1222000032
Program Studi Arsitektur
UTS AGAMA ISLAM
Bagian I
1. Istilah manusia dalam Al-Qur’an disebut Bani Adam, Al-Bashar, Al-Insan dan
An-Nas. Bani Adam adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari
makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Al-Bashar yang
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk fisik yang membutuhkan makan dan
minum. Istilah lain yaitu Al-Insan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki
kemampuan berfikir dan mengetahui hal yang benar dan yang salah. Sedangkan
istilah An-Nas menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri.
Perbedaan dari istilah-istilah tersebut adalah, Al-Bashar mengandung
pengertian bahwa manusia memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk pada hukum
sunatullah. Al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia
sebagai makhluk jasmani dan rohani. Bani Adam merupakan istilah manusia adalah
anak-anak yang dilahirkan dari Adam dan dari anak-anak dan seterusnya, sehingga
dapat dikatakan Bani Adam adalah keturunan Adam As. An-Nas menunjukkan
manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok
manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah.
(Sumber: Buku Ajar Pendidikan Agama Islam - Disusun oleh : DR. Noor Rachmat, M.A Dra.
Hermawati, M.Ag Siti Nadroh, M.Ag – 2022
https://bangsultan.blogspot.com/2019/09/perbedaan-basyar-insanan-nas-dan-
bani.html)
2. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah serta kontribusinya:
- Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (41-60 H/661-680 M) –Pendiri Bani Umayyah
- Abdul al-Malik ibn Marwan (65-86 H/685-705 M) Administrasi negara,
Arabisasi, mencetak mata uang
- Al-Walid ibn Abdul Malik (86-96 H/705-715 M) Berhasil memukul mundur
pasukan Visigoth aristokrasi Jerman, sebagai sejarah masa kejayaan Bani
Umayyah I, melakukan perluasan wilayah dari Jazirah Arabia ke Barat seluruh
Afrika Utara sampai ke Andalus (Spanyol). Wilayah Timur Ke Bukhara,
Samarkand, sampai ke Punjab India. Bagian Utara Persia, Irak, Asia Kecil, sampai
Asia Tengah.
- Umar ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M) Memakmurkan masyarakatnya,
kodifikasi hadis, bidang keagamaan, membangun hubungan baik dengan Syiáh
- Hisyam ibn Abdul al-Malik (105-125 H/724-743 M).
Khalifah-Khalifah Bani Abbasiyah serta kontribusinya:
- Abu Abbas As-Saffah –Pendiri Bani Abbasiyah
- Abu Jafar al-Mansur-membenahi pemerintahan dan kebijakan politik, membentuk
lembaga-lembaga pemerintahan, membangun hubungan diplomatik dengan
wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab
- Al-Mahdi--perekonomian meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian
melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga
dan besi. Perdagangan antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan
dengan Bashrah menjadi pelabuhan yang penting
- Harun Al-Rashid–Puncak Kejayaan Bani Abbasiyah- Kekayaan negara banyak
dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling
tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa
inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak
tertandingi
- Al-Ma’mun–Khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari
golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Mendirikan sekolah, yang
terbesar dan terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan
yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada
masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Perluasan wilayah Islam dari Pantai Atlantik (Barat) keTembok
besar China (Timur).
- Al-Mu’tasim--memberi peluang besar kepada orang-orang Turki masuk dalam
pemerintahan, sebagai tentara pengawal. Mengadakan perubahan sistem
ketentaraan. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.
Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat
(Sumber: Buku Ajar Pendidikan Agama Islam - Disusun oleh : DR. Noor Rachmat, M.A Dra.
Hermawati, M.Ag Siti Nadroh, M.Ag – 2022)
3. Datangnya agama Islam ke Nusantara memunculkan beberapa teori dari
beberapa tokoh.
Menurut sejumlah sarjana, kebanyakan asal Belanda, memegang teori bahwa
asal muasal Islam di Nusantara adalah Anak Benua India bukannya Persia atau
Arabia. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel, ahli dari
Universitas Leiden. Dia mengaitkan asal muasal Islam di Nusantara dengan wilayah
Gujarat dan Malabar.
Teori tentang Gujarat sebagai tempat asal Islam di Nusantara terbukti
mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Ini dibuktikan misalnya oleh Marrison. Ia
berargumen, meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di
Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat—atau berasal dari Bengal, seperti
dikemukakan Fatimi—itu tidak berarti Islam juga didatangkan dari sana.
Teori yang dikemukakan Marrison kelihatan mendukung pendapat yang
dipegang Arnold. Menulis jauh sebelum Marrison , Arnold berpendapat bahwa Islam
dibawa ke Nusantara antara lain juga dari Coromandel dan Malabar. Ia menyokong
teori ini dengan menunjuk kepada persamaan mazhab fiqh di antara kedua wilayah
tersebut
Teori bahwa Islam juga dibawa langsung dari Arabia dipegang pula oleh
Crawfurd, walaupun ia menyarankan bahwa interaksi penduduk Nusantara dengan
kaum Muslim yang berasal pantai timur India juga merupakan factor penting dalam
penyebaran Islam di Nusantara. “Teori Arab” ini juga dipegang oleh Niemann dan de
Hollander dengan sedikit revisi; mereka memandang bukan Mesir sebagai sumber
Islam di Nusantara, melainkan Hadhramaut.
Diantara pembela tergigih “teori Arab” atau, sebaliknya, penentang terkeras
“teori India” adalah Naguib Al-Attas. Ia berpendapat, batu-batu nisan itu dibawa dari
India semata-mata karena jaraknya yang lebih dekat dibandingkan dengan Arabia. Ia
memandang, bukti paling penting yang perlu dikaji ketika membahas kedatangan
Islam ke nusantara adalah karakteristik internal Islam di Dunia Melayu-Indonesia itu
sendiri.
(Sumber: Buku Ajar Pendidikan Agama Islam - Disusun oleh : DR. Noor Rachmat, M.A Dra.
Hermawati, M.Ag Siti Nadroh, M.Ag – 2022)
Bagian II
1. Umat Islam memiliki prinsip dasar agama Islam adapun prinsip tersebut ialah
prinsip saling menghormati, mencintai, menyayangi dan saling berempati untuk
kebaikan semua penghuni alam semesta.
Dengan prinsip ini akan membawa ajaran Agama Islam kepada pencapaian
rahmatan lil’alamin.
Agama islam adalah yang relevan untuk segala zaman dan tempat (Islam
shalih likulli zaman wa makan). Sebelum itu mari kita lihat Keuniversalan Islam
dilihat dari ciri-cirinya, antara lain:
1. Agama Allah. Agama Islam bersumber dari Allah, berupa wahyu langsung (al-
Quran)
2. Mencakup aspek seluruh kehidupan, baik individu, masyarakat, bernegara, dll.
3. Berlaku untuk semua umat sampai akhir zaman.
4. Sesuai dengan fitrah manusia.
5. Menempatkan akal pada tempat yang sebaik-baiknya.
6. Menjaga rahmat bagi alam semesta.
7. Berorientasi kedepan tanpa melupakan masa kini.
8. Menjanjikan al-Jaza’ (Balasan di Akhirat)
Sehingga hal ini sangat relavan untuk segala zaman dan waktu dikarenakan
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam kehidupan
manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT) maupun aspek
muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia).
Menurut pandangan saya Islam adalah agama yang mampu beradaptasi
dengan segala perkembangan zaman, Oleh karena itu, Islam sesuai dengan segala
perkembangan, karena ia menjunjung tinggi agama sebagai satu ajaran dari Tuhan,
sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Menurut pendapat saya, saya memandang bahwa salah satu hambatan dalam
perkembangan peradaban saat ini antara lain adalah cara berpikir sempit dan tidak
terbuka terhadap perubahan.
Jika kita lihat pada masa kejayaan islam pada masa itu, Islam
menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi dasar peradaban modern
saat ini, seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar, astronomi, dan sebagainya
Sedangkan di zaman sekarang banyak sekali anak muda yang menganggap
ilmu yang saya sebutkan diatas tidaklah penting, padahal ilmu tersebutlah yang
membawa umat islam berjaya pada masanya
Maka Jika ingin kejayaan peradaban Islam dapat dikembalikan, umat Islam
harus kembali menguasai experimental sciences atau ilmu-ilmu alam. Akan tetapi
ilmu-ilmu ini bukan ilmu yang berdiri sendiri, tetapi harus terintegrasi dengan ilmu
agama.
3. Faktor yang menyebabkan agama Islam mudah diterima dengan baik ialah :
4. Rasulullah SAW bersabda:
Kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah
dan Sunnah RasulNya”. (HR. Malik, Baihaqy)
Fungsi hadits terhadap Al Quran yang pertama adalah sebagai Bayan At-
Taqrir yang berarti memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai contoh hadits yang
diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni: