Anda di halaman 1dari 10

 Ketepatan membedakan antara agama samawi dan agama budaya

 Ketepatan menganalisis perbedaan agama pada zaman jahiliyah dan zaman rasulullah

SAW

 Ketepatan menganalisis urgensi agama bagi manusia


 “Agama Langit” terdiri dari dua kata: Agama dan Langit. “Langit” berasal dari bahasa

Arab,“sama” yang artinya langit. Jadi, Agama Samawi berarti “Agama Langit”,

sebagaimana para penulis Muslim mengartikan “Agama Langit” adalah agama yang

berbasis wahyu Ilahi yang diturunkan dari langit (Tuhan) melalui para nabi atau rasul

sejak Nabi Adam yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Menurut Abdullah Ali

“Agama Langit” atau Agama Samawi adalah agama yang datangnya dari langit

berlandaskan wahyu Tuhan seperti agama Yahudi, Kristen dan Islam. Pandangan Ali ini

memiliki kesamaan dengan Prof. H.M. Rasjidi yang mengatakan bahwa “Agama Langit”,

yaitu agama-agama yang diturunkan Allah agar menjadi petunjuk bagi manusia. Secara

konkrit Rasjidi menyebut “Agama Langit” ada tiga, yaitu agama Yahudi, Agama Nasrani

dan Agama Islam. Adapun agama-agama selain tiga itu Rasjidi menyebutnya dengan

Agama Alamiyah. Senada dengan Rasjidi, Hadidjah dosen Fakultas Tarbiyah di STAIN

Datokarama Palu, Sulawesi Tengah mengatakan bahwa Agama Samawi adalah agama

yang diwahyukan kepada para rasul, yaitu agama yang diturunkan dari tempat yang

tinggi. Agama Samawi yang disebutkan dalam literature ada empat, yaitu agama Hanif,

agama Yahudi, agama Nasrani, dan agama Islam. Agama-agama tersebut dibawa oleh

para nabi yaitu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad.

Pada kesempatan yang lain, Agus Hakim menyebut Agama Samawi atau “Agama Langit”

sebagai agama yang paling tua karena Nabi Adam, nenek moyang segala manusia telah

menerima pengajaran yang berasal dari Tuhan (dari langit). Dasar kepercayaan dalam

Agama Samawi menurut Hakim dari permulaan turunnya kepada nabi dan rasul Tuhan

yang pertama sampai kepada nabi dan rasul terakhir, semuanya sama yaitu mengajarkan

keyakinan, bahwa “Tuhan Yang Maha Kuasa itu hanya ada satu, Tiada Tuhan selain Dia,
yaitu Allah”. Endang Saifuddin Anshari seperti dikutip oleh Kautsar mendefinisikan

bahwa “Agama Langit” (Agama Samawi [din samawi], agama wahyu [revealed

religion], agama profetik [prophetic religion] adalah agama yang diwahyukan oleh Allah

kepada para nabi dan rasul-Nya.

Menurut para penulis Muslim “Agama Bumi” atau dalam bahasa Arab disebut Agama

Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran seseorang

yang kemudian diterima secara global, serta tidak memiliki kitab suci dan bukan

berlandaskan wahyu. Endang Saifuddin Anshari seperti dikutip oleh Kautsar

mendefinisikan bahwa “Agama Bumi” (agama ardli [din ardli], agama budaya, agama

filsafat, agama pemikiran, agama bukan-wahyu [non-revealed religion], agama alami

[natural religion, din thabi’i]) adalah agama hasil ciptaan manusia.

Abdullah Ali menyebut “Agama Bumi” dengan Agama Wad’iy yaitu agama yang tumbuh

di bumi atas prakarsa dan pemikiran umat manusia, seperti misalnya agama Buddha yang

merupakan hasil renungan pemikiran Sidharta Gautama, atau agama Hindu yang

merupakan akulturasi budaya bangsa Aria dan Dravida. Menurut Rasjidi, “Agama Bumi”

disebut juga Agama Alamiyah yaitu agama-agama yang timbul diantara manusia-manusia

itu sendiri dan lingkungan dimana mereka hidup. Seperti disebut di dalam bukunya

Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, selain agama Yahudi, Nasrani dan

Islam maka dapat dinamakan Agama Alamiyah. Agus Hakim mendefinisikan “Agama

Bumi”, dengan sebutan Agama Thabi’y adalah agama yang timbul dari angan-angan

khayal manusia belaka. Dinamai Agama Thabi’y adalah karena timbulnya agama yang

demikian hanya semata-mata dorongan dari Thabiat manusia yang ingin beragama, ingin
mengabdi dan memuja kepada sesuatu yang dianggapnya maha kuasa atas dirinya dan

bukan berasal dari wahyu Ilahi. Jika “Agama Langit” menurut Hakim dasar

kepercayaannya adalah tauhid atau keyakinan bahwa “Tuhan Yang Maha Kuasa itu

hanya satu, dan Tiada Tuhan selain Dia, yaitu Allah”, maka “Agama Bumi” atau Agama

Thabi’y dasar kepercayaan atau dasar keyakinannya mengenai ketuhanan tidaklah pasti,

karena dasarnya hanyalah khayal belaka, seluruhnya dapat dikatakan musyrik. Hakim

juga mengatakan Agama Thabi’y yang ada sekarang sangat banyak, seperti: Agama

Hindu, Agama Buddha, Agama Majusi dan semua alirannya serta semua agama dan

aliran kepercayaan yang timbul dari khayal manusia semata, yang bukan merupakan

wahyu Ilahi.

 Secara esensial kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah

terjadinya kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan yang mempengaruhi

segala aspek kehidupan masyarakat, termaksud hukum-hukum yang digunakan

pada masa itu. Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memenangkan kepercayaan

Bangsa Arab relative singkat. Kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup

orang-orang Arab yang sebelumnya jahiliah kejalan orang-orang yang bermoral Islam.

Dalam berdakwah Nabi Muhammad tidak hanya menggunakan aspek kenabiannya

dengan menggunakan tablig namun juga menggunakan strategi politik dengan

memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan persoalan. Seperti,

dakwah di Mekkah yang terbagi menjadi dua yaitu dakwah secara diam-diam dan

dakwah secara terbuka. Disini dapat kita lihat adanya strategi Nabi dalam menyeru

umat manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Walaupun dalam menjalankan
perintah Allah, Nabi mendapat banyak tantangan yang besar dari berbagai pihak

namun atas izin Allah segalah hal yang dilakukan Nabi dapat berjalan lancar. Semakin

bertambah jumlah pengikut Nabi semakin besar pula tantangan yang harus di hadapi

Nabi, mulai dari cara diplomatic di sertai bujuk rayu hingga tindakan kekerasan di

lancarkan orang-orang quraisy untuk menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi tetap

pada pendirian untuk menyiarkan agama Islam. Sistem pemerintahan dan strategi politik

Nabi dapat kita lihat jelas setelah terbentuknya negara Madinah. Di sini Islam semakin

kuat dan berkembang karena bersatunya visi misi masyarakat Islam. Peradabannya

salah satunya yaitu Piagam Madinah. Melalui Piagam Madinah Nabi Muhammad

memperkenalkan konsep negara ideal yang di warnai dengan wawasan, transparansi,

partisipasi, adanya konsep kebebasan dan tanggung jawab sosial politik secara

bersama. Arab Sebelum Islam Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan

terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena

letaknya. kota ini di lalui oleh jalur perdagangan yang ramai menghubungkan

Yaman di selatan dan Syria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota,

Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah di

dalamnya terdapat 360 berhala mengelilingi berhala utama Hubal. Agama dan

masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah

Arab dengan luas satu juta mil persegi. Sebagian besar daerah jazirah adalah

padang pasir. sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat

berbeda-beda. ( Badri Yatim: 2005, 9) Ka’bah pada masa sebelum Islam sudah menjadi

tempat yang di sucikan dan banyak dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli

Mekkah dan orang-orang yahudi yang bermukim di sekitarnya. Untuk


mengamankan para peziarah yang datang ke kota itu, didirikanlah suatu

pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa yaitu Jurhum

(sebagai pemegan kekuasaan politik) dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim).

Kekuasaan politik kemudia berpindah ke suku khuza’ah dan akhirnya ke suku quraisy

di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudia mengatur urusan-

urusan politik dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka’bah. Bila di lihat dari asal

usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat di bagi menjadi dua golongan besar yaitu

Qahthaniyun (keturunan qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Islam Ibn Ibrahim).

Masyarakat, baik yang nomadik maupun yang menetap hidup dalam budaya

kesukuan Badui. Beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Peperangan antar clan

sering terjadi, sikap ini telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri

orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi

sangat rendah. Situasi seperti ini masih terus berlangsung sampai agama Islam lahir.

Akibat peperangan yang terus menerus kebudayaan mereka tidak berkembang

kerena itu bahan-bahan sejarah Arab pra Islam sangat langkah di dapatkan di

dunia Arab. Ahmad syalabi menyebutkan, sejarah Arab hanya dapat di ketahui dari

masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam.

Ciri umum yang selalu disebut-sebut pada masyarakat Arab, suku Quraisy, ketika Nabi

Muhammad mulai diutus memperkenalkan ajaran Islam adalah jahiliyah. Kata jahiliyah

artinya adalah bodoh. Nabi Muhammad diutus di tengah masyarakat itu oleh karena

kebodohannya. Bukan disebut nakal, tetapi adalah bodoh. Bodoh lawan katanya adalah

pintar, cerdik, atau cerdas. Disebut bodoh oleh karena tidak mampu mengunakan akal

atau pikirannya. Diajari tidak nyambung, diberi sesuatu menolak, diberi nasehat tidak
mau mendengarkan, Sesuatu yang penting diangap tidak ada gunanya, dan sebaliknya,

sesuatu yang tidak ada gunanya dianggap penting. Oleh karena kebodohannya itu, patung

buatannya sendiri dianggap tuhannya. Anak perempuan sebagai penerus keturunannya

dianggap rendah, tidak ada gunanya, dan bahkan mendatangkan rasa malu. Wanita

termasuk ibunya sendiri dianggap sekedar sebagai harta dan boleh diwaris. Maka, harkat

dan martabat manusia tidak dihargai. Selain itu, oleh karena kebodohannya itu pula,

manusia dirampas kehormatannya, dijadikan budak, dan diperdagangkan. Seseorang

tatkala dijadikan budak, maka diperlakukan apapun sesuai dengan kemauan pemiliknya.

Ketika itu ada jual beli manusia atau budak, bahkan di juga terdapat pasar manusia. Antar

kabilah atau suku saling bersaing, perang, dan juga beradu kekuatan. Siapa yang kuat,

merekalah pemenangnya. Kehidupan manusia, pada zaman jahiliyah tidak ubahnya

kehidupan binatang. Beradu kekuatan dianggap hal biasa. Itulah sebabnya masyarakat

Arab, suku Quraisy, ketika itu disebuit sebagai masyarakat bodoh atau jahiliyah. Berbeda

dengan zaman jahiliyah, masyarakat sekarang ini menamakan dirinya modern, beradab,

menghargai harkat dan martabat manusia. Kebodohan dianggap sudah hilang, atau masa

lalu. Antar manusia sudah saling memahami, menghormati, menjalin kasih sayang, dan

bertolong menolong. Siapa saja yang menggangu kehormatan seseorang, maka diadi atas

dasar hukum yang berlaku. Namun pertanyaannya adalah, apakah sebenarnya pada

masyarakat modern, ciri kebodohan atau jahiliyah sebagaimana dikemukakan itu sudah

berhasil dihilangkan. Mari kita lihat melalui gambaran singkat berikut. Pada masyarakat

modern setelah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka antar

negara juga ternyata saling berlomba kekuatan, baik lewat ekonomi, politik, dan bahkan

juga persenjataan. Alat-alat modern yang berfungsi untuk menghancurkan kekuatan


musuh, ternyata semakin dahsyat. Jika peperangan pada zaman jahiliyah Arab dahulu

hanya menggunakan panah, tombak, dan pedang, maka sekarang ini negara-negara maju

menggunakan peralatan yang amat canggih, berupa bom atau nuklir yang memiliki daya

pemusnah yang amat dahsyat. Hanya dalam hitungan detik, sebuah kota besar bisa

dibikin hancur tidak tersisa. Jika pada masa jahiliyah manusia diperdagangkan, harkat

dan martabat wanita tidak dihargai, maka pada zaman modern sekarang ini, masing-

masing kita bisa melihat sendiri. Perempuan dijual belikan, bagaikan barang atau bahkan

binatang, untuk memuaskan nafsu yang tidak terkendali. Jual beli perempuan, juga

diiklankan bagaikan memasarkan barang dagangan lainnya. Lebih dahsyat lagi, binatang

tatkala mengembangkan keturunannya tidak melakukan kesalahan. Binatang berjenis

kelamin jantan melakukan seks dengan betina. Seks di kalangan binatang tidak ada yang

antar sejenis, tetapi justru manusia ada yang melakukan hal itu. Homoseks dijadikan

perbincangan untuk dilegalkan. Demikian pula, obat-obatan terlarang, diperjual belikan.

Belum lagi kejahatan itu berupa korupsi, manipulasi, kong kalikong, bahkan juga

pembunuhan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau keselamatan dirinya.

Merenungkan gambaran tersebut, maka di zaman modern seperti sekarang pun, ciri-ciri

jahiliyah ternyata justru lebih tampak, dan bahkan kekuatan perusaknya jauh lebih

dahsyat. Mungkin jika dibandingkan, keadaan di zaman modern ini akan lebih jahiliyah

dibanding masyarakat jahiliyah suku Quraisy zaman dahulu.

 Ada beberapa alasan mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia di

antaranya; pertama, agama merupakan sumber moral. Kedua, agama sebagai petunjuk

kebenaran. Ketiga, agama sumber informasi metafisika. Keempat, agama sebagai


pembimbing rohani manusia. Agama merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan

manusia. Manusia membutuhkan agama karena lemah dan memiliki banyak keterbatasan.

Manusia memerlukan sosok yang kuat di atas segalanya sebagai tempat bersandar yaitu

Tuhan (Allah Swt). Karena keterbatasan manusia mencakup semua aspek terutama yang

berkaitan dengan spiritual dan metafisik, manusia mencari sumber yang dianggap akurat,

yaitu agama. Demikian pentingnya pengetahuan dan eksistensi agama dalam kehidupan,

sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama. Tidak

saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga di

zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju dan

berkembang. Ada beberapa alasan mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan

manusia di antaranya; pertama, agama merupakan sumber moral. Kedua, agama sebagai

petunjuk kebenaran. Ketiga, agama sumber informasi metafisika. Keempat, agama

sebagai pembimbing rohani manusia. Namun demikian, dari sekian banyak fungsi agama

ada yang lebih penting untuk dikaji yaitu peran agama di dalam kehidupan manusia.

Secara sederhana pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan (etimologi) dan

sudut istilah (terminologi). Pengertian agama dari sudut kebahasaan akan sangat mudah

diartikan dari pada pengertian dari sudut istilah, karena pengertian dari sudut istilah ini

sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini,

maka tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefenisikan

agama. Agama memilik arti penting bagi manusia agar tidak tersesat di dalam menjalani

kehidupan di dunia. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ajaran,

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan yang Maha Kuasa

(Allah Swt), tata peribadatan dan tata kaidah yang bertalian erat dengan pergaulan antara
manusia dengan sesama manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu. Manusia

terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani dan secara otomatis kedua unsur tersebut

memiliki kebutuhan sendiri. Kebutuhan jasmani dipenihi oleh sains dan teknologi,

sedangkan kebutuhan rohani dipenuhi oleh kebutuhan agama dan moralitas. Apabila

kedua kebutuhan tersebut telah terpenuhi, menurut agama, ia akan mendapatkan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Bahkan agama menekankan bahwa kebahagiaan rohani

itu lebih penting dari kebahagiaan materi. Kebahagiaan materi menurut agama, bersifat

sementara dan akan mudah hancur, sedangkan kebahagiaan rohani bersifat abadi.

Anda mungkin juga menyukai