ulee Lheue Bay in Aceh. Bathymetric measurements aim to determine the
depth and topographic structure of the seabed in Ulee Lheue Bay, identify underwater objects, types of
seabed materials, and ascertain sound velocity and pressure. Bathymetric surveys are conducted using a
Multibeam Echosounder (MBES) device capable of measuring ocean depths and capturing high-resolution
images of the seafloor. Sound velocity and pressure measurements are obtained using a Sound Velocity
Profiler (SVP) device. Findings in Ulee Lheue Bay indicate relatively shallow depths ranging from 4 to 13
meters with underwater objects like coral and sand. The sound velocity in Ulee Lheue Bay is 1541 m/s,
and the water pressure is 3 dBar. The types of seabed distribution found in Ulee Lheue Bay include very
coarse sand-coarse sand (-15 dB to -17 dB), coarse sand-very fine sand (-17 dB to -23 dB), very fine sand-
coarse silt (-23 dB to -30 dB), and caorse silt-silty clay (-30 dB to -44 dB)

Keywords: Bay, Ulee Lheue, Bathymetric, Multibeam Echosounder (MBES), Sound Velocity Profiler
(SVP), Seabed

ABSTRAK
Teluk merupakan lautan yang terbentuk dari dua pulau yang berdekatan. Teluk Ulee Lheue adalah teluk
yang terletak di provinsi Aceh, Indonesia. Teluk Ulee Lheue mengalami perubahan pasca tsunami tahun
2004 yang menyebabkan terjadinya erosi dan pergeseran yang mempengaruhi bentuk dan ukuran Teluk
Ulee Lheue-Aceh. Pengukuran batimetri bertujuan untuk dapat mengetahui kedalaman dan bentuk
topografi dasar laut Teluk Ulee Lheue, mengindetifikasi objek dasar laut, jenis material dasar dan dapat
mengetahui juga kecepatan suara dan tekanan. Survei batimetri dilakukan menggunakan alat Multibeam
Echosounder (MBES) yang memiliki memiliki kemampuan untuk mengukur kedalaman laut dan
pengambilan gambar pada dasar laut dengan resolusi tinggi. Pengukuran kecepatan suara, tekanan
menggunakan alat Sound Velocity Profiler (SVP). Hasil yang didapat pada Teluk Ulee Lheue-Aceh
memiliki kedalaman yang relatif landai berkisar 4 sampai 13 meter dan objek bawah laut berupa karang
dan pasir. Kecepatan suara pada Teluk Ulee Lheue-Aceh yaitu 1541 m/s dan tekanan air pada Teluk Ulee
Lheue-Aceh yaitu 3dBar. Jenis sebaran material dasar yang terdapat pada Teluk Ulee Lheue adalah very
coarse sand-coarse sand (-15 dB s/d -17 dB), coarse sand-very fine sand (-17 dB s/d -23 dB), very fine
sand-coarse silt (-23 dB s/d -30 dB), dan coarse silt-silty clay (-30 dB s/d -44 dB.)

Kata kunci: Teluk, Ulee Lheue, Batimetri, Multibeam Echosounder (MBES), Sound Velocity Profiler
(SVP), Jenis Material Dasar

I. Pendahuluan Teluk Ulee Lheue (Griffin et al, 2013).


Tsunami adalah gelombang yang terjadi
Teluk adalah sebuah lautan yang terbentuk
akibat gempa atau letusan gunung api laut
akibat dua buah pulau atau daratan yang
dengan gelombang yang bervariasi mulai dari
berdekatan (Dean & Dalrymole, 2001). Teluk
0,5 hingga 30 meter (Triadmodjo, 2001).
Ulee Lheue adalah teluk yang terletak pada
Teluk Ulee Lheue perlu dilakukan survei
Provinsi Aceh, Indonesia dan teluk ini
batimetri untuk mendapatkan kedalaman dan
memiliki beberapa pulau kecil dan terumbu
bentuk topografi bawah lautnya dan
karang.
mengindentifikasi objek bawah laut serta
Teluk Ulee Lheue mengalami perubahan melihat persebaran material dasar bawah laut.
akibat tsunami tahun 2004 yang
Survei batimetri adalah ilmu yang
menyebabkan terjadinya erosi dan pergeseran
mempelajari tentang kedalaman laut dan
yang mempengaruhi bentuk dan ukuran pada
topografi laut (Moustier, 1993). Survei

1
batimetri biasanya dilakukan dengan alat
seperti Multibeam Echosounder (MBES) dan
Singlebeam Echosounder (SBES). Multibeam
Echosounder (MBES) memiliki kemampuan
untuk mengukur kedalaman laut dan
pengambilan gambar pada dasar laut dengan
resolusi tinggi sehingga dapat mengetahui
kedalaman dasar laut dan bentuk topografi
bawah laut yang sangat berbeda dengan
Singlebeam Echosounder (SBES) yang hanya
mengukur kedalaman di satu titik dalam satu
waktu. Sumber: Pribadi penulis
Multibeam Echosounder (MBES) adalah alat
Gambar 1. Peta Lokasi Survei Batimetri
untuk pengukuran survei batimetri dan
pemetaan permukaan dasar laut. Multibeam
B. Metode Pengumpulan Data
Echosounder (MBES) memancarkan lebih
dari satu sinyal dan diterima oleh transduser Penelitian ini menggunakan data primer dan
untuk mendapatkan satu titik kedalaman, data sekunder, yaitu antara lain:
titik-titik kedalaman tersebut disatukan untuk 1. Data Primer, diperoleh melalui survei
mendapatkan hasil profil kedalaman dasar dengan alat Multibeam Echosunder
laut. (MBES) dan alat Sound Velocity Profiler
Pengukuran batimetri bertujuan untuk dapat (SVP).
mengetahui kedalaman dan bentuk topografi 2. Data Sekunder diperoleh dari google earth
dasar laut Teluk Ulee Lheue, pro, data pasang surut air laut Teluk Ulee
mengindetifikasi objek dasar laut, jenis dan peta batimetri Laut Ulee Lheue tahun
material dasar dan dapat mengetahui juga
2001.
kecepatan suara dan tekanan pada Teluk Ulee
Lheue.
C Teknik Analisis Data
Berikut tahapan yang digunakan dalam teknik
II. Metodologi Penelitian
analisis data penelitian ini:
A. Lokasi Penelitian 1. Mencari pasang surut air laut dengan data
Penelitian ini dilakukan pada daerah Teluk pasut pada tanggal 31 juli 2023.
Ulee Lheue, Aceh tepatnya pada Pulau Tuan 2. Pengolahan data menggunakan software
Kecamatan Peukan Bada. Lajur perum dibuat Hypack untuk proses topografi bawah laut
menggunakan software Hypack dengan luas ,identifikasi objek bawah laut, persebaran
area yang ditinjau yaitu 685.362,4 m 2. material dasar dan Software Sailfish untuk
Terdapat 15 jalur utama dengan tiap garis mendapatkan grafik kecepatan suara dan
berjarak 50 meter dan 3 jalur silang dengan tekanan.
jarak tiap garis 300 m. Batas area terletak 3. Merekam data pada saat survei dilapangan
pada koordinat 5°33'29.12"N - untuk mendapatkan Raw data file (.rff)
95°15'24.10"E; 5°33'57.45"N - 4. Export Raw data file (.rff) menjadi
95°15'24.04"E;5°33'57.16"N - Hysweep file (.hsx) dengan menggunakan
95°15'49.94"E;5°33'29.43"N - 95°15'49.85"E iffilter.exe untuk proses data menggunakan
yang dapat dilihat pada Gambar 1 software Hypack.
5. Pembersihan noise-noise pada software
Hypack dan memasukan data pasang surut
untuk mendapatkan kedalaman yang
sebenarnya dan topografi dasar laut.
6. Identifikasi objek bawah laut dengan
menggunakan software Hypack untuk
melihat adanya benda atau objek-objek
yang ada didasar laut
7. Merekam data Sound Velocity Profiler
(SVP) untuk mendapatkan grafik

2
kecepatan suara dan tekanan pada titik
yang sudah ditentukan.
8. Pembuatan peta batimetri dan profil
kedalaman dengan menggunakan software
Surfer.
9. Ekstrasi data backscatter untuk
mendapatkan jenis material dasar pada
Teluk Ulee Lheue yang berasal dari alat
Multibeam Echosounder (MBES)
Sumber: Pribadi penulis
III. Hasil dan Pembahasan
Gambar 3. Titik Lokasi Pengambilan Data
A. Karakteristik Pasang Surut SVP
Data pasang surut menghasilkan tinggi
elevasi muka air laut pada setiap interval 1 Kecepatan suara pada umumnya yaitu sekitar
menit sejak dari pukul 10.00 WIB tanggal 31 1500 m/s dengan kedalaman yang tidak
Juli 2023 sampai dengan 16.00 WIB tanggal terlalu dalam. Kecepatan suara pada titik
31 Juli 2023. Elevasi muka air laut meningkat pertama adalah 1541,56 m/s dengan
naik pada jam 11.00 WIB dan puncak kedalaman pengambilan sampai 3 meter dan
ketinggian elevasi air berada pada jam 14.21 kecepatan suara pada titik kedua adalah
WIB dengan ketinggian muka air lau sebesar 1541,63 dengan kedalaman yaitu sampai 2
0,92 meter. Elevasi muka air laut mengalami meter. Grafik kecepatan suara dapat dilihat
surut pada jam 15.33 WIB sehingga pada Gambar 4.
didapatkan nilai koreksi pasang surut adalah
sekitaran 0,63 meter. Data pasang surut
disajikan dalam bentuk grafik pasang surut Kecepatan Suara
Teluk Ulee Lheue yang dapat dilihat pada 3
Kedalaman (m)

Gambar 2. 2
1
0
1541.5 1541.55 1541.6 1541.65
Kecepatan Suara (m/s)

SV Titik 1 SV Titik 2
Sumber: Pribadi Penulis

Gambar 4. Grafik Kecepatan Suara


Sumber: Pribadi penulis Kecepatan suara rata-rata pada Teluk Ulee
Lheue adalah 1541 m/s pada kedalaman yang
Gambar 2. Grafik Pasang Surut masih relatif dangkal yaitu berkisar 2 sampai
dengan 3 meter. Kecepatan suara dipengaruhi
B. Kecepata Suara dan Tekanan oleh suhu, kedalaman, tekanan, dan salinitas
Pengambilan data kecepatan suara dan yang dimana semakin dalam laut maka
tekanan air menggunakan alat AML-3. kecepatan suara akan turun tetapi tekanan dan
Kecepatan suara dan tekanan diambil 2 titik salinitas meningkat.
berbeda dengan titik koordinat pertama
adalah 0533’42,19”N 9515’43,34”E dan
titik koordinat kedua adalah 0533’52,43”N
9515’31,54”E, kedua titik pengambilan data
kecepatan suara dan tekanan dapat dilihat
pada Gambar 3.

3
Tekanan yang terjadi pada titik pertama dan
kedua adalah sama yaitu 3 dbar dengan
kedalaman 3 meter. Semakin dalam
kedalaman air maka tekanan juga semakin
meningkat. Nilai tekanan pada Teluk Ulee
Lheue meningkat 1 dBar setiap kedalaman 1
meter, tekanan dapat mempengaruhi
bangunan atau struktural bangunan air yang Sumber: Pribadi penulis
dapat menyebabkan kerusakan yang
diakibatkan oleh tekanan air. Grafik tekanan Gambar 7. Proses Editing Data pada
dapat dilihat pada Gambar 5. Software Hypack

Tekanan

3
Kedalaman (m)

2
1
Sumber: Pribadi penulis
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Tekanan (dBar)
Gambar 8. Hasil Penggabungan Setiap Line

Sumber: Pribadi Penulis Setalah penggabungan setiap line selanjutnya


Gambar 5. Grafik Tekanan data tersebut di export menjadi data matriks
C. Peta Batimetri (2D Model) yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Peta batimetri dibuat dengan menggunakan
software Hypack dan Surfer yang dimana
raw data file (.rff) di convert menjadi
Hsweep file (.hsx) dengan menggunakan
IFFilter.exe agar proses data berjalan dengan
baik. Proses convert data dapat dilihat pada
Gambar 6.

Sumber: Pribadi penulis

Gambar 9. Hasil Data Dalam Bentuk Matriks


Sumber: Pribadi penulis
Data matriks digunakan untuk menampilkan
Gambar 6. Proses Convert pada IFFilter hasil editing data ke dalam border area yang
ditinjau yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Data yang sudah di convert selanjutnya di
proses menggunakan Hypack untuk
menghapus noise-noise yang ada pada data
dan menggabungkan setiap line untuk dapat
dijadikan permukaan dasar laut yang dapat
dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

4
Sumber: Pribadi penulis

Gambar 12. Peta batimetri Teluk Ulee


Sumber: Pribadi penulis Lheue
Gambar 10. Hasil Data Matriks pada Border
Bentuk topografi atau kontur pada Teluk Ulee
Area
Lheue relatif landai ke kanan dengan
Data matriks di export untuk menjadi xyz file kedalaman sampai 13 meter tidak ada lembah
(.xyz) untuk mendapatkan bentuk kontur ataupun bukit pada bentuk kontur Teluk Ulee
Teluk Ulee Lheue menggunakan TIN model Lheue.
yang dapat dilihat Gambar 11.
D. Batimetri Dalam Bentuk 3D
Hasil Krigging dilakukan untuk mendapatkan
nilai kedalaman dengan menggunakan
software Surfer. Hasil ini dilakukan dengan
nilai Median yaitu 750400 (x), 615270 (y),
dan -9,25 (z), midrange yaitu 750400 (x),
615267,5 (y) dan -9,5 (z), sehingga hasil
dalam bentuk 3D dapat dilihat pada Gambar
13.

Sumber: Pribadi penulis

Gambar 11. Bentuk Kontur Batimetri Pada


Teluk Ulee Lheue Menggunakan Hypack

Untuk mendapatkan kontur yang lebih bagus,


peta batimetri dilakukan pada software Surfer
dengan menggunakan data xyz yang dapat
dilihat pada Gambar 12. Sumber: Pribadi penulis

Gambar 13. Peta Batimetri dalam bentuk 3D

Hasil 3D model menunjukkan bahwa


permukaan dasar laut pada Teluk Ulee Lheue
tidak rata tetapi memiliki perbedaan nilai
kedalaman berupa cekungan ataupun
permukaan dasar yang lebih tinggi sehingga
nilai kedalaman bervariasi.
E. Identifikasi Objek Bawah Laut

5
Identifikasi objek bawah laut dilakukan untuk
mengetahui morfologi dasar bawah laut dan
untuk melihat adanya objek atau benda yang
ada pada dasar laut. Identifikasi objek bawah
laut menggunakan Side Scan yang berasal
dari alat Multibeam Echosounder (MBES)
yang dapat mengambil penggambaran dengan
resolusi yang tinggi. Identifikasi objek bawah Sumber: Pribadi penulis
laut dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 16. Grafik Backscatter
Gambar 16. menunjukkan bahwa grafik
backscatter dengan intensitas suara yang
didapat adalah -35 dB sampai 40 dB dengan
sudut 50 sehingga dapat diklasifikasikan
jenisnya yaitu sandy silt sampai clay. Peta
persebaran jenis material dapat dilihat pada
Gambar 15.

Sumber: Pribadi Penulis

Gambar 15. Mosaic Dasar Laut Teluk Ulee


Lheue-Aceh
Sumber: Pribadi penulis

Permukaan bawah laut di Teluk Ulee Gambar 17. Peta Sebaran Jenis Material
Lheue adalah pasir dan beberapa terumbu
karang sehingga objek yang diamati hanya Gambar 17 menunjukkan bahwa sebaran
terumbu karang. Garis-garis hitam adalah jenis material pada Teluk Ulee Lheue
filtering water column agar sisi port dan memiliki jenis sedimen pada permukaan dasar
startboard dapat disatukan. Range yang laut adalah very coarse sand-coarse sand (-15
digunakan untuk Side Scan adalah 50 meter dB s/d -17 dB) dengan kedalaman 11 sampai
sehingga pengambilan gambar dari Side Scan 14 m, coarse sand-very fine sand (-17 dB s/d
lebih efisien dan tidak mengalami blur atau -23 dB) dengan kedalaman 9 sampai 11 m,
bergaris-garis very fine sand-coarse silt (-23 dB s/d -30 dB)
dengan kedalaman 8 m, dan coarse silt-silty
F. Jenis Material Dasar clay (-30 dB s/d -44 dB) dengan kedalaman 4
Klasifikasi jenis material dasar didapatkan sampai 7 m.
melalui ekstrasi data backscatter yang berasal
dari Multibeam Echosounder (MBES). Untuk IV. Kesimpulan dan Saran
mengetahui jenis material dasar didapat dari A. Kesimpulan
intensitas suara yang didapatkan sebesar -15 Berlandaskan hasil pengolahan data dan
dB sampai dengan -40 dB yang menunjukkan analisis yang sudah dilakukan, maka
jenis material dasar tersebut adalah Coarse didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Sand sampai dengan jenis silty clay (Farihah a. Profil kedalaman pada Teluk Ulee Lheue-
et al., 2020) Klasifikasi material dasar dilihat Aceh relatif landai yang kedalamannya
berdasarkan backscatter dari alat Multibeam mulai dari 4 meter sampai dengan 13
Echosounder yang dapat dilihat pada meter dengan penurunan yang tidak
Gambar 15. terlalu signifikan.
b. Peta batimetri menunjukkan bahwa
kontur pada Teluk Ulee Lheue landai dan
tidak ada palung yang dapat

6
membahayakan pelayaran dari pelabuhan Triatmodjo. Yogyakarta: Beta Offset,
atau sekiratan Ulee Lheue. 2001.
c. Kecepatan suara pada Teluk Ulee Lheue [5] C. De Moustier, “Signal Processing For
yaitu berkisar 1541,66 m/s dengan Swath Bathymetry And Concurrent
Seafloor Acoustic Imaging,” 1993.
kedalaman 2 sampai 3 meter.
[6] Soeprapto, Survei Hidrografi. Yogyakarta:
d. Tekanan yang terjadi pada Teluk Ulee Gadjah Mada University Press, 2001.
Lhue adalah sekitaran 3 dBar dengan [7] S. Heryoso, Kamus oseanografi / Heryoso
kedalaman 3 meter dan akan meningkat 1 Setiyono. Yogyakarta: Gadjah Mada
dBar setiap kedalaman 1 meter. University Press, 1996.
e. Identifikasi objek bawah laut pada Teluk [8] E. Prakoso, S. P. Widodo, P. W. Ainun,
Ulee Lheue-Aceh adalah pasir dan and A. Dian, “Pengaruh Sound Velocity
beberapa terumbu karang yang membuat Terhadap Pengukuran Kedalaman
daerah lokasi survei aman untuk dilalui Menggunakan Multibeam Echosounder Di
kapal atau pembuatan konstruksi Perairan Surabaya,” p. Sekolah Tinggi
bangunan pengaman pantai Teknologi Angkatan Laut, 2015.
[9] A. Putra Setiadarma, B. Sasmito, and F.
f. Jenis material dasar pada Teluk Ulee
Janu Amarrohman, “Analisis Pengaruh
Lheue adalah very coarse sand-coarse Data SVP (Sound Velocity Profiler) Pada
sand (-15 dB s/d -17 dB), coarse sand- Hasil Pengolahan Data Multibeam
very fine sand (-17 dB s/d -23 dB), very Echosounder Menggunakan Perangkat
fine sand-coarse silt (-23 dB s/d -30 dB), Lunak Eiva (Studi Kasus : Marine Station
dan coarse silt-silty clay (-30 dB s/d -44 Teluk Awur, Jepara),” 2019.
dB) [10] M. W. Bobsaid and L. M. Jaelani, “Studi
Pemetaan Batimetri Perairan Dangkal
B. Saran Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 dan
Berikut adalah saran penulis berdasarkan Sentinel-2A,” J. Tek. Its, vol. 6, no. 2, pp.
564–569, 2017.
kajian yang telah dilakukan:
[11] A. Wiyono, D. S. Mulyadi, K. Kamija,
a. Memperluas area survei batimetri agar and A. K. Negara, “Pengolahan Data
mendapatkan peta yang lebih luas lagi dan Multibeam Echosounder Menggunakan
mengindetifikasi objek-objek lainnya yang Perangkat Lunak PDS 2000 (Studi Kasus
ada di bawah laut. Perairan Selat Sunda),” J. Hidropilar, vol.
1, no. 2, pp. 125–135, 2015, doi:
b. Pengukuran SVP dapat ditingkatkan lagi 10.37875/hidropilar.v1i2.32.
dengan menambah titik-titik bari dan [12] Febrianto, H. Totok, and B. A. Syamsul,
megukur lebih dalam lagi agar mengetahui “Pemetaan Batimetri di Perairan Dangkal
tingkat kecepatan dan tekanan pada Pulau Tunda, Serang, Banten
Menggunakan Singlebeam Echosounder,”
kedalaman tertentu.. Teknol. Perikan. dan Kelaut., vol. 6, 2015.
Diharapkan penelitian ini dapat [13] kamila Akbar, D. G. Pratomo, and
dijadikan referensi untuk peniltian Khomsin, “Analisis Nilai Hambur Balik
lain yang berhubugnan dengan Sedimen Permukaan Dasar Perairan
Menggunakan Data Multibeam
pengukuran batimetri menggunakan Echosounder EM302,” J. Tek. ITS, vol.
Multibeam Echosounder (MBES). Vol. 6, No. 2, pp. 2337–3520, 2017.
Daftar Pustaka [14] G. Lamarche, X. Lurton, A. L. Verdier,
[1] R. G. Dean and R. A. Dalrymple, Coastal and J. M. Augustin, “Quantitative
Processes with Engineering Applications. characterisation of seafloor substrate and
Cambridge: Cambridge University Press, bedforms using advanced processing of
2001. doi: multibeam backscatter-Application to
https://doi.org/10.1017/CBO97805117545 Cook Strait, New Zealand,” Cont. Shelf
00. Res., vol. 31, no. 2 SUPPL., pp. 93–109,
[2] P. Blondel, Bathymetry and Its 2011, doi: 10.1016/j.csr.2010.06.001.
Applications. InTech, 2012. [15] R. A. Farihah, H. M. Manik, and G.
[3] C. Griffin, D. Ellis, S. Beavis, and D. Harsono, “Pengukuran Dan Analisis
Zoleta-Nantes, “Coastal resources, Hambur Balik Akustik Menggunakan
livelihoods and the 2004 Indian Ocean Teknologi Multibeam Echosounderuntuk
tsunami in Aceh, Indonesia,” Ocean Klasifikasi Sedimen Dasar Laut Teluk
Coast. Manag., vol. 71, pp. 176–186, Jan. Palu,” J. Ilmu dan Teknol. Kelaut. Trop.,
2013, doi: vol. 12, no. 2, pp. 439–455, 2020, doi:
10.1016/j.ocecoaman.2012.10.017. 10.29244/jitkt.v12i2.28465.
[4] B. Triadmodjo, Teknik Pantai / Bambang

Anda mungkin juga menyukai