Anda di halaman 1dari 6

TEORI KRISTALOGRAFI DARI TRANSFORMASI MARTENSIT.

Oleh: Lalu Suhaimi

Martensit merupakan fasa berbentuk larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada
besi alfa sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Adanya distorsi matriks yang besar
pada pembentukan martensit, menyebabkan martensit tersebut bersifat sangat keras. Sifat
ini diperoleh jika baja dari temperatur austenitnya didinginkan dengan laju pendinginan
yang lebih besar dari laju pendinginan kritiknya. Martensit mulai terbentuk pada
temperatur kurang dari 2000C berakhir pada saat martensit hampir mencapai 100% yaitu
pada temperatur sekitar 290C.

Austenit merupakan fasa induk dan bertransformasi menjadi martensit pada saat
pendinginan. Daerah austentit yang telah bertransformasi menjadi martensit memiliki
bentuk lentikular dan mudah dikenal setelah etsa, atau dikenal dari distorsi yang
ditimbulkannya pada permukaan paduan (besi karbon dan baja) yang dipoles. Struktur
martensit tampak seperti jarum atau pelat-pelat halus. Halus kasarnya pelat atau jarum
tergantung pada ukuran butir dari austenit. Jika butir austenitnya besar maka martensit
yang akan diperoleh menjadi lebih kasar. Transformasi ke martensit berlangsung tanpa
adanya difusi (pergerakan/mobilitas) atomik tetapi terbentuk oleh proses geser . Terlihat
seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1 Diagram skematik dari entuk deformasi yang dihasilkan pelat martensit. (a)
Garis kontur pada permukaan yang semula datar; (b) potongan permukaan mulai AB.
Adanya tegangan yang terjadi di matriks sekitar martensit menyebabkan bentuk martensit
berbentuk lentikular seperti lubang jarum (lentikular jarum) dan analog dengan efek yang
dijumpai pada kembaran mekanik.

Gambar 2 Kristalografi pembentukan mekanik kembaran

Dimana k1 dan k2 adalah bidang pertama dan kedua yang tidak mengalami
distorsi, η1 dan η2 adalah arah dalam bidang k1 dan k 2 , tegak lurus pada

garis perpotongan dari kedua bidang ini. k1 juga disebut bidang komposisi atau
bidang kembaran, sedangkan η1 disebut arah geser.

Energi regangan pada pembentukan martensit dapat diabaikan karena pertumbuhan di


daerah geser tidak bergantung pada difusi dan karena karena pada daerah ini koheren
dengan matriks, martensit dapat menyebar dengan cepat ke dalam kristal. Perubahan
energi-bebas berkaitan dengan pembentukan martensit yang cepat dari fasa baru tidak
seimbang dengan energi regangan, sehingga mengurangi energi-bebas.

Dari hasil pengamatan pelat martensit menggunakan TEM menunjukkan ada dua jenis
utama martensit yaitu martensit asikular dan martensit masif. Martensit asikular memiliki
struktur kembaran (gambar 3a), sedangkan martensit masif memiliki kerapatan dislokasi
yang tinggi dan beberapa atau bahkan sama sekali tanpa kembaran (gambar 3b).
Gambar 3 (a) Pembentukan platelet martensit dalam kristal austentit; (b) pergeseran
kembaran inhomogen dalam platelet.

Transformasi martensit berbeda dengan transformasi perlit. Pada transformasi perlit


adanya redistribusi dari atom karbon dan adanya perubahan struktural. Sedangkan pada
transformasi martensit hanya meliputi perubuhan struktural kristal.

Telah di ketahui bahwa fasa induk martensit yaitu austensit ketka bertransformasi ke
martensit berlangsung tanpa difusi sehingga komposisi yang dimiliki oleh martensit sama
dengan komposisi austenit, sesuai dengan komposisi paduannya sel satuan martensit
adalah Tetragonal pusat badan (Body center tetragonal/BCT). Atom karbon dianggap
menggeser latis kubus menjadi tetragonal. Kelarutan karbon dalam BCC menjadi lebih
besar jika terbentuk martensit, dan hal inilah yang menyebabkan timbulnya tetragonalitas
(BCT). Makin tinggi konsentrasi karbon, makin banyak posisi interstisi yang tersisih
sehingga efek tetragonalitasnya makin besar.

Dari hasil penelitian menggunakan sinar-X menunjukkan bahwa rasio c/a dari struktur
BCT martensit meningkat dengan bertambahnya kandungan karbon. Kurva rasio c/a
terhadap komposisi menghasilkan kadar karbon nol bila dilakukan ekstrapolasi ke c/a = ,
dan parameter kisi sama dengan parameter besi – α murni.
Gambar 4 Variasi dari parameter c dan a dengan kadar karbon dalam martensit

Dari segi kristalografi, data eksperimen yang paling penting dalam transformasi martensit
adalah hubungan orientasi dari kedua fasa dan bidang habit. Pada baja, ada tiga
kelompok orientasi yang sering digunakan, yaitu yang dikemukakan oleh Kurdjumov dan
Sachs, Nishiyama serta Greninger dan Troiano. Hubungan Kurdjumov-Sachs
menjelaskan, pada paduan besi-karbon dengan kadar karbon 0,5 – 1,4%, bidang
{1 11 }γ kisi austentit sejajar dengan bidang {1 10 }α dari martensit, dengan sumbu

¿ 11 0>¿ γ ¿ 11 1>¿α
austensit sejajar dengan sumbu martensit dan bidang habit
¿ ¿
{2 25 }γ . Berdasarkan hubungan Kurdjumov-Sachs di dalam kristal terdapat 24 varian
yang terdiri dari 12 pasang kembaran, kedua orientasi dari pasangan memiliki bidang
habitat yang sama. Akan tetapi, sebagai pembahasan umum digunakan satu hubungan
yang dapat ditulis sebagai berikut

(11 1)γ (1 01)α dengan (11 0)γ (11 1)α

Pada rentang komposisi 1.5%-1.8% karbon bidang habit berubah menjadi ≈ {2 5 9 }γ


dengan hubungan orientasi yang tidak dikhususkan. Tipe bidang habit yang baru
dikemukakan oleh Nishiyama untuk paduan besi-nikel (27-34% nikel) dengan hubungan
orientasi sebagai berikut

(11 1)γ (1 01)α dengan (1 21)γ (10 1)α

Akan tetapi, Greninger dan Troiano menunjukkan dengan penentuan orientasi presisi
bahwa hubungan yang irasional sangat mungkin terjadi, dan dalam paduan terner besi-
nikel-karbon (karbon 0.8%, nikel 22%), (11 1)γ kira-kira 1° dari (1 01)α dengan
[1 2 1]γ kira-kira 2
°
dari [1 0 1]α dan terkait dengan bidang habit sekitar 5
°

dari (2 5 9).

Teori fenomena kristalografi dari transformasi martensit berdasarkan pada asumsi bahwa
seharusnya tidak ada distorsi pada antarmuka matriks-martensit (yaitu, di bidang habit)
dan, lebih jauh lagi, interface ini harus tetap tidak ber rotasi selama transformasi. Hanya
dengan menggunakan parameter kondisi awal dan kisi dasar dari austenit dan martensit,
dan dengan asumsi kisi sistem regangan invarian (atau sistem kembaran geser), teori
kristalografi ini dapat memprediksi indeks bidang habit, hubungan kisi orientasi antara
austenit dan martensit, dan besarnya kisi geser invarian terkait dengan transformasi
martensit. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh Wechsler et al. dan Bowles
dan Mackenzie. Bullough dan Bilby kemudian memperkenalkan pendekatan dislokasi
yang dinamakan algebraic formulation parallels yang diberikan oleh WLR dan BM.
DAFTAR PUSTAKA

Artunc,E, R; Seyfettin;. Crystallographic Analysis of Martensitic Transformation in CuSn Alloy .


Suleyman Demirel University, Institute of Science,. 2000, 24, 737-745.

Djaprie, S. (1999). Metalurgi Fisik Modern dan Rekatasa Material. Jakarta. Erlangga.

Wayman.C.M. Crystallographic theories of martensic transformations. Journal of Less Common


Metals. 1972,1, 97-105.

Anda mungkin juga menyukai