Anda di halaman 1dari 8

ane mau jual mesin bore up 180 cc (spek drag 201m) bawaan motor vega 2007 ane,

bisa pasang di jupiter juga. isi mesin tengah saya jual kecuali rasio(udah dipesen temen
sdri di jogja)+kalter tengah yg ada nomer mesinnya, alesan dijual karena ane rasa udh
saatnya ane pensiunin vega kesayangan ane soalnya kaga pernah ada taruhan lagi
mending ane mo standardtin lagi mesinnya. syukur2 ada agan yg msh pny motor
yamaha vega/jupiter 2006-2008 yg mesinnya msh standard pabrik n pengen bore up tp
budget limit boleh TT ma mesin ane ini. berikut speknya :
*head asli Vega R
*boring asli vega R
*noken asli jupiter bubutan spek drag 201m
*klep+per klep Honda Sonic (IN 31mm / OUT 28mm)
*seher asli bawaan Neo Tech diameter 6,3 cm
*stroke 58mm
*stang seher asli Yamaha Jupiter MX / Nouvo
*kruk as asli Jupiter Z 2011
*magnet asli Vega 2007 bubutan spek drag 201m
--item diatas dijual borongan, untuk harga kontak langsung ke 08157664567

Originally Posted by sharpblades


ane mau jual mesin bore up 180 cc (spek drag 201m) bawaan motor vega 2007 ane,
bisa pasang di jupiter juga. isi mesin tengah saya jual kecuali rasio(udah dipesen temen
sdri di jogja)+kalter tengah yg ada nomer mesinnya, alesan dijual karena ane rasa udh
saatnya ane pensiunin vega kesayangan ane soalnya kaga pernah ada taruhan lagi
mending ane mo standardtin lagi mesinnya. syukur2 ada agan yg msh pny motor
yamaha vega/jupiter 2006-2008 yg mesinnya msh standard pabrik n pengen bore up tp
budget limit boleh TT ma mesin ane ini. berikut speknya :
*head asli Vega R
*boring asli vega R
*noken asli jupiter bubutan spek drag 201m
*klep+per klep Honda Sonic (IN 31mm / OUT 28mm)
*seher asli bawaan Neo Tech diameter 6,3 cm
*stroke 58mm
*stang seher asli Yamaha Jupiter MX / Nouvo
*kruk as asli Jupiter Z 2011
*magnet asli Vega 2007 bubutan spek drag 201m
--item diatas dijual borongan, untuk harga kontak langsung ke 08157664567

Dipilih oleh Penanya


Ganti piston Sonic = 58mm
Naik stroke 4mm jadi = 58mm
volume silinder kamu = (3.1416x58x58x58)/4000
= 153.24 CC
Disini modif ga bisa berhenti, kudu ngimbangin pake Klep sonic sekalian perklepnya.
Sekalian atur Volume ruang bakar hingga kisaran 15cc, sehingga rasio kompresi 11 : 1 jadi masih
aman buat harian, pake Pertamax Plus jangan lupa.
Modif ulang camshaft, bubut +/- 1mm rata aja.
Jangan lupa upgrade pengapian + Knalpot (please jangan ganti dari motor lain, cari yang emang
didesain untuk motor kamu)
Kalo udah modif seperti ini Kampas kopling bisa pake FR, tapi kalo g mau repot cari merk BRT atau
Daytona sekalian ama per koplingx.

Yamaha Vega, Setingan Ala Road Race

Yamaha Vega oranye ini kencang bermain di trek lurus 201 meter kelas bebek s/d
130 cc 4-tak tune up. Catatan waktu yang diraih dari tiga joki berbeda (Hendra
Kecil, Eko Chodox dan Tony Chupank) selalu bermain di 8,2 detik. Ketika bermain
di Pertamina Enduro Pertamax Corsa Dragbike Championship 2011 dua minggu
lalu di Kemayoran, Jakarta Pusat. Hendra kecil juara 1.

Tak lepas dari ramuan seting ala Jupiter di IP1 (IndoPrix) atau MP1 (MotoPrix)
yang sentuh batasan 130 cc. Apalagi, di belakang layar terdapat salah satu
mekanik kondang. Yaitu, Haris Sakti alias Mletis. “Ini proyek iseng. Kebetulan ada
sedikit waktu,” ungkap pria punya workshop MBK2W di Jogja.

Tunner muda yang punya bakat ini, meracik Vega agar punya power dan torsi
besar di putaran bawah. Seperti disebut di atas, seting yang diterapkan tak
ubahnya engine buat road race.

"Bisa dibilang, hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaan paling
signifikan ada di rasio,” beber tunner yang juga bergabung di tim Yamaha
Yamalube FDR KYT Trijaya itu.

Perbandingan gigi rasio, dibuat lebih berat. Tujuannya, buat mencegah power liar
ketika start. Untuk gigi I, main di 14/34 mata. Gigi II, 16/28 mata. Gigi III, tetap
pakai standar Jupiter. Yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV, pilih kombinasi 23/26 agar
napas bisa habis sebelum garis finish.

Tapi, belum lengkap rasanya kalau belum bicara dapur pacu! Karena selain rasio,
engine juga penentu kemenangan. Mletis andakan piston Daytona diameter 55,25
mm dikombinasi stoke 54 mm. Hasilnya, isi silinder keseluruhan bermain di 129, 1
mm.

Tinggi dome piston dibuat jadi 3 mm. Itu karena head silinder tak terlalu dipapas
habis. Ya, cuma 0,7 mm. Akibatnya, perbandingan kompresi yang tercipta
melonjak hingga 13,8 : 1. Tentunya, kudu pakai bensol tuh.

Untuk mengejar power bawah agar mampu melesat cepat, magnet Jupiter
dipangkas bobotnya hingga tersisa 500 gram. Begitu juga untuk balancernya,
bobotnya dibuat sama.

Itu untuk putaran bawah! Tapi, buat kejar putaran atas, tunner yang sukses di
dunia road race ini bermain di bagian klep. Pakai klep Honda Sonic, bukan
diameter yang dikejar. Melainkan, bobot klep.

Klep isap yang 28 mm, dipangkas bobotnya hingga berkurang 6 gram. Sedang klep
buat yang 24 mm, bobotnya dipangkas 4 gram. “Pencapain rpm bisa lebih cepat.
Selain itu, bisa pakai per lebih empuk dan bikin kem awet,” kata Mletis sembari
bilang durasi kem main di 272º-274º. LSA, sekitar 103º.

Melengkapi kombinasi klep ringan, sengaja tak pilih Mikuni TM 28 mm. Tapi lebih
andalkan Keihin PWK 28 mm. “Kotak terlalu spontan. Karena rpm bawah sudah
didapat dari part lain. Sedang PWK cenderung main di putaran atas,” tutup pria
kelahiran Jogja 1986 itu.

Main-jet dan pilot-jet, diseting agak basah. Yaitu, 118/ 65. Lewat semua seting
yang diterapkan, kombinasi final gir 13/31 mata mampu melesatkan Vega ini terus
menjadi juara tercepat! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Eat My Dust 45/80-17
Ban belakang : Eat My Dust 45/90-17
CDI : Rextor Pro Drag
Karburator : Keihin PWK28 mm
Setang : SPS Racing
Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : GT
Tags : Modifikasi Yamaha Vega Drag Bike, Hendra Kecil, Eko Chodox, Tony
Chupank, MBK2W,Haris Sakti alias M
Yamaha Vega, Bedanya Dengan Road Race Hanya
Rasio

Racikan dapur pacu road race menyenggol arena drag bike. Seperti Yamaha Vega
pacuan Hendra Kecil dan Dwi Batang yang turun di kelas Bebek Tune Up 130 cc.
Motor dari tim MBKW2 Jogja ini mengadopsi setingan dan teknologi balap road
race.

Mekanik yang ada di belakang layar ini Haris ‘Mlentis’ Sakti. Doi mekanik muda
yang biasa menangani besutan balap road race tim papan atas. “Memang ubahan
motor basisnya dari road race. Juga aplikasi beberapa part yang biasa dipakai
road race,” lanjut mekanik asal Jogja ini.

Ramuan setingnya mengadopsi rumus yang biasa dipake Jupiter-Z di IndoPrix


atau MotoPrix kelas 125 cc dengan kapasitas mesin menyentuh 130 cc. “Memang
hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaannya ada di rasio
meyesuaikan trek yang hanya lurus saja,” buka Mletis.

Untuk gigi I, di patok 14/34 mata. Gigi II 16/28 mata. Gigi III, tetap pakai standar
Jupiter, yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV pilih kombinasi 23/26 agar napas bisa
panjang. “Perbandingan gigi rasio dibuat lebih berat untuk mencegah power liar
ketika start,” lanjutnya.
Untuk racikan dapur pacu mengandalkan piston spek racing berlabel Daytona
dengan diameter 55,25 mm, sedangkan stroke 54 mm. Saat diukur isi silinder
keseluruhan menjadi 129, 1 cc. Setelah kepala silinder dipapas hanya 0,7 mm
alhasil kompresinya ketika diukur menjadi 13,8 : 1.

Buat meringankan putaran bawah, bobot magnet dipangkas menjadi 500 gram.
Balancernya juga dibikin sama beratnya. Sebagai pamungkas, buat ngejar putaran
atas Mlentis mengandalkan klep bawaan Honda Sonic. Untuk klep in dipatok 28
mm sedangkan klep out 24 mm.

Untuk suplai bahan bakar dipercaya Keihin PWK 28 mm yang banyak diaplikasi
komunitas drag dengan main-jet 118 dan pilot-jet 65 lantaran suhu sedikit panas.
Pada trek yang sedikit menurun ini mengandalkan final gear 14/34 biar lebih
enteng.
Agar pembalap lebih nyaman saat buka gas dan ban belakang enggak goyang Inul,
motor ini sudah dilengkapi sok belakang YSS tipe doubel klik model gas. Suspensi
model ini jadi andalan pembalap turun dia ajang road race, harganya juga lumayan
mahal ini bisa tembus sampai Rp 14 jutaan.

Tapi, harga enggak bohong. Sok ini mampu meredam liarnya tenaga motor. “Kalau
pakai suspensi biasa ban belakang maunya goyang-goyang, kalau pakai sok ini
jadi anteng,” tutup Hendra Kecil, salah satu jokinya. (motorplus-online.com)
Penulis : Belo | Teks Editor : KR15 | Foto : Belo
Tags : Yamaha Vega, Haris Mlentis Sakti, MBKW2 Jogja,
Ikuti kuis TEBAK JUARA MotoGP dan Formula 1, dapatkan hadiah menarik
dari OTOMOTIFNET.COM

Share on

Beda CDI Standar dan Racing, Ada di Timing


Pengapian dan Limiter
Bagi yang senang korek mesin pasti sudah paham apa itu CDI racing. Namun bagi
pemula yang baru kenal motor tidak mengerti apa itu CDI racing. Bahkan bisa
diartikan salah kaprah. CDI racing bisa dibilang untuk membesarkan api busi. Ini
harus diluruskan.

Pertanyaan apa sih CDI racing pernah terlontar dari pembaca. Untuk itu bisa
dijelaskan lagi. CDI racing dengan CDI standar ada perbedaan. “Pertama, dari
timing atau derajat pengapian. Diukur dari TMA (Titik Mati Atas) atau posisi piston
paling atas atawa TOP,” jelas Novry Zainulloh dari NZ Racing di Jl. KH Mas
Mansyur, Ciledug, Tangerang.

CDI racing biasanya timing pengapian lebih advanced. Maksudnya derajat


pengapian lebih maju. Misalkan di CDI standar pada 6.000 rpm, timing
pengapiannya 30 sebelum TMA. Api busi memercik 30 sebelum TMA. Nah, di CDI
racing bisa saja lebih maju 32 derajat.

Biasanya oleh produsen CDI racing dites menggunakan dinotes atau di sirkuit.
Berdasarkan coba-coba, timing pengapian dimajukan. Atau bahkan dimundurkan.
Kemudian dites, jika power naik dan tidak ngelitik didapat derajat yang pas.

Setelah didapat derajat yang pas, oleh produsen CDI racing diproduksi massal.
Biasanya timing pengapian ini disesuikan dengan kondisi bahan bakar lokal. Ada
hubungan dengan oktan bensin.

Makin bagus bahan bakar, punya oktan yang tinggi. Misalnya bensin Premium
punya oktan 88. Setelah ganti pakai Pertamax Plus oktannya 92. Timing pengapian
bisa lebih maju supaya power yang digapai maksimal. Karena bahan bakar oktan
tinggi perlu pembakaran lebih lama agar tuntas terbakar.
CDI
racing programable bisa atur maju mundur derajat pengapian
Di CDI racing, selain timing pengapian yang berbeda dengan CDI standar, biasanya
rpm limiter dihilangkan. Misalnya di motor standar yang asalnya limiter di 9.500
rpm mesin sudah mbrebet, di CDI racing bisa dihilangkan. Bahkan bisa diseting
lebih tinggi. Misalnya di 14.000 rpm supaya mesin lebih teriak. Di motor standar
dikasih rpm limiter atau putaran dibatasi supaya awet dan irit.

Dalam penentuan timing pengapian juga berhubungan dengan rasio kompresi.


Misal dari spesifikasi teknik di motor standar 9,3 : 1. Cukup pakai bensin Premium
dengan timing pengapian 30 derajat.

Begitu rasio kompresi dibikin 12,5 : 1 tak bisa pakai Premium. Minimal harus
Pertamax Plus dengan timing pengapian harus lebih maju. Makanya di balap
muncul CDI racing programmable. Artinya timing bisa diubah-ubah sesaui rasio
kompresi dan bahan bakar. (motorplus-online.com)

Penulis : ACU | Teks Editor : KR15 | Foto : Lomo


Tags : Beda CDI Standar dan Racing, Novry Zainulloh, NZ Racing, Derajat
Pengapian, Limiter,

Anda mungkin juga menyukai