Anda di halaman 1dari 5

 Korek Mesin Yamaha Jupiter Z

Aplikasi korek mesin bukan hanya berujung pada penggunaan motor di lintasan balap a.k.a Circuit, juga ga harus
bikin motor wajib ngandang di bengkel mulu karena emang udah ga bisa dipake harian, dan terus menerus di riset
untuk perkembangan dan maintenance. Yang satu ini korek mesin untuk Jupiter Z dipake ngampus oleh sang
empunya.
Pinky Jupie…

Korek harian bisa saja dibatasi oleh rasio kompresi dan bahan-bakar yang akan dipakai, karena pilihan di pompa
bensin cuma ada premium untuk kompresi 9 : 1 hingga pertamax plus yang kuat menahan kompresi 11:1, tapi untuk
part lain bebas dan tidak ada aturan mau seberapa ekstreme hehehehee…

Piston KAZE

Seperti yamaha jupiter z yang satu ini, modif pertama yang disasar adalah meningkatkan kapasitas mesin dari 110cc
menjadi 129cc yang ditempuh dengan cara menebus piston Kawasaki Kaze oversize 1.75. Agar masih dapat
digunakan sehari-hari maka liner bawaan pabrik pun dilengserkan dan diganti dengan boring milik Kawasaki Kaze,
hanya saja panjangnya perlu disesuaikan dengan milik Jupiter Z.

Kelar menata rasio kompresi, maka selanjutnya menyasar pada diameter porting intake yang reamer sebesar 22mm
agar mampu diajak berlari penuh tenaga di putaran mesin 10,000 RPM. Noken As pun tak luput menjadi sasaran
modifikasi, dijadikanlah noken as racing jupiter z dengan durasi ditentukan 282 derajat dengan lift 8.1mm untuk
intake dan 7.9mm untuk exhaust.

Noken As papasan

Knalpot menebus punya bang Asep Hendro dari AHRS Factory tipe lama, CDI cukup mengandalkan CDI Digital
Varro. Sebagai pengunci ubahan modifikasi dipilihlah karburator KOSO 28mm untuk mendampingi keseharian
kuliah. Kalau diselah, duh bunyinya bikin ribut satu kampung huekkehheueukeek…

Sebagai pendukung penampilan cover body dilengserkan dan diganti labur warna pink -kesannya Gay banget ya
hehehehheh sorry bro no offense- katanya biar keliatan centil motornya tapi begitu di gas Garang! Yaaahhh… mirip
si Susy yang imut dan centil tapi kalo lagi marah bisa jadi Susilo! Huakakakakakak

Pokoknya tetap sehat tetap semangat biar bisa Gas Polll…!!!


Spesifikasi teknis : Porting inlet 22 mm , porting exhaust 20mm, Piston Kawasaki Kaze, Klep inlet dan exhaust
Honda Legenda, Camshaft Vega papasan, Rocker arm Vega Lama, Pir Klep Suzuki Shogun, knalpot AHRS dimodif
ulang, kampas kopling Honda Grand, pir kopling Yamaha RX-King.

Noken As papasan Piston KAZE

Korek Harian 4-Tak (2)


Batas Patokan Kompresi

Patokan kompresi korek harian alias kohar 4-tak, sudah pasti enggak bisa jor-joran. Alasan paling
mendasar, soal bahan bakar yang digunakan. Motor kohar nggak mungkin pakai bensol. “Kalau nggak
Premium, ya Pertamax. Oktan nggak terlalu tinggi. Kompresi tinggi dampaknya detonasi dan
nggelitik,” jelas Ibnu Sambodo, begawan korek 4-tak Manual Tech..Pakdhe, panggilan akrab Ibnu
Sambodo, kasih ancer-ancer. Patokan kompresi jangan lebih dari 11 : 1. “Pangkasan total maksimal
kira-kira 1 mm saja,” tambah mekanik Suzuki Hendriansyah Pennzoil itu. Cara pangkas bisa berbagai
macam. “Bisa pangkas blok antara 0,3 sampai 0,5 mm. “Demikian juga kepala silinder. Jangan lebih
dari itu,” tambah Andika Bintang Budaya alias Gandhoz pengajar di sekolah mekanik HMTC. Atau, bisa
saja dengan mengurangi tebal paking blok dan head. Misal dari 0,6 mm diganti 0,3 mm. Lumayan bisa
mendekin 0,3 mm. Baru kekurangannya ditambah lewat pangkasan. Kalaupun mau pangkas, mending
pilih salah satu saja. Mau blok atau kepala silinder. “Jadi kalau mau distandarin lagi, tidak perlu ganti
dua-duanya. Kan, yang satu bagian masih orisinal. Kalau blok yang dipangkas, cukup ganjal blok
bawah dengan paking aluminium. Bisa standar lagi,” kata Pakdhe kasih tips. Bener juga, tuh.
Mengikuti ubahan itu, piston juga wajib kena pangkas. Agar posisinya sesuai perubahan blok dan
head-nya. “Kan bentuk dan panjang ruang bakar sudah berubah. Kalau nggak diubah, piston akan
nongol. Makanya, harus disesuaikan juga bentuknya,” tambah Pakdhe.

Korek Harian 4-Tak (3)


Batasan Korek Kem

Korek harian (kohar), sah-sah saja korek kem. Bisa dipangkas atau diganti dengan kem modif. Tapi
tentu tidak ekstrem seperti halnya di balap. “Kohar perlu dipikirkan ketahanan untuk harian. Lagian,
komponen pendukung lain masih standar,” jelas Darojat, mekanik Jogja yang kini tangani Suzuki
Istana Asevedo Racing, Purwokerto, Jawa Tengah. Olah kem, langkah pertama tentukan dulu tinggi
angkatan klep (lift). Tak perlu tinggi-tinggi. “Makin tinggi lift, per-klep makin tertekan. Dipake harian
riskan boros per-klep,” tambah laki-laki hitam manis ini. Untuk patokan, Darojat kasih rumus. Tinggi
lift cukup 30% x diameter payung klep in. Misal untuk Shogun 110, lift maksimal 30% x 25 mm = 7,5
mm. Cara pangkasnya, setengah badan kem, yaitu pada bagian yang bawah atau yang gemuk, dikikis
rata seluruh bagian (gbr. 1). “Misal 0,8 mm, maka pangkasan harus rata seluruhnya. Awas, jangan
sekali-kali ubah bagian pucuk kepalanya. Karena akan mengubah lube center (lb),” ingatnya. Lho,
apa itu lube center (LB)? Coba dibuka di situs Accelerated Motion Performance Product. Definisi LC
adalah derajat dari titik mati atas menuju puncak bumbungan kem. Lanjut ke pangkasan cari lift.
Darojat kasih ilustrasi pangkas 0,8 mm pada kem Shogun 110. Hasilnya, lift jadi 6,6 mm. “Tinggal
hitung persamannya kalau mau pangkas lebih,” jelas mekanik berambut kriting ini. Lanjut ke durasi
yang tidak butuh terlalu lama. Itu justru tidak efisien. Lagi-lagi, faktornya karena komponen lain tidak
banyak berubah. “Cukup 300 derajat,” asumsi Darojat. Untuk nentuin bukaan klep in, pakai rumus
patokan durasi dibagi 2 dikurangi lube center (LC). Misal Yamaha Vega dengan LC = 102, ingin dicari
dengan bukaan 300 derajat. Maka bukaan klep masuk adalah (300/2)-102 = 48 derajat sebelum TMA
(Titik Mati Atas). Klep masuk menutup dicari dengan rumus durasi-180-bukaan in, atau 300-180-48.
Ketemu angka 72 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). Untuk klep buang, tinggal dibalik. Buka 72
derajat sebelum TMB dan menutup 48 setelah TMA. Cara pangkasnya, kikis pinggang bagian atas ke
arah kepala kem (gbr. 2). “Cukup disesuaikan. Dipangkas sedikit bertahap, lalu di cek sampai
ketemu durasi yang diinginkan,” paparnya. Tapi harus tahu dulu posisi top atau TMA di kem. Ingat,
pangkasan juga harus rata dan sesuai profil kem. “Kalau enggak sesuai dampak akan terasa.
Pembakaran tidak sempurna. Mesin enggak njerit. Kerak juga banyak di ruang bakar,” ingatnya.
Kemudian, untuk deteksi fungsi per klep, bisa dilakukan dengan menggerakan gigi sentrik (gbr. 3).
Rasakan saat diputer. Kalau dirasa ada hambatan, berarti per enggak main. Perlu diganti. Paham?
Korek Harian 4-Tak (4)
Cara Gampang Pangkas Kem

Di edisi 321/VI halaman 6, dipaparkan olah kem pakai itung-itungan rumus. Nah, kali ini
cara super praktis yang jauh lebih simpel. Bisa dimulai dengan langsung memangkas kem secara rata
guna mengubah tinggi angkatan klep (lift). Soal cara dan hal yang perlu diperhatikan dalam pangkas
kem, bisa disimak di edisi lalu. “Bedanya, karena cara ini tidak perlu itung-itungan, pangkasnya
sedikit demi sedikit dulu dan harus rata benar. Bisa mulai dari 0,3 mm, lalu cek dulu,” jelas
Adriansyah, mekanik Suzuki Pertamina Enduro 4T AHRS. Cara ngeceknya, bisa amati dari perubahan
posisi buka dan tutup klep yang dirasakan dari gigi sproket keteng. “Pasti titik buka dan tutup klep
jadi berubah maju mendekati garis TMA (Titik Mati Atas),” jelas mekanik yang buka bengkel di Jl.
Ahmad Yani, Jakarta Timur ini. Bentar-bentar. Tau enggak gimana posisi buka dan tutup klep dilihat
dari gigi sproket kem atau biasa disebut gigi sentris. Begini, puter gigi sentris searah jarum. Sampai
terasa glek kayak berhenti, itu artinya posisi buka. Bisa dilihat juga pada posisi rocker-arm yang
terlihat menekan. Diterusin lagi muter, nanti akan terasa glek lagi. Itu artinya klep nutup. Bisa dilihat
posisi rocker-arm narik balik alias mulai bebas. Menurut Adri, panggilan akrab Adriansyah. Kalau
posisi buka jadi maju 2 mata dan yang nutup maju antara 1 sampai 1,5 mata, ke arah garis TMA,
berarti pangkasan bisa dirasa cukup (gbr. 1). “Kalau dicek masih kurang, bisa pangkas lagi. Biasanya
sih, pangkasan antara 0,3 mm sampai 0,5 mm,” tambah pria yang Februari lalu baru melepas masa
lajangnya. Kenapa gitu? “Kalau nambahnya lebih dari 2 mata, takutnya lift terlalu tinggi. Buat harian
tak perlu,” wanti mekanik yang sakses lambungkan Firman Farera dari tim Suzuki-Lindung Jaya,
Medan.Alasan kenapa harus ada selisih minimal 0,5 sampai 1 mata antara klep buka dan tutupnya,
karena kalau berada pada angka yang sama, klep nutup terlalu cepat. “Makanya minimal selisih 0,5
sampai 1 mata,” jelasnya. Soal olahan gigi sentris, Adri juga punya cara simpel lain untuk kohar.
“Tanpa pangkas kem, cukup ubah lubang baut gigi sentris,” ujarnya. Caranya begini. Lubang baut
dikikir kira-kira 0,3 mm-0,5 mm. Lubang satu ke arah bawah, satunya lagi ke arah atas (gbr. 2).
“Posisi geseran juga antara 2 mata saat klep buka dan 1,5 mata saat klep nutup,” analisa Adri lagi.
Ubahan itu akan jitu dongkrak putaran bawah. “Tenaga atas tetap. Beda dengan ubahan lift kem yang
bikin tenaga atas ikut bagus. Tapi untuk harian, cukup,” kata alumnus Institut Sains dan Teknologi
Nasional (ISTN). Tapi, kalau mau cara ini, enggak bisa dipaduin dengan ubahan kem. “Malah enggak
pas, karena perubahan memang enggak sesuai. Salah satu aja. Terapin yang paling gampang buat
korek harian,” tutup Adr

Parts racing satria f150 untuk korek harian….?


Untuk harian,parts apa aja yg bisa diganti tanpa harus ubah daleman mesin tp performa n top speed nambah.budget
max 5 jT.W aduh kalo ngebandingin fu korekan ama cbr/scrpio korekan jauh bgt tuh,semua lewat ama fu
korekannya.apalagi buat ngedrag.
hmm bajet 5jt?wah udah bisa korek ampe bore up tuh tapi kalo pengen tanpa ngubah deleman mesin tapi performa
mantep saran sya gnin aja:

-knalpot racing
ngejar topspeed pke yg pipa pnjg,cth: r9(750rb),dbs(1jt-knlpot pling pool),ahm,dll
ngejar akselerasi pke yg pipa pendek: handmade(250rb-paling pool),ahrs(400rb),art/snd/yonk jaya(300rb),nobi,dll
-cdi unlimit
pake aja merk BRT yang dualband kalo buat harian,pilih kurva pengapian yg TuneUp Racing(450rb)
(koil disaranin pake yg standar kalo buat BRT)
-Busi racing
pake aja yang NGK iridium IX yang cr8egpix(100rb)
-karburator
pake karbu nya nsr sp yang pe28(850rb),kalo pengen yang lebih mantep lahi pake yang pwk28 tapi harga lebih
mahal bro.trakhir setting pj/,mj
-per kopling
pake aja yang tdr ngebuat hentakannya lebih kerasa nih(150rb)
kalo udah segitu kurang cukup juga tinggal maen di daleman mesin kaya port polish,ama macem2 lagi.

tambahan:
kalo pengen lebih kenceng pake ban lebih tipis tapi kalo merhatiin sadety ban standar jg oke

gw udah pake knalpot R9 mugello NG,Pj 17,5 n MJ 115.tarikan nambah cuma top speed tetap mentok di
135 km/h..tp saran dari lo cukup mantap lah.jd tggl ganti karbu,CDI,koil,n busi….thanks bro…..
Nyambung bro diatas..kalo emang budget mas FU’er ini 5 jeti mah uda lebih dari cukup buat harian…
tambah:
1. Kampas Kopling punya CLD sekitar 220rban atau BRT 160rban, per kopling BRT bagus tuhh…
2. Untuk mengimbangin kecepatan motor ente ganti gear set aja gear belakang turunin 1 atau 2 mata, biar
top speed dapet..
3. Busi bisa pake Iridium antara NGK atau Denso tapi jangan pake ukuran busi terlalu dingin kalo pengen
buat harian.
4. Koil YZ 125, harga 415 rb

Korek Motor Suzuki Satria FU150

Bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk terus berbagi cerita dengan kawan-kawan semua, disela kesibukan
bengkel yang semakin padat berisi ( hahahha… awas jangan mikir ngeres :p ), dikejar-kejar deadline, akhirnya kami
dapat membagi sedikit ilmu dan kesempatan yang diberikan oleh ALLAH Swt kepada kami dalam hal modifikasi
mesin, hehehe… kalau tentang fatwa rokok mah kita belum ada waktu untuk menelaah :p

Di awal tahun 2010 ini, kami awali dengan membuka sedikit rahasia korekan dahsyat suzuki Satria F 150, berbekal
kemampuan yang dimiliki mas wawan dalam membidani mobil balap drag saya dulu, tentu bukan hal yang sukar
memahami kinerja mesin berbasic dua noken as dalam satu kepala silinder atau terkenal dengan istilah DOHC.
Apalagi selama ini, spesialisasi kami dalam menangani mesin 4 klep, seperti yamaha Jupiter MX tidak pernah
berhenti dalam belajar, riset, dan inovasi. InsyaALLAH, korekan simple ini akan sangat mengena.

Fokus tetap pada modifikasi sektor otak tenaga motor 4 ketuk, yaitu pada desain kepala silinder, noken as,
konfigurasi katup, jalur pemasukan dan pembuangan bahan-bakar, serta perbandingan kompresi. Katub standard
yang berdimensi 22 milimeter pada inlet dan 19 milimeter pada outlet, pastinya langsung kita lengserkan, lha wong
MX aja biasanya pake katub Satria F bahkan spec 2010 mengadopsi katub yang lebih besar lagi, masak satria F pake
katub standardnya, lha nanti kalau ditengah jalan disalip MX dikiranya Sulapan, trus setengah percaya ga percaya
hehehehhe .Sebenarnya apa kurang besar sih katub standard FU? Untuk desain motor standard itu sudah lebih dari
cukup. Dengan dimensi piston berdiameter 62mm, katub inlet fu yang berdiameter 22mm itu kalau di konversi
menjadi single valve aslinya sudah sebesar 31mm. HAH?! Gede banget..?! Ga percaya? mari kita hitung, luasan area
tiap katub Fu senilai 380 mm persegi, didapat dari perkalian konstatanta Phi dengan kuadran jari-jari katub. Hasil itu
dikalikan jumlah katub yang sebanyak 2 biji, didapat 760 mm persegi. Nah luasan ini akan kita pakai untuk mencari
diameter katub jika Fu itu memaki single valve saja, maka 760 dibagi konstanta 3,1416, hasilnya kemudian di akar
kuadrat untuk mencari jari-jari katub bayangan. Ketemu hasil akhirnya = 15,55mm itu jari-jari katubnya. Nah kalau
diameternya berarti ya 31mm toh. Bandingkan dengan tiger yang memiliki piston 63.5mm dengan katub inlet 31.5,
fu memiliki bore to valve ratio lebih besar dibanding tiger. Tapi itu kan untuk ukuran standard…
Kalau modifikasi ya langsung saja benamkan klep 24/21mm ke kepala silinder Satria F, untuk mengimbangi silinder
yang dijejali piston SCORPIO. Ukuran itu sudah cukup pas seperti bawaan Scorpio yang berdiameter klep inlet
34mm. Torsi lebih besar, disokong dari kapastitas torak silinder yang membeludak 8mm. Nafas mesin disokong dari
dimensi katub lebih besar, alhasil bisa dibentuk ulang geometri porting yang lebih luas.

Bore UP Suzuki Satria

Ditambah angkatan noken as setinggi hampir 8milimeter. Untuk mendesain noken as satria F150 ini, kita pun
meriset alat bubut noken as yang baru, selain buka-buka lagi buku noken as, ngerpek hehehehe… Alat yang baru
dengan fitur pengunci durasi, memaksimalkan kepresisian kinerja cam, sehingga antar 1 lobe cam dengan lobe yang
lain dapat ketemu titik phasing yang sama serta profil cam serupa. Dengan adanya pengunci durasi ini kita jadi lebih
mudah membikin kem, tinggal tetapkan patokan yang dimau, nyalain mesin kem, tinggal merem juga jadi deh
hehehehehe…

Venturi karburator agar dapat mensupplay nafas tenaga mesin minimum 28 milimeter dengan sistem bukaan skep
langsung bereaksi terhadap kabel gas, tidak seperti karburator bawaan motor yang lemot… heheheheh ga sporty
banget.Kemudian bagaimana mensiasati bentuk porting satria F150 yang cenderung oval? Jangan pusing, lha wong
porting Bajaj pulsar yang bentuk kotak aja kita bisa pecahkan solusinya, apalagi ini… yeekkkk guaya… langsung
ditimpuk sandal dah kalok belagu .Pada jaman dahulu kala, saat berguru di padepokan silat, sang suhu racing
mengajarkan ilmu konversi geometri oval ke dalam bentuk bulat. yaitu panjang + tinggi, dikali 50 %. Waktu itu
saya ga percaya eh disuruh nyopot karburator motor jupiter saya, disuruh ngukurin, trus suruh bongkar n bersihin
karburator sekalian, lalu ukur diameter tabung skep jupiter, eh lah kok sama dengan rumusnya… nemu nang di
wong iki rumus koyo ngene, apes deh kena dikerjain suruh bersih2 karburator gara2 ga percaya wkwkwkkw Ya
sementara ini pake rumus itu dulu sampai nanti saya temukan rumus yang lebih presisi pake sin cos tangen , kalok
makin rumit kan kayaknya lebih keren gitu hehehehe.Akhirnya dengan patokan itu, mas wawan langsung saya
komando untuk melebarkan porting satira f sepanjang 30 milimeter dengan tinggi sebesar 26 milimeter. Didapat
hasil konversi porting sebesar 28 milimeter, ya cukupan lah untuk mengatur gas speed dan velocity satria F yang
rendah karena langkah nya pendek. kalau portingnya kebesaran justru bisa-bisa motor jadi boyo n ngos-ngos an…
Gawat tuh.

Anda mungkin juga menyukai