Anda di halaman 1dari 11

MAQASID AL-QUR’AN PERSPEKTIF RASYID RIDA

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Maqasid Al-Qur’an

Dosen Pengampu:

Dr. Abdullah Affandi M.Ag

Disusun Oleh:

Labibatun Nuriyah

Umi Shofa Faujiatus .S

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH

(STAI-BA)

2022
Pendahuluan

Maqasid al-Qur’an adalah sebuah istilah yang menjelaskan tujuantujuan


universal dari seluruh ayat-ayat al-Qur’an, karena mustahil Allah menurunkan al-
Qur’an ke muka bumi hampa dari maksud dan tujuan. Memahami Maqasid al-
Qur’an sangat urgensi bagi para Mufassir dalam memproduksi Tafsir al-Qur’an.
Karena dengan memahaminya, Mufassir dituntut untuk berusaha memproduksi
Tafsir berorentasi pada kemashalatan manusia dan mencegah kemafsadatan.
Para Ulama menjadikan Maqasid al-Qur’an sebagai kaidah penting dalam
penafsiran al-Qur’an, karena sering kali penafsiran al-Qur’an ditunggangi hanya
untuk membela kepentingan ideeologi, mazhab, golongan mufassir semata yang
jauh dari kemashalatan manusia. Menjadikan Maqasid al-Qur’an sebagai basis
penafsiran al-Qur’an, akan mengantarkan mufassir mampu melahirkan Tafsir
yang sejalan untuk kemaslahatan manusia. Dengan demikian kami menyadari
bahwa kajian Maqasid al-Qur’an belum menjadi disiplin ilmu yang tersendiri
yang disepakati para ulama.
Pembahasan

A. Biogradi Rasyid Rida

Sayed Muhammad rasyid bin ali ridla dilahirkan padaa tanggal 27 djumadil
awal 1282 bertepatan dengan tanggal 23 september 1865 M. ia adalaha amak seorang
tokoh yang berasal dari lingkungan terhormat dan taat beragama. Delar sayed yang
disandangnya menurut Riwayat merupakan cermin dari kedekatannya dengan
keturunan yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. Melalui garis keturunan Husain
bin Ali bin Abi Thalib.1

Ayahnya sangat memperhatikan Pendidikan sehingga keadaan rumah dan


tempat tinggalnya dijadikan sarana utama untuk mendidik anaknya. Dalam mengasuh
anaknya orang tua rasyid ridla menanamkan disiplin Pendidikan pada anaknya dan
selalu memberi teladan untuk taat dan berpegang kepada ajaran agama yang baik dan
benar. Kegigihan orang tua yang seperti itu mengandung arti pendidikan khusus bagi
anaknya dalam menumbuhkan kepribadian mulia dan membangun wawasan
pemikiran, termasuk pemikiran pembaharuan dalam masyarakat dibidang ilmu
pengetahuan agama yang menjadi misi rasyid ridla kelak.

Pendidikan formal yang diterima rasyid ridla adalah Lembaga Pendidikan


tradisional yang bernama “Kuttab” di qolamun tempat kelahirannya. Setelah itu
beliau meraih Pendidikan yang didirikan oleh pemerintahan Usmani di tropoli yang
direkturnya adalah syaikh husain al-djisr. Bagi rasyid al-djirs adalah guru pertama
walaupun sebelumnya terdapat beberapa guru yang mendidiknya, karena beliau
adalah yang pertama kali memberikan ide-ide modern dan Pendidikan modern pada
rasyid ridla.

Melalui Lembaga Pendidikan yang di pimpin oleh al-djisr, ridla mempelajari


bahasa arab, perancis, dan Bahasa turki disamping belajar ilmu syari’ah, filsafat
kejiwaan dan ilmu pasti. Akan tetapi Pendidikan ini umurnya tidak terlalu panjang
karena mendapat tantangan dari kerajaan Usmani, sehingga para pelajarnya memilih
1
Ahmad Al Badawi Ibrahim, Rasyid Rida Al Imam Al Mujahid,(Kairo; Al Muassasah Al Misriyyah Al
Amah) Hal 45
pindah ke sekolah lain. Ridha sendiri meneruskan pelajarannya disalah satu sekolah
agama yang ada di Tripoli. Namun ia masih tetap mengadakan hubungan dengan
gurunya, husain al-djisr.

B. Maqasid al-Qur’an perspektif Rasyid Ridha

Rasyid ridha merupakan ulama tafsir kontemporer yang mengkaji maqasid


al-Qur’an secara panjang. Secara umum maqasid al Qur’an menurut rasyid ridha
adalah memperbaiki individu manusia, komunitas kaum, serta membimbing mereka
ke jalan yang benar dan merealisasikan kesatuan persaudaraan diantara manusia,
mengembangkan potensi akal mereka dan membersihkan jiwa mereka. Menurut
Ahmad Raishuni, ridha mengklarifikasikan pembahasan maqasid al-Qur’an menjadi
10 bagian.2 Berikut penjelasannya:

1. Memperbaiki tiga pondasi agama islam (keimanan, amal shalih, hari


akhir),

Menurut rasyid ridha tiga pondasi ini merupakan syarat bergantungnya


kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Pertama, Islah Al Iman (memperbaiki
keimanan kepada Allah. Menurut beliau, ada banyak golongan yang tersesat
dalam masalah iman kepada Allah Swt. Parahnya, Penyimpangan ini terjadi
diantara golongan/kaum yang dekat dengan utusan-utusan Allah swt. Misalnya
kaum nasrani yang percaya terhadap trinittas, bahwa allah merupakan tuhan
ketiga dari tuhan yang tiga, kaum yahudi yang percaya bahwa uzair merupakan
anak tuhan. Oleh karenannya, al-Qur’an mempunyai tujuan pertama dan utama
yakni memperbaiki keimanan umat dengan ajaran tauhid.

Kedua, memperbaiki keimanan terhadap hari akhir, diantaranya hari


kebangkitan, hisab, jaza’. Menurut rasyid ridha umat manusia telah rusak
keimanannya terhadap kepastian adanya hari akhir, terutama kaum musyrik yang
belum mengerti ajaran islam, pengingkaran mereka digambarkan dalam Qs. Al-
Mukminun ayat 37;

2
Ahmad Raishunim Maqasid Maqasid (Riyad; Maktabah Al-Rusyd,2007) Hal 16
         

“kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita
hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi”

Ketiga, amal shalih merupakan buah dari keimanan kepada Allah dan hari
akhir. Menurut Rasyid, keimanan kepada keduanya yang mantap dijiwa, akan
menjadikan diri termotivasi untuk selalu berbuat kebaikan dan mencegah diri dari
perbuatan yang buruk, Karen yakin bahwa tiap perbuatan sekecil apapun akan di
bals di hari akhir. Menurut ali sabuni, barangsiapa berbuat kebaikan sekecil debu
akan dicatat dan dibalas oleh Allah Swt. 3

2. Menjelaskan kebodohan manusia tentang risalah kenabian serta tugas para rasul.
Dahulu bangsa arab tidak mengakui para nabi sebagai seorang rasul/
utusan tuhan, mereka menginkari ajaran-ajaran yang datang dari para nabi.
Mereka menganggap bahwa tidak ada yang namanya manusia spesial yang
berbeda dari lainnya yang diutus oleh tuhan. Sedangkan orang-orang yahudi tidak
menggangap nabi yang berasal dari non Bani israil dan diluar bangsa mereka.
Jadi tujuan al-Qur’an yang kedua, menurut rasyid ridha ialah untuk
menjelaskan serta membenarkan kejahilan manusia tentang risalah kenabian,
bahwa tiap-tiap umat akan memilki seorang utusan dari tuhan untuk
menyampaikan wahyu kepada mereka. Berikut dalil Qs. An-Nahl ayat 36;

         


“dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"

Menurut Ibn Katsir, Allah telah mengutus Nabi/ Rasul di setiap generasi
manusia untuk menyampaikan ajaran tauhid yakni mengesakan, menyembah
Allah Swt. Diantara fungsi para Nabi antara lain, memberikan petunjuk kepada

3
Muhammad Ali Sabuni, Safwah Al Tafsir (Beirut: Dar Al-Qur’an 1402 H), Jilid 3, Hal 591
kebenaran, menyampaikan wahyu dari Allah, menyampaikan kabar gembira dan
memberikan peringatam dan lain sebagainya4

3. Islam merupakan agama yang fitrah, sesuai dengan akal, berdasarkan ilmu dan
hikmah, bukti dan argumentasi secara ilmiah, hati, perasaan dan membebaskan
dari kejumudan

Sebelum agama islam datang, manusia hanya mengenal agama yang tidak
sesuai dengan fitrah manusia, akal, dan menyiksa diri mereka sendiri, kemudian
allah mengutus nabi Muhammad dengan membawa risalah yang membantu
manusia mengenal tuhannya, menggunakan akal untuk memahami kekuasaan
allah dalam menciptakan alam semesta dengan ilmu dan hikmah bukan hanya
prasangka.

Al-Qur’an juga memiliki bukti dan argumentasi bahwa islam adalah


agama yang jelas. Meskipun begitu, dalam islam tidak ada paksaan untuk
menganut agama apalagi penindasan dan kedzaliman yang tidak sesuai dengan
hati manusia.5 agama islam merupakan agama yang fitrah, menurut Quraish
Shihab, fitrah berarti keadaan penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang
berpotensi menjadikan manusia mengenal allah dan ajarannya. Islam sesuai
dengan akal dan pikiran manusia karena berlandaskan keduanya. Islam
berlandaskan ilmu dan hikmah bukan ajaran yang menduga-menduga ataupun
prasangka saja. Islam merupakan agama yang jelas dan nyata adanya, serta agama
yang sesuai dengan hati manusia karena ajarannya tidak ada yang bertentangan
dengan hati manusia.6

4. Memperbaiki umat manusia dengan merealisasikan delapan persatuan/


persaudaraan.

Tujuan al-Qur’an menurut rida selanjutnya adalah memperbaiki manusia


dengan merelisasika delapan persaudaraan dan persatuan yakni, wahdah al-

4
Umar sulaiman al asyqar, rasul wa risalah (kuwait; penerbit al falah , 1983)hal 43
5
Muhammad Anas, Studi Kompratif Maqasid al-Qur’an Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-
Ghazali dan Rasyid Rida, (Jakarta, Uin Syarif Hidayatullah, 2018), hal 55
6
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al Manar (mesir, penerbit al-manar, 1349 H) jilid 11 hal 248
ummah(persatukan umat), wahdah al jinsyi al basyaru (persatukan persaudaraan
diantara manusia), wahdah al-din(persatukan agama), wahdah al-
tasyri’( persatuan syariat), wahdah al- ukhuwwah al ruhiyyah( menyatuka
persaudaraan seagama), wahdah al-jinsiyyah al siyasiyyah al wataniyyah
(persatuan persaudaraan se bangsa/Negara). Ahdah al qada( persaudaraan
dihadapan hukum), wahdah al-lughah(persatuan bahasa).7

5. Menetapkan keistimewaan-keistimewaan islam secara umum dalam menetapkan


taklif (pembebanan hukum)

Menurut rida, alQur’an juga bertujuan menjelaskan keistimewaan hukum


syariat islam yang berbeda dengan agama lainnya. Diantara keistimewaan hukum
taklif antara lain, bersifat wasatiyyah(moderat) yang berarti menghimpun hak
jasmani dan juga rohani, bertujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, agar
terjalin hubungan persaudaraan yang harmonis diantara manusia,
mempermudahkan urusan, dsb.

6. Menjelaskan hukum al islam al siyasi (hukum politik islam)

Diantara kaidah-kaidah dasar dalam politik islam adalah syura/


musyawarah, keadilan, mencari kebenaran, musawah/ persamaan dalam
memebrikan hak-hak, saksi, dan hukum, juga menetapkan segala kemaslahatan
dalam kebijakan, mencegah segala kemafsadatan. Kemudian terdapat ushul Al-
tasyri atau prinsip-prinsip dasar menetapkan hukum dalam politik islam yakni Al-
Qur’an, sunnah Rasulullah Saw, ijma, al ummah, ijtihad para imam dan umara’.8

7. Isryad Ila Al Islah Al Mali(petunjuk memperbaiki/ mengelola harta dengan baik)

Rasyid rida mengklafikasikan petunjuk ini menjadi enam kaidah yakni


pertama, menjelaskan bahwa harta pada mulanya merupakan fitnah wa ikhtibar/
fitnah dan ujian dari Allah Swt. Kedua, harta berpotensi menyebabkan manusia
melampaui batasan dan memalingkan serta menjauhkan dari kebaikan. Ketiga,

7
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al Manar (Mesir, Penerbit Al-Manar, 1349 H) Jilid 11 Hal 256
8
Muhammad Anas, Studi Kompratif Maqasid al-Qur’an Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-
Ghazali dan Rasyid Rida, (Jakarta, Uin Syarif Hidayatullah, 2018),hal 57
memuji harta sebgai balasan dari keimanan dan amal shalih yang dikerjakan oleh
orang yang beriman. Keempat, segala hal yang diwajibkan allah untuk menjaga
harta. Kelima, menginfakkan harta sebagi tanda keimanan kepada allah serta
sebagai wasilah kemaslahatan umat.keenam, hak-hak yang diwajibkan dan
disunnahkan dalam ajaran islam.

8. Memperbaiki nizam/ peraturan berperang didalam islam

Menurut rasyid rida, pada mulanya islam tidak mengahendaki


permusuhan, pertengkaran bahkan peperangan. Perintah peperangan yang
kemudian disyariatkan bukan untuk mengintimidasi atau mendzalimi manusia,
melainkan untuk mencegah keganasan, kedzaliman para musuh islam. Ada
beberapa kaidah peperangan menurut ridha, yakni tujuan perang dalam al-Qur’an,
tetap mengutamakan damai daripada perang, menyiapkan alat perang yang
maksimal untuk menakuti musuh, ada kasih saying dalam perang, dsb.9

9. Memberikan seluruh hak perempuan dari hak kemanusiaan, keagamaan dan


kewarganegaraan.

Melihat masa lalu, perempuan kedudukannya dianggap rendah oleh umat.


Banyak dari mereka yang dilecehkan, diintimidasi, dan didzalimi. Lalu al-Qur’an
hadir untuk membatalkan segala bentuk kedzalimanterhadap perempuan,
sekaligus menyetarakan derajat perempuan dengan pria. Bahkan secara khusus
terdapat surah dalam al-Qur’an yang menjealskan tentang perempuan, misalnya
QS. An-nisa’ ayat 19;

       


     

“dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”

9
Muhammad Rasyid Ridha, Wahyu Al-Muhammadiyah(Beirut; penerbit izzudin,1606 H), h 325
Menurut jalal al-suyuti maksud dari mempelakukan perempuan dengan
cara yang baik adalah memperindah dalam ucapan, nafkah, tempat tinggal layal
dan baik. Selain itu, allah swt mengakui keimanan perempuan setara dengan pria.
Juga membolehkan keikutsertaan perempuan dalam aspek syiar agam,
kemsyarakatan dan politik. Dalam al-Qur’an juga dijekasjan adanya hak waris
bagi perempuan.10

10. Pembebasam budak dalam islam

Pada Zaman jahiliyyah masih marak perbudakan manusia, kemudian al-


Qur’an hadir untuk memperbaiki kerusakan moral umat terdahulu atas segala
tindakan yang mendzalimi budak, serta secara bertahap menghapus perbudakan
dalam masyarakat. Menurut ridha, ada dua cara al-Qur’an untuk menghapus
praktek perbudakan. Pertama, membatasi dan menutupi regenerasi praktek
perbudakan dengan melarang segala bentuk kedzaliman, bersifat sewenang-
wenang kepada budak, Kedua, islam mensyariatkan untuk membebaskan budak
dan perbudakan11

Kesimpulan

10
Muhammad Anas, Studi Kompratif Maqasid al-Qur’an Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-
Ghazali dan Rasyid Rida, (Jakarta, Uin Syarif Hidayatullah, 2018), hal 59
11
Muhammad Rasyid Ridha, Wahyu Al-Muhammadiyah(Beirut; penerbit izzudin,1606 H), h340
Rasyid Rida merupakan salah satu ulama’ tafsir kontemporer yang mana
popular dengan karya tafsir al-manar. Beliau mempunyai pemahaman terhadap
maqasid Al-Quran bahwa tujuan al-quran adalah memperbaiki individu manusia,
komunitas kaum, serta membimbing mereka ke jalan yang benar dan
merealisasikan kesatuan persaudaraan diantara manusia, mengembangkan potensi
akal mereka dan membersihkan jiwa mereka.

Menurut Ahmad Raishuni, ridha mengklarifikasikan pembahasan maqasid


al-Qur’an menjadi 10 bagian diantaranya Memperbaiki tiga pondasi agama islam
(keimanan, amal shalih, hari akhir), Menjelaskan kebodohan manusia tentang
risalah kenabian serta tugas para rasul. Islam merupakan agama yang fitrah,
sesuai dengan akal, berdasarkan ilmu dan hikmah, bukti dan argumentasi secara
ilmiah, hati, perasaan dan membebaskan dari kejumudan Memperbaiki umat
manusia dengan merealisasikan delapan persatuan/ persaudaraan. Menetapkan
keistimewaan-keistimewaan islam secara umum dalam menetapkan taklif
(pembebanan hukum) dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka
Anas, Muhammad Studi Kompratif Maqasid al-Qur’an Abu Hamid Muhammad
Ibn Muhammad Al-Ghazali dan Rasyid Rida, (Jakarta, Uin Syarif
Hidayatullah, 2018),

Ibrahim, Ahmad Al Badawi Rasyid Rida Al Imam Al Mujahid,(Kairo; Al


sMuassasah Al Misriyyah Al Amah)

Muhammad Ali Sabuni, Safwah Al Tafsir (Beirut: Dar Al-Qur’an 1402 H), Jilid 3

Ridha, Muhammad Rasyid Wahyu Al-Muhammadiyah(Beirut; penerbit izzudin,1


Rida, Muhammad Rasyid Tafsir Al Manar (Mesir, Penerbit Al-Manar, 1349 H)
Jilid 11 606 H),

Umar sulaiman al asyqar, rasul wa risalah (kuwait; penerbit al falah , 1983

Anda mungkin juga menyukai