Anda di halaman 1dari 40

Resiko Geoteknik di

Tambang Nikel Laterit


Background

Penambangan
nikel dengan
Tanah residual
sistem open pit
yaitu tanah
berpotensi
laterit
terjadi masalah
kestabilan lereng
• Sifat Teknis yang mempengaruhi adalah
cara penimbunan dan derajat kepadatan
tanah.
• Kondisi jangka pendek (saat penimbunan
selesai)
Tanah • Kondisi jangka panjang
• Penurunan muka air seketika (sudden
Timbunan draw‐down)
• Gangguan gempa
• Tingkat nonhomogenitas dari lereng alam
sangat besar, bila dibandingkan dengan
lereng buatan
Pada analisis stabilitas lereng jangka pendek keadaan air
dalam tanah diasumsikan tidak terdrainasi (undrained).
Analisis ketabilan lereng pada kondisi jangka pendek
umumnya menggunakan metode tegangan total (total
stress method)

Analisis Pada analisis stabilitas lereng jangka panjang asumsi


adalah kondisi tanah pada daerah tersebut telah
terdrainasi (drained).
Kestabilan
Lereng
Secara umum, kestabilan lereng jangka pendek lebih
stabil dikarenakan oleh timbulnya tekanan air pori
negatif. Tetapi seiring dengan waktu, tekanan air pori
meningkat, tekanan efektif menurun dan keadaan tanah
menjadi semakin memburuk. Sehingga untuk lereng
galian atau lereng hasil ekskavasi, kestabilan lereng
jangka panjang menjadi faktor penentu.
Tanah Residual
Terbentuk secara langsung
melalui proses pelapukan
secara fisik dan kimiawi
dari batuan induk.
Tanah
Residu Tanah residu tidak
mengalami proses erosi,
transportasi dan
pengendapan seperti
tanah sedimen
Tanah tanpa pengaruh mineral yang kuat
(tanah dari pelapukan batupasir atau
batuan beku),

Tanah dengan pengaruh mineral yang kuat


Pembagian atau terdapat aktivitas mineral lempung
yang kuat (kehadiran smektit,
Tanah montmorillinite)
Residu
Tanah dengan suatu pengaruh mineralogical
yang kuat, berasal dari mineral lempung
khusus dan ditemukan pada daerah
lempung hasil sedimentasi (tanah residual
tropis, material tanah abu vulkanis, laterit)
• Kuat gesernya lebih tinggi dari tanah sedimen, secara umum nilainya 100 – 200
kPa
• Nilai sudut gesek dalam secara umum adalah diatas 30 derajat
• Lereng pada tanah residual (selain tanah “black cotton”) umumnya tetap stabil
pada kondisi lebih curam dibandingkan lereng pada tanah sedimen
• Lereng dengan kemiringan 45o atau lebih tidak terlalu umum pada tanah
residual, dan penggalian lebih sering dilakukan dengan sudut 60o tanpa adanya
bahaya longsoran.
• Keruntuhan lereng pada tanah residual khususnya yang terjadi ketika keadaan
lereng yang curam, jarang merupakan keruntuhan dengan tipe deep seated
circular.
• Umumnya longsoran merupakan runtuhan dangkal yang berbentuk bidang

Karakteristik
gelincir planar atau translational slides.
• Bidang gelincir dan longsoran pada tanah residual umumnya terjadi pada
periode hujan deras atau heavy rainfall, karena terjadi peningkatan sementara
pada tekanan air pori pada lereng tersebut disebabkan karena tingginya

Geotek •
permeabilitas tanah yang juga menyebabkan perubahan muka air yang sangat
cepat sesuai dengan kondisi cuaca
Nilai dari c’ biasanya sangat signifikan dikarenakan akibat lekatan yang lemah

Tanah Residu •
antara partikel
Selisih yang kecil antara peak strength dan residual strength terutama pada
tanah residualyang mengandung allophone atau halloysite.
• Pada beberapa tanah residual, faktor diskontinuitas berupa join, rekahan
(cracks), bidang lemah (planes of weakness), dan fissuremerupakan faktor yang
memegang peranan yang sangat penting.
• Pada tanah residual, segala pengukuran terhadap tekanan air pori dapat
digunakan hanya pada waktu pembacaan atau pada analisis stabilitas lereng
jangka pendek, kurang relevan untuk digunakan pada analisis stabilitas lereng
jangka panjang.
• Perubahan tekanan air pori yang cepat yang terjadi pada tanah residual
menyebabkan analisis stabilitas dilakukan dengan memakai parameter tegangan
efektif.
• Laterit adalah istilah yang berasal dari
kata Latin "later" yang berarti bata merah.
• Laterit adalah istilah yang digunakan
terutama pada tanah residual yang kaya
akan kandungan sesquioxides dari besi,
yang terbentuk akibat pengaruh dari

Tanah pelapukan kimiawi dengan kondisi air


tanah yang khusus
• Endapan dimana proses pelapukan telah
Laterit mencapai tingkat akhir yang
menghasilkan konsentrasi material besi
(laterit) dan aluminium oksida (bauksit)
• Tanah laterit menjadi sumber penting
berbagai mineral logam seperti Ni, Co, Al,
Cr dan bahkan Au dan Pt.
• Survey pada elevasi permukaan pada daerah
kajian yang tegak lurus dengan lereng.
• Melakukan investigasi geoteknik berupa
pemboran geoteknik untuk mengidentifikasi profil
tanah dan batuan, kedudukan lapisan tanah
lemah (bidang gelincir), nilai SPT, dan untuk
pengambilan sampel tak terganggu (undisturbed
soil samples)
Geotek • Tes laboratorium seperti Triaksial UU, Uji
permeabilitas, dan uji geser langsung pada
Investigation sampel tanah tak terganggu, untuk mendapatkan
parameter yang cocok untuk analisis pada setiap
daerah kajian seperti parameter φ’, c’.
• Untuk penentuan parameter φb digunakan
pendekatan/asumsi dari hasil laporan penelitian
yang dilakukan pada tanah yang sejenis.
• Penentuan terhadap tekanan air pori negatif di
atas muka air tanah.
• Permeability test dengan metode falling head
Uji lapangan CPT untuk menentukan Parameter Kekuatan Tanah
Hasil Pembacaan CPT di Petea 13 L532.5m
Hubungan Tahanan Geser ‐ Tinggi Timbunan ‐
Angle of Repose

Optimistic Design
Su=50 kPa, Height of
Conservative Design Waste Dump= 15m
Su=35 kPa, Height of
Waste Dump= 12m

Pesimistic Design
Su=20 kPa, Height of
Waste Dump= 7m
Deskripsi Tanah Berdasarkan hasil SPT,
contoh
Nilai Parameter Koefisien
Permeabilitas, contoh
• Kelongsoran yang dapat terjadi dapat
berupa longsoran setempat yang berskala
kecil, dan longsoran mencakup suatu
Tantangan •
wilayah dan berskala besar
Kestabilan lereng jangka panjang (long
Geoteknik term stability) dan kestabilan lereng
jangka pendek (short term stability),
• Stabilitas galian dan timbunan pada area
tambang nickel.
• Faktor keamanan minimum untuk analisis kestabilan
lereng pada daerah lereng tambang yang masih dapat
ditolerir adalah 1.2 untuk ke
• Faktor keamanan minimum untuk keadaan dinamik adalah
1.0. akselerasis puncak yang digunakan dalam studi adalah
0.1g untuk gempa kecil dengan periode ulang 50 tahun,
sedang untuk gempa skala besar yaitu 0.2g dengan periode
ulang 100 tahunadaan statis.

Parameter •


Beban hidup yang digunakan dalam analisis adalah 330 kPa
untuk Dump Truck dan 180 kPa untuk shovel
Kemiringan lereng desain pit adalah 1:1.5 dengan lebar

Geoteknik berm 5 meter. Tinggi lereng horizontal adalah 10 meter


tiap bench, untuk daerah yang dianggap lemah kemiringan
lereng adalah 1:1
• Analisis yang dilakukan adalah analisis jangka pendek yaitu
pemodelan kasus dengan tak terdrainase atau undrained
dan analisis jangka panjang yaitu terdrainase atau drained.
• Nilai sudut geser dalam tak jenuh, φb = ½ φ’, diambil
berdasarkan asumsi dari referensi data dan laporan
laporan lain mengenai analisis dengan menggunakan tanah
residual.
Parameter analysis kestabilan lereng
Nilai parameter tanah berdasarkan kedalaman yang telah
disederhanakan, Contoh
• Analisis kestabilan lereng jangka pendek
(short term stability) yaitu pada kondisi
tanah dianggap tak terdrainase

Analisis •
(undrained),
Analisis kestabilan lereng jangka panjang
(long term stability) dengan kondisi tanah
Kestabilan telah terdrainase (drained),
• dan analisis kestabilan lereng dengan
Lereng •
pengaruh infiltrasi air hujan
Pada analisis kestabilan lereng jangka
pendek dan jangka panjang menggunakan
asumsi tanah jenuh (saturated).
Kondisi Lereng Galian
Analisis Kestabilan Lereng Jangka
Pendek (Short Term Stability)

Parameter Tanah yang digunakan (undrained)


Analisis Kestabilan Lereng Jangka
Pendek (Undrained)
Analisis Kestabilan Lereng Jangka
Panjang (LongrTerm Stability)

Parameter Tanah yang digunakan (drained)


Analisis Kestabilan Lereng Jangka
Panjang (Drained)
Analisis Kestabilan Lereng Akibat
Infiltrasi Air Hujan

Analisis Tekanan Air Pori di Section B Pada Saat Sebelum Hujan


Analisis Faktor Keamanan Lereng
Section B Pada Saat Sebelum Hujan
Studi Kasus Geotek di Tambang Nikel
Laterit
• Sistem penambangan open pit dan open cast mining
• Penggalian kedalaman kira‐kira 40 m – 60 m
• Typical pelapisan tanah
Jenis Lapisan Tanah Penutup berdasarkan
Klasifikasi Material
Tanah Penutup‐Kering
Kandungan Air : 40‐60 %
Indeks Plastisitas : 30‐35 %
Distribusi Ukuran Butiran:
Pasir & Lanau : 30‐70%
lempung : 10‐30%

Tanah Penutup‐Basah
Kandungan Air : 70‐110 %
Indeks Plastisitas : 40‐55 %
Distribusi Ukuran Butiran:
Pasir & Lanau : 40‐50%
Lempung : 30‐65%
Typical Material Residual Soil
Daftar Koreksi Bahaya Lereng & Kajian Resiko
Geoteknik
Inspeksi Geoteknik
Kecelakaan Alat Berat yg Melewati ‘Batas Dumping’ Disposal

26 September 2009 (05:10 WITA)

20m
Kecelakaan Alat Berat yg Melewati ‘Batas Dumping’ Disposal

05 Feb’09, ANOA 10 DP, 10m thd dumping lim

24 Feb’08, Sumasang 17. 3.5m thd design Level

10m
Dampak Hujan terhadap Faktor Keamanan Lereng

Effect of Rainfall Duration on FoS

1.6

1.4
(FoS)

1.2

1
Factor of Safety

0.8

0.6

0.4
Critical Rainfall Duration = 12 and 21 hours
0.2

0 12 jam
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Rain Duration Hours
• Yang dilakukan untuk mentreatment
Residual Soil
1. Membuat lereng selandai mungkin
2. Melakukan mining/stripping yang
baik (tidak overcut)
3. Melakukan aktivitas (parkir
equipment) pada jarak yang aman
dari lereng.
• Dibawah lereng – 1.5x tinggi lereng
• Diatas lereng – 1/3 tinggi lereng atau
minimal 7 m dari tepi tebing
Keuntungan utama dari adanya sistem monitoring
lereng di tambang yaitu:

1. Adanya peringatan deteksi longsor dini yang memungkinkan evakuasi peralatan dan orang‐orang dari daerah berisiko
longsor, sehingga pengurangan risiko cedera dari manusia atau kerusakan peralatan dapat dilakukan.
2. Mengurangi kecemasan setiap operasional tambang dengan mengkonfirmasi bahwa kondisi lereng sedang dipantau
oleh personil yang berpengalaman dan kompeten.
3. Dengan adanya system monitoring yang menyediakan informasi akurat memungkinkan geoteknik, mineplan, produksi
untuk membuat keputusan dalam meningkatkan produktivitas tambang yang lebih optimal.
4. Produksi di daerah berisiko geoteknik dapat ditingkatkan karena system monitoring yang menyediakan informasi real
time dari percepatan massa batuan dengan akurasi yang tinggi.
5. Dapat memantau stabilitas lereng ketika terjadi peledakan dan memungkinkan produksi peralatan ke zona ledakan
lebih cepat.
6. Memungkinkan pemantauan terus‐menerus dan update pada gerakan massa batuan yang berhubungan dengan
kondisi cuaca, sehingga produksi dapat terus dilakukan didasarkan pada real‐time analisis dan reaksi informasi
terhadap risiko geoteknik.
7. Peningkatan umur tambang, dengan adanya monitoring lereng dalam hubungannya dengan prosedur manajemen
risiko. Area pit sebelumnya yang dianggap terlalu berbahaya untuk dilakukan penambangan, dengan adanya informasi
yang akurat dan presisi operasional dapat dilakukan dengan aman dan dinding tambang dapat dibuat lebih curam.
8. Peningkatkan pemahaman tentang kinerja massa batuan dan dampak terhadap stabilitas struktur lereng. Beberapa
tambang secara signifikan dapat meningkatkan laba atas investasi dengan meningkatkan sudut desain pit. Peningkatan
sudut desain dimungkinkan oleh peningkatan pemahaman akan monitoring lereng dan manajemen resiko geoteknik
yang baik.

40

Anda mungkin juga menyukai