Anda di halaman 1dari 3

Asimetri Informasi

A. Pengertian Asimetri Informasi

Pengertian asimetri informasi menurut Jensen dan meckling (1976) menambahkan


bahwasanya jika dua kelompok yang merupakan agen dan pihak principal merupakan orang-
orang yang berusaha untuk maksimalkan utilitasnya, maka terjadilah alasan untuk berusaha
meyakinkan agen atau manager tidak akan selalu bertindak terbaik untuk kepentingan
principal atau investor dalam konteks perusahaan. Principal atau investor dapat membatasi
dengan cara menetapkan insentif yang jelas dan tepat kepada agen atau manager dan biasanya
juga dapat melakuakan pengawasan yang memang didesain untuk membatasi agen atau
manager bertindak yang tidak benar. Sedangkan menurut Scott (2009:105) sebagai berikut:
“frequently, one type of participant in the market (sellers, for example) will know something
about the assets being traded the another type of participant (buyers) does not know. When
this situation exits, the market is said to be characterized by information asymetri”.
Pernyataan Scott menjelaskan bahwa asimetri informasi adalah salah satu pihak yang ikut
atau turut serta dalam pasar seperti penjual misalnya akan mengetahui tentang suatu asset
yang diperdagangkan kepada pihak lainnya yang turut berpartisipasi dan tidak tahu, ketika
situasi ini keluar, maka pasar akan dikatakan seperti demikian dan biasanya dicirikan dengan
asimetri informasi.

Pengertian asimetri informasi menurut Suwardjono (2014:548) yaitu: “Asimetri informasi


adalah dimana manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi dibandingkan
investor atau kreditor”. Menurut para ahli pada umumnya asimetri infomasi merupakan hasil
dari ketika salah satu pihak yang lebih tahu infomasi yang mendetail dari pada pihak yang
lain. Dari konteks perusahaan pihak yang lebih tahu akan informasi perusahaan adalah
manager yang sebagai agen dan pihak yang mendapatkan informasi yang sedikit dan
informasi sangat penting yaitu para investor dan kreditor, karena pihak manager lebih tahu
mengenai informasi detail tentang perusahaan maka asumsi mengenai individu-individu
bertindak akan memaksimalkan kepentingan sendiri akan muncul. Maka dengan informasi
asimetri yang dimiliki oleh manager akan mendorong manager untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui oleh pihak investor.

B. Jenis Asimetri Informasi

Pada bukunya Scott membagi asimetri informasi menjadi dua bagian yang berdasarkan
suatu pihak yang memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak yang lain. Menurut
Scott (2009;13-15) dua jenis asimetri informasi adalah sebagai berikut :

1. Adverse selection Pada jenis asimetri informasi adverse selection scott menyatakan
bahwa “Adverse selection is atype of information asymmetry whereby one or more
parties to a business transaction, or potensial, have an information advantage over other
parties”. Berdasarkan penyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa jenis asimetri
informasi adverse selection merupakan jenis informasi yang dapat diperoleh dari satu
pihak atau lebih disuatu transaksi bisnis atau suatu ikatan kontrak, atau potensi yang
dimiliki atas informasi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Dalam
konteks akuntansi maka jenis informasi adverse selection terjadi ketika dalam sebuah
perusahaan manager perusahaan dan pihak internal perusahaan mengetahui kondisi
perusaan saat ini dan prospek dimasa yang akan datang daripada investor dan kreditor
sebagai pihak eksternal.

2. Moral hazard Pada jenis moral hazard Scott menyatakan bahwa: “Moral hazard is a type
of information asymmetry wherby one or more parties to a business transaction, or
potencial transcation, can observe their action in fulfillment of the transaction but other
parties cannot”. Pernyaatan diatas, Scott menjelaskan bahwa pada asimetri informasi pada
jenis moral hazard adalah jenis informasi ketika salah satu pihak atau lebih yang dimana
turut dalam suatu transaksi bisnis atau transaksi potensial dapat mengamati atas tindakan
mereka dalam memenuhi transksi tetapi pihak lainya tidak bisa. Moral hazard dapat
terjadi ketika karakteristik kebanyakan perusahaan menetapkan adanya pemisahan atas
kepemilikan dan pengendalian

C. Indikator Asimetri Informasi

Berdasarkan penelitian oktabriana (2015) menyelidiki tentang hubungan antara asimetri


informasi dan managemen, ketika asimetri itu tinggi, maka para pemegang saham tidak
memiliki informasi atau sumber daya untuk mengawasi dan mengetahui informasi tentang
kegiatan perusahaan dimana manager dapat meningkatkan kinerja dalam pengelolaan
pendapatan yang dapat menguntungkan dirinya. Memaparkan bahwasannya asimetri
informasi dapat dilakukan dengan tiga dasar pendekatan utama :

1. Berdasarkan analyst forecast


Pendekatan ini adalah mengenai keakuratan analisis dalam melakukan prediksi-prediksi
atas earning per share (EPS) dan para ahli memprediksi sebagai ukuran asimetri
informasi. Biasanya sering timbul masalah perhitungan dari pendekatan ini adalah para
analis sering kali menunjukan sikap over-reacting terhadap informasi yang positif dan
sikap yang under-reacting terhadap informasi yang negatif. Setelahnya penggunaan
forecast error yang digunakan untuk menghitung asimetri informasi yang tidak selalu
berhubungan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh oleh suatu perusahaan melainkan
biasanya yang berhubungan dengan naik-turunya dari earning dan yang bukan disebabkan
oleh asimetri informasi yang biasanya lebih tinggi.

2. Berdasarkan kesempatan investasi


Pendakatan ini menjelaskan bahwa perusahaan yang sedang berada pada pertumbuhan
tinggi yang mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi pendapatan dan
pengeluaran pada periode yang akan datang. Biasanya yang digunakan adalah rasio
market value to book value dari ekuitas market to book value dari asset, price earning
ratio. Ada dua alasan mengapa menggunakan rasio tersebut :
- Rasio market to book value dari ekuitas dan asset, yang biasanya mencerminkan
potensi dari pertumbuhan perusahaan dan kinerja dari perusahaan.
- Risiko dari potensial pertumbuhan earning perusahaan dijelaskan dengan price
earning ratio
3. Berdasarkan teori market microstructur
Pendekatan ini memfokuskan kepada harga dan volume perdagangan dengan melihat
kedua faktor tersebut dengan bidask-spread yang menjelaskan terdapat suatu komponen
spread berkontribusi atas kerugian perusahaan. Bid-ask merupakan selisih harga tertinggi
di perdaganagan saham yang membeli suatu saham dengan harga terendah yang
diumumkan oleh buyer dan harga jual tertinggi yang diumumkan oleh seller. Menurut
Jogiyanto (2010;417) selisih dari buyer dengan harga terendah dengan seller dengan
harga tertinggi merupakan indikator yang menjadi dasar dalam mengukur variable
asimetri informasi. Bid-ask-spread menjadi dasar dalam pengukuran asimetri dalam
penelitian ini karena menjadi salah satu tolak ukur dalam liquiditas yang mengukur
asimetri informasi antara pemegang saham perusahaan dengan managemen.

Anda mungkin juga menyukai